KOMUNIKASI
Dosen Pembimbing:
Kelompok B
Azizah 198600432
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena masih memberikan
kami kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Semua ini tidak lepas dari
rahmat-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala dalam penyusunan tugas ini dapat dilalui
dengan baik. Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Komunikasi, ibu Dra. Mustika Tarigan, M.Psi. Psikolog karena memberikan kepercayaan kepada
kami untuk dapat menyelesaikan tugas ini dan mengumpulkannya tepat waktu.
Kami menyadari makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi perbaikan pembuatan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok B
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI ......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5
A. TEORI – TEORI DALAM PSIKOLOGI KOMUNIKASI ............................................5
1. KOMUNIKASI INTERPERSONAL………………….……………....................... 5
2. KESALAHAN DALAM BERKOMUNIKASI…………………………………….... 7
B. ANALISIS FILM DUA GARIS BIRU DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI
KOMUNIKASI ULASAN FILM DUA GARIS BIRU (2019)………………………….. 8
1. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM FILM DUA GARIS BIRU…….…....9
2. KESALAHAN KOMUNIKASI DALAM FILM DUA GARIS
BIRU…………….......9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….. 10
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………. 10
3.2 SARAN ………………………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara
epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan
ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makana “berbagi” atau “menjadi
milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini adalah manusia.
B. Rumusan Masalah
1.1 Menganalisis Komunikasi Interpersonal dalam film Dua Garis Biru
1.2 Menganalisis Kesalahan-Kesalahan umum berkomunikasi dalam film Dua Garis Biru
BAB II
PEMBAHASAN
1. Komunikasi Interpersonal
Constructivism yang digagas oleh Jesse Delia dkk pada tahun 1980 adalah sebuah
teori ilmiah yang berupaya untuk menjelaskan mengapa beberapa orang lebih sukses dalam
mencapai tujuan komunikasi interpersonal dibandingkan dengan orang lain.
Fritz Haider adalah seorang ahli yang mempublikasikan attribution theory. Teori
atribusi menyajikan sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana individu
menafsirkan perilaku dirinya sendiri dan perilaku orang lain. Setiap orang termotivasi untuk
memahami perilaku dan menjelaskan pola perilaku. Orang mengembangkan penjelasan
personal tentang motif-motif orang lain beserta maknanya yang pada gilirannya
mempengaruhi tindakan orang terhadap orang lain.
Teori action assembly digagas oleh John Green pada tahun 1984. Teori action assembly
berusaha untuk menjelaskan asal muasal pemikiran yang dimiliki oleh manusia dan proses atau
cara manusia mengartikan pemikiran-pemikiran itu ke dalam bentuk komunikasi verbal maupun
komunikasi nonverbal.
Menurut Johnson (1981: 42) beberapa kesalahan umum yang sering kita lakukan
dalam komunikasi antara lain adalah sebagai berikut:
B. Analisis Film Dua Garis Biru dari Sudut Pandang Psikologi Komunikasi
Ulasan Film Dua Garis Biru (2019)
Dara dan Bima, masih duduk di kelas 3 SMA, ketika mereka tak sengaja pertama kali
melakukan hubungan badan yang tanpa disangka berujung pada kehamilan yang tidak
direncanakan. Keduanya bukan remaja dengan gaya hidup pergaulan bebas, keduanya adalah
remaja biasa yang sehari-hari sibuk hanya dengan sekolah dan keluarga. Film Dua Garis Biru
(2017) membahas segala A sampai Z usaha Dara dan Bima untuk berurusan dengan masalah
kehamilan yang tak direncanakan ini. Mulai dari pertimbangan untuk melakukan aborsi, Dara
yang dikeluarkan dari sekolah karena hamil, pernikahan dini Dara & Bima pun bagaimana mereka
harus belajar tanggung-jawab suami-istri dalam pernikahan di usia yang masih semuda itu,
pembahasan perceraian, pertimbangan untuk memberikan bayi mereka untuk diadopsi orang lain,
persalinan yang sangat beresiko, sampai pengasuhan anak kemudian.
Film Dua Garis Biru (2019) memang sangat kaya isu. Gina S. Noer, sebagai penulis naskah
dan sutradara, berhasil mengemas semuanya dengan sangat-amat baik, mengalir dalam ritme film
yang rapi dan teratur. Film ini menyoroti pula isu edukasi seks dan reproduksi (yang masih minim
perhatian di Indonesia), diskusi perihal menjadi orang tua (secara khusus disoroti dalam relasi
Dara dan ibunya, serta Bima dan ibunya), sampai perbedaan kelas sosial yang kentara antara Dara
dan Bima. Sebagaimana film yang ditulis Gina S. Noer sebelumnya (Posesif, 2017), film Dua
Garis Biru (2019) juga memberi warna baru untuk genre film remaja Indonesia, sebuah film
remaja yang bermuatan edukasi dengan kemasan menarik. Akhir penutup film ini bisa dibilang
tidak biasa: disanalah narasi baru terhadap pilihan perempuan terkait isu pengasuhan anak itu
benar-benar dihadirkan. Ketika Dara memandangi Bima dan bayinya dari dalam mobil dengan
wajah sedih, siap berangkat menuju Korea Selatan untuk mengejar mimpinya sejak lama. Dalam
film Dua Garis Biru (2019), Bima sebagai sosok laki- laki dan sosok ayah, bukan Dara sebagai
perempuan dan ibu, yang diceritakan akan menanggung tanggung-jawab pengasuhan bayi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam film dua garis biru teori yang digunakan adalah teori interpersonal, yaitu komunikasi
antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Kesalahan komunikasi yang
terdapat dalam film dua garis biru dalam sudut pandang pengirim pesan adalah cepat-cepat
berbicara, tanpa menyusun pikiran kita terlebih dahulu. (Terlihat pada adegan dimana ayah dara
yang langsung memukul bima). Kemudian tidak menyesuaikan rumusan pesan kita dengan sudut
pandang penerima. ( Terlihat pada adegan dimana ibu dara yang langsung bertanya dan
menyampaikan pendapatnya, agar anak dari bima dan dara di asuh oleh tantenya dara.)
Selain itu dari sudut pandang penerima pesan adalah sudah merumuskan jawaban sebelum
mendengarkan semua yang hendak dikatakan oleh pengirim. ( terdapat di salah satu adegan
dimana dara yang marah apabila anaknya diberikan kepada orang lain).
Kemudian cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi, dan sebagainya, bukan
mendengarkan pesan secara keseluruhan. ( Terlihat pada adegan dimana dara yang sedang
diinterogasi oleh kedua orang tuanya terkait permasalahan yang timbulkan akibat
kecerobohannya).
DAFTAR PUSTAKA
(1) 45-54.
http://eprints.umm.ac.id/37034/3/jiptummpp-gdl-bakhtiar20-51204-3-babii.pdf
http://eprints.upnjatim.ac.id/3318/2/file2.pdf https://pakarkomunikasi.com/teori-
komunikasi-interpersonal https://eprints.uns.ac.id/27958/1/D1214002_pendahuluan.pdf
https://aristhyar.wordpress.com/2013/10/23/komunikasi-antar-pribadi-part-7/