Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BELAJAR
Di
S

Oleh:

YETRI ADELA LUBIS

Dosen Pembimbing

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah


SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya serta bimbingan-Nya, akhirnya penulisan makalah ini
dapat selesai. Sholawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan yang terang benderang yakni
ajaran agama Islam. Semoga kita termasuk umat beliau yang kelak mendapatkan syafaat di
yaumil akhir nanti. Amin yarobbal’alamiin.
Penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Makalah,penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Namun
penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesainnya. Adapun penyelesaian
makalah ini tidak terlepas dari bantuan serta arahan dari bapak untuk itu dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Kami berharap dari makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca serta penulis. Demikianlah makalah ini penulis susun, kritik serta
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi buku ini, untuk itu kami
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Definisi Psikologi.....................................................................................................3
B. Teori-Teori Dalam Pembelajaran.............................................................................6
C. Pendidikan dan Psikologi Pendidikan......................................................................7
D. Menjadi Guru yang Efektif...................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................................24
A. Kesimpulan............................................................................................................24
B. Saran.......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Studi tentang psikologi pendidikan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari kalangan
ilmuwan yang menekuni bidang pendidikan. Studi ini dianggap menepati bagian terpenting
dalam studi pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Hal ini wajar, sebab psikologi
pendidikan dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam
mewujudkan keberhasilan seorang guru dalam menghantarkan kesuksesan belajar para
siswa. Itu sebabnya, setiap individu yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama para guru
yang setiap hari berinteraksi dengan para siswa di ruang kelas, baik formal dan non formal,
harus memiliki kemampuan dalam memahami setiap siswa yang dididiknya. Jadi artinya,
berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar sangat berkaitan erat dengan kemampuan
para pendidik dalam memahami dan membimbing para siswa sehingga mereka dapat
menemukan tujuan dan mencapai hasil terbaik mereka dalam belajar.
Berdasarkan hal-hal diatas yang mendorong penulis menyusun makalah ini. Sebelum
membahas psikologi pendidikan lebih mendalam, alangkah lebih baiknya kita mengetahui
teori-teori psikologi dan apa yang seharusnya seorang pendidik lakukan, karena ini
merupakan fondasi untuk memahami tentang psikologi pendidikan dan melaksanakannya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
a. Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?
b. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam psikologi pendidikan?
c. Bagaimana teori-teori dalam pembalajaran?
d. Bagaimana seorang pendidik dapat lebih efektif dalam mengajar ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami melakukan penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Menjelaskan pengertian teori psikologi pendidikan.
b. Menjelaskan pendekatan-pendekatan dalam psikologi pendidikan.
c. Menjelaskan teori-teori dalam pembelajaran
d. Menjelaskan bagaimana seorang pendidik dapat lebih efektif dalam mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Psikologi
a. Pengertian Psikologi
Dilihat dari arti katanya, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas
hidup, dan “logos” atau ilmu dilihat dari arti katanya, psikologi dapat diartikan seolah-olah
sebagai ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi sebagai
ilmu yang mempelajari jiwa kurang tepat, karena pada kenyataannya psikologi tidak
mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat diamati
secara konkrit. Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu
dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah pengertian yang luas
sebagai manifestasi hayati (hidup) yang meliputi jenis, motorik, kognitif, konatif, dan afektif.
Perilaku motorik adalah perilaku dalam bentuk grakan seperti berjalan, berlari, duduk, dsb.
Perilaku kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam
disekitarnya spserti pengamatan, berfikir, mengingat, mencipta, dsb. Perilaku konatif ialah
perilaku berupa dorongan dari dalam individu, misalnya kemauan, motif, kehendak, nafsu,
dsb. Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi seperti senang, nikmat,
gembira, sedih, cinta, dsb. Kesemua jenis perilaku itu merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan metode-metode ilmiah (scientifik
methods) untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan untuk menafsirkan informasi
yang berkenaan dengan perilaku individu. Beberapa metode yang dipergunakan antara lain
eksperimen, observasi, klinis, psikometrika dan sebagainya.

b. Pendekatan Psikologi
Dalam pengakajian terhadap perlaku terdapat berbagai jenis pendekatan dalam memberikan
penjelasan mengenai apa, mengapa, dan bagaimana perilaku individu. Pendekatan-
pendekatan utama ialah pendekatan behaviorisme, pendekatan kognitif, pendekatan
humanistik, pendekatan psikoanalisa, dan pendekatan neurobiologi.

