Anda di halaman 1dari 22

Komponen Komponen Komunikasi Psikologi

( Psikologi Komunikator - Psikologi Pesan)

Makalah ini di susun untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah :

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Dosen Pengampu : Almuroji Penjaitan, M.I.Kom

DisusunOleh
Izky Putri Ramadhani

(0101192070)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (C)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN - SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang bertemakan “Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan”.
Pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator jelas memiliki maksuddan tujuan tertentu sesuai
keinginan penyampai pesan. Dengan demikian, makajelas setiap pesan yang disampaikan, baik pesan
verbal ataupun nonverbal, memilikikarakter dan psikologi sendiri sesuai dengan tujuan pesan.

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi
Komunikasi. Selain itu, makalah ini dapat dijadikan sebagai mediaPenulisan makalah merupakan salah
satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungbalai, 26 Oktober, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................................................ii
Daftar Isi ......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. LatarBelakang..................................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 2

A. PsikologiKomunikator ......................................................................................................... 2
B. KomunikasiPsikologiPesan ................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 18


KESIMPULAN............................................................................................................................... 18
DaftarPustaka ............................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Bila orang lain tidak
memahami gagasan anda, bila pesan anda menjengkelkan mereka, bila anda tidak berhasil mengatasi
masalah pelit karena orang lain menentang pendapat anda dan tidak mau membantu anda, bila semakin
sering anda berkomunikasi semakin jauh jarak anda dengan mereka. Bila anda selalu gagal untuk
mendorong orang lain bertindak. Anda telah gagal dalam komunikasi. Komunikasi anda tidak efektif.
Ilustrasi, pada saat anda mengendarai sepeda motor / mobil tiba tiba anda menerobos lampu
merah,dan ada seseorang yg menghampiri anda mengenakan baju setelan berwarna coklat,memakai
topi, dan dikalungkannya pluit.Sesaat kemudian dia hormat kepada anda dan menanyakan “ boleh saya
lihat SIM / STNK anda “.Apa yang anda pikirkan tentang seseorang yang menghampiri anda itu?
mungkin dengan cepat anda berkesimpulan bahwa dia adalah seorang POLISI.
Itulah psikologi komunikator. Artinya, untuk bisa dipercayai orang lain diperlukan bukah saja
bisa/dapat berbicara tetapi juga memerlukan ”penampilan” yang meyakinkan. He doesn’t communicate
what he says, he communicates what he is. Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya
memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan atau
menyampaikan semua pesan-pesan tersebut. Bahkan kadang-kadang unsur “siapa” ini lebih penting dari
unsur “apa”. Memang pakaian bukanlah segala-galanya, tetapi banyak teori psikologi yang mengatakan
bahwa penampilan akan membuat image lain bagi seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Psikologi Komunikator?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas Psikologi Komunikator?
3. Apa yang dimaksud psikologi pesan?
4. Apa saja karakteristik makna pesan dan karekter pesan dalam psikologi pesan?
BAB II

PEMBAHASAN

PSIKOLOGI KOMUNIKATOR DAN PSIKOLOGI PESAN

Psikologi Komunikate (yang secara umum dicakup pada karakteristik manusia komunikan),
psikologi penerimaan dan pengolahan pesan (dalam system komunikasi intrapersonal), dan psikologi
media komunikasi (baik dalam konteks interpersonal maupun konteks komunikasi massa). Lawsell
menyebutkan komunikasi who says what in what channel tho whom with what effect. Yang belum di
uraikan ialah who says what. Whos says kita ulas pada psikologi komunikator, dan What kita uraikan
pada psikologi pesan.1

A. Psikologi Komunikator

Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menulis :

“Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicaranya, yang ketika ia menyampaikan


pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada
orang-orang baik daripada orang lain : Ini berlaku umummnya pada masalah apa saja dan
secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar,
anggapan sementara penulisa retorika bahwa kebaikan personal yang di ungkapkan pembicara tidak
berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya; sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut
sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya”.2

Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous. Ethous terdiri dari pikiran baik,
akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, character, good will).

Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Hovland dan Walter
Weiss (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi komunikator. Kepada
sejumlah besar subjek disampaikan pesan tentang kemungkinan membangun kapal selam yang
digerakkan oleh tenaga atom (waktu itu, menggunakan energi atom masih merupakan impian).

1 Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2 Effendy, Onong Uchjana Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1993) hal. 352
Hovland dan Weiss menyebut ethous ini credibility yang terdiri dari dua unsur : Expertise
(keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).Kedua komponen ini telah disebut dengan istilah-
istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda. Untuk expertness, McCroskey (1968) menyebutnya
authoritativeness : Markham (1968) menamainya factor reliablelogical: berlo, Lemert dan Mertz
(1966) menggunakan Qualification. Untuk trusworthiness, peneliti lain menggunakan istilah safety,
character, atau evaluative factor. Kita tidak akan mempersoalkan mana istilah yang benar. Semua kita
sebut saja kredibilitas, tetapi kita tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai factor yangb
mempengaruhi efektifitas sumber.

Kita juga akan melihat dua unsure lainnya : atraksi komunikator (source attractiviness) dan
kekuasaan(source power). Seluruhnya-kredibilitas, atraksi dan kekuasaan-kita sebut sebagai ethous
(sebagai penghormatan pada aristoteles, psikologi komunikasi yang pertama). Seluruhnya -kredibilitas,
atraksi dan kekuasaan-, kita sebut sebagai ethous (sebagai penghormatan kepada Aristoteles, psikolog
komunikasi yang pertama). Dimensi-dimensi ethous akan kita bicarakan pada bagian berikutnya.

1) Dimensi-Dimensi Ethos

Ethos diartikan sebagai sumber kepercayaan (source credibility) yang ditunjukkan oleh seorang
orator (komunikator) bahwa ia memang pakar dalam bidangnya, sehingga oleh karena seorang ahli,
maka ia dapat dipercaya.3

Diatas telah kita uraikan bahwa ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan
jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman (1957) pengaruh komunikasi
kita pada orang lain berupa tiga hal : internalisasi (internalization), identifikasi (identification), dan
ketundukan (compliance).

Dimensi ethos yang paling relevan di sini ialah kredibilitas, keahlian komunikator atau
kepercayaan kita pada komunikator. Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal
dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri
secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok itu, hubungan
yang mendefinisikan diri artinya konsep diri. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan peranannya
sesuai dengan peran orang lain. “He attempts to be like or actually to be the other person,” ujar Kelman.
Ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain. Dengan mengatakan pa yang iakatakan,
melakukan apa yang ia lakukan, mempercayai apa yang ia percayai.individu mendefinisikan sesuai

3 Ibid
dengan yang mempengaruhinya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi adalah atraksi
(attractiviness)–daya tarik komunikator.4

Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok
lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut. Ia
ingin mendapatkan ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya. Dalam
ketundukan, orang menerima perilaku yang di anjurkan bukan karena mempercayainya, tetapi Karena
perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek social yang memuaskan. Kredibilitas, Atraksi,
dan kekuasaankan kita perinci pada bagian berikutnya.

➢ Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam


definisi ini terkandung dua hal :

1. Kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator.

2. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut
sebagai komponen-komponen kredibilitas.5

Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi
(komunikate), topic yang dibahas dan situasi. Sekali lagi, kredibilitas tidak ada pada diri komunikator,
tetapi terletak pada persepsi komunikate. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau di ubah, dapat terjadi
atau dijadikan. Misalnya, seorang dosen begitu didengar oleh mahasiswanya, tetapi belum tentu di
depan rektornya. Ini mengandung arti bahwa persepsi mahasiswa dan persepsi rektor sangat berbeda,
tergantung siapa yang memberikan persepsi tersebut.

Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia berlakukan


komunikasinya disebut prior ethos (Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal,
kita membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komunikator itu
atau dari pengalaman wakilan (vicarious experiences), misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia
dan sudah mengenal integritas kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya
dalam media masa (ingat lagi, efek media massa dalam memberikan status). Boleh jadi kita membentuk

4 Nina W. Syam, Psikologi Sebagai Akar Komunikasi ( Bandung Sumbiosa Rekatma Media,
2011
5Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada kelompok rujukan orang itu. Piror Ethos
bisa terbentuk karena sponsor atau pihak-pihak yang mendukung komunikator. Atau juga timbul karena
petnjuk-petunjuk nonverbal yang ada pada diri komunikator.

Pada satu kelompok dikatakan bahwa pembicara adalah hakim yang banyak menulis masalah
kenakalan remaja (kredibilitas tinggi), dan pada kelompoklain dilukiskan pembicara sebagai pengedar
narkotik (kredibilitas rendah). Keduannyaberbicara tentang perlunya perlakuan yang lebih ringan
terhadap remaja-remaja nakal.

Dengan membicarakan prior ethos kita mengisyaratkan factor waktu dalam kredibilitas.
Mungkin anda diperkenalkan sebagai orang pandai pada permulaan komunikasi. Anda memiliki
kredibilitas (Prior ethos). Sedangkan intrinsic ethos di b entuk oleh topic yang dipilih, cara
penyampaian, teknik-teknik pengembangan pokok bahasan, bahasa yang digun akan, dan organisasi
pesan atau sistematika yang dipakai.

Kita sudah membicarakan kredibiltas sebagai persepsi. Lalu, apa saja yang merupakan
komponen-komponen kredibilitas ? Dua komponen kredibilitas yang paling penting adalah keahlian
dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator
dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dianggap rendah pada keahlian
dianggap sebagai tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh. Kepercayaan adalah kesan komunikate
tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator di anggap jujur, tulus,
bermoral, adil atau sopan ? Aristoteles menyebutnya Good moral Character. Quintillianus menulis, A
good man speek well; orang baik berbicara baik.

Koehler, Annatol, dan Applbaum menambahkan empat komponen lagi :

1. Dinamisme

Komunikator memiliki dinamisme, bila ia dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif,


tegas dan berani. Sebaliknya, komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, lesu dan
lemah. Dinamisme umumnya berkenaan dengan cara berkomunikasi. Dalam komunikasi, dinamisme
memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan6

2. Sosialibiliti

6
Sosialbilitas adalah kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang periang dan
senang bergaul.

3. Koorientasi

Koorientasi merupakan kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili
kelompok yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.

4. Karisma

Karisma digunakan untuk menunjukan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang
menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet yang menarik benda-benda disekitarnya.

➢ Atraksi

Atraksi (attractiveness) adalah daya tarik komunikator yang besumber dari fisik. Seorang
komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya
tarik (fisik), misalnya, komunikator disenangi atau dikagumi yang memungkinkan komunikate
menerima kepuasan. Shelli Chaiken (1979), psikolog yang cantik nan manis dari University of
Massachusest, menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi dengan studi lapangan.
Ia mengkritik penelitian laboratorium yang meragukan pengaruh atraksi fisik, karena menghasilkan
kesimpulan yang beraneka ragam. Penelitian Laboratoris terlalu melebih-lebihkan daya tarik fisik, dan
menjadikan mahasiswa yang menjadi objek penelitian terpengaruh oleh penelitian untuk menjawab
sesuai dengan kehendak peneliti.

Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya
persuasive. Tetapi kita juga tertarik pada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan
kita. Kalau begitu apakah komunikate akan lebih mudah menerima pesan komunikator bila ia
memandang banyak kesamaan di antara keduanya ?

