Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI KOMUNIKATOR

Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi

Dosen Pengampu :

Ishaq Matondang S.Psi., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Nama Mahasiswa : Eka Rovanita Br.Boang Manalu (1203151070)

Sahdila Putri (1203151065)

Suci Ramanda (1203151027)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat, berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan
sehingga hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga tugas makalah ini dapat memberikan
manfaat dan bisa menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca.

Medan, 31 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang...........................................................................................................1
b. Rumusan Masalah......................................................................................................1
c. Tujuan........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi..................................................................................................2
B. Pengertian Komunikator............................................................................................10
C. Dimensi Ethos............................................................................................................13
D. Pengaruh Komunikasi Psikologi Komunikstor..........................................................20
E. Syarat Menjadi Komunikator yang Baik...................................................................13
F. Proto Tipe Komunikator yang Baik...........................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baikantarindividu


maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikatormemiliki peranan yang
sangat penting dalam menyampaikan pesan. Seorangkomunikator dituntut untuk dapat
menyampaikan pesan dengan baik, diterimaoleh komunikan, menghasilkan umpan balik, dan
memiliki efek persuasif.Artinya, dalam komunikasi yang efektif, dibutuhkan komunikator
yangkompeten. Misalnya saja, saat ada seseorang yang mengajarkan sekumpulan anak-anak
membaca. Orang lain dapat berasumsi bahwa orang tersebut adalah guru.Anak-anak yang
diajari membaca juga akan menganggap orang tersebut adalahguru karena telah mengajari
mereka membaca.

Itulah yang disebut dengan psikologi komunikator. Untuk dapat dipercayaiorang lain
diperlukan, bukan saja, bias/dapat berbicara, melainkan memerlukanpenampilan yang
meyakinkan. Dalam makalah ini akan menjelaskan sedikit tentangkarakteristik dari
komunikator serta faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasidari psikologi komunikator.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan psikologi?


2. Apa yang dimaksud dengan komunikator?
3. Bagaimana dimensi ethos dalam kajian psikologi komunikator?
4. Apa saja pengaruh komunikasi psikologi komunikator komunikasi?
5. Apa saja syarat menjadi komunikator yang baik?
6. Bagaimana menjadi proto tipe komunikator yang baik?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui arti dari psikologi?


2. Mengetahui arti dari komunikator?
3. Mengetahui dimensi ethos dalam kajian psikologi komunikator?
4. Mengetahui pengaruh komunikasi psikologi komunikator komunikasi?
5. Mengetahui syarat untuk menjadi komunikator yang baik
6. Mengetahui proto tipe komunikator yang baik

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Inggris Psychologi yang berakar pada dua kata
dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. dilihat dari sejarahnya, pada awalnya
psikologi dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa. akan
tetapi, karena jiwa itu bersifat abstrak sehingga sulit dipelajari secara objektif dan
karena jiwa termanifistasi dalam bentuk perilaku, maka dalam perkembangannya
kemudian psikologi dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari perilaku.
Psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa
dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup
jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan
oleh proses belajar. Misalnya: insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani
mati, maka mati pulalah nyawanya. Psikologi sebagai suatu ilmu merupakan
pengetahuan ilmiah, suatu science yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, kajian-
kajian ilmiah yang dijalankan yang dijalankan secra terencana, sistematis, terkontrol
berdasarkan data empiris. Psikologi sebagai ilmu mengenai aktivitas individual
digunakan secara luas, tidak hanya menyangkut aktivitas motoric, tetapi juga
mencakup aktivitas kognitif, dan emosional. Psikologi merupakan the science of
human behavior. Perilaku atau aktivitas-aktivitas manusia mencakup perilaku yang
menampak (overbehavior), maupun perilaku yang tidak nampak (innerbehavior) yang
mencakup aktifitas motorik, kognitif, maupun emosional.
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: (Psychē
yang berarti jiwa) dan (logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi
dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Menurut Syah, terdapat berapa definisi psikologi yang satu sama lain berbeda,
yaitu: 1) Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (The Science of mental
Life) 2) Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (The Science of Mind) 3) Psikolog
adalah ilmu mengenai tingkah laku (The Science of behavior).
Menurut Gleitman, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami prilaku manusia, alasan dan cara melakukan sesuatu dan juga

4
memahami cara makhluk tersebut berpikir dan berperasaan. Sedangkan Bruno,
membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua,
psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik indivudu maupun
kelompok yang berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar manusia
(Novianti, 2016).
Psikologi sebagai suatu ilmu merupakan pengetahuan ilmiah, suatu science
yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, kajian-kajian ilmiah yang dijalankan yang
dijalankan secra terencana, sistematis, terkontrol berdasarkan data empiris. Psikologi
sebagai ilmu mengenai aktivitas individual digunakan secara luas, tidak hanya
menyangkut aktivitas motoric, tetapi juga mencakup aktivitas kognitif, dan emosional.
Psikologi merupakan the science of human behavior. Perilaku atau aktivitas-aktivitas
manusia mencakup perilaku yang menampak (overbehavior), maupun perilaku yang
tidak nampak (innerbehavior) yang mencakup aktifitas motorik, kognitif, maupun
emosional (Daulay, 2014).
Studi ilmiah adalah usaha untuk memahami sesuatu dengan metodemetode
ilmiah, baik kualitatif, kuantitatif, maupun mixmethod. Proses jiwa adalah proses
yang berlangsung dalam diri orang yang melibatkan dimensi emosi, kognisi, maupun
spiritual, yang tentu terkait dengan dimensi non-jiwa seperti dimensi fisik dan dimensi
sosial. Jiwa sendiri dalam perspektif Islam meliputi kqalbu, akal, dan nafsu (Fuad,
2017). Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan dan para filosof sebagaimana
disebutkan oleh Reber untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal
pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai
yang paling modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuan dan
filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada diluar kaidah keilmuan
dan etika falsafi. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tak dapat dibebankan
begitu saja sebagai muatan psikologi (Ihsan, 2016).
Jadi, Psikologi adalah studi ilmiah perilaku dan proses mental. Studi tersebut
dapat melibatkan perilaku hewan dan manusia. Ketika diterapkan pada manusia,
psikologi mencakup segala sesuatu yang orang berpikir, merasa, dan lakukan.
Psikolog berbeda dalam seberapa penting mereka menempatkan pada jenis perilaku
5
tertentu. Sebagai contoh, beberapa psikolog percaya bahwa Anda harus mempelajari
hanya perilaku yang dapat Anda lihat, amati, atau ukur secara langsung. Perilaku
Steve log on dan tetap di internet selama berjam-jam pada suatu waktu adalah
perilaku yang dapat diamati. Beberapa psikolog percaya bahwa pikiran, perasaan, dan
fantasi kita juga penting, meskipun proses ini tidak secara langsung dapat diamati.
Steve dapat log on karena ia merasa terintimidasi oleh orang lain atau oleh sekolah,
tetapi psikolog tidak dapat langsung mengamati bahwa ini adalah alasan bahwa Steve
terlibat dalam perilaku ini (Kasschau, 2003).

B. Pengertian Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Dalam
ilmu komunikasi, komunikator dapat pula bertukar peran sebagai komunikan atau
penerima pesan sehingga komunikator yang baik juga harus berusaha menjadi
komunikan yang baik. Seorang sumber bisa menjadi komunikator/pembicara.
Sebaliknya, komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi, ia menjadi
pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan. Secara teoritis,
komunikasi adalah proses yng memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikasi).
Semakin baik penilaian seseorang terhadap komunikator, semakin mudah
orang itu mengubah sikapnya. Hal ini sesuai dengan model konsitensi kognitif. Bila
guru agama mengatakan bahwa abortus merupakan tindakan amoral tetapi seorang
siswi menganggap tindakan abortus sebagai hak asasi wanita, maka sistem tersebut
menjadi tidak seimbang. Dia dapat mengurangi ketidakseimbangan itu dengan
mengubah sikapnya terhadap abosrtus dan menyetujui nasehat gurunya. Sebaliknya,
bila seseorang yang tidak disukainya memiliki sikap yang berbeda dengan dirinya,
tidak terjadi keseimbangan dan tidak ada tekanan untuk melakukan perubahan. Jadi,
semakin baik penilaian seseorang terhadap sumber komunikasi yang senjang, semakin
besar kemungkinan orang itu akan mengubah sikapnya.
Pada definisi komunikasi tersebut disebutkan bahwa “komunikator” adalah
orang yeng menyampaikan rangsangan. Komunikator sering disebut juga sumber
(source), pengirim (sender), penyandi (encoder), pembicara (speaker), atau originator.
Komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk

6
berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan, atau negara.
Komunikator bukan saja sebagai information officer, melainkan lebih dari
itu,yakni persuader. Tugas seorang information officer ialah menyampaikan
informasi, baik dalam bentuk pesan, politik atau bukan, kepada orang lain agar tahu,
tidak lebih dari itu. Sedang persuader berkomunkasi secara persuasif, yakni
melakukan kegiatan psikologis mempengaruhi sikap (attitude), pendapat (opinion),
dan tingkah-laku (behavior) seseorang atau orang banyak. Mempengaruhi seseorang
atau orang banyak agar bersikap, berpendapat dan bertingkah laku seperti yang
diharapkan, dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penyuapan, pemerasan,
boikot, atau teror. Akan tetapi mempengaruhi sikap, pendapat, tidaklah menggunakan
cara komunikasi, yakni, pernyataan antara manusia secara psikologis.
Substansi yang dibahas dalam psikologi komunikator adalah “who says that”
dan “who says”. Apabila seseorang berkhotbah tentang pentingnya memelihara
kebersihan moral dan menjauhi perbuatan dosa, tetapi ia memakai jeans yang lusuh,
berambut gondrong dan kusut, memakai kalung hitam dengan gantulan tengkorak
keccil, berjaket hitam, dan ia melantunkan ayat-ayat suci dengan serius, kita akan
menganggapnya sebagai orang gila dan tersesat masuk rumah ibadah. Contoh tersebut
menunjukkan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan
saja apa yang iya katakan, tetapi juga keadaan ia sendiri. Ia tidak dapat menyuruh
pendengar hanya memperhatikan apa yang iya katakan. Pendengar juga akan
memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-kadang siapa yang lebih peting dari
pada apa. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristoteles menulis, persuasi tercapai
karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan
pembicaraannya, kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih
cepat percaya kepada orang-orang baik daripada orang lain.
Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethos. Ethos terdiri dari
pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, goot moral
character, good wil). Ethos terdiri dari dua unsur, yaitu Expertise (keahlian) dan
trustworthiness (dapat dipercaya). Ketika komunikator berkomunikasi, yang
berpengaruh terhadap khalayak bukan hanya apa yang ia katakan (pesan), melainkan
penampilan, keadaan, cara berpakaian, model rambutnya juga berpengaruh terhadap
khalayak, yang semuanya mendapat penilaian dari khalayak pada saat itu.

7
Ethos diartikan sebagai sumber kepercayaan (source credibility) yang
ditunjukkan oleh seorang orator (komunikator) bahwa ia memang pakar dalam
bidangnya sehingga dapat dipercaya. Seorang komunikator yang handal harus
melengkapi dirinya dengan dimensi ethos ini yang memungkinkan orang lain menjadi
percaya. Secara teoritis, ethos bukanlah variabel tunggal, melainkan memiliki atau
terdiri atas beberapa dimensi, yaitu kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan yang satu
sama lain bisa berdiri sendiri, tetapi pada suatu saat mungkin akan menyatu. Artinya,
seseorang memiliki ethos yang terdeskripsikan pada kredibilitas, atraksi, dan
kekuasaan.
Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi. sumber
pernyataan umum, pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara garis
besar terdapat dua jenis komunikator. Pertama, komunikator individual/perseorangan,
yaitu komunikator yang bertindak atas nama dirinya sendiri, tidak mewakili orang
lain, lembaga, organisasi, atau institusi. Komunikator jenis ini dapat berupa individu
yang sedang berbicara, menulis, menyampaikan informasi, dan lain-lain. Kedua,
komunikator yang mewakili lembaga (institutionalized person), yaitu komunikator
yang menjalankan fungsinya sebagai wakil, atau yang mewakili kelompok orang
organisasi komunikasi seperti wartawan surat kabar, penyiar radio, televisi, pembicara
yang mewakili institusinya, pemeran film, dan sebagainya.
Dalam khazanah ilmu komunikasi, komunikator (communicator) sering
dipertukarkan dengan sumber (source), pengirim (sender), dan pembicara (speaker),
Source (sumber) adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan untuk
memperkuat pesan. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Hal
yang perlu diperhatikan dari sumber adalah kredibilitas terhadap sumber
(kepercayaan) baru, lama, sementara, dan sebagainya. Dalam menyampaikan pesan,
kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan dan komunikan menjadi
komunikator
Manusia adalah komunikator yang dapat berinteraksi antarmanusia lainnya
dengan begitu mengagumkan. Teoritisi komunikasi yang menggunakan istilah
komunikator adalah Braddox, Lasswell, dan Shannon Weaver. Sedangkan Wilbur
Schramm memberi istilah komunikator adalah source, dan untuk komunikan adalah
receiver, sedangkan Littlejohn memberi istilah “pelaku komunikasi”. Manusia
menggunakan logikanya untuk menyampaikan pendapat, berargumentasi, membela
diri, menyerang lawan bicara, dan menerima pendapat orang lain. Di samping
8
menggunakan pikirannya, manusia juga menggunakan perasaannya, ketika
berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia menikmati interaksi itu, ia mampu
menyatakan pernyataaan-pernyataan bersifat rasional, emosional dan motivasional.
Para peneliti sangat tertarik untuk mengkaji manusia. Maka dari itu mereka
menggolongkan kajian-kajiannya ke dalam beberapa tradisi. Tradisi yang paling
terkenal untuk kajian komunikator atau pelaku komunikasi adalah sosiopsikologi,
sibernetika, sosial, budaya, fenomenologi, dan kritis.Adapun bidang-bidang profesi
yang mengkaji teori-teori “pelaku komunikasi” selain ilmu komunikasi khususnya
adalah ilmu sosiologi (terkait interaksi sosial), ilmu hukum (terkait kasuskasus yang
membutuhkan interogasi, interview, observasi secara khusus, baik hukum pidana,
perdata, atau hukum internasional), ilmu politik (terkait kampanye, lobbying), ilmu
pertanian (terkait penyuluhan, pendampingan, kemitraan), komunikasi kesehatan
(konseling, dan konsultasi), komunikasi profetik (konseling, dan terapi), marketing
(promosi, kampanye, dan direct selling), dan ilmu public relations. Bidang baru yang
sedang dikembangkan adalah ilmu kemaritiman dan transportasi udara yang
memerlukan kajian tentang teori-teori komunikator.
Teori-teori komunikator ini termasuk ke dalam kajian tradisi sosiopsikologi
dan sibernetika. Khusus untuk tradisi sosiokultural dan kritis, kita tidak akan
menggunakan istilah “komunikator” tapi “pelaku komunikasi”.Ada semacam
pandangan bahwa penggunaan istilah “komunikator”, dan “komunikan” terlalu
dipisah-pisahkan. Untuk tradisi sosiokultural dan fenomenologi lebih senang
menggunakan istilah “pelaku komunikasi”. Teori-teori komunikator diteliti dan
dikembangkan dalam Tradisi sosiopsikologis. Teori komunikatorberbicara tentang
konsistensi perilaku seseorang terhadap situasi. Salah satu tujuan psikologi adalah
untuk mengidentifikasi dan mengukur kepribadian dan sifat perilaku individu. Ahli
teori komunikasi juga tertarik pada perbedaan setiap individu dan telah
mengembangkan penelitian terkait sifat-sifat komunikasi seperti pernyataan
kecemasan, atau pertentangan (argumentativeness), dan penelaahan tentang sifat-sifat
individu. Aspek-aspek ini banyak dibahas dalam penelitian komunikasi antarpribadi,
komunikasi antarkelompok, dan komunikasi organisasi.
Selanjutnya teori-teori komunikator banyak dikaji dalam tradisi sibernetika
yaitu bagaimana individu mengolah informasi dan menyusunnya ke dalam sistem
kognitif. Kita menerima banyak informasi setiap hari. Beberapa dari informasi yang
kita terima adalah fakta, sedangkan informasi lainnya bermuatan nilai dan opini, ada
9
pula informasi yang meminta tindakan, dan sebagian lainnya memberikan penjelasan.
ada pertanyaan yang patut kita jawab, (1) bagaimana individu mengolah informasi?
(2) Apa yang kita lakukan dengan informasi tersebut? (3) Apakah informasi tersebut
sesuai dengan pengalaman kita atau tidak dan seterusnya.
1. Jenis-jenis Komunikator
Di sini komunikator dipilah-pilah berdasarkan interaksi dengan khalayak. Atas dasar
itulah, Windhal, dan Olson (1992) membedakan komunikator dalam dua tipe utama.
a. Komunikator dengan Citra Diri Sendiri (The Communicator's Self Image)
Komunikator tipe ini lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri. Proses
pengiriman pesan didasarkan atas keinginan sang komunikator, Ukuran
kesuksesan komunikasi dilihat dari seei kesuksesan mencapai target sasaran
secara kuantitatif. Dalam memahami komunikator jenis ini, Windhal dan
Olson (dalam Jalaludin Rakhmat, 2005) mengemukakan berbagai orientasi
kerja para jurnalis selaku komunikator. Pertama, orientasi pragmatis (the
pragmatics), yang mengukur sukses dari indikator rating Contoh: jenis
tayangan hiburan seperti sinema elektronik (sinetron) dan tayangan gosip
dinilai sebagai tayangan favorit mayoritas penduduk Indonesia. Kedua,
orientasi keahlian (the craft-oriented). Di sini komunikator sangat tertarik
untuk mendapat penguatan dari komunikator profesional lainnya. Contoh, di
suatu ruang diskusi, ada narasumber, moderator, dan peserta. Ketika seorang
moderator menjelaskan kepada peserta dan menemukan kebuntuan ketika
menjelaskan, moderator meminta narasumber untuk menjelaskan lebih detail.
Ketiga, orientasi organisasi (the organizational-orient) Dengan orientasi ini,
komunikator menghubungkan pekerja dengan tujuan organisasi.
b. Spesialisasi (specialization)
Hal ini merupakan proses yang menjadikan komunikator sebagai bagian dari
khalayak yang kepentingan dan kebutuhannya diketahui. Contoh: acara sang
motivator oleh Mario Teguh, iklan susu yang menggambarkan kecerdasan
anak, iklan susu untuk usia 50 tahun, dan sebagainya.
c. Profesionalisasi (profesionalization)
Efek ini menyebabkan komunikator berpikir bahwa mereka kompeten untuk
memutuskan isi media dan mengetahui lebih baik hal-hal yang seharusnya
dilakukan untuk khalayak. Contoh: editor, redaktur pelaksana sebuah
majalah/koran, dosen, dan lain-lain.
10
d. Ritualisme (ritualism)
Komunikator tidak melakukan apa pun yang melebihi usaha mereka
menciptakan keadaan menyenangkan audiens. Mereka menjadikan
komunikasi sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan di
antara target khalayak. Contoh: informasi pelaksanaan kerja bakti di
lingkungan, ceramah dalam mimbar-mimbar keagamaan.

C. Dimensi Ethos
a. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat
komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal. Pertama, kredibilitas adalah
persepsi komunikan sehingga tidak inheren dalam diri komunikator. Kedua,
kredibilitas berkaitan dengan sifat-sifat komunikator. Inti kredibilitas adalah
persepsi, yang secra sederhana dapat diartikan pandangan komunikan terhadap
komunikator. Oleh karena itu, persepsi selalu berubahberubah bergantung pada
pelaku persepsi (komunikan) topik yang dibahas, dan situasi.
Persepsi komunikan teradap komunikator tidak berdiri sendiri, salah satunya
dipengaruhi prior ethos, yaitu persepsi komunikan tentang komunikator sebelum
ia melakukan komunikasi, prior ethos dapat dibangun melalui hal-hal berikut:
1) Pengalaman langsung (artinya komunikan dan komunikator pernah
bertemu langsung).
2) Pengalaman wakilan (vicarious experiences).
3) Kelompok ujukan (dibangun melalui skema kognitif).

Selain prior ethos, persepsi komunikan terhadap komunikator dipengaruhi


pula oleh instrinsic ethos. Secara sederhana, instrinsic ethos adalah kepercayaan
yang datang dari dalam diri komunikator secara berproses. Selain sangat
ditentukan oleh persepsi, terdapat dua komponen yang menentukan kredibilitas,
yaitu sebagai berikut:

1. Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh komunikan tentang kemampuan


komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Indikatornya
adalah cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Tentu
sebaliknya, komunikator yang dinilai rendah pada keahlian dianggap tidak
berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh.

11
2. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan
dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil,
sopan dan etis atau apakah ia dinilai tidak jujur, suka menipu tidak adil dan
tidak etis. Aristoteles menyebutnya good moral character.
Beberapa hal yang berkaitan dengan ethos, yaitu sebagai berikut:
1) Komponen-komponen ethos yang meliputi:
a) Competence (kemampuan/kewenangan);
b) Integrity (integritas/kejujuran);
c) good will (tenggang rasa).
2) Faktor-faktor pendukung ethos:
a) Persiapan
b) Kesungguhan
c) Ketulusan
d) Kepercayaan
e) Ketenangan
f) Keramahan
g) Kesederhanaan
Kredibilitas dapat berubah-ubah bergantung pada :
1. Pelaku Persepsi
Contoh : Seorang dokter umum berbicara tentang kesehatan jantung. Apabila
komunikan:
- Khalayak umum (masyarakat) → kredibilitas tinggi
- Intelektual, pejabat negara → kredibilitas rendah (beda dengan ahli jantung)
2. Topik yang dibahas
Contoh : Dalam sebuah seminar tentang kesehatan jantung.
Pembicara : - Dokter → kredibilitas tinggi
- Menteri tenaga kerja → kredibilitas rendah
3. Situasi
Contoh :
-Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas lebih tinggi daripada pembicara
pada pertemuan RT.
-Ceramah di perguruan tinggi yang berstatus tinggi akan meningkatkan kredibilitas si
pembicara, atau sebaliknya pembicara yang dianggap berkredibilitas tinggi akan

12
“jatuh” saat ia bicara pada situasi yang dipandang “kotor” atau ditengah-tengah
kelompok yang berstatus rendah.
-Salahudin Wahid sempat “jatuh” kredibilitasnya karena bersedia menjadi cawapres
Wiranto (Golkar).

b. Atraksi
Atraksi adalah daya tarik komunikator yang bersumber dari fisik. Seorang
komunikator akan mempunyai kemampuan unuk melakukan perubahan sikap melalui
mekanisme daya tarik (fisik). Misalnya, komunikator disnangi atai dikagumi yang
memungkinkan komunikan menerima kepuasan. Daya tarik ini dapat pula disebabkan
oleh adanya faktor kesamaan antara komunikator dan komunikan sehingga
memungkinkan komunikan tunduk terhadap pesan yang dikomunikasikan
komunikator.
Komunikator yang menarik secara fisik akan memiliki daya tarik tersendiri
yang memungkinkan ia memiliki pesona persuasif. Daya tarik pun dapat disebabkan
oleh homophily dan heterophily di antara komunikator dan komunikan. Homophily
terjadi ketika komunikator dan komunikan merasa memiliki kesamaan dalam: status
sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan.
Oleh karena itu, komunikator yang ingin memengaruhi orang lain sebaiknya
memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dan komunikan. Heterophily
terdapat perbedaan status ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan antara
komunikator dan komunikan. Akan tetapi, komunikasi akan lebih efektif pada kondisi
yang memiliki homophily. Pada kondisi homophily komunikator yang dipersepsi
memiliki kesamaan dengan komunikan akan lebih efektif dalam berkomunikasi
disebabkan hal berikut:
1. Kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yaitu proses
menerjemahkan lambanglambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.
2. Kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama
mempermudah proses deduksi.
3. Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Kita cenderung
menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita. Karena
menyukai komunikator, kita cenderung akan menerima gagasan-gagasannya.
4. Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya kepada komunikator. Alasan
keempat ini belum dibuktikan secara meyakinkan dalam berbagai penelitiaan.
13
Sejauh ini,peneliti hanya dapat menyatakan ada hubungan positif antara kesamaan
dengan rasa kepercayaan dan hormat, tetapi hubungan yang lemah. Dalam tingkat
yang ekstrim kita dapat mengatakan hubungan cukup kuat. Bila sikap,
kepercayaan, pengetahuan, nilai-nilai, kesukaan anda banyak yang sama dengan
seseorang, seseorang akan hormat kepada anda, seseorang itu akan percaya
kepada anda. Secara psikologis, anda memberikan faliditas pada konsep diri yang
seseorang miliki. Tidak percaya pada anda berarti tidak percaya pada diri sendiri.

c. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Ketundukan timbul
dari interaksi antara komunikator dan komunikasi. Kekuasaan menyebabkan seorang
komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain karena ia memiliki
sumber daya penting (critical resources). Ada beberapa jenis kekuasaan, yaitu sebagai
berikut:
1. Kekuasaan koersif (coersive power), menunjukkan kemampuan komunikator
untuk mendatangkan ganjaran atau mendatangkan hukuman bagi komunikan.
Ganjaran atau hukuman itu dapat bersifat persoal (misalnya benci dan kasih
sayang) atau impersona (kenaikan pangkat atau pemecatan).
2. Kekuasaan keahlian (expert power), berasal dari pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. Seorang dosen
memiliki kekuasaan keahlian sehingga ia dapat menyuruh mahasiswanya
menafsirkan suatu teori sesuai dengan pendapatnya.
3. Kekuasaan informasional (informational power), berasal dari isi komunikasi
tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator. Ahli komputer
memiliki kekuasaan informasinal ketik menyarankan kepada seorang pemimpi
perusahaan untuk membeli komputer jenis tertentu.
4. Kekuasaan rujukan (referent power), Disini menjadikan komunikator sebagai
kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Komunikator dikatakan memiliki
kekuasaan rujukan bila ia berhasil menanamkan kekaguman pada komunikate,
sehingga seluruh perilakunya diteladani. Misalnya, menjadikan komunikator
sebagai teladan karena perilakunya yang baik.
5. Kekuasaan legal (legitimate power), berasal dari seperangkat aturan atau
norma yang menyebabkan komunikator berwenang untuk melakukan suatu

14
tindakan. Misalnya, seorang manajer dapat mengeluarkan pegawainya yang
melanggar aturan.

D. Pengaruh Komunikasi Psikologi Komunikator

Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator terdiri dari


kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh
sosial yang ditimbulkannya. Pengaruh komunikasi pada orang lain berupa tiga hal:
internalisasi (internalization), identifikasi (identification) dan ketundukan (compliance).

1. Internalisasi

Internalisasi terjadi apabila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan
sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau anjuran
orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang tersebut berguna untuk memecahkan
masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita. Internalisasi
terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Misalnya, kita berhenti
merokok karena kita ingin memelihara kesehatan dan kita tahu bahwa merokok tidak sesuai
dengan nilai-nilai yang kita anut.

Dimensi ethos yang paling relevan dalam hal ini adalah kredibilitas, yaitu keahlian yang
dimiliki oleh komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator.

2. Identifikasi

Identifikasi terjadi apabila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau
kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri
secara memuaskan dengan orang atau kelompok itu.

Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri. Dalam identifikasi,
individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain. dengan kata lain, ia
berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain.

Dengan mengatakan hal-hal yang ia katakan, melakukan hal-hal yang ia lakukan,


mempercayai hal-hal yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang
yang mempengaruhinya. Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya,
murid meniru tindak-tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti
bintang yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi adalah
atraksi (daya tarik komunikator).

c. Ketundukan

Ketundukan terjadi apabila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain
karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok lain
tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang
mempengaruhinya.

15
Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena
mempercayainya, melainkan karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek
sosial yang memuaskan. Contoh-contoh ketundukan adalah bawahan yang mengikuti perintah
atasannya karena takut dipecat, dan pegawai negeri yang masuk parpol tertentu karena
khawatir diberhentikan. Dimensi ethos yang berkaitan dengan ketundukan adalah kekuasaan.

BAB III

PENUTUP

16
Daftar Pustaka

Devianti, R. 2021. Psikologi Komunikasi. STAI Auliaurrasyidin Tembilahan

Dr Warsah Idi, M. Pd. I , Mirzon Daheri, MA. PD. Psikologi Suatu Pengantar. Tunas
Gemilang Press. Yogyakarta, 2021

Dr. Afrilla Naniek . Teori-teori Komunikator. Desanta Mukiavisitama. Banten 2020

Jalaluddin Rachmat. 2013. Psikologi Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai