Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN DAN

EPIDEMIOLOGI
“UMPAN BALIK KOMUNIKASI DAN HAMBATAN
KOMUNIKASI”
OLEH

NAME : HENDRI SATRIA PUTRA PRATAMA


NIM : B191019
PRODI : D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK MEDICA FARMA HUSADA


MATARAM 2019

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................. 2

Kata Pengantar...................................................................................... 3

I. Pendahuluan
I.I Latar Belakang.......................................................................... 4
I.II Rumusan Masalah................................................................... 4
I.III Tujuan..................................................................................... 4
II. Pembahasan
II.I Pengertian Komunikasi............................................................ 5
II.II Tujuan Komunikasi.................................................................. 6
II.III Umpan Balik / Feed Back...................................................... 7
II.IV Hambatan Komunikasi........................................................... 11
II.V Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi.............................. 12
III. Penutup
III.I Kesimpulan.............................................................................. 14
III.II Daftar Pustaka....................................................................... 14

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah g
berjudul “Umpan Balik Komunikasi dan Hambatan Komunikasi” tepat
waktu. Makalah “Umpan Balik Komunikasi dan Hambatan Komunikasi”
disusun guna memenuhi tugas Ibu Eri Fitrianingsih, S. Si pada Mata
Kuliah Komunikasi Promosi Kesehatan dan Epidemiologi di Politeknik
Medica Farma Husada Mataram. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Komunikasi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Tugas yang


telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
Komunikasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Kopang, 2 Juni 2020

Penulis

3
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses untuk


menyampaikan (ide, pesan, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain agar
saling mempengaruhi di antara keduanya, komunikasi dapat dilakukan
secara lisan atau ferbal yang dapat dimengerti oleh kedua pihak.
Komunikasi dapat di katakan terdiri dari suatu rangkaian yang saling
berhubungan dengan tujuan akhir yang mempengarui perilaku, sikap dan
kepercayaan. Kegagalan dalan berkomunikasi sering timbul karena
hambatan dalam proses komunikasi. Dalam proses komunikasi antar
komunitas, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua komunitas
yang berbeda itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka.
Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan - pesan yang
mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas
sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama (Alo Liliweri,
2003:42)
Komunikasi sendiri pada dasarnya merupakan jembatan antara
orang yang satu dengan orang yang lain, orang yang satu dengan
kelompok orang yang lain, atau pun kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain yang berfungsi sebagai penghubung sehingga
terjalinnya sebuah relasi antar perseorangan ataupun antar kelompok.
Didalam Komunikasi terdapat banyak aspek serta umpan balik
yang beragam hanya dalam satu jenis materi yang dibawakan. Dalam hal
ini komunikasi tidak serta merta mulus dan dapat tersampaikan dengan
baik ada banyak hambatan serta rintangan yang menyebabkan informasi
tidak sampai atau terputus sehingga gagalnya terjadi timbal balik.

I.II Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah ini adalah bagaimana umpan balik


dalam komunikasi dan apa saja hal penghambat dalam komunikasi

I.III Tujuan

Tujuan Makalah ini adalah mengetahui umpan balik dalam


komunikasi seta hal hal apa saja dalam penghambat komunikasi Serta
upaya yang dilakukan untuk meminimalisir hambatan dalam komunikasi

4
II. PEMBAHASAN
II.I Pengertian Komunikasi

Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan


dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,
bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu
ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Kata komunikasi dalam
bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”,
communico, comunication, atau comunicare yang berarti “membuat sama”
(to make common). Istilah pertama (comunis) adalah istilah yang paling
sering disebut sebagai asal - usul kata komunikasi, yang merupakan akar
dari kata - kata latin lainya.

Komunikasi adalah proses mentransfer informasi atau pesan -


pesan dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan
sebagai komunikan, dalam proses komunikasi bertujuan mendapatkan
umpan balik dari komunikan untuk mencapai saling pengertian antara
kedua belah pihak sebelum komunikan mengirim informasi kepada
komunikan, terlebih dahulu dalam komunikan diberi makna sesuai dengan
konsep yang dimilikinya. Artinya dengan berkomunikasi manusia dapat
saling berhubungan satu sama lain (Effendy, 2003 : 8).

Proses komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau


lebih, melalui pengirim dan penerima pesan yang terdistorsi oleh
gangguan, sehingga terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Adapun
bagian bagian dalam komunikasi antara lain :

a. Lingkungan (konteks)
Komunikasi, memiliki 3 dimensi yakni :
1) Fisik, ruang dimana komunikasi berlangsung.
2) Sosial - Psikologis, tata hubugan status diantara pihak yang
terlibat, peran yang dijalankan, dan aturan budaya dimana
orang - orang berkomunikasi (persahabatan/permusuhan,
formalitas/nformalitas).
3) Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan ja, hari
ataupun sejarah dimana komunikasi berlangsung.
b. Sumber –Penerima
Komunikator (sumber) dan komunikan (penerima) merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi dapat menjadi sumber sekaligus
penerima jika dalam komunikasi tersebut terjadi umpan balik. Hal
tersebut berlaku pada komunikasi interpersonal maupun
intrapersonal.

5
c. Encoding – Decoding
Enkoding - dekoding juga merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Dimana dalam suatu komunikasi terdapat proses
menghasilkan pesan (beribicara, menulis, bahasa isyarat) yang
disebut encoding, kemudian dilanjutkan dengan proses menerima
dan menerjemahkan pesan yang disebut decoding
d. Umpan Balik
Umpan balik sangat mungkin bahkan selalu terjadi dalam setiap
proses komunikasi. Umpan balik bisa didapatkan dari diri sendiri
maupun orang lain yang dapat berupa bahasa verbal maupun
nonverbal.
e. Gangguan (Noise)
Gangguan merupakan gangguan tak terancang/situasional dalam
komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan dapat berupa
gangguan fisik (ada orang lain yang berbicara) psikologis
(pemikiran yang sudah ada di kepala), dan sistematik (salah
mengartikan makna).

II.II Tujuan Komunikasi

Setiap proses komunikasi memiliki tujuan untuk efisiensi dan


efektifitas. Efisiensi maksudnya adalah dengan sumber daya yang ada,
tetap diusahakan sebuah proses komunikasi mencapai hasil yang
maksimal. Ketika seorang komunikator menyampaikan pesan, materi
pesan yang disampaikan sebisa mungkin mendapatkan feed back yang
positif dari penerima pesannya, efektifitas diartikan sebagai cara
mengoptimalkan setiap fungsi. komponen dalam proses komunikasi.
Setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi, baik itu komunikator,
media, pesan, maupun komunikan harus memainkan perannya secara
tepat untuk menciptakan iklim yang kondusif sehingga proses komunikasi
mencapai tujuannya. (Komala, 2009 : 139 - 140)

Menurut Effendy (2003: 32) menyatakan bahwa tujuan sentral dari


kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu : 1). To secure
understanding 2). To establish acceptance 3). To motivate action.
Maksudnya adalah to secure understanding, memastikan komunikan
mengerti pesan yang diterimanya. Jika kata komunikasi sudah dapat
dimengerti dan diterima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish
acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).
Hal ini juga diperjelas oleh Widjaja (2002 : 10), bahwa tujuan komunikasi
adalah :
a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan dengan
sebaik - baiknya dan tuntas sehingga dapat mengerti dan mengikuti
apa yang kita maksud.

6
b. Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan
menginginkan kemauannya. Keinginan berbagai pihak dapat
terpenuhi dengan pendekatan komunikasi antar pribadi.
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, kita harus berusaha
agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan
teori persuasif bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu,
menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam -macam, mungkin
berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah
bagaimana cara yang baik melakukannya.

II.III Umpan Balik / Feed back

Dalam proses komunikas dikenal istilah umpan balik atau feedback.


Kata Feedback merupakan dua kata bentukan dalam bahasa Inggris yakni
kata feed (memberi makan) dan back (kembali). Secara harfiah berarti
“memberi makan kembali”, tapi makna sebenarnya “memberi masukan
kembali”.

Komunikasi dipahami sebagai reaksi (tanggapan) yang diberikan oleh


penerima pesan atau komunikan kepada penyampai pesan atau
komunikator/ sumber. Selain itu, umpan balik juga dapat berupa reaksi
yang timbul dari pesan kepada komunikator (Ardianto, 2004 : 45 - 47).

Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang


harmonis antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi
keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di
dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik.

Umpan balik atau feedback dalam proses komunikasi memberikan


gambaran kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi
yang dilakukannya. Sehingga feedback menjadi satu-satunya elemen
yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung
berhasil atau gagal. Keberlangsungan komunikasi yang dibangun
sebelumnya ditentukan oleh umpan balik sebagai bentuk penilaian, dan
bila dianalogikan lagi dengan seorang siswa-dia naik kelas atau tidak-
maka, umpan balik adalah sebagai nilai rapornya.

Dalam kajian ilmu komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Jenis -


jenis umpan balik tersebut dapat diuraikan berikut ini :

7
a. Internal Feedback

Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator


bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari
komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator
menyadari telah melakukan kesalahan/kekhilafan, kemudian ia meminta
maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut.

b. Eksternal Feedback

External feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator


dari komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga
tidak. Umpan balik langsung;  yaitu reaksi yang dapat segera ditangkap
oleh komunikator, misalnya anggukan kepala pertanda komunikan
mengerti atau setuju terhadap pesan yang diterimanya atau komunikan
menggelengkan kepala yangmengandung arti bahwa pesan yang
diterimanya tidak dimengerti atau dipahami oleh komunikan.   Umpan balik
tertunda; umpan balik yang sifatnya tidak langsung (delayed feedback)
adalah umpan balik yang datang kepada komunikator (sumber) setelah
melewati suatu rentang waktu (selang waktu), contohnya rubrik “Surat
Pembaca” pada surat kabar dan sejenisnya.

c. Representative Feedback

Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang komunikannya


bersifat heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang
dari semua komunikan. Karena itu umpan balik yang datang biasanya
merupakan representative (wakil) sampel, sehingga walaupun yang
ditanggapi hanya satu atau dua komunikan, namun hal tersebut sudah
dianggap dapat mewakili sejumlah komunikan yang lainnya.

d. Cumulative Feedback

Cumulative feedback adalah umpan balik yang datang kepada


komunikator dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan
berikutnya, karena komunikator harus mempertimbangkannya dahulu
untuk dapat membuat kebijaksanaan selanjutnya.

8
e. Quantitative Feedback

Quantitative feedback adalah umpan balik yang datang pada umumnya


diukur dengan jumlahnya (kuantitas).

f. Institutionalized Feedback

Institutionalized Feedback adalah umpan balik yang terlembagakan,


artinya umpan balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan
dengan cara mendatangi langsung khalayak untuk mengumpulkan
pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga tersebut.

Sejumlah ahli ilmu komunikasi mengklasifikasi jenis-jenis feedback secara


berbeda-beda namun esensinya sama. Jenis-jenis yang kami maksud
dapat kami jelaskan sebagai berikut :

1. Feedback Positif – Feedback Negatif

Feedback positif adalah isyarat atau gejala yang ditunjukkan oleh


komunikan yang menandakan bahwa ia / mereka memahami, membantu
dan mau bekerja sama dengan komunikator untuk mencapai sasaran
komunikasi tertentu, dan tidak menunjukkan perlawanan atau
pertentangan. Misalnya: komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan
dengan serius, mencatat, responsif ketika ditanya.

Feedback negatif adalah isyarat yang ditunjukkan oleh komunikan yang


menandakan bahwa komunikan memiliki sikap serta perilaku yang dapat
berkisar dari mulai tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara
penyampaian, atau bahkan diri sang komunikator. Segalanya sesuatu
yang merupakan lawan dari feedback positif adalah feedback negatif.
Misanya: sikap acuh tak acuh, mengganggu orang lain, nyeletuk,
melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan yang sedang
dibahas, mengobrol, memotong pembicaraan secara tidak sopan, atau
keluar ruangan tanpa izin dari komunikator, dan lain-lain.

2. Feedback Netral – Feedback Zero

Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai
isyarat / gejala yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan
kata lain feedback netral adalah feedback yang tidak jelas wujudnya;
apakah itu positif atau negatif. Misalnya: perilaku diam ketika ditanya

9
mengerti atau tidak,
Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator.
Komunikator tidak tahu harus menafsirkan isyarat yang muncul dari
komunikan. Misalnya: ada yang tertawa saat komunikator tidak sedang
menyampaikan hal yang lucu, tiba-tiba ada yang menangis, dan
sebagainya.

3. Feedback Internal – Feedback Eksternal

Feedback Internal menunjukkan sumber dari isyarat yang menjadi


feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka disebut
feedback internal. Contohnya ketika komunikator telah mengatakan
sesuatu, tapi kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia
katakan, maka yang kita lihat itu dapat kita katakan sebagai hal yang
terjadi karena ada feedback internal pada diri komunikator.

Feedback Eksternal adalah umpan balik yang berasal dari komunikan.


Dalam hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan
ekspresi wajah tertentu, gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara
yang muncul ketika komunikasi sementara berlangsung.

4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal

Feedback Verbal mengarah pada bentuk atau wujud dari apa yang
disampaikan komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku
komunikasi tertentu yang sedang berlangsung. Contoh: interupsi
(memotong pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara
spontan ketika komunikator sedang menyampaikan pesan), atau dapat
pula berupa secarik kertas yang ditulisi yang mengatakan sesuatu kepada
yang sedang berbicara agar ia segera berhenti karena waktu untuknya
sudah habis. Sedangkan feedback Non-Verbal wujudnya bukan berupa
lisan atau tulisan, seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara
berdiri, cara menatap, bentuk senyuman, isyarat tangan, dan lain-lain.

5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung

Sejumlah pakar komunikasi tidak sependapat dengan adanya dua jenis


feedback ini. Alasannya karena feedback seharusnya adalah sesuatu
yang tampak atau dapat diidentifikasi keberadaannya saat proses
komunikasi sedang berlangsung, bukan setelahnya. Bila sesudahnya,
maka merupakan respon atau tanggapan. Mereka menyatakan ini karena
pengertian feedback langsung (immediate feedback) adalah feedback

10
yang ditunjukkan ketika komunikasi sedang berlangsung, dan feedback
tidak langsung (delayed feedback) adalah feedback yang disampaikan
ketika komunikasi telah selesai. 

Konteks dua jenis umpan balik ini yakni pada perbandingan komunikasi
interpersona dan komunikasi massa. Pada komunikasi interpersona, jelas
untuk sebagian besar feedbacknya akan bersifat langsung atau segera.
Artinya, komunikator akan segera mengetahui bagaimana reaksi si
komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan tertentu (karena
situasinya tatap muka). Ini berbeda dengan komunikasi massa.
Contohnya: Surat kabar, Para pembaca tidak bisa memberikan feedback
yang segera. Feedback para pembaca tersebut dapat disampaikan
melalui surat pembaca yang biasanya waktunya cukup lama sejak apa
yang ditanggapi terbit atau dibaca oleh komunikan, sehingga surat
pembaca dapat menjadi contoh feedback tidak langsung.

II.IV Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif.


Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah
seseorangmelakukan komunikasi yang sebenar - benarnya efektif. Ada
banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah
beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi
perhatian bagi komunikator jika ingin komunikasinya sukses (Effendy,
2003 : 45)

a. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang
menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik
dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang
disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada
pesawatradio, gambar meliuk - meliuk atau berubah - ubah pada
layar televisi, huruf tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik
atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan
sematik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan sematik
ini tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih
anyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep
yang terdapat pada komunikator, maka akan leih banyak gangguan
sematik dalam pesannya. Gangguan semantic terjadi dalam sebuah
kepentingan.

11
b. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif
dalammenanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya
memperhatikan perangsang yang ada hubungananya dengan
kepentingan. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian
kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran
dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala
perangsang yang tidak bersesuai atau bertentangan dengan suatu
kepentingan (Effendy, 2003 : 47).
c. Motivasi terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat
sesuatu yang sesuai benar dengan keinginannya, kebutuhan dan
kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang
berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin
besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh
pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan
mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan
motivasinya.
d. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan terberat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena
orang yang mempunyai prasangka belum apa - apa sudah bersikap
curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan
komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik
kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran
yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu
ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama,
pendirian politik, pendek kata suatu perangsang dalam pengalaman
pernah memberi kesan yang tidak enak.

II.V Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi

Komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas dari proses


komunikasi baik pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi.
Komunikasi yang efektif terjadi apabila perilaku komunikan (sasaran)
sebagai reaksi dari kehendak pesan sesuai yang diinginkan oleh
komunikator. Banyaknya hambatan dari proses penyampaian atau
penerimaan pesan akan menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan oleh
kehendak pesan artinya komunikasi tidak efektif. Oleh karena itu, bila
komunikasi efektif harus berusaha mengatasi hambatan dalam
berkomunikasi. Memperbaiki komunikasi dalam organisasi berkaitan
dengan melakukan proses yang akurat mulai dari penyandian,

12
penyampaian pesan, penguraian, dan umpan balik pada tingkat
organisasi, mencuiptakan dan memonitor saluran komunikasi yang tepat.
Adapun beberapa cara dalam mengatasi masalah komunikasi
diantaranya:
a. Meningkatkan umpan balik, kesalahpahaman dapat dikurangi
apabila proses umpan balik dapat dilakukan dengan baik.
Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama pentingnya
dengan komunikasi antar pribadi.
b. Empati, pada dasarnya merupakan komunikasi yang dilakukan
beroreantasi pada penerima, komunikator harus menempatkan
diri sebagai penerima sehingga proses penyandian,
penggunaan bahasa, disesuaikan dengan kondisi penerima.
c. Pengulangan, hal ini dapat membantu pendengaran atau
penerimauntuk menginterpretasikan pesan yang tidak jelas
atau sulit untukdapat memahami pada saat pertama kali
didengar.
d. Menggunakan bahasa yang sederhana agar penerima pesan
dapatmemahami isi pesan yang disampaikan.
e. Penentuan waktu yang efektif, agar pesan yang disampaikan
tersusun dengan baik ringkas dan mudah dipahami.
f. Mendengarkan secara selektif, komunikasi adalah masalah
memahami dan dipahami. Untuk mendorong seseorang
mengemukakan keinginannya, perasaannya, dan emosinya
adalah mendengarkan secara seksama.
g. Mengatur arus informasi, maksudnya komunikasi diatur
mutunya, jumlahnya dan cara penyampaiannya dimana
informasi yang disampaikan harus sitematis, ringkas, dan
memiliki bobot tingkat kepentingan yang cukup

13
III. PENUTUP
III.I Kesimpulan

Komunikasi Merupakan hal terpenting yang dilakukan untuk sarana


menyebarkan informasi maupun sarana dalam menjalin relasi atau
hubungan satu sama lai antar manusia, Komunikasi yang efektif sangat
diperlukan apalagi dalam komunikasi massa dalam hal ini komunikasi
promosi kesehatan yang menyangkut komunikasi antar individu dan
kelompok sehingga sangat diperlukannya komunikasi yang efektif. Dalam
hal ini juga Komunikasi Promosi Kesehatan haru memperhatikan
hambatan yang akan dihadapi ketika menyebarkan informasi tentang
kesehatan sehingga harus melakukan upaya untuk meminimalisir
hambatan tersebut sehingga informasi dapat tersampaikan dan terjadinya
timbal balik yang positif diantara komunikan dan komunikator.

III.II Daftar Pustaka

http://eprints.umm.ac.id/26996/1/jiptummpp-gdl-johandwisa-35775-2-
babi.pdf

https://pustakakomunikasi.blogspot.com/2016/04/definisi-dan-jenis-jenis-
umpan-balik-komunikasi-massa.html

14

Anda mungkin juga menyukai