Benar, kata Everett M.Rogers, setelah meninjau banyak penelitian komunikasi, ia membedakan
antara kondisi homophily dan heterophily. Pada kondisi pertama, komunikator dan komunikate
merasakan ada kesamaan dalam status sosial ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan. Pada kondisi
kedua, terdapat perbedaan status sosial ekonomi, pendidikan dan kepercayaan antara komunikate dan
komunikator. Komunikasi akan lebih efektif pada kondisi homophily daripada kondisi heterophily.
Rogert membuktikan pengaruh factor kesamaan ini dari penelitian sosisologis. Serangkaian studi
psikologis yang dilakukan Stotland dkk, memperkuat teori Rogert. Karena itulah komunikator yang
ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya
dengan komunikate. Kita dapat mempersamakan diri kita dengan komunikate dengan menegaskan
persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.

Simons menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan


komunikate cenderung bekomunikasi lebih efektif :

· Pertama, kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yakni proses menerjemahkan


lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.

· Kedua, kesamaan membantu membangun premis (putusan yang sudah diketahui) yang sama. Premis
yang sama membantu mempermusah proses deduktif. Ini berarti bila bila kesamaan disposisisonal
relevan dengan topik-topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator.

· Ketiga,kesamaan menyebabkan komunikate tertarik pada komunikator. Orang-orang cenderung


menyukai orang yang mempunyai kesamaan disposisional dengan kita. Karena tertarik pada
komunikator, kita akan cenderung menerima gagasan-gsagasannya.

· Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Namun alasan ini
belum bisa dibuktikan secara meyakinkan dalam berbagai penelitian.

➢ Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi,


ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan
seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber
daya yang sangat penting (critical resources). Berdasarkan sumber daya yang dimilkinya, French dan
Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasikan Raven (1974) dan
menghasilkan lima jenis kekuasaan :

1. Kekuasaan Koersif (coersive power).

Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau


memberikan hukuman pada komunikate. Ganjaran dan hukuman itu dapat bersifat personal (misalnya
benci dan kasih sayang) atau impersonal (kenaikan pangkat atau pemecatan).

2. Kekuasaan Keahlian (expert power).

Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki
komunikator.
3. Kekuasaan Informasional (informasional power).

Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh
komunikator.

4. Kekuasaan Rujukan (referent power).

Disini komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya.
Komunikator dikatakan memiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil menanamkan kekaguman pada
komunikate, sehingga seluruh perilakunya diteladani.

5. Kekuasaan Legal (legitimate power).

Kekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan norma yang menyebabkan komunikator
berwenang untuk melakukan suatu tindakan.

2) PATHOS

Pathos diartikan sebagai “imbauan emosional (emitional appeals)” yang ditunjukkan oleh
seorang rhetor dengan menampilkan gaya dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan dengan
semangat yang berkobar-kobar pada khalayak7.

Sejatinya, pathos ini perlu dimiliki oleh seorang ahli pidato (rethor) yang tercemin dari gaya
serta bahasanya yang mampu membangkitkan khalayak untuk tujuan-tujuan tertentu. Indonesia
memiliki Ir. Soekarno yang memiliki pesona dalam berbicara di depan umum (publik). Semangat
pergerakan untuk mengusir penjajah pada waktu itu, bukan semata-mata ditentukan oleh ujung senjata,
melainkan pula terletak diujung lidah. Retorika yang baik akan sanggup “membius” khalayak untuk
bersatu mengusir penjajah.

3) LOGOS

Logos diartikan sebagai “imbauan logis (logical appeals) yang ditunjukkan oleh seorang orator
bahwa uraiannya masuk akal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan oleh khalayak8.

7
Effendy, Onong Uchjana Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

8 Ibid
Sama halnya dengan pathos, logos pun perlu dimiliki oleh seorang orator/rethor. Kahaayak
akan mau dan “bersuka rela” mengikuti ajakan/anjuran komunikator apabila pesannya disampaikan
dengan uraiannya yang masuk akal, dan dengan argumentasi yang kuat. Tidak semua orang memiliki
logos dalam setiap perkataan yang disampaikanya. Mungkin ada orang yang cenderung meiliki pathos
daripada logos atau sebaliknya. Ada satu mitos yang mungkin anda bisa percaya atau tidak: “selain
kematian, hal lain yang menakutkan adalah berbicara di depan umum”. Namun bagi seorang
komunikator “ulung” yang melengkapi dirinya dengan ethos, pathos dan logos, hal itu tidak berlaku.

B. Komunikasi Psikologi Pesan

a) Pengantar Psikologi Pesan

Pemahaman umum konsep psikologi pesan adalah bahwa di dalam pesan


komunikasi terkandung muatan psikologi. Ketika seorang komunikator
menyampaikan pesan pada komunikan, maka di dalam pesannya tersebut
terkandung muatan psikologi. Muatan psikologi sebuah pesan komunikasi terletak
secara konkret atau spesifik pada bahasa.4 Setiap pesan yang disampaikan, baik
pesan verbal ataupun nonverbal, memiliki karakter dan psikologi sendiri sesuai
dengan tujuan pesan.
Seorang Psikolinguistik dari Rockefeller University, George A. Miller, pernah
menulis : “Kini ada seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan
tindakan orang lain secara perkasa. Teknik pengendalian ini dapat menyebabkan
Anda melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan. Anda tidak dapat melakukannya
tanpa adanya teknik itu. Teknik itu dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat digunakan untuk
menipu Anda, dapat membuat Anda gembira dan sedih, dapat
memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam kepala Anda, dapat membuat Anda
menginginkan sesuatu yang tidak Anda miliki. Andapun bahkan dapat menggunakannya untuk
mengendalikan diri Anda sendiri. Teknik ini adalah alat yang
luar biasa perkasanya dan dapat digunakan untuk apa saja” Bahasa adalah teknik pengendalian perilaku
orang lain, termasuk perilaku
dalam berkomunikasi.9
Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan akta-kata , Anda
dapat mengatur perilaku orang lain.
Contoh :

9
Syam, Nina, Psikologi Sebagai AkarIlmu Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama
Media, 2011
• Ibu Anda dari Amerika dapat Anda gerakkan untuk datang ke rumah kontrakan
Anda di Jakarta dengan mengirimkan kata-kata lewat telepon atau surat.
• Dengan teriakan “Bapak” seorang anak kecil dapat menggerakkan lelaki besar di
seberang jalan untuk mendekati anak tersebut.
• Dengan aba-aba “maju-jalan” seorang sersan dapat menggerakkan puluhan tentara menghentakkan
kakinya dan berjalan dengan langkah tegap.
Semua contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bagaimana kekuatan
bahasa atau kekuatan kata-kata (the power of word).
Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut
pesan linguistik. Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara
tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut
pesan paralinguistik. Di samping itu manusia juga menyampaikan pesan dengan
cara-cara lain selain dengan bahasa, misalnya dengan isyarat, yang disebut pesan ekstralinguistik.

a) Pesan Verbal (Pesan Linguistik)

Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesan yang digunakan dalam
komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan
melalui kombinasi bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyatakan pikiran,
perasaan dan maksud. Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang
diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan kata-kata sebagai representasi
realitas atau makna.
Ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
1. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan
sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”.
2. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Tata bahasa meliputi tiga unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik. Untuk
mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi.10

10
Sherief, Felix. “Komunikasi Verbal dan Non Verbal”. www.felixsherieff.wordpress.com
(diakses: 23 Mei 2014)
1) Tahap pertama, kita harus mempunyai informasi fonologis tentang bunyi-bunyidalam bahasa
tersebut. Misalnya, kita harus bisa membedakan bunyi ‘th’ dalam “the” dengan “th” dalam
“think”.
2) Tahap kedua, kita harus mempunyai pengetahuan tentang sintaksis, yaitu carapembentukan
kalimat. Misalnya dalam bahasa Inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimat-kalimat
nominal.
3) Tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata kata. Misalnya,
kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”.11
4) Tahap keempat, kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang duniatempat tinggal kita
dan dunia yang kita bicarakan.
5) Tahap kelima, kita harus mempunyai semacam kepeercayaan untuk menilai apa yang kita
dengar.

❖ Fungsi Bahasa Sebagai Bentuk Pesan Verbal

Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi : penamaan (naming atau labeling), interaksi,
dan transmisi informasi.

1) Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2) Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati
dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3) Melalui bahasa, informasi dapat disamakan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi
transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-
waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi kita.12

❖ Kelebihan dan Keterbatasan Pesan Verbal

Kelebihan

Kelebihan dari pesan verbal adalah media paling efektif yang digunakan manusia sebagai
sarana berkomunikasi. Efektivitas tersebut dimungkinkan oleh tiga aspek bahasa : semanticity,
generativity, dan displacement.

11 Ibid
12
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Aspek semanticity merujuk pada hakikat kata-kata (unsur utama bahasa) sebagai simbol yang
merepresentasikan objek atau realitas tertentu. Dengan katakata, kita dapat menamai atau memberi label
pada tindakan, pemikiran, perasaan, atau orang sehingga kita dapat mengindentifikasi atau merujuknya
tanpa harus menghadirkannya secara langsung.13
Aspek generativity (kadang-kadang disebut productivity) merujuk pada
kemampuan bahasa untuk menghasilkan pesan-pesan bermakna dalam jumlah tak
terbatas melalui kombinasi sejumlah simbol linguistik yang sangat terbatas. Contoh,
hanya dengan menggunakan tiga fonem a, i dan r, kita bisa membentuk kata ‘air’,
‘ira’, ‘ria’ dan ‘ari’ yang semua kata-kata ini memiliki makna.
Aspek displacement merujuk pada kemampuan bahasa untuk digunakan
sebagai sarana untuk membicarakan sesuatu yang ‘jauh’ dalam konteks ruang dan
waktu, atau sesuatu yang ada hanya dalam imajinasi.
Kombinasi antara kemampuan bahasa untuk menghasilkan pesan-pesan baru yang bermakna
dalam jumlah tak terhingga tanpa dibatasi ruang dan waktu dengan kemampuan kognitif manusia untuk
memanfaatkan ketiga aspek tersebut memungkinkan berlangsungnya komunkasi yang sangat efektif
dan adaptif.

Keterbatasan
Di samping berbagai kelebihan yang dimilikinya sebagai sarana penyampaian
makna bahasa, pesan verbal juga memiliki berbagai kelemahan dalam penyampaian
maksud, yaitu :
1. Jumlah kata yang tersedia dalam setiap bahasa sangat terbatas, sehingga tidak
semua objek dalam realita dapat diwakili oleh kata-kata.
2. Kata-kata memiliki makna yang ambigu (makna ganda) dan kontekstual, dimana
kata-kata bersifat ambigu karena hubungan antara kata dan objek yang
diwakilinya bersifat arbitrer (semena-mena). Kata yang diucapkan tidak merujuk
pada objek, tetapi pada persepsi dan interpretasi orang sebagai wakil dari objek
tersebut.
3. Makna kata-kata bersifat bias karena dipengaruhi oleh latar belakang
kebudayaan. Esensi bahasa dalam aktivitas berpikir terungkap dengan jelas
melalui kenyataan bahwa ketidakmampuan suku-suku primitif memikirkan hal-hal
yang ‘canggih’ bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tapi karena bahasa
mereka tidak dapat memfasilitasi mereka untuk melakukannya.

13 Ibid
4. Orang cenderung mencampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian karena kekeliruan persepsi
sewaktu menggunakan bahasa.14

b) Pesan Nonverbal

Pesan nonverbal adalah proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana


pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata,
sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan
gerakan tubuh.10 Secara sederhana, pesan nonverbal didefinisikan sebagai semua
tanda atau isyarat yang tidak berbentuk kata-kata. Samovar dan Proter secara lebih
spesifik mendefinisikan sebagai “semua ransangan (kecuali ransangan verbal)
dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh indivdu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau
penerima”.
Jadi, pesan nonverbal mencakup seluruh perilaku yang tidak berbentuk verbal
yang disengaja atau tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan. Berdiam diri juga merupakan pesan nonverbal jika hal itu
memberi makna bagi pengirim atau penerima.
Dalam komunikasi interpersonal, secara umum penyampaian maksud
(makna) akan berlangsung efektif bila komunikator memadukan kedua bentuk pesan
tersebut. Bahkan dalam rangka mengkomunikasikan perasaan, pesan nonverbal
berperan lebih dominan.

❖ Klasifikasi Pesan Nonverbal11

Jalaluddin Rakhmat mengelompokkan pesan nonverbal sebagai berikut :


a. Pesan kinesik adalah pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang
berarti, terdiri dari tiga komponen utama : pesan fasial, pesan gestural, dan pesan
postural. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti
mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Pesan postural
berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya

14
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/aoa-itu-psikologi-komunikasi.html
dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.15
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.
Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam
hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya
dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh
dengan pakaian dan kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan
cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh
Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan
emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi
tertentu dapat mengkomunikasikan : kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan
tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah
berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, menandai
wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan
menarik lawan jenis.

❖ Fungsi Pesan Nonverbal

Untuk menjelaskan esensi interaksi pesan verbal dan nonverbal dalam penyampaian
makna, Devito menguraikan enam fungsi pesan nonverbal dalam komunikasi
interpersonal.

1) Aksentuasi

Pesan nonverbal digunakan untuk menonjolkan atau membuat penekanan pada


bagian tertentu pesan verbal. Misalnya, Anda mungkin tersenyum untuk
menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau Anda mengungkapkan
kejengkelan Anda dengan memukul meja.

2) Komplemen

Kita menggunakan pesan nonverbal untuk memperkuat warna atau


menyampaikan nuansa tertentu yang tidak dapat diutarakan melalui pesan verbal.
Misalkan, Anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau seorang

15 Ibid
guru di kelas mengatakan bahwa “ternyata bumi bentuknya bulat” sambil sang
guru menggerakkan tangannya membentuk lingkaran.

3) Kontradiksi

Kita juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan pesan
nonverbal dalam rangka mencapai maksud tertentu. Misalnya, untuk
menunjukkan bahwa ucapannya hanya ‘berpura-pura’, pembicara dapat
mengedipkan mata sewaktu mengucapkan pernyataan tertentu.

4) Regulasi

Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan


Anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibirm mencondongkan
badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa Anda
ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh dari fungsi ini.

5) Repetisi

Melalui fungsi ini, kita hendak mengulangi maksud atau makna yang disampaikan
melalui pesan verbal. Misalkan, Anda menjawab ya sambil menganggukkan
kepala.

6) Substitusi

Pesan nonverbal juga dapat menggantikan lambang atau pesan verbal. Misalkan,
Anda menjawab “saya tidak setuju” dengan gelengan kepala, atau dosen masuk
ke kelas yang mahasiswanya ribut dan meletakan jari telunjuk di bibirnya agar
mahasiswa menjadi diam.
Dale G. Leathers menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal penting :

a) Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi

interpersonal. Misalnya, ketika kita mengobrol dengan tamu kita, kita banyak
menyampaikan gagasan dengan pesan-pesan nonverbal.

b) Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang

pesan verbal. Mahrabian telah meneliti bahwa hanya 7% rasa kasih sayang dapat
dikomuniaksikan dengan kata-kata. Selebihnya 38% lewat suara, dan 55%
dikomunikasikan lewat wajah (senyum, kontak mata, dll).

c) Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari

manipulasi, distorsi, dan kerancuan.

d) Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan

untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan
informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna
pesan.

e) Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efektif dibandingkan

dengan pesan verbal.

f) Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi

komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi


secara langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada
orang lain secara implisit. Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan
nonverbal.

c) Bahasa dan Proses Berpikir

Bahasa merupakan alat ekspresi pemakainya. Ekspresi itu muncul karena


ada dasar pengetahuan, sikap, dan minat, yang kemudian diolah oleh cara berpikir
penggunanya. Dengan demikian, bahasa sebagai media pengekspresi akan
diwarnai oleh pengetahuan, sikap, minat, dan cara berpikir pemakainya.
Pengetahuan akan mengisi makna, sikap dan minat akan menentukan pilihan kata,
dan cara berpikir akan mengatur strategi berbahasa. Logika di atas pada intinya
menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan seseorang bisa menunjukkan siapa
seseorang itu.16
Menurut Teori Principle of Linguistic Relativity (Teori Relativitas Budaya),
bahasa menyebabkan kita memandang realitas sosial dengan cara tertentu. Teori ini

16 Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003,
hal, 78
dikembangkan oleh Von Humboldt, Sapir, dan Whorf. Teori ini juga biasa disebut
Hipotesis Sapir-Whorf.17
Menurut Whorf, pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan
karena bahasa berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga berbeda. Secara
selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan bahasa
yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.

17 Ibid
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam konsep psikologi komunikator, proses komunikasi akan sukses apabila berhasil
menunjukkan source credibility atau menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.
Pengaruh komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert C. Kelman
berupa 3 hal, yaitu : Internalisasi, Identifikasi, dan Ketundukan (compliance)
Dalam ilmu psikologi pesan terdapat konsep yang berupa teknik pengendalian perilaku orang
lain yang disebut bahasa. Dengan bahasa yang merupakan kumpulan kata, komunikator dapat mengatur
perilaku komunikate (orang lain). Berbicara atau berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Dan
selanjutnya, bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut pesan linguistik.
Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi, sehingga makna dari
pesan itu sendiri memperlancar interaksi social antar manusia. Sementara tujuan dari komunikasi akan
tercapai bila makna pesan yang disampaikan komunikator sama dengan makna yang diterima
komunikan. Maka untuk mencapai tujuan itu, pesan yang disampaikan biasanya diungkapkan melalui
perpaduan antara pesan verbal dan nonverbal
Karaketristik makna pesan meliputi : 1) makna ditentukan oleh komunikator, 2). Makna yang
disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap, 3). Makna bersifat unik, 4) Makna
mencakup makna denotatif dan konotatif, 5) Makna harus didasarkan pada konteks.
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat , Jalaluddin (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Artikel : Anugrah, Dadan (2008). Komponen-Komponen Psikologi Komunikator . Jakarta:


Universitas Mercu Buana. From http://pksm.mercubuana.ac.id

Effendy, Onong Uchjana Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1993) hal. 352

Effendy, Onong Uchjana Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1993) hal. 352 (Di ambil dari Artikel : Dadan Anugrah, M.Si ; Komponen-Komponen Psikologi
Komunikator ; 2008 ;Univ. Mercu Buana)

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2000


Syam, Nina, Psikologi Sebagai AkarIlmu Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2011

Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007
Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2003
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/aoa-itu-psikologi-komunikasi.html

Nina W. Syam, Psikologi Sebagai Akar Komunikasi ( Bandung Sumbiosa Rekatma Media,
2011
Sherief, Felix. “Komunikasi Verbal dan Non Verbal”. www.felixsherieff.wordpress.com
(diakses: 23 Mei 2014)

Anda mungkin juga menyukai