Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KONSEP PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN TEORI


EKOLOGI BRONFANBRANNER

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 12

NAMA ANGGOTA : 1. NAFA CLEO WULANDARI TARIGAN (4222411009)

2. FERNANDO PURBS (4223111089)

3. HARRY MARCEL WAHYU SIHOTANG (4223111059)

KELAS : PSPM E 2022

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Dra. ROSDIANA M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep Psikologi
Pendidikan dan Teori Ekologi Bronfanbranner pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Rosdiana, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membantu kami menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena itu, kami menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun guna memperbaiki makalah saya di kemudian hari. Dan
harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 11 Februari 2023

KELOMPOK 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Konsep Psikologi Pendidikan..........................................................................3

2.1.1 Defenisi Psikologi Pendidikan................................................................3

2.1.2 Sejarah Psikologi Pendidikan.................................................................4

2.1.3 Teori-teori Psikologi Pendidikan............................................................6

2.1.4 Manfaat Psikologi Pendidikan................................................................8

2.1.5 Obyek Psikologi Penddidikan.................................................................9

2.1.6 Metode Psikologi Pendidikan...............................................................10

2.1.7 Tujuan Psikologi Pendidikan................................................................11

2.1.8 Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan..................................................11

2.2 Teori Ekologi Bronfanbranner........................................................................12

BAB III PENUTUP........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................................15

3.2 Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita tahu, bahwa psikologi sudah menjadi masalah genting dalam
kehidupan, seperti dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu mendorong psikologi ini untuk
terus dikaji dan dipelajari banyak orang. Psikologi merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Dimana ilmu tentang psikologi sangat penting untuk kita
pelajari sebagai mahasiswa yang akan kita aplikasikan saat masuk dalam dunia mengajar
maupun terjun langsung ke masyarakat.
Dalam dunia pendidikan sebagai calon guru kita harus mengerti dan diharapkan agar
dapat memahami peran dan fungsi psikolog dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
Psikologi perlu kita kaji agar lebih mudah untuk mengetahui perkembangan jiwa yang
dimiliki oleh anak-anak didik yang kita didik nanti. Sebagai pendidik yang bertanggung
jawab untuk mendidik dan membimbing di lingkungan sekolah, tentunya harus dapat
memahami perkembangan-perkembangan yang dialami oleh peserta didik sehingga
usaha- usaha yang dilakukan dapat sesuai dengan keadaan perkembangan peserta didik.
Usaha usaha pendidikan yang dilakukan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik, agar peserta didik dapat dan mampu berkembang dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan di bahas yaitu:
1. Defenisikan apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan!
2. Deskripsikan bagaimana sejarah psikologi pendidikan!
3. Jelaskan teori-teori psikologi pendidikan!
4. Deskripsikan manfaat dari psikologi pendidikan!
5. Jelaskan obyek dari psikologi pendidikan
6. Jelaskan metode psikologi pendidikan!
7. Deskripsikan tujuan dari psikologi pendidikan!
8. Jelaskan ruang lingkup psikologi pendidikan!
9. Deskripsikan teori ekologi Bronfanbranner!

1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui defenisi dari psikologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui sejarah dari psikologi pendidikan.
3. Untuk mengetahui teori-teori psikolgi pendidikan.
4. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan psikologi pendidikan.
5. Untuk mengetahui obyek dan metode psikologi pendidikan.
6. Untuk mengetahui teori ekologi Bronfanbranner.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Psikologi
Pendidikan