1. Pendekatan Behaviorisme
Adalah penekatan yang lebih mengutamakan hal-hal yang nampak pada individu. Menurut
penekatan ini, perilaku itu adalah segala sesuatu yang dapat diamati oleh alat dria sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi dengan lingkungan, individu menerima
stimulus (rangsangan) dari lngkungan dan individu memberikan response (tindak balas)
kepada lingkungan. Perilaku terjadi karena adanya rangkaian hubungan antara stimulus
(rangsangan) dengan response (tindak balas). Pendekatan behaviorisme sering pula disebut
sebagai teori S-R (teori stimulus-response). Beberapa tokoh psikologi dalam pendekatan ini
antara lain : Watson, Skinner, Pavlov, Thorndike.

5
2. Pendekatan Kognitif
Dalam pendekatan kognitif menjelaskan bahwa perilaku itu sebagai proses internal (di
dalam). Pendekatan ini menganggap bahwa perilaku merupakan suatu proses input-output
yaitu penerimaan dan pengolahan informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran.
Individu bukanlah penerima rangsangan yang pasif, akan tetapi di dalam kesadarannya (otak)
terjadi suatu prosesyang aktif mengubah informasi yang diterima menjadi bentuk baru yang
lebih sesuai. Keluaran yang berupa perilaku akan banyak bergantung pada perbendaharaan
(simpanan) dalam kesadaran otak atau otak individu. Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini
antara lain : Piaget, Ausubel, Brunner.

3. Pendekatan Humanistik
Dalam penekatan humanistik lebih mentikberatkan pada martabat kemanusiaan pada individu
yang berbeda dengan hewan dan makhluk lainnya. Menurut pendekatan ini manusia sudah
sejak awalnya mempunyai dorongan untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia di
lingkungannya. Setiap individu bertanggung jawab terhadap tindakannya masing-masing.
Perilaku individu terjadi karena adanya kebutuhan yang mendorong untuk mewujudkan
dirinya (self-actualization). Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini ialah Maslow dan Carl
Rogers.

4. Pendekatan Psikoanalisa
Dalam pendekatan ini lebih mengutamakan hal-hal yang berada di bawah kesadaran individu.
Pendekatan ini menganggap bahwa perilaku individu dikontrol oleh bagian yang tidak sadar.
Tokoh utama Psikoanalisa ialah Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian terdiri
atas tiga unsur yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Semua perilaku digerakan oleh kekuatan
dibawah sadar yang disebut libido

5. Pendekatan Neurobiologi
Pendekatan neourobiologi, yang mengaitkan perilaku individu dengan kejadian-kejaian di
dalam otak dan sistem syaraf. Menurut pendekatan ini, perilaku seseorang amat tergantung
pada kondisi otak dan sistem syarafnya. Apabila otak dan syaraf terganggu, maka perilakupun
akan terganggu pula.

Dari beberapa pendekatan psokologi di atas dapat dijadikan dasar sebagai pijakan dalam
menentukan dan mengambil tindakan yang diperlukan oleh sorang tenaga pendidik dalam
kegiatan belajar mengajar hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi peserta didik
dan fasilitas yang dimiliki karena keberagaman siswa dalam satu kelas memerlukan

6
penanganan yang berbeda untuk setiap masalah yang dihadapi agar potensi siswa dalam
belajar dapat dikembangkan dan mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan
karakteristik individu.

c. Jenis-jenis Psikologi
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi telah banyak dipergunakan dalam berbagai bidang
kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial,
kesehatan, pengajaran dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu kemudian timbul berbagai cabang-cabang psikologi yang mengakaji
perilaku dalam situasi yang khusus, baik untuk tujuan teoritis maupun praktis. Dengan
demikian, ada psikologi umum (general psychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya,
dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus.
Beberapa jenis psikologi khusus antara lain :
- Psikologi perkembangan, yang mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses
perkembangan sejak kehidupan dimulai (konsepsi) sampai akhir kehidupan (mati).

- Psikologi sosial, yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi sosial.


- Psikologi abnormal, yang mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
- Psikologi komparatif, yang mengkaji perbandingan perilaku manusia dengan perilaku
binatang.
- Psikologi diferensial, yang mengkaji perbedaan perilaku antar individu.
- Psikologi kepribadian, yang mengkaji perilaku individu secara khusus dari aspek
kepribadiannya
- Psikologi pendidikan, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan.
- Psikologi industri, yang mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia
industri.
- Psikologi Klinis, yang mengkaji perilaku individu untuk keperluan klinis atau
penyembuhan.
- Psikologi kriminal, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi kriminal.
- Psikologi militer, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi kemiliteran.

Apabila dilihat diatas diantara cabang-cabang psikologi maka psikologi pendidikan termasuk
kedalam psikologi khusus ini berarti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mengkaji
bagaimana perilaku individu dalam dunia pendidikan termasuk dalam belajar mengajar

7
seyogyanya para pendidik yang terlibat dalam dunia pendidikan memahami perilaku individu
di dalamnya terutama para guru yang secara langsung berhadapan dengan para siswa dalam
kegiatan belajar mengajar setiap hari untuk lebih memahami bagaimana perilaku siswa dalam
belajar sehingga para guru dapat menentukan cara dan metode yang tepat dalam
menyampaikan pelajaran kepada para siswa.

d. Psikologi Pendidikan
Psikologi ialah cabang psikologi yang secara khusus mengkaji berbagai perilaku individu
dalam kaitan dengan situasi pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan ialah menenemukan
bergabai fakta, generalisasi, dan teori psikologis yang berkaitan dengan pendidikan untuk
digunakan dalam upaya melaksanakan proses pendidikan yang efektif.
Pendidikan merupakan upaya dalam mempengaruhi individu agar berkembang menjadi
manusia yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pendidikan terjadi proses
pengembangan potensi manusiawai dan proses pewarisan kebuayaan. Pendidikan merupakan
kegiatan yang melibatkan individu (manusia) yang berperilaku yang disebut dengan perilaku
pendidikan. Perilaku diwujudkan oleh mereka yang secara langsung ataupun tidak langsung
terlibat dalam pendidikan seperti pendidik (guru, pengajar), peserta didik (murid, pelajar,
mahasiswa), pengelola pendidikan, administrator pendidikan, perencana pendidikan, peneliti
pendidikan, lingkungan pendidikan (orang tua, masyarakata, dsb). Adalah sangat diharapkan
agar mereka-mereka yang terlibat dalam proses dan kegiatan pendidikan itu dapat
menunjukkan perilaku pendidikan yang sesuai dengan agar pendidikan dapat berlangsung
secara efektif sesuai dengan lanasan dan tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa pertanyaan yang brkaitan dengan itu upaya menciptakan pendidikan yang efektif
antara lain :
- Apa yang menjadi tujuan pendidikan? Bagaimana merumuskannya?
- Bagaimana memilih dan menetapkan isi pendidikan/pengajaran?
- Bagaimana memilih metode mendidik atau mengajar secara tepat?
- Bagaimana membimbing peserta didik agar mau belajar secara baik?
- Bagaimana mendorong peserta didik agara mau belajar secara baik?
- Bagaimana memilih dan menetapkan alat bantu mengajar yang efektif?
- Bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan?
- Bagaimana menilai hasil pembelajaran?
- Bagaimana menciptakan kesehatah mental para guru dan murid?
- Bagaimana membuat manajemen dan administrasi pendidikan secara efektif?
Mungkin masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan yang berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan pendidikan terutama disekolah. Untuk menjawab pertanyaan-

8
pertanyaan dalam bidang pendidikan tersebut diperlukan adanya konsep-konsep psikologi
yang sesuai. Konsep-konsep inilah yang dikaji oleh psikologi pendidikan.

e. Peranan Psikologi dalam Pembelajaran dan Pengajaran


Dalam lingkup yang lebih khusus (terutama dalam ruang kelas) psikologi pendidikan
banyak memusatkan pada psikologi pembelajran dan pengajaran. Disini lebih difokuskan
pada pengkajian aspek psikologis dalam aktifitas pembelajaran dan pengajaran. Dengan
demikian dapat diciptakan suatu proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Hal itu
dapat iupayakan dengan mewujudkan perilaku pembelajaran pada siswa, serta perilaku-
perilaku individu yang yang lain yang terkait (misalnya orang tua, pengelola, dan
administrator pendididikan). Hal ini mengandung makna bahwa psikologi mempunyai
peranan yang sangat besar dalam proses pembelajran dan pengajaran.

Beberapa peranan psikologi pendidikan antara lain :


1. Memahami siswa sebagai pelajar (perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan,
motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dsb)
2. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu siswa-siswa yang mendapat kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pengajaran dan embelajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11. Membimbing perkembangan siswa

B. Teori-Teori dalam Pembelajaran


a. Pengertian Pembelajaran
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru
itu mengajar. Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, secara
umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku

9
sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Seacara lengkap pengertian pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut : “pembelajaran
ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiridalam
interaksi dengan lingkungannya”. (Prof. Dr. H. Mohammad Surya;Psikologi Pembelajaran an
Pengajaran).
Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut adalah :
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran
menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah bertambah, dan ia
lebih yakin terhadap dirinya.
b) Perubahan yang bersifat kontinyu (berkesinambungan). Perubahan perilaku sebagai
hasil pembelajaran akan berlangsung secara berksinambungan, artinya suatu perubahan yang
telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.
c) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai
hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d) Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan dalam diri
individu.
e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjai dengan sendirinya
akan tetapi melalui aktivitas individu.
f) Perbahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai
hasil pemebelajaran akan berada secara kekal ddalam diri individu, setidak-tidaknya untuk
masa tertentu.
g) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan yang terjadi karena ada
sesuatu yang akan dicapai.
Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip
ini mengandung arti bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pemebelajaran adalah meliputi
semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu
meliputi aspek-aspek perilaku kognitif, konatif, afektif, atau motorik.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa
pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan. Di dalam aktifitas itu
terjadi adanya tahapan-tahapan aktifitas yang sistematis dan terarah. Jadi pembelajaran bukan
sebagau suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan merupakan suatu rangkaian
aktifitas-aktifitas yang dinamis dan saling berkaitan.

10
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu yang mendorong dan ada suatu
tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas pembelajaran itu
terjadi karena ada sesuatu yang mendorong dan sesuatu yang ingin dicapai.
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah
kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Hal ini berarti bahwa selama
individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang
menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti.

b. Peranan Teori dalam Pembelajaran an Pengajaran


Pembelajaran merupakan salah satu upaya individu untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehingga memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan efektif. Dari segi masyarakat,
pembelajaran merupakan kunci dalam pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke generasi
baru. Dengan pembelajaran dapat dimungkinkan adanya penemuan dan pengembangan dari
hasil generasi lama.
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-
peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori ialah : (a) memberikan
kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penenlitian, dan (b) memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji
Ada empat fungsi umum suatu teori menurut Patrick Supper (1974), yaitu :
1. Teori terdiri atas prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan kerangka
untuk melaksanakan penelitian.
2. Teori memberikan kerangka kerja bagi informasi yang spesifik
3. Menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi lebih sederhana
4. Menyusun kembali dari pengalaman-pengalama. Sebelumnya
Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah :
1. Memberikan garis garis rujuakan untuk perancangan pengajaran
2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas
3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas
4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu

c. Teori-teori Pembelajaran
1. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)

11
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan:
(1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi, (2) menjelajah kenyataan dan
menemukan hukum-hukumnya, (3) memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi
kehidupan, (4) menentukan kenyataan yang sesungguhnya dibalik suatu yang nampak.
Piaget memandang bahwa kognitif merupakan hasil dari pembentukan adaptasi biologis.
Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara individu dengan
lingkungan, dimana dalan interaksi tersebut terjadi proses organisasi dan adaptasi. Organisasi
ialah proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga menjadi dikenal oleh
individu. Adaptasi ialah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan
lingkungannya.
Intelegensi merupakan dasar bagi perkembangan kognitif. Intelegensi merupakan suatu
proses berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan dalam interaksi dengan
lingkungan. Dalam teori Jean Piaget dia membagi perkembangan kognitif merupakan
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi sehingga dewasa, yang berlangsung melalui empat
tahapan yaitu :
- Sensorik-motorik (0-1,5 tahun) pada tahap ini aktivitas kognitif berpusat pada aspek
alat dria (sensorik) dan gerak (mototrik). Artinya, dalah tahap ini anak hanya mampu
melakukan penegenalan lingkungan dengan alat drianya dan pergerakannya
- Pre-operational (1,5-6 tahun), anak telah menunjukkanaktifitas kognitif dalam
menghadapi berbagai hal dari luar dirinya. Aktifitas berfikirnya belum mepunyai sistem yang
terorganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan
tanda-tanda simbol, cara berfikirnya tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Cara
berfikirnya ditandai dengan ciri-ciri: (a) transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang
bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis, (b) ketidakjelasan hubungan sebab akibat,
yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis, (c) animism, yaitu
menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya, (d) artificialism, yaitu
kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia, (e)
perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat atau dengar, (f)
mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari
persoalan yang dihadapainya, (g) centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada
suatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya, (h) egocentrism, artinya
anak meliohat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri.
- Concrete operational (6-12 tahun), anak telah dapat membuat pemikiran tentang
situasi atau hal konkrit secara logis, perkembangan kognitif pada tahap ini memberikan anak
kecakapan berkenaan dengan konsep klasifikasi, hubungan, dan kuantitas. Konsep klasifikasi
ialah kemampuan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok
objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama. Konsep hubungan ialah kemtangan
anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas
yaitu kesadaran anak bahwa suatu kuantitas tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah
asal tidak ditambah atau dikurangi.

12
- Formal operasional (12 tahun ke atas), perkembangan kognitif ditandai dengan
kemampuan individu untuk berfikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami
konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara hal
yang sempit.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran, antara lain :
a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam
mengajar guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b) Anak-anak akan belajar lebih baikapabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-
baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d) Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara
dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.
2. Teori Pemrosesan informasi (Robert Gagne)
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi
yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri atas (1) informasi verbal,
(2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
Informasi verbal ialah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam
bentuk verbal (kata-kata atau kalimat). Kecakapan intelektual ialah kecakapan individu dalam
melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, kecakapan
intelektual mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep
abstrak, aturan dan hukum-hukum. Kecakapan inteltual sangat diperlukan dalam menghadapi
pemecahan masalah. Strategi kognitif , ialah kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi
kognitif ini ialah kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi
aktifitas yang efektif. Sikap, ialah hasil pembelajran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Kecakapan mototrik, ialah hasil pembelajaran
yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Tahapan proses pembelajaran menurut teori Gagne terjadi melalui delapan fase yaitu :
- Fase motivasi, ialah fase awal individu memulai pembelajaran denan adanya
dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam fase ini
individu didorong untuk mengubah perilakunya agar mencapai apa yang dikehendaki.
- Fase pemahaman, dalam fase ini individu menerima dan memahami rangsangan yang
berupa informasi yang diperoleh dalam pembelajaran. Dalam fase ini terjadi proses
pemberian perhatian yang berupa peningkatan aktifitas terhadap suatu rangsangan yang
dirasakan lebih berkenaan dengan dirinya. Apabila individu melakukan pembelajaran dengan
perhatian, maka informasi yang diterima akan diterima lebih baik.

13
- Fase pemerolehan, dalam fase ini dimana individu mempersepsi atau memberikan
makna kepaa segala informasi yang sampai pada dirinya. Dalam fase ini terjadi proses
simpan awal (short term memory), untuk memudahkan penyimpanan biasanya informasi
disimpan dengan kode-koe tertentu.
- Fase penahanan, adalah dimana informasi yang diterima dan dapat dipakai dalam
jangka waktu panjang. Dalam fase ini terjadi proses mengingat atau menyimpan informasi
untuk jangka waktu panjang (long term memory). Dengan proses ini maka hasil pembelajaran
dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
- Fase ingatan kembali, ialah fase dimana individu mengeluarkan kembali informasi
yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu. Pengeluaran ini terjadi apabila mendapat
rangsangan untuk mengeluarkannya.
- Fase generalisasi, yaitu fase dimana individu akan menggunakan kembali hasil
pembelajaran yang dimiliki untuk satu keperluan tertentu yaitu meminah suatu hasil
pembelajaran dari keadaan khusus kekeadaan umum.
- Fase pemberlakuan, ialah perubahan perwujudan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran. Dalam fase ini individu akan menunjukkan perilaku-perilaku yang baru sesuai
hasil pembelajarannya dengan adanya tindak balas yang berupa perilaku dalam menghadapi
rangsangan di lingkungan.
- Fase umpan balik, ialah fase dimana individu memperoleh umpan balik (feed back)
dari perilaku yang telah dilakukannya. Apabila perilakunyamemberikan kepuasan, maka akan
diperkuat (peneguhan positif), dan sebaliknya apabila perilakunya memberikan umpan balik
yang kurang memuaskan, maka akan dikurangi (peneguhan negatif).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada sembilan
langkahpengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Melakukan tindakan untuk menrik perhatian siswa
2. Memberikan kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan
dibahas
3. Merangsang siswa untuk memulai aktifitas pembelajaran
4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan
5. Memberikan bimbingan bagi aktifitas siswa dalam pembelajaran
6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa
7. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa
8. Melaksanakan penialaian proses dan hasil pembelajaran
9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil
pembelajaran

14
3. Teori Pembelajaran Sosial-Kognitif (Albert Bandura)
Teori yang dikemukan oleh Albert Bandura ini disebut juga teori pembelajaran sosial-kognitif
dan disebut pula sebagai teori pembelajran melalui peniruan. Teori Bandura didasarkan pada
tiga asumsi, yaitu pertama, bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang
ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain yang disebut pula sebagai
perilaku model atau perilaku contoh. Kedua, terdapat hubungan yang berkaitan yang erat
antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam ketaerkaitan antara tiga
pihak yaitu lingkungan, perilaku, dan faktor-faktor pribadi. Ketiga, ialah bahwa hasil
pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur) yaitu : (1)
perilaku model (contoh), (2) pengaruh perilaku model, dan (3) proses internal belajar. Jadi
individu melakukan proses pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model (perilaku
yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga
menjadi perilakunya sendiri.
Proses peniruan model ini akan dipengaruhi oleh faktor kualitas model itu sendiri dan
kualitas individu. Model-model yang akan ditiru ditentukan oleh tiga faktor : faktor pertama,
ialah ciri-ciri model, yaitu model yang memiliki ciri-ciri yang bersesuaian dengan individu
akan lebih mungkin ditiru dibanding dengan model yang kurang bersesuaian. Faktor keadua,
ialah nilai prestise daripada model, model yang mempunyai nilai prestise tinggi akan lebih
mungkin ditiru dibandingkan dengan model yang mempunyai nilai prestise rendah. Faktor
ketiga, ialah peringakat ganjaran instrinsik, artinya kualitas rasa kepuasan yang diperoleh
dengan meniru suatu model. Artinya aktivitas itu sendiri memberikan kepuasan bagi individu
yang melakukan peniruan. Individu yang mempunyai kurang rasa percaya diri akan banyak
melakukan peniruan.
Dalam kaitannya dengan pengajaran didalam kelas, guru hendaknya merupakan tokoh
perilaku bagi siswa-siswanya. Proses kognitif siswa hendaknya mendapat perhatian dari guru,
kemudian lingkungan hendaknya memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru
membantu siswa dalam mengembangkan perilaku pengajaran. Guru hendaknya
mempehatikan karakteristik siswa terutama berkenaan dengan perbedaan individual,
kesediaan , motivasi, dan proses kognitifnya. Proses pembelajaran hendaknya tidak terpisah
dari lingkungan sosial, artinya apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan pengajaran
hendaknya memiliki keterkaitan dan padanan dengan kehisupan sosial nyata.
Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan strategi
sebagai berikut :
1. Mengidentifkasi model-model perilaku yang akan digunakan di kelas
2. Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional, dan

15
memilih perilaku-perilaku model
3. Mengembangkan urutan atau peringakat proses pengajaran
4. Menerapkan aktifitas pembelajaran siswa dengan membentuk proses kognitif dan
mototrik.

C. Pendidik dan Psikologi Pendidikan


Pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar ini artinya
keberhasilan belajar mengajar banyak tergantung dari pihak pendidik itu sendiri. Salah satu
hal yang paling strategis adalah mengenal dan menerapkan berbagai aspek psikologis dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya proses belajr mengajar. Guru dituntut harus
memapu mewujudkan perilaku mgajar secara tepat agar menjadi belajar yang efektif dalam
diri siswa atau pelajar. Disamping itu, guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi
belajar mengajar yang kondusif.
Guru dituntut untuk mapu mrningkatkan kualitas belajar para peserta didik (siswa) dalam
bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa dapat menghasilkan pribadi yang mandiri,
pelajar yang efektif, pekerja yang produktif, dan anggota masyarakat yang baik. Guru tidak
terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan akan tetapi lebih
meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar, dan
sebagai direktur belajar.
Sebagai perancang pengajaran (designer of instruction) guru diharapkan mampu untuk
rmerancang kegiatan belajar mengajar secara efektif dengan suasana yang kondusif bagi
siswa. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar
sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan,
memilih bahan, memilih metoda, kegiatan evaluasi, dsb.
Sebagai pengelola pengajaran (manager of instruction), seorang guru akan berperan
mengelola seluruh proses belajar mengajar dengan mnciptakan kondisi-kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan
belajar hendaknya dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan suasana yang
mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik.
Sebagai penilai hasil belajar siswa (evaluator of student),guru dituntut untuk berperan secara
terus menerus mnegikuti hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar dapat digunakan sebagai umpan balik
terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang dapat digunakan sebagai titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar dan memperoleh hasil belajar siswa
yang optimal.
Sebagai pengarah belajar (director of learning), guru berperan untuk senantiasa
menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan
ini guru mempunyai peranan sebagai “motivator” keseluruhan kegiatan belajar siswa.

16
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik pengajar yang diharapkan
adalah antara lain :
1. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkannya.
2. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara tepat
serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat.
3. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitifitas yang diperlukan untuk menumbuhkan
semangat belajar
4. Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha
memberikan penjelasan kepada peserta didik
5. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya baik isi maupun metode
6. Memiliki sikap terbuka, luwes dan eksperimental dalam metode dan teknik

D. Menjadi Guru yang Efektif


Untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang efektif dalam mengajar sangat diperlukan
kemampuan seorang pendidik yang benar benar memahami akan peran dan tugasnya sebagai
pendidik. Selain hal tersebut di atas seorang pendidik yang baik juga ditiuntut untuk memiliki
kecakapan dan keterampilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, diantaranya
adalah :
a. Professional Knowledge (pengetahuan profesional)
Berdasarkan penelitian , guru yang efektif menggunakan bentuk-bentuk pengetahuan
(Bransford, Darling-Hammond, & LePage, 2005) sebagai berikut :
Content Knowledge (pengetahuan tentang isi), para guru harus mengetahui tentan g materi
pembelajatan yang ingin diajarkan kepada para siswa, memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
Pedagogical Knowledge (pengetahuan pedagogis), meskipun diperlukan oleh seorang guru
pemahaman yang baik seorang guru tentang materi yang diajarkannya saja tidak cukup untuk
membuat seseorang menjadi guru yang baik. Pengetahuan umum tentang pedagogik sangat
diperlukan bagi seorang guru atau pendidik.
Knowledge about Learner (pemahaman terhadap para siswa), mengajar yang efektif
membutuhkan pengetahuan yang luas tentang berbagai macam cara tentang tingkah laku dan
gaya belajar siswa serta karakteristik unik para siswa dalam belajar. Guru harus mengetahui
bagaimana merancang sebuah pengajaran yang dengan perkembangan mental dan
pemahaman siswa sesuai dengan perkembangan usia para siswa.
Knowledge about Curriculum (pengetahuan tentang kurikulum), walaupun guru telah
dilengakapi buku teks pelajaran untuk mengajar, guru juga perlu mengatehui apa yang dia
ajarkan sesuai dengan panduan atau kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah,

17
memahami tentang kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah akan sangat membantu
guru dalam membuat rancangan pengajaran, memilih bahan ajar, menbuat tugas berdasarkan
kebutuhan belajar para siswa, dan bagaimana mengevaluasi hasil belajar siswa.
b. Professional Skill (keterampilan professional)
Apabila pengetahuan profesional adalah tentang bagaimana cara belajar-mengajar dengan
baik, keterampilan profesional adalah tentang kemampuan bagaimana pemahaman tentang
belajar mngajar dugunakan secara efektif di dalam kelas ketika guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Mungkin para pendidik atau guru sering membaca buku atau artikel tentang
manajemen kelas tetapi apabila guru atau pendidik tidak dapat menggunakannya dalam
praktek sehari-hari dia tidak akan dapat menjadi guru yang efektif bagi para siswanya.
Seorang pendidik atau guru yang efektif dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut :
Planning Skill (kemampuan perencanaan), sebagai seorang guru perencanaan pengajaran
merupakan salah satu tugas yang harus dia kerjakan guna mempersiapkan bagaimana
pelajaran akan berlangsung, aktifitas apa yang akan dilakukan oleh para siswa, dan penilaian
seperti apa yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
Communication Skill (keterampilan berkomunikasi), keterampilam komunikasi yang baik
harus dimiliki oleh para guru atau para pendidik dimana para pendidik yang efektif dalam
berbicara ia berbicara dengan jelas, secara aktif mendengarkan para siswa dan orang tua,
memahami bahasa tubuh para siswa, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan
yang terjadi di dalam sebuah kelas baik ketika proses belajar mengajar maupun diluar proses
belajar mengajar.
Motivation Skill (keterampilan memotivasi), guru atau pendidik yang efektif memberikan
siswa kesempatan untuk memikirkan tetang cita-cita pribadi dan tujuan yang ingin dicapai
dan memberikan solusi serta jalan keluar juga motivasi dalam diri para siswa dab
bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam belajar.
Classroom Management Skill (keterampilan mengelola kelas), seorang guru yang efektif
berbagai macam strategi dan metode dalam pembelajaran, menegakkan aturan didalam kelas,
mengawasi dan mencegak tindakan yang tidak sesuai, dan menangani setiap permasalahan
yang melanggar disiplin muncul di dalam kelas.
Assesment Skill (keterampilan mengevaluasi), seorang guru yang efektif secara teratur
mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan para siswanya dengan berbagai macam metode
baik secara resmi maupun tidak. Penilaian resmi meliputi, presentasi siswa, kuis, tugas
proyek, dan ujian yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah maupun lembaga lain
yang diberikan hak dan kewenangan untuk melakukan penilaian.
Technology Skill (kemampuan menggunakan teknologi), sebagai seorang guru yang baik dan
efektif dalam melakukan proses pembelajaran dituntut untuk menguasai perangkat tekonolgi
yang dapat membantu dalam proses belajar-mengajar.

18
Dari hal-hal yang dikemukakan diatas hendaklah seorang pendidik dapat selalu
mengembangkan kemapuan teknologi, baik kemampuan teknologi dalam bidang proses
belajar-mengajar maupun teknologi yang digunakan sebagai penunjang dalam kegitan belajar
siswa agar para siswa dapat lebih nebgembangkan potensi belajar yang dimiliki oleh siswa,
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat mencapai hasil yang
maksimal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan
disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh
perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang
telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan,
meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber
dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan
yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Keberadaan psikologi pendidikan sangat mendukung bagi para pendidik untuk lebih
memahami para peserta didik sehingga keberadaan psikologi pendidikan sangat diperlukan
bagi para pendidik (guru), sudah seharusnya seorang pendidik memahami tentang psikologi
pendidikan guna menunjang aktifitas proses pembelajaran diruang kelas dan dengan
psikologi pendidikan diharapkan para pendidik lebih memahami tentang karakteristik siswa
yang dididiknya sehingga mereka dapat menggunakan potensi belajar mereka dengan
maksimal

B. Saran

19
Seorang pendidik seharusnya terus belajar dan mengembangkan kemampuan serta menggali
potensi-potensi yang dimilikinya dterutama bidang yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Dalam hal ini, ada tiga hal penting yang harus kita perhatikan dengan baik, yaitu :
1. Memahami tentang psikologi pendidikan
Sudah seharusnya para pendidik (guru) untuk memahami tentang psikologi pendidikan agar
dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang dimiliki dalam proses
belajar mengajar.
2. Mempelajari tentang Teori-teori pembelajaran
Seorang pendidik juga dituntut untuk memahami teori-teori atau pendapat para ahli
pendidikan terutama bagi para pendidik atau guru yang berlatar belakang non pendidikan
untuk meningkatkan kompetensi keilmuan meraka dalam bidang pendidikan.
3. Menjadi guru yang efektif
Mendidik atau mengajar merupakan pekerjaan yang sangat memerlukan keterampilan untuk
berimprovisasi agar apa yang disampaikan kepada peserta didik dapat diterima dengan baik
dan tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didik mengingat belajar bagi siswa atau
peserta didik merupakan rutinitas yang mereka harus jalani sehari-hari. Untuk menjadi guru
yang efektif seorang pendidik atau guru harus memiliki kemampuan managemen kelas yang
baik dengan mempelajari dan menguasai kompetensi professional dalam bidang pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Mohammad Surya. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: CV.
Mahaputra Adidaya.
Moreno, Roxana. (2010). Educational Psychology. New Jersey, America: John Wiley & Sons,
Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai