Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

Landasan Psikologis Pendidikan: Teori Belajar dan Pendidikan


Dosen pengampu:
Dr. H. Moh. Sulhan, M.Ag

Disusun oleh Kelompok 8:


Neta Sahraze Robiatul Adawiyah (1182010055)
Nurul Hidayati (1182010060)
Tri Panigoro (1182010080)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
Jl.A.H.Nasution No.105 Cibiru-Bandung 40614, Telepon: (022) 780 2844,
Website: www.uinsgd.ac.id E-mail: info@uinsgd.ac.id
2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 4
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5
A. DEFINISI PSIKOLOGI BELAJAR ........................................................................... 5
a. Definisi Psikologi........................................................................................................ 5
b. Definisi Belajar ........................................................................................................... 5
c. Definisi Psikologi Belajar ........................................................................................... 6
B. TEORI-TEORI BELAJAR ......................................................................................... 6
a. Teori Connectionism (Koneksionisme)....................................................................... 6
b. Teori Classical Conditioning (Kondisi Klasik) .......................................................... 7
c. Teori Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respons) .................................... 8
d. Teori Kognitif ........................................................................................................... 10
BAB III PENUTUPAN ................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 11
B. SARAN ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Landasan Psikologi Pendidikan: Teori belajar dan pendidikan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata
kuliah Landasan Pendidikan dengan pokok bahasan Landasan Psikologis dalam
Pendidikan. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan
psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang kami lakukan sangat perlu
untuk dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai
peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan
pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.

Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek


kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan
dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan,
perbedaan aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan kepribadian secara
keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami perkembangan individu
peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun arah
perkembangannya. Sehingga, psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu
pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang. Psikologi
juga merupakan suatu disiplin ilmu berobjek formal perilaku manusia, yang
berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam
berbagai latar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Psikologi Belajar?
2. Apa saja teori-teori belajar dalam psikologi belajar?

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi Psikologi belajar
2. Mengetahui teori-teori psikologi belajar

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PSIKOLOGI BELAJAR


a. Definisi Psikologi
Psikologi dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa
Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang
bersumber dari bahsa Greek (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2)
logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu
jiwa. Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan
psikologi sebagai, “ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan
hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan
kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekiitar dan
peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungannya.”
Selanjutnya, Poerbakawatja dan Harahap dalam Ensklopedia Pendidikan,
mendefinisikan pengertiannya sebagai, “cabang ilmu pengetahuan yang
mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa.”
Maka, ditarik kesimpulan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki dan membahas tingkah laku manusia, baik selaku individu
maupun kelompok.
b. Definisi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Maka diartikan, bahwa, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah, atau keluarganya
sendiri. Skinner, dalam bukunya Educational Psychology, berpendapat
bahwa belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif.” Selanjutnya, Chaplin dalam Dictionary
Psychology mendefinisikan dengan, “perolehan perubahan tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Sedangkan
Hitzman dalam The Psychology of Learning and Memory berpendapat
bahwa belajar adalah, “suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
memengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Maka, dari beberapa definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah, “tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

5
c. Definisi Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Maka, Psikologi belajar mengkaji tentang
hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu
lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sekaligus mendasari pengemngan kurikulum.

B. TEORI-TEORI BELAJAR
Menurut Wheeler (dalam Association for Educational Communication and
Technology, 1994) menyatakan bahwa terori adalah, suatu prinsip atau
serangkaian prinsip yang menerangkan sejumlah hubungan antara berbagai
fakta dan meramalkan hasil-hasil baru berdasarkan fakta-fakta tersebut.
Sedangkan teori belajar dapat dipahami sebagi prinsip umum atau kumpulan
prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
a. Teori Connectionism (Koneksionisme)
Teori connectionism ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.
Thorndike (1874-1947). Menurutnya, seluruh kegiatan belajar adalah
didasarkan pada jaringan asosiasi atau hubungan (bonds) yang dibentuk
antara stimulus dan respons. Karena itu, teori ini disebut juga S-R bond
theory atau S-R psychology of learning. Asumsinya bahwa otak siswa dapat
menyerap dan menyimpan jejak-jeak mental aspek individual dari sebuah
situasi. Bila aspek-aspek tersebut dirasakan, mereka mengaktifkan jejak
mental yang berhubungan. Jejak mental tersebut pada gilirannya berkaitan
secara kolektif dengan respons-respons khusus. Bila asosiasi tersebut
terbentuk utuh, setiap waktu bila seorang siswa dihadapkan pada suatu
situasi maka ia pasti akan menunjukkan respon tersebut tertentu.
Selain itu, teori ini juga disebut trial and error learning. Hal ini karena
hubungan yang terbentuk antara stimulus dan respons tersebut timbul
terutama melalui trial and error, yaitu upaya mencoba berbagai respons
untuk mencapai stimulus meski berkali-kali mengalami kegagalan. Proses
ini oleh Thorndike disebut juga sebagai connectionisme, atau learning by
selecting and connecting.
Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan berbagai jenis hewan
percobaan, di antaranya kucing. Pertama-tama kucing diletakkan di dalam
sangkar berjeruji (yang disebut puzzle box) yang dilengkapi dengan
peralatan seperti tuas pengungkit, gerendel pintu, dan tali penghubung tuas
dan gerendel. Peralatan tersebut dipasang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan kucing tersebut untuk dapat membuka sangkar dan
menjangkau makanan yang terletak di depan sangkar, dengan suatu usaha.

6
Mula-mula kucing mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-larian,
namun berkali-kali usaha itu gagal. Kucing itu terus berusaha dan berusaha
sehingga akhirnya behasul, pintu sangkar terbuka dan kucing dapat
mencapai makanan.
Thorndike juga membuat rumusan hukum belajar. Tiga hukum belajar
tersebut adalah:
a) Law of readiness (hukum kesiapan), yaitu belajar akan terjadi bila ada
kesiapan dari individu. Apabila organisme (hewan atau manusia)
memiliki kesiapan untuk belajar, maka ia akan mengalami kepuasan,
tetapi jika tidak siap maka akan terjadi kekecewaan.
b) Law of exercise (hukum latihan), yaitu perilaku sebagasi hasil belajar
terbentuk karena adanya hubungan antara stimulus dan respons.
c) Law of effect (hukum efek), yaitu ketika respons (harapan) menghasilkan
efek yang menyenangkan, hubungan antara stimulus dan respons akan
semakin kuat.
b. Teori Classical Conditioning (Kondisi Klasik)
Teori classical conditioning berkembang berdasarkan eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Dalam eksperimennya, Pavlov
menggunakan anjing untuk mengetahui bagaimana refleks bersyarat
terbentuk dengan adanya conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus
(UCS), dan conditioned respons (CR).
Pertama-tama, anjing dioperasi, pada salah satu kelenjar air lirtnya
diberi alat penampung yang dihubungkan dengan pipa kecil sehingga jika
air liurnya keluar dapat dilihat oleh peneliti. Sebelum dilakukan eksperimen,
anjing selalu mengeluarkan ir liurnya setiap kali melihat makanan, namu
ketika hanya mendengar bunyi bel maka air liurnya tidak keluar. Kedua,
dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bunyi bel
(CS) bersama-sama denan pemberian makanan berupa serbuk daging
(UCS). Setelah dilakukan eksperimen secara berulang-ulang, hasilnya
anjing mengeluarkan air liur (CR) meski hanya mendengar bunyi bel saja
(CS). Jadi, CS akan menghasilkan CR apa bila CS dan UCS dihadirkan
berulang-ulang secara bersamaan. Secara singkat, eksperimen tersebut
digambarkan sebagai berikut:

7
Dapat disimpulkan bahwa proses belajar seseorang yang merupakan
respons akan berlangsung sebagai akibat dari terjadinya pengasosiasian
ganjaran (reward) sebagai kondisi dan rangsangan sebagai stimulus yang
mendahului ganjaran tersebut.

c. Teori Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respons)


Teori ini dikemukakan oleh F.B Skinner pada tahun 1930’an. Berbeda
dengan kedua tokoh sebelumnya (Thorndike dan Ivan Pavlov), Skinner
lebih menekankan pada operant response (instrumental response) yang
timbul dan berkembangnya diikuti oleh stimulus tertentu. Dinamakan
operant conditioning karena respons berekasi terhadap lingkungan sebagai
efek yang ditimbulkan reinforcer.
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus
yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian dikenal dengan
Skinner Box. Peti sangkar ini terdiri dari dua macam komponen pokok.
Mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari ke sana
kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding
dan sebagainya. Kemudian secara kebetulan tindakan tikus itu dapat
menekan pengungkit yang mengakibatkan munculnya butir-butir makanan
ke dalam wadahnya. butir-butir makanan itu merupan reinforcer (penguat)
bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut sebagai
tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan
reinforcement yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul
pada wadah makanan. Secara singkat, eksperimen tersebut digambarkan
sebagai berikut:

8
Berdasarkan teori ini, Skinner merumuskan prosedur pembentukan
perilaku. Secara sederhana, prosedur tersebut terdiri dari tahap-tahap
sebagai berikut:
1) Indetifikasi kemungkinan reinforcer bagi perilaku yang akan dibentuk
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap berbagai kemungkinan
reinforcer yang tepat sebagai stimulus bagi perilaku yang akan dibentuk.
Sebagai contoh, untuk membentuk perilaku memakai sepatu sendiri bagi
anak TK, dapat digunakan renforcer berupa pujian, hadiah permen, dan
sebagainya.
2) Analisis komponen-komponen perilaku
Pada tahap ini dilakukan perincian komponen-komponen yang
terkandung dalam perilaku yang ingin dibentuk. Sebagai contoh, perilaku
memakai sepatu sendiri dapat dirinci menjadi:
- Mengambil sepatu
- Memasukkan salah satu kaki ke sepatu yang sesuai (misalnya, kaki
kanan ke sepatu sebelah kanan)
- Menggunakan tangan untuk membantu memasukkan kaki secara
sempurna ke dalam sepatu
- Mengikat tali sepatu
- Melakukan hal yang sama pada sepatu yang sebelah lagi
3) Indetifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen perilaku
Pada tahap ini, semua kemungkinan reinforcer yang dianggap potensial
bagi pembentukan setiap kompenen perilaku diidentifikasi untuk
kemudian dipersiapkan. Sebagai contoh, yaitu mengidentifikasi rincian
perilaku memakai sepatu.
4) Melaksanakan pembentukan perilaku sesuai dengan urutan komponen
perilaku yang telah disusun

9
Pada tahap ini, semua perencanaan pembentukan perilaku beserta
komponen dan reinforcernya dilaksanakan. Kalau komponen pertama
telah dilakukan maka hadiahnya diberikan hingga komponen tersebut
makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau sudah terbentuk,
pemberian hadiah dihentikan, dilanjutkan pada pemberian hadiah pada
komponen kedua bila telah dilakukan. Ini juga dilakukan berulang-ulang
hingga komponen kedua juga terbentuk. Demikian seterusnya sehingga
semua komponen perilaku terbentuk. Menurut Skinner pula, sebagian
besar perilaku manusia adalah berupa respons atau jenis perilaku operant.
Kemungkinan modifikasi perilaku tersebut juga boleh dikatakan tak
terbatas.
Teori-teori belajar hasil eksperimen Thorndike, Skinner dan Pavlov
tersebut secara prinsipil bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan
pada timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
d. Teori Kognitif
Berbeda dengan teori-teori belajar dalam paradigma behavioristik yang
menjelaskan belajar sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati yang
timbul sebagai hasil pengalaman, teori belajar kognitif menjelaskan belajar
dengan berfokus pada perubahan-perubahan proses mental internal yang
digunakan dalam upaya memahami dunia eksternal. Proses tersebut
digunakan mulai dari mempelajari tugas-tugas sederhana seperti mengingat
nomor telepon hingga tugas-tugas yang kompleks seperti memecahkan
masalah matematik yang mendetil. Dengan demikian, teori kognitif
menekankan bahwa dalam proses belajar, pembelajaran aktif dalam
mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang topik yang mereka
pelajari.
Dari perspektif kognitif, belajar adala perubahan dalam struktur mental
seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan, keyakinan,
keterampilan, harapan dan mekanisme lain “dalam kepala pembelajar”.
Fokus teori ini adlaah potensi untuk berperilaku dan bukan pada perilakunya
sendiri. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses-proses
mental seperti berpikir, dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada
pembelajar. Proses ini memungkinkan pembelajar untuk menginterpretasi
dan mengorganisir informasi secara aktif, inilah prinsip yang mendasari
semua teori kognitif.

10
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan, sebagasi salah
satunya adala landasaan psikologi pendidikan. Dalam landasan psikologi,
terdapat teori-teori belajar yang akan membantu dalam proses manusia
menjadi manusia seutuhnya.
Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengemngan kurikulum.
Teori belajar tersebut diantaranya: 1) Connectionism (Koneksionisme),
yaitu teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike
(1874-1947). Menurutnya, seluruh kegiatan belajar adalah didasarkan pada
jaringan asosiasi atau hubungan (bonds) yang dibentuk antara stimulus dan
respons; 2) Conditioning (Kondisi Klasik), yaitu teori yang berkembang
berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) yang
menyatakan bahwa bahwa proses belajar seseorang yang merupakan
respons akan berlangsung sebagai akibat dari terjadinya pengasosiasian
ganjaran (reward) sebagai kondisi dan rangsangan sebagai stimulus yang
mendahului ganjaran tersebut; 3) Operant Conditioning (Pembiasaan
Perilaku Respons), yaitu teori yang dikemukakan oleh F.B Skinner pada
tahun 1930’an, Berbeda dengan kedua tokoh sebelumnya (Thorndike dan
Ivan Pavlov), Skinner lebih menekankan pada operant response
(instrumental response) yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
stimulus tertentu. Dinamakan operant conditioning karena respons berekasi
terhadap lingkungan sebagai efek yang ditimbulkan reinforcer; dan 4)
Kognitif, yaitu menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-
perubahan proses mental internal yang digunakan dalam upaya memahami
dunia eksternal.

B. SARAN
Dikarenakan kami dalam proses pembelajaran maka adalah hal yang
maklum ketika kami mendapati bahwa hal yang kami pahami keliru. Sebab
keterbatasan pengalaman dan pemahaman kami itulah kami meminta saran
yang membangun juga bimbingan yang mengarahkan kepada kami
pemahaman yang sesuai.

11
DAFTAR PUSTAKA

- Nyanyu Khodijah. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press


- Muhibbin Syah. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
- Muhibbing Syah. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

12

Anda mungkin juga menyukai