Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA BERKOMUNIKASI

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah: Etika Manajemen


Dosen Pengampu: Yusuf Muzamil,M.Pd

Disusun Oleh:
1. Moh.Miftakhus salam
2. Maskur Hamim

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1)


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) BUNTET PESANTREN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
Pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Profesi Kependidikan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau
petunjuk maupun pedoman bagi yang membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka
agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini.
Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima
kasih.
 
 
Cirebon, 30 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. i

Daftar isi............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi......................................................................................... 2
B. Unsur-unsur Fungsi dan Tujuan Komunikasi....................................................... 2
C. Prinsip-prinsip Komunikasi Efektif dalam Al-Qur’an.......................................... 4
D. Jenis-jenis Komunikasi Perspektif Al-Qur’an....................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar
seseorangdengan orang lain. Dengan adanya komunikasi, maka terjadilah hubungan
sosialmengingat bahwa manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, diantara satu dengan
yanglainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi timbal balik.
Dalam hubungan seseorang dengan orang lain terjadi proses
komunikasidiantaranya. Tetapi ketika sedang melakukan komunikasi terkadang
tidakmemperhatikan etika-etika komunikasi dengan baik. Hal ini yang terkadang orang
salahmenafsirkan isi dari informasi yang diberikan atau pun yang didengarkannya.
Dengan memahami etika komunikasi yang baik maka akan terjalin
pertukaraninformasi yang baik serta semua informasi yang diberikan akan tersampaikan
dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi?
2. Bagaimana,unsur -unsur, fungsi dan tujuan Komunikasi?
3. Bagaimana prinsip komunikasi yang efektif dalam Al-Quran?
4. Bagaimana jenis- jenis komunikasi dalam perspektif Al-Quran?

C. Tujuan penulisan
1. Memahami arti dari komunikasi
2. Memahami ,unsur-unsur,fungsi dan tujuan komunikasi
3. Memahami prinsip komunikasi yang efektif dalam Al-Quran
4. Memahami jenis - jenis komunikasi perspektif Al-Quran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa
Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling
sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata
Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan
dianut secara sama.
Komunikasi adalah interkasi antara dua makhluk hidup atau lebih, sehingga
peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman atau bahkan jin.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai berbagi pengalaman. Komunikasi
adalah Upaya untuk membuat pendapat/ide, menyatakan perasaan, agar diketahui atau
dipahami oleh orang lain dan Kemampuan untuk menyampaikan informasi/pesan dari
Komunikator ke Komunikan melalui saluran/media dengan harapan mendapatkan
umpan balik. Unsur-unsur yang ada dalam Komunikasi adalah Komunikator, Pesan,
Channel/Media, Komunikan dan Respon/Feedback. (Mulyana, 2015).

B. Unsur-unsur,fungsi dan tujuan komunikasi


1. Unsur-unsur komunikasi
Aristoteles ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut
bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya,
yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.
Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat
untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau
retorika.
a) Komunikator
Komunikator juga sering disebut dengan pengirim pesan, sumber
(source), dan pembuat atau pengirim informasi. Dilihat dari jumlahnya,
komunikator bisa terdiri atas satu orang, banyak orang/lebih dari satu orang,
dan massa. Jika harus menunjuk pada lebih dari satu orang, komunikator bisa
berarti kelompok seperti partai politik, organisasi atau lembaga, dan media
massa.

2
b) Pesan
Menurut Hafied Cangara, Pesan yang dimaksud dalam proses
komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat
atau propaganda. Dalam bahasa Inggris.
c) Media
Proses penyampaian pesan dengan face to face, tentu akan berbeda
dengan penyampaian pesan dengan dua orang yang saling berjauhan. jika
berkomunikasi dengan face to face, maka tidak dibutuhkan media perantara
pesan. Namun, apabila dua orang yang saling berjauhan ingin melakukan
proses komunikasi, tentunya dibutuhkan media sebagai sarana penyampai
pesan.
Dalam komunikasi, alat bantu itu bisa disebut dengan saluran
komunikasi atau media. Media bisa berupa indera manusia, telepon, surat,
telegram, media (cetak dan elektronik), internet rumah ibadah, pesta rakyat
dan alat bantu lainnya dalam menyebarkan pesan komunikasi.
d) Komunikan
Komunikan adalah orang yang menjadi sasaran pesan yang dikirim.
Ciri komunikan hampir mirip dengan komunikator. Ia sering juga disebut
dengan khalayak, sasaran, audience, dan receiver (penerima). Komunikan ini
bisa juga identik dengan massa dalam saluran komunikasi massa yakni
pendengar, pembaca, pemirsa, dan penonton.
e) Pengaruh
Seperti yang telah dipaparkan di atas, pengaruh tidak lepas dari salah
satu tujuan manusia melakukan komunikasi. Kenapa manusia ingin
berkomunikasi, karena ingin memberikan pengaruh pada seseorang yang
menjadi partner komunikasinya. Tanpa kita sadari, apa yang kita pikirkan dan
bagaimana kita menjalani aktifitas sehari- hari, itu karena pengaruh dari proses
komunikaasi yang kita lakukan dari masa kanak- kanak hingga beranjak
dewasa.(Nuruddin,Ilmu komunikasi)

3
2. Fungsi komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa komunikasi memiliki empat
fungsi. Yang pertama, menginformasikan yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi,
ide atau pikiran dan tingkah laku oranglain, serta segala sesuatu yang disampaikan
orang lain. Fungsi kedua adalah mendidik, yang artinya komunikasi merupakan
sarana pendidikan. Fungsi ketiga adalah menghibur, artinya komunikasi selain
berguna untuk menyampaikan komunikasi,pendidikan dan mempengaruhi juga
berfungsi untuk menyampaikan hiburan ataumenghibur orang lain. Dan terakhir
adalah untuk mempengaruhi, yaitu mempengaruhi setiap individu yang
berkomunikasi dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku
komunikan sesuai dengan yang di harapkan(Effendy, 2009:36).
Beberapa fungsi komunikasi massa akibat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yaitu:
Komunikasi massa berfungsi sebagai informasi, sosialisasi, motivasi,
bahan diskusi, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan dan integrasi.(Hafied
Canggara,2016)
3. Tujuan komunikasi
Komunikasi Intrapribadi : sebagain sendiri Berpikir, melakukan
penalaran, Komunikasi dengan diri menganalisis dan merenung
Komunikasi Antarpribadi : orang Mengenal, berhubungan, Komunikasi
antara dua mempengaruhi, bermain dan membantu.(Joseph A.Devinto)

C. Prinsip-prinsip komunikasi efektif dalam Al-Quran


Meskipun Al-Qur’an secara spesifik tidak membicarakan masalah dialog,
namun jika diteliti ada banyak ayat yang memberikan gambaran umum prinsip-prinsip
dialog dalam konteks perintah dan juga larangan. Kata yang baik dan diucapkan
dengan lemah lembut merupakan cara dalam berdialog dengan cara yang terbaik
(billati hiya akhsan) adalah salah satu dialog yang beretika yang memiliki prinsip
untuk memerintahkan umat muslim untuk berdialog dengan cara lemah lembut,
karena hal itu akan membuat suasana dialog berlangsung tenang dan khidmat, jauh
dari luapan emosi seperti halnya jika digunakan kata-kata keras dan kotor yang
menyinggung perasaan.

4
Dalam Al-Quran surah an-nahl ayat 16 yang artinya: “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl, 16:125).
Menurut Quraish Shihab, ayat ini dipahami oleh di antara ulama sebagai
penjelasan terhadap tiga macam metode dalam berdialog supaya dialog tersebut bisa
tepat sasaran. Terhadap cendekiawan yang memilki pengetahuan tinggi diperintahkan
menyampaikan dialog maupun berdebat dengan cara hikmah, yakni berdialog dengan
kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap kaum awam
diperintahkan untuk menerapkan mauidzah, yakni memberikan nasihat dan
perumpamaan yang menyentuh jiwa yang sesuai dengan taraf pengetahuan mereka
yang sederhana. Sedang terhadap Ahl-Kitab dan penganut agama-agama lain yang
diperintahkan adalah jidal/perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika
dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.
Sebagai bagian dari komunikasi, dialog dalam strategi komunikasi islami baik
verbal maupun nonverbal harus sesuai yang diajarkan Allah Subehanahu Wata’ala
dalam Al-Quran. Apapun yang dilakukan harus didasari oleh semangat keimanan,
yakni sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Prinsip
komunikasi Islam tersebut adalah: qaulan sadidan (benar, tidak dusta); qaulan baligha
(lugas, efektif); qaulan ma’rufa (kata-kata yang baik dan sopan); qaulan karima
(hormat, respek); qaulan layina (lemah lembut); dan qaulan maysura (mudah
dimengerti).
Qaulan sadidan. Adalah seorang komunikator harus menyampaikan perkataan
yang benar dan wajib menghindari dusta. Prinsip kepercayaan dapat membangun
suasana komunikasi yang kondusif dalam mencapai komunikasi yang efektif dan
efisien (QS. An-Nisaa’, 4:9; QS. AlAhzab, 33:70). Perkataan benar di sini mencakup
substansi isi dan redaksi tata bahasa pesan.
Qaulan baligha. Dimaknai dengan menjalankan komunikasi secara lugas,
tepat, fasih, jelas dan tidak berbelit-belit sehingga dapat berbekas pada hati
komunikan untuk pada akhirnya terpersuasi. Prinsip ini menekankan pada cara
persuasif dalam berkomunikasi (QS. An-Nisaa’, 4:63; QS. Ibrahim, 14:4). Perkataan
yang berbekas pada jiwa juga harus dikembangkan dengan menimbang beberapa
faktor yaitu, frame of reference dan field of experience dari komunikan.

5
Qaulan ma’rufa. Prinsip komunikasi ini merupakan jalan tengah antara
komunikasi dalam high context culture dan low context culture. Qaulan ma’rufa
mempunyai arti sebagai perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, dan tidak
menyakitkan atau menyinggung perasaan. Ma’rufa adalah perkataan yang indah dan
tidak mengandung unsur sindiran yang dapatmenyinggung perasaan orang lain.
Orientasi prinsip ini mengacu kepada upaya interaksi yang selalu mendatangkan
manfaat dan menimbulkan kebaikan (QS. An-Nissa’, 4:5; QS, Al-Baqarah, 2:83, QS.
Al-Baqarah, 2:253; QS. Al-Baqarah, 2:263; QS. Al-Ahzab, 33:32).Qaulan karima. Di
dalamnya mengandung perkataan yang mulia dan disampaikan dengan penuh hormat
agar dapat menjalin relasi dan hubungan baik (QS. Al-Israa’, 17:23; QS. Annisaa’,
4:148; QS. Al-Hujurat, 49:11).
Qaulan layina. Prinsip komunikasi ini memberi pelajaran kepada umat
manusia untuk selalu respek kepada siapapun lawan bicara kita, termasuk orang yang
telah menzalimi kita (QS. Thaahaa, 20:44; QS. Luqman, 31:19; QS. Al-Hujurat,
49:2). Komunikator dituntut berbicara dengan kata yang lemah lembut, suara yang
enak didengar, sikap yang bersahabat, dan perilaku yang menyenangkan dalam
menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Kata-kata lemah lembut ini mencakup
pelarangan intonasi atau nada yang keras atau tinggi dan kata-kata kotor yang
membuat komunikator dipersepsi tidak bersahabat, merendahkan dan dianggap penuh
emosi negatif.
Qaulan maysura. Mengacu kepada sebuah perkataan yang mudah dicerna,
mudah dimengerti, dan gampang dipahami oleh khalayak. Prinsip ini mengajarkan
nilai keharmonisan dalam menjalin suatu hubungan sosial (QS. Al-Israa’, 17:28).
Untuk mendapatkan nilai yang tinggi dari sebuah dialog, Harb
mengungkapkan bahwa salah satu pihak yang terlibat tidak mungkin untuk
menghapus pandangan-pandangannya sendiri guna mendengarkan pandangan orang
lain. Namun yang paling mungkin terjadi adalah penghindaran diri seseorang untuk
menempatkan diri pada posisi yang berlawanan dengan lawan dialognya.24 Dari sini
dapat dipahami bahwa tujuan dari setiap dialog yang sebenarnya adalah penyadaran
masing-masing piha pada esensi dan identitas dirinya dalam bentuk yang fleksibel dan
terbuka dengan sebuah kenyataan bahwa di balik kepercayaan yang dimilikinya
terdapat sebuah kepercayaan yang bisa jadi berbeda, dari sinilah manusia bisa
mengekspresikan dirinya, menangkap hakikatnya, dan membangun potensi yang
dimilikinya.

6
D. Jenis-jenis komunikasi perspektif Al-Quran
1. Teknik “pay off idea” Teknik komunikasi “pay off idea” adalah suatu usaha
untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan harapan yang baik atau
mengiming-imingi hal-hal yang baik saja. (Carld I Hovland, Irving L. Janis,
Harold H. Kelly, 1963 : 55).
Dalam perspektif Islam, teknik komunikasi “pay off idea” menjadi salah
satu teknik yang banyak tersurat di dalam Al-Quran maupun Hadits. Dan hal ini
menjadi bagian dari ajaran agama Islam yang meyakini adanya kehidupan setelah
kematian, bahkan hal tersebut menjadi salah satu pondasi keimanan seorang
muslim, yaitu percaya akan adanya hari pembalasan. Dalam banyak ayat di dalam
Al-Quran digambarkan bahwa bagi orang yang melakukan amal baik selama di
dunia maka ia akan meraih kebahagiaan di akhirat nanti dengan diamsukkan ke
dalam surga Allah dan kekal di dalamnya. Allah SWT akan ridla kepada orang-
orang yang melakukan amal baik.
Teknik komunikasi tersebut dapat dilihat secara tersurat dalam surat Al-
Bayyinah ayat 7-8 yang berbunyi:
‫إن الذين أمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية جزاؤهم عند ربهم جنات عدن تجري من تحتها األنهار خالدين فيها‬
‫أبدا رضي هلال عنهم و رضو عنه ذلك لمن خشي ربه‬
Terjemahan:Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
adalah surga and yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang-orang yang takut
kepadaNya.
Sangat banyak ayat Al-Quran yang menggambarkan janji Allah sebagai
balasan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh, baik disampaikan secara
tersurat maupun secara tersirat, seperti dalam surat Al-Muthaffifin:22, AlBuruj:11, A-
Ghasiah: 8-16, Al-Mu’minun: 10-11, dan masih banyak ayatayat lain yang senada
yang menggambarkan janji Allah SWT kepada orangorang yang beriman dan beramal
shaleh. Dalam ayat lain Allah SWT menggambarkan keadaan si surga yang terdapat
bidadari-bidadari yang cantik jelita yang selamanya perawan dan tidak pernah
menjadi tua. Juga terdapat buah-buahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan keberadaan suasana di surga yang terdiri

7
dari pemandangan yang sangat indah yang tidak pernah terlihat di muka bumi dan
tidak pernah terdengar oleh siapapun di dunia ini.
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diperoleh gambaran bahwa
sebetulnya secara tersirat Agama Islam telah menyampaikan ajaran yang
komprehensif dan mengajarkan sendi-sendi dasar ilmu pengetahuan baik ilmu eksakta
maupun ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi dan komunikasi. Hanya saja umat
Islam dalam hal ini masih belum dapat menangkap dan menggalinya. Sedangkan para
ilmuwan Barat lebih serius mengkaji dan melakukan penelitian, sehingga mereka
lebih banyak melahirkan teori-teori dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
termasuk bidang ilmu komunikasi.
2. Teknik “fear arousing” Teknik komunikasi “fear arousing” adalah usaha menakut-
nakuti orang lain atau menggambarkan konsekuensi buruknya ( Carld I Hovland,
Irving L. Janis, Harold H. Kelly 1963 : 57 ). Dalam konteks ajaran agama Islam
teknik ini secara eksplisit dan inlpisit terkandung di dalam Al-Quran dan Hadits. Hal
tersebut diindikasikan dengan banyaknya ayat yang menggambarkan konsekuensi
berupa siksaan di akhirat nanti bagi orang kafir dan orang yang durhaka kepada Allah
SWT.
Dalam bidang hukum Islam dikenal dengan “hudud” atau ketentuan hukuman
bagi orang-orang yang melanggar aturan Allah SWT; seperti membunuh orang tanpa
alasan syar’i, berzina, minum minuman keras, mencuri dalam kadar tertentu dan dosa-
dosa besar lainnya. Seperti terdapat dalam Al-Maidah ayat 38:
‫لسارقة فاقطعوا أيديهما جزاءا بما كسبا نكاال من هلال و هلال عزيز حكيمالسارق وا‬Terjemahan:Laki-laki dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan bagi apa yang telah
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha
bijaksana.
Ayat di atas menggambarkan ancaman bagi seorang yang mencuri dalam
jumlah tertentu, kemudian diproses dan disahkan secara hukum, maka hukumannya
adalah dipotong tangannya supaya menimbulkan efek jera bagi pelakunya dan
menimbulkan rasa takut bagi orang yang hendak melakukan perbuatan serupa.
Ketentuan ini tersurat secara jelas di dalam kitab suci AlQuran, akan tetapi di
Indonesia aturan Allah tersebut belum/tidak dapat dilakasanakan karena sistem
hukum yang dianut bukanlah hukum Islam. Jadi hanya di negara-negara yang
menerapkan hukum Islam yang dapat mengaplikasikan perintah Allah tersebut.
Walaupun ketentuan tersebut tidak diaplikasikan di Indonesia akan tetapi secara

8
idealis keentuan Allah tersebut cukup menjadi dasar bagi umat Islam bahwa
pencurian dalam jumlah tertentu diancam dengan hukuman potong tangan sehingga
akan menimbulkan rasa takut untuk melakukannya.
Begitu pula ayat tentang perzinahan, bagi seorang yang sudah pernah menikah
(muhshan) maka hukumannya adalah dirajam; dilempari dengan batu berukuran
sedang sampai meninggal dunia. Sedangkan bagi seorang yang belum pernah
menikah (ghair muhshan) maka hukumannya adalah didera seratus kali pukulan dan
diasingkan .selama satu tahun. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam surat:
‫الزانية والزاني فاجلدوا كل واحد منهما مائة جلدة‬
Terjemahan:Seorang penzina perempuan dan penzina laki-laki maka
cambuklah masing-masing seratus kali pukulan.
Selain ancaman Allah berupa ketentuan hukum “hudud”, terdapat pula
ancaman Allah yang disampaikan secara naratif berupa ancaman siksaan di akhirat
bagi orang-orang kafir dan munafik serta orang-orang yang melanggar aturan Allah
dengan masuk neraka. Seperti yang terdapat dalam surat AlBayyinah ayat 6 yang
berbunyi:
‫إن الذين كفروا من أهل الكتاب و المشركين في نار جهنم خالدين فيها إبدا أولئك هم شر البريه‬
Terjemahan:Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
musyrik akan masuk ke neraka Jahanam: mereka kekal di dalamnya, mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.
Ancaman yang disampaikan oleh Allah SWT baik ancaman dalam konteks
ketentuan hukum syar’i maupun ancaman-ancaman Allah SWT dalam ayat-ayat Al-
Quran, jika dianalisis menggunakan perspektif ilmu komunikasi maka tergolong ke
dalam salah satu bentuk komunikasi persuasif “fear arousing” yang artinnya
membangkitkan rasa takut kepada orang, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri
manusia untuk melakukan kataatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi
segala larangan-Nya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu interaksi yang dijalin oleh orang dengan orang lain
atau dengan oramg dengan dirinya sendiri.komunikasi juga memiliki beebrapa unsur
yaitu,komunikator,pesan,media,komunikan dan pengaruh.komunikasi mempunyai
fungsi yaitu,mengimformasikan,mendidik,menghibur dan mempengaruhi.Tujuan
komuniikasi yaitu membangun hubungan dengan komunikan.dalam Al-Quran juga
terdapat berbagai prinsip komunikasi yaitu,Qaulun sadida,qaulun marifa ,qaulun
baligho,qaulun layina ,qaulun karima ,dan qaulun maysiro.jenis -jenis komunikasi di
Al-Quran yaitu pendekatan dengan memberikan hadiah dan ancaman.

10
DAFTAR PUSTAKA

JOURNAL PRINSIP KOMUNIKASI ISLAM TENTANG DIALOG,ROSNIAR


PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI ,Dr. Suriati, S.Ag., M.Sos.I.Dr. Samsinar S,
M.Hum.A. Nur Aisyah Rusnali, S.Sos., M.I.Kom.,2016
JOURNAL KOMUNIKASI PERSUASIF MENURUT AL-QURAN , Muh. Ilyas

11

Anda mungkin juga menyukai