Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“KOMUNIKASI DALAM kEPERAWATAN”

Disusun Oleh :

NAMA : YENI HANDAYANI

MATA KULIAH : KOMUNIKASI KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KESEHATAN BATURAJA

TAHUN AKADEMI 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan
Hidayah dan Taufik-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menangani dan Mendampingi Pasien Yang Sakarotul Maut” ini
terselesaikan dengan baik.

Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap dapat lebih memahami


secara mendalam tentang Menangani dan Mendampingi Pasien Yang Sakarotul
Maut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan semoga makalah ini
bermandaat untuk kita semua.

Baturaja, Agustus 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii


DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian komunikasi ….................................................... 6
2.2 Komponen Komunikasi........................................................ 7
2.3 Hambatan komunikasi ......................................................... 7
2.4 Proses komunikasi ............................................................... 9
2.5 Prinsip komunikasi manajer keperawatan .......................... 10
2.6 Model komunikasi................................................................ 11
2.7 Aplikasi komunikasi dalam Askep ..................................... 12
2.8 Komunikasi Terapeutik Sebagai Tanggung Jawab Moral
Perawat .................................................................................. 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1 . Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan

hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara

umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita

semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.

Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang

kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi

secara drastis.

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan

bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang

membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang

sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam

komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka

yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”.

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer

keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih

dari 80% waktu yang digunakan manajer untuk berkomunikasi, 11% untuk

membaca, 9% untuk menulis.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
konsep komunikasi pada manajemen keperawatan.

4
1.3 Manfaat Penulisan
Secara umum penyusunan makalah ini memiliki manfaat sebagai pedoman
dalam memahami konsep manajemen keperawatan khususnya komunikasi dalam
bidang manajemen keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian komunikasi


Komunikasi adalah suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan
suatu pesan dengan cara yag mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima. Berikut definisi komunikasi menurut para ahli :

 Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan


memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih yang
saling bekerjasama (Tappen,1995)
 Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi
menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku
seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan
(Effendy, 2000 : 13).
 Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan,
informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris


“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari
bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau
‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti
ini disebut komunikasi nonverbal.

6
2.2 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi
bisa berlangsung dengan baik.Menurut Laswell komponen-komponen
komunikasi adalah:
1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain.
2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan
dari pihak lain.
5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan.

2.3 Hambatan komunikasi


Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan
menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal , yaitu:

a. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang
mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan
komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak
akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
b. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya,
suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak
berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya
dapat menyebabkan salah pengertian.

Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu,


Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:

7
a. Gangguan

Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut


sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
 Gangguan mekanik : Gangguan yang disebabkan oleh saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat
fisik.
 Gangguan semantic : Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
Gangguan semantic tersaring ke dalam pesan
melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak
kekacauan mengenai pengertian suatu istilah
atau konsep yang terdapat pada komunikator,
akan lebih banyak gangguan semantic dalam
pesannya. Gangguan ini terjadi dalam salah
pengertian.

b. Kepentingan

Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau


menghayati suatu pesan.

c. Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar


dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.
Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak
sesuai dengan motivasinya.

8
d. Prasangka

Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu
kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum
apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi.

2.4 Proses komunikasi


Berdasarkan paradigma Laswell, Effendy (1994:11-19) membedakan
proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal.
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator
menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini
berarti komunikator memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam
lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
Kemudian, komunikan menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator.
Ini berarti komunikan menafsirkan lambang yang mengandung perasaan dan
pikiran komunikator.
Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh komunikan.
Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan
lancara apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan
bidang pengalaman komunikan. Sebagai contoh: si A seorang mahasiswa
ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam
kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan sangat
mudah dan lancaraapabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan

9
dengan si B yang juga sama-sama mahsiswa. Seandainya si A
membicarakan hal tersebut dengan si C yang yang seorang pemuda desa
tamatan SD tentunya proses komunikasi tidak akan berjalan lancar.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah prosese penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke daola dua komunikasi
karenakomunikan sebagai sarana berada di tempat yang relative jauh atau
jumlahnya banyak. Surat, te;epon fax, radiao, majalah, dll merupakan media
yang sering digunakan dalan komunikasi.

2.5 Prinsip komunikasi manajer keperawatan

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng


siapa yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah
dibuat.
2. Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.

Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat


profesional adalah CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap
melakukan komunikasi (lisan/tulisan) dengan teman sejawat atau profesi
kesehatan lain harus memenuhi ketiga unsur diatas. Profil perawat masa
depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing,
minimal bahasa inggris.
1. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima
secara akurat, salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah
disampaikan.
2. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang
disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu
terhadap pesan yang disampaikan.

10
2.6 Model komunikasi

1. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis digunakan untuk mencapai kebutuhan setiap


individu/staf, mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan.
Menurut asosiasi pendidikan kesehatan amerika (1998) komunikasi tertulis
dalam sutu organisasi meliputi:
 Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum menulis
 Gunakan kata aktif
 Tulis kata yang sederhana, familier, spesufik dan nyata
 Atur isi tulisan secara sistematis
 Jelas

2. Komunikasi secara langsung/verbal

 Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan


bawahan baik secara formal maupun informal.
 Tujuan assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang
memberikan kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya
secara langsung,jujur dan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan
orang lain yang diajak komunikasi.
 Hal yang harus dihindari pasif,agresif.

3. Komunikasi non verbal

a. Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, pergerakan tubuh,


dan sikap tubuh (body language)
b. Komunikasi non verbal mengandung arti yang lebih signifikan
dibandingkan dengan komunikasi verbal komunikasi non verbal
meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau
disampaikan, tetapi akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika
komunikasi non verbal diartikan salah tanpa adanya penjelasan secara
verbal.

11
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi non verbal:
1) Lingkungan tempat dimana komunikasi dilaksanakan
2) Penampilan sesuatu yang menarik (pakaian, kosmetik)
3) Kontak mata memberikan makna kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi
4) Postur tubuh (gesture) bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan
menunjukan telunjuknya, berdiri atau duduk
5) Ekspresi wajah komunikasi yang efektif memerlukan suatu respon
wajah yang setuju tehadap pesan yang disampaikan
Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non
verbal, agar individu (atasan dan bawahan) dapat menerima pesan secara
jelas.

4. Komunikasi via telepon

 Dengan kemudahan sarana komunikasi memungkinkan manajer dapat


merespon perkembangan dan masalah dalam organisasi
 Manajer dansemua staf harus belajar etika bertelepon, serta menghargai
setiap menjawab telepon.

2.7 Aplikasi komunikasi dalam Askep


Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi antara lain:

1. Saat timbang terima (operan)

 Diperlukan komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien, intervensi


yang sudah dilakukan dan yang belum, serta respon pasien
 Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan
perawat lainnya dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di
dekat pasien

12
2. Interview / Anamnesa

 Suatu komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang


keadaan pasien dan melaksanakan tindakan yang akurat
 Merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien
pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan
Prinsip yang perlu diterapkan perawat dalam komunikasi ini adalah:
1) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tudak tepat. Ciptakan suasana
yang hangat, kekeluargaan
2) Hindari interupsi / gangguan yang timbul akibat lingkungan yang gaduh
3) Hindari respon dengan kata hanya “ya dan tidak “ mengakibatkan
komunikasi tidak berjalan dengan baik, perawat kelihatan kurang tertarik
dengan topik yang dibicarakan dan enggan berkomunikasi
4) Jangan memonopoli pembicaraan
5) Hindari hambatan personal. Jika sebelum komunikasi perawat menunjukan
rasa tidak senang kepada pasien, maka akan berdampak pada hasil
komunikasi.

3. Komunikasi melalui komputer

 Komputer merupakan alat komunikasi cepat dan akurat pada manajemen


keperawatan saat ini
 Penulisan data-data pasien dalam computer akan mempermudah perawat
lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi
yang tepat.
 Melalui komputer informasi-informasi terbaru cepat didapat
menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam
menangani masalah pasien.

4. Komunikasi tentang kerahasiaan

Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia


pasien, disatu sisi perawat membutuhkan informasi dengan menghubungkan
apa yang dikatakan pasien dengan orang lain, di lain pihak perawat harus

13
memegang janji untuk tidak menyampaikan rahasia pasien kepada orang
lain.

5. Komunikasi melalui sentuhan

 Merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan


perawat
 Sentuhan yang diberikan dapat sebagai terapi/tindakan mandiri perawat
untuk mengatasi masalah pasien

6. Dokumentasi sebagai alat komunikasi

Dokumentasi adalah alat yang digunakan dalam komunikasi keperawatan


untuk menvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim
kesehatan lain dan dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan
Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah:
1) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
2) Mengkomunikasikan kepada perawat dan tenaga kesehatan lain
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

2.8 Komunikasi Terapeutik Sebagai Tanggung Jawab Moral Perawat


Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang

didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin

membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983),

Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang

beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain

adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri.

Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan

bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan,

dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain

14
mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang

lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,

“Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama

yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan

dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

2.9 Tehnik Komunikasi Terapeutik

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik

berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama

penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan

Wilson & Kneisl (1920), yaitu:

A. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa

perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan

dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan

verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan

mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:

1. Pandang klien ketika sedang bicara

2. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan.

3. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan

kaki atau tangan.

4. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

15
5. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan

umpan balik.

6. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

B. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk

mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.

Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien.

Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang

menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau

menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan

sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut

ini menunjukkan sikap perawat yang

1. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

2. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.

3. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi

verbal.

4. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau

mencoba untuk mengubah pikiran klien.

Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya

mengikuti apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987)

C. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang

spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan

16
topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial

budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

D. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan

balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan

mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati

ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika

pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.

Contoh:

– K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”

– P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”

E. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan

pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,

karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan

keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu

memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.

Contoh:

– K : “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”

– P : “ Apa yang katakan tadi adalah…….”

F. Memfokuskan

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan

sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus

pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali

17
jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Contoh: “ Hal ini

nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.

G. Menyampaikan hasil observasi

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan

menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah

pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang

ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil

pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas

tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Contoh:

– “ Anda tampak cemas”.

– “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”

H. Menawarkan informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik

bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi

merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah

rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi

oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak

boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi,

tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

I. Diam

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk

mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan

18
ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan

perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi

terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses

informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap

dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.

Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .

J. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan

secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah

dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas

pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam

interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik

yang berkaitan.

Contoh:
– “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”

K. Memberikan penghargaan

Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan

kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai

manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas

dirinya sendiri sebagai individu.

Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti

kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi

mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula

dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya

19
“buruk”. Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata,

maka perawat dapat mengatakan demikian.”

Contoh:

– “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”

– “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.

L. Menawarkan diri

Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan

orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.

Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik

komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

Contoh:

– “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”

M. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik

pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti

tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya

untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk

membuka pembicaraan.

Contoh:

– “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”

– “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”

– “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”

20
N. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh

pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa

yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan

selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada

mengarahkan diskusi/pembicaraan

Contoh:

– “…..teruskan…..!”

– “…..dan kemudian….?

– “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”

O. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien

untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat

dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari

suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk

melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.

Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan

memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi

klien dalam memenuhi kebutuhannya.

Contoh:

– “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.

– “Kapan kejadian tersebut terjadi”.

P. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya

21
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala

sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk

menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan

pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

Contoh:

– “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan

dioperasi”

– “Apa yang sedang terjadi”.

Q. Refleksi

“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide

dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien

bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka

perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana

perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa

pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk

mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa

dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan

sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari

orang lain.

Contoh:

K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”

P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”

22
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa

tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara

dengannya.

P: “Ini menyebabkan anda marah”.

Dimensi tindakan

Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri

perawat, katarsis, emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen,

1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks

kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi

responsif.

1. Konfrontasi

Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang

bermanfaatn untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip

oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori

konfrontasi yaitu:

a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang

dirinya) dan

b. ideal diri (cita-cita/keinginan klien)

c. Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien

d. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat

Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah.

Oleh karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji

antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang

tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat

23
berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi

perilakunya belum berubah.

2. Kesegeraan

Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan

untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya.

Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan

membantu dengan segera.

3. Keterbukaan perawat

Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai,

perasaan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses

belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian yang

dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134)

ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien

menurunkan tingkat kecemasan perawat klien.

4. Katarsis emosional

Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat

mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini

perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan

maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan

perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan

perasaannya jika berada pada situasi klien.

5. Bermain peran

Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien

kedalam hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya

24
untuk melihat situasi dari sudut pandang lain; juga memperkenankan

klien untuk mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang

aman.

25
BAB III

KESIMPULAN
Dari Pembahasan di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
Komunikasi adalah suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan
suatu pesan dengan cara yag mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima. Berikut definisi komunikasi menurut para ahli :

 Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan


memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih yang
saling bekerjasama (Tappen,1995)
 Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi
menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku
seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan
(Effendy, 2000 : 13).
 Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan,
informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang

didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin

membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983),

Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang

beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain

adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri.

Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri

perawat, katarsis, emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995,

h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks kehangatan,

penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.

26
Daftar pustaka
http://makalahlistavanny.blogspot.co.id/2015/09/komunikasi-dalam-manajemen-

keperawatan.html

http://ahmadmuzaki47.blogspot.co.id/2014/01/komunikasi-dalam-keperawatan.html

Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric

Nursing. St.

Sullivan, J.L & Deane, D.M. (1988). Humor and Health. Journal of qerontology

nursing 14 (1):20, 1988.

Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin. (2001).

Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM. EGC.

Jakarta.

Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar

kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC.

Jakarta

https://azmanniar.wordpress.com/komunikasi-dalamproseskeperawatan/

27

Anda mungkin juga menyukai