2.1.1 Defenisi Psikologi Pendidikan


Psikologi secara bahasa berasal dari yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan
“logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimolog, psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejala, proses maupun latar
belakang. secara umum, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku
organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia. Menurut Plato dan Aristoteles
dalam Seryoboroto (2004), psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakekat jiwa.
Pendidikan berasal dari kata “didik” mendapat awalan me menjadi "mendidik",
artinya memelihara dan memberi latihan. Dictionary of Prychology (1972) dalam
Syah (2003:11) pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat
kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu
dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan sering
disebut juga sebagai proses dan hasil (Willis, 2012:4). Proses pendewasaan individu
melalui pengalaman hidup yang dilakukan dalam berbagai aktivitas belajar mulai dari
berpikir, bergerak, merasa, berbicara. dengan hasil perilaku kemudian terbentuk
hukum, undang-undang, lembaga sosial dan keagamaan, teleologi, bahasa dan
sebagainya dari generasi ke generasi.
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan
psikologi itu sendiri. Mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori,
konsep, dan metode sendiri. Dalam Dictionary of Psychology, psikologi pendidikan
adalah cabang dari psikologi terapan yang menerapkan prinsip-prinsip dan penemuan
psikologi terhadap pendidikan, serta kajian psikologi terhadap masalah-masalah
pendidikan. Sedangkan Barlow (1985) mengatakan bahwa psikologi pendidikan
adalah suatu pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian
sumber- sumber untuk membantu anda dalam melaksanakan tugas sebagai seorang
guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif.
Syah (2000) menyatakan pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin
psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang

3
terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prinsip -prinsip dan cara untuk
meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan menurut Witherington
(2000) psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Tardif menyatakan
bahwa pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan
dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha
kependidikan (Syah, 2000). Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang psikologi
pendidikan, dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang
meliputi studi sistematis tentang proses- proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan
meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

2.1.2 Sejarah Psikologi Pendidikan


Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa. Peranan ilmu psikologi dalam
pendidikan sangatlah penting, sebab dalam bidang pendidikan, seorang pendidik harus
mengetahui karakteristik, jiwa, dan kepribadian peserta didiknya. Psikologi
merupakan salah satu aspek yang menjadi landasan pendidikan. Sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan, psikologi melalui perjalanan panjang. Konsep psikologi dapat
ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Psikologi berakar pada filsafat ilmu dimulai
sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yang merupakan ilmu kekuatan hidup
(levens beginsel). Aristoteles melihat psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala-
gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (anima), sehingga setiap-setiap
makhluk hidup memiliki jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan
dengan perkembangan intelektual Eropa dan mendapatkan bentuk pragmatis di
Amerika.
A. Psikologi Pendidikan Sebagai Bagian Dari Filsafat
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri, psikologi sangat kental
dipengaruhi oleh filsafat. Hal tersebut dikarenakan para ahli psikologi pada masa
itu adalah juga ahli filsafat. Para ahli filsafat kuno, seperti Plato (429-347 SM) dan
Aristoteles (384-322 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya.
Pada zaman kuno tidak ada spesifikasi dalam lapangan keilmuan,
sehingga boleh dikatakan bahwa semua ilmu tergolong dalam apa yang disebut
filsafat. Sementara ahli filsafat ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah induk

4
ilmu pengetahuan (Sobur, 2013:73).

5
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat,
sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan
argumentasi logika. Tokoh-tokoh abad pertengahan antara lain Rene Descrates
(1596-1650). Psikologi pada saat dipengaruhi oleh filsafat, seperti Rane Descrates
memandang manusia mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
jiwa dan raga. Dirgagunarsa (1996:17) menyatakan berbagai pandangan tentang
jiwa dan raga dapat digolongkan dalam dua. Pertama pandangan bahwa antara
jiwa dan raga (antara aspek fisik dan psikis) tidak dapat dibedakan karena
merupakan suatu kesatuan. Pandangan ini disebut monism. Kedua padangan
bahwa jiwa dan raga pada hakikatnya dapat berdiri sendiri, meskipun disadari
bahwa antara jiwa dan raga merupakan suatu kesatuan. Pandangan ini disebut
dualism.
B. Psikologi Pendidikan Sebagai Ilmu Dan Ilmu Yang Mandiri
Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science yang berasal dari kata scire
artinya mempelajari, mengetahui (Soeprapto, 1996:102). Pada mulanya cakupan
ilmu secara epistimologis merujuk pada pengetahuan sistematik (systematic
knowledge). Pemakaian yang luas dari kata ilmu (science) diteruskan dalam
Bahasa Jerman dengan istilah wissenchaften, yang dalam Bahasa Inggris dikenal
sebagai the humanitis (pengetahuan kemanusiaan), dalam Bahasa Indonesia
dikenal sebagai ilmu-ilmu budaya yang pada umumnya mencakup pengetahuan
tentang bahasa dan sastra, estetika, sejarah, flsafat, dan agama (Dampier, 1966).
Defnisi umum merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah kajian mengenai
dunia eksternal. Ilmu pengetahuan adalah hasil upaya manusia dalam mencari
kebenaran tentang sesuatu, melalui suatu penelitian dengan berbagai alatdan
persyaratannya, yang disusun secara sistematis, sehingga dapat dipelajari,
disebarluaskan, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia (Soedjono,
1982:2). Untuk dapat dikatakan sebagai ilmu, para ahli umumnya menyebutkan
bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu, dituntut syarat-syarat yaitu mempunyai
objek tertentu, mempunyai metode tertentu, sistematis, dan universal (Sobur,
2013:40). Berikut ini diuraikan psikologi dapat dipandang sebagai ilmu.
a. Objek Psikologi
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Kumpulan pengetahuan dapat disebut
ilmu apabila memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat yang dimaksud adalah
objek material dan objek formal. Psikologi memiliki objek material yaitu

6
manusia;

7
dan objek formal atau sudut pandang keilmuan yaitu dari segi tingkah laku
manusia. Objek tersebut bersifat empiris (Sobur, 2013:42).
b. Metode Psikologi
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, telah menggunakan
metode-metode ilmiah dalam mengumpulkan data dan informasinya. Yang
dimaksud dengan metode ilmiah adalah suatu cara kerja yang mengikuti
prosedur ilmiah untuk memperoleh data atau informasi yang diperlakukan
suatu ilmu pengetahuan (Efendi dan Praja, 1993:9).
Suatu metode bersifat ilmiah, antara lain memiliki ciri-ciri yaitu:
(1) Objektif, artinya dapat memberikan data atau informasi yang benar.
(2) Adekuat (adequate), artinya memadai sesuai dengan masalah dan tujuan.
(3) Reliable, artinya dapat dipercaya memberikan informasi yang tepat.
(4) Valid, artinya dapat dipercaya sesuai dengan objeknya.
(5) Sistematis, artinya memberikan data yang tersusun baik.
c. Sistematis.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan dapat dikatakan telah memiliki
sistematika yang diteliti, baik sistematika dalam cabangannya maupun
sistematika dalam bidangannya. Sebagai gambaran mengenai pembagian dan
sistematika dalam psikologi, ikhtisar sederhana mengenai beberapa cabang
psikologi yaitu psikologi teoritis dan psikologi praktis.
d. Universal.
Universalitas psikologi mencirikan sekaligus memenuhi syarat keempat
bahwa psikologi layak sebagai ilmu. Masalah universal dari konsep-konsep
psikologi, menurut pengamatan Kontjaraningrat (1980:31-32) mendapat
perhatian dari ahli antropologi. Mereka mulai meragukan nilai universalitas
dari beberapa konsep dan teori psikologi. Namun demikian dengan ikut
campurnya para ahli antropologi dalam hal penggunaan konsep dan teori
psikologi, karena dengan kritik para ahli antropologi para ahli psikologi dapat
berusaha untuk lebih mempertajam konsep dan teori yang mereka gunakan.

2.1.3 Teori-teori Psikologi Pendidikan


Sistematika psikologi dalam pendidikan adalah sub-disiplin psikologi yang
menyelidiki masalah-masalah psikologi dalam pendidikan yang selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk konsep, teori dan metode sebagai solusi dari masalah-

8
masalah itu. Ada beberapa

9
kumpulan teori psikologi pendidikan yang menjadi bagian dari konsep dasar
pelaksanaan psikologi.
A. Teori Behavioristik (Behaviorisme)
Teori psikologi pendidikan yang pertama menjelaskan pengamatan perubahan
tentang tingkah laku yang mendapat pengaruh dari peristiwa di sekitar. Teori
tersebut memandang dari segi belajar bisa terjadi karena operant conditioning,
yaitu apabila peserta didik belajar dengan baik dan hal itu bisa meningkatkan
kualitas belajarnya. Berasal dari kata "Behave" artinya berperilaku dan "Isme"
artinya aliran, kesimpulannya teori Behavioristik penekanannya pada tingkah
laku.
B. Teori Kognitif (Bruner)
Teori kognitif memiliki acuan bagaimana cara mengembangkan fungsi kognitif
individu sehingga belajar menjadi maksimal. Fungsi kognitif penting karena bisa
memberikan pengaruh perkembangan peserta didik dalam proses pendidikan dan
sebagai ukuran mensukseskan proses pembelajaran.
Teori kognitif erat kaitannya dengan proses belajar. Kognisi merupakan
kemampuan secara psikis atau mental manusia, termasuk kemampuan mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Sedangkan kata lain,
kognisi merujuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan
bahwa proses belajar tercipta sebab ada variabel penghalang pada aspek-aspek
kognisi seorang pelajar.
C. Teori Humanisme (Carl R. Roger)
Teori ini mengutamakan keterkaitan individual peserta didik secara
menyeluruh, karena belajar tidak akan berlangsung apabila tidak ada keterkaitan
emosional peserta didik. Pada teori humanisme menjelaskan bahwa peserta didik
bisa menentukan apa yang ingin dipelajari, mengusahakan dan memberi nilai
proses pembelajarannya sendiri, sehingga merasa perlu motivasi dari dalam diri.
Teori ini menekan pada perkembangan positif. Melakukan pendekatan fokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya
dan dapat mengembangkannya.
D. Teori Kontruktivisme
Giambatista Visco (1710) berpendapat bahwa orang hanya dapat benar-benar
paham terhadap apa yang dikonstruksikan sendiri. Sedangkan teori
konstruktivisme ada teori psikologi pendidikan mengenai filsafat belajar.

1
2.1.4 Manfaat Psikologi Pendidikan
Belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu yang
berupa tambahan ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan salah satu motor
penggerak keberhasilan yaitu pengajar atau guru. Seorang pengajar atau calon
pengajar sudah selayaknya mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan cara
mengajar yang baik dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian
siswa. Ada salah satu disiplin ilmu psikologi yang memiliki keterkaitan dengan proses
belajar dan pembelajaran yang disebut Psikologi Pendidikan. Ruang lingkup dalam
psikologi pendidikan yaitu aspek psikologi yang berkaitan dengan proses belajar dan
pembelajaran tentang cara untuk menciptakan suasana kondusif, penyusunan jadwal
yang efektif. Berikut manfaat mempelajari psikologi pendidikan:
a. Mengetahui teknik pembelajaran yang efektif
Belajar psikologi pendidikan berarti tentang keterkaitan aspek psikologis seorang
siswa pada proses pembelajaran sehingga seorang pengajar maupun calon
pengajar. Teknik pembelajaran juga menyangkut strategi pembelajaran yang
disampaikan apakah dapat dimengerti dengan baik atau tidak.
b. Mengetahui perbedaan individu dalam pembelajaran.
Pada proses mendidik seorang pengajar memiliki tantangan dalam menilai
perbedaaan karakteristik setiap individu yang menjadi siswanya sehingga setiap
pengajar diharapkan memiliki penilaian yang baik dalam membedakan
karakteristik siswanya. Dalam psikologi pendidikan seorang pengajar maupun
calon pengajar akan mengetahui seluk beluk perbedaan karakter individu dalam
belajar dan cara mengatasi setiap perbedaan karakter tersebut.
c. Membantu membuat rancangan media pembelajaran yang menarik.
Dengan mempelajari psikologi pendidikan seorang pengajar yang hendak
menggunakan media pembelajaran pendukung didalam kelas seperti LCD,
proyektor, dll. Hal ini dimaksudkan agar pengajar yang memilih menggunakan
dukungan media pembelajaran tidak salah pilih serta media yang digunakan bisa
mewakili materi yang disampaikan bisa diterima oleh siswa dengan baik.
d. Konseling
Pada psikologi pendidikan akan banyak dibahas masalah yang berkaitan dengan
perkembangan manusia. Sehingga seorang pendidik tidak hanya bisa mengajarkan
materi dalam kelas tetapi juga bisa memberikan pengarahan atau bimbingan
kepada siswa yang membutuhkan terkait masalah akademik.

1
e. Terhindar dari salah penilaian
Seorang pengajar yang mempelajari psikologi pendidikan akan memiliki
kemampuan dalam menilai siswa dengan adil dan sesuai kaidah. Maka dari itu
dalam mempelajari psikologi pendidikan membuat seorang pengajar mampu
mendalami dan mengerti kemampuan dari masing-masing siswanya.
f. Membantu penyusunan jadwal pembelajaran yang efektif.
Mempelajari psikologi pendidikan akan membantu pengajar menempatkan mata
pelajaran dalam jadwal secara efektif sehingga siswa tidak merasa terbebani
dalam jadwal secara efektif sehingga siswa tidak merasa terbebani dalam jam
pelajaran tertentu.
g. Membantu mengenali bakat.
Mempelajari psikologi pendidikan bagi pengajar maupun calon pengajar akan
membantu dalam hal mengenali bakat dari seorang peserta didik dari perilakunya.
Sehingga seorang pengajar bisa berperan memiliki kemampuan dalam
menciptakan pembahasan yang sesuai karakter siswa.
h. Membantu pengajar menciptakan suasana interaksi yang menyenangkan.
Pengajar dan siswa diharapkan memiliki hubungan yang humonis dan saling
berinteraksi aktif. Hubungan antara siswa dan pengajar dapat terwujud bila
seorang pengajar memiliki kemampuan dalam menciptakan pembahasan yang
sesuai karakter siswa.
i. Tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Tujuan pembelajaran secara umum yaitu mengarahkan siswa untuk mengetahui
atau memahami sesuatu yang diajarkan dengan baik dan diterapkan dalam
kehidupan dengan mempelajari psikologi pendidikan seorang pengajar tersebut
bisa mencapai tujuan dengan baik.

2.1.5 Obyek Psikologi Pendidikan


Setiap disiplin ilmu harus mempunyai obyek tersendiri. Di dalam hal ini obyek
psikologi pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Obyek material psikologi pendidikan, yaitu manusia.
b. Obyek formal psikologi pendidikan, yaitu gejala kejiwaan yang tampak pada
tingkah laku, gejala pertumnuhan dan gejala perkembangan untuk kepentingan
pendidikan.
Pada umumnya psikologi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

1
a. Psikologi Metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh
Plato dann Aristoteles.
b. Psikologi Empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku
manusia dengan menggunakan pengamatan (observasi), percobaan atau
eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yag ada hubungannya dengan
gejala-gejala kejiwaan manusia.

Psikologi Empiri dapat dibagi lagi atas:

a. Psikologi Umum, yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada


umumnya.
b. Psikologi Khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut
aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan dan tujuannya.

2.1.6 Metode Psikologi Pendidikan


Pada dasarnya psikologi pendidikan menggunakan metode studi yang biasa
digunakan oleh psikologi pada umumnya. Hanya saja, setiap cabang psikologi,
biasanya mempunyai penekanan khusus terhadap pengguna metode psikologi.
Metode psikologi yang banyak digunakan dalam psikologi pendidikan adalah:
a. Metode observasi atau metode pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Ada dua
macam observasi, yaitu:
 Observasi langsung (non sistematis), yaitu metode yang tidak
menggunakan instrumen observasi dan hanya menggunakan alat indera
saja.
 Observasi sistematis, yaitu dengan menggunakan insttrumen pengamatan
yang telah dipersiapkan secara sistematis dan terencana sebelumnya.
b. Metode eksperimen atau percobaan, yaitu pengamatan secara teliti dalam waktu
tertentu guna mempelajari gejala-gejala yang ditimbulkan dengan sengaja, untuk
menetapkan sifat-sifat yang ditimbukan dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
c. Metode angkat atau koiseoner, yaitu suatu cara penyelidikan dalam bentuk
bertanya dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Angket dibedakan menjadi dua:
 Angket langsung, ialah mengenai pengalaman sendiri (pertanyaan
tentang pengalaman orang yang bersangkutan)

1
 Angket tidak langsung, yaitu memberikan keterangan atau jawaban
pertanyaan tentang orang lain.
d. Metode tes, atau pengukuran, yaitu suatu cara penelitian dengan jalan
mengadakan tes atau pengukuran terhadap gejala/perilaku yang diselidiki. Ada
dua macam tes yaitu:
 Tes terstandard (standardised test), yang sudah teruji berulang-ulang
validitasnya,
 Tes non-standard, yang dibuat sendiri oleh peneliti, sesuai dengan tujuan
atau sasaran penelitiannya, yang validitasnya belum teruji.

2.1.7 Tujuan Psikologi Pendidikan


Menurut Santrock (2011), psikologi pendidikan menjadi sebuah alat untuk
membentuk kegiatan belajar dan mengajar yang efektif. Selain itu, dari pembelajaran
yang efektif tersebut diharapkan peserta didik mampu menyerap dan mempertahankan
hasil dari aktivitas belajar yang dilaluinya. Hal ini dapat berupa pemahaman materi,
kreativitas, kemampuan bersosialisasi, dan lain sebagainya.
Perlu diingat bahwa efektivitas pembelajaran dalam psikologi pendidikan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Tidak ada satu pendekatan belajar terbaik yang bisa
diterapkan kepada semua orang. Psikologi pendidikan mengarahkan kita untuk
mengidentifikasi kebutuhan yang mampu menunjang aktivitas belajar yang lebih baik.
Oleh karenanya, psikologi pendidikan bertujuan untuk menjadi pedoman dalam
menyusun sistem dan strategi belajar. Selain itu, psikologi pendidikan juga berperan
dalam meninjau sisi psikologis pengajar maupun peserta didik. Hal ini bertujuan agar
pengajar mampu mengandalkan kemampuannya dengan baik serta peserta didik dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.

2.1.8 Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Pada garis besarnya ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi studi pembahasan
tentang:
a. Masalah pertumbuhan dan perkembangan individu, yang mencakup pembahasan
tentang hereditas dan lingkungn, perlengkapan dasar dan ajar, perbedaan
individual dan sebagainya.

1
b. Masalah belajar dan mengajar, yang mencakup pengertian belajar, factor-faktor
yang mempengaruhi, perlengkapan belajar, motivasi belajar dan lain sebagainya.
c. Masalah pengukuran dan penilaian, yang mencakup tentang pengukuran
kecerdasan, hasil belajar, perbuatan belajar dan sebagainya.
d. Masalah bimbingan dan penyuluhan, yang mencakup masalah dasar-dasar
bimbingan, macam-macam serta tujuannya.

2.2 Teori Ekologi Bronfanbranner


Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri Bronfanbranner, seseorang
ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat.174 Teori ekologi memandang
bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal
balik antara individu dengan lingkungan akan membentuk tingkah laku individu tersebut.
Informasi lingkungan tempat tinggal anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan
mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. Brofenbranner menyebutkan
adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem,
mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.
Satu hal yang terpenting dalam teori ekologi perkembangan Brofenbanner adalah
bahwa pengkajian perkembangan anak dari subsistem manapun, harus berpusat pada
anak, artinya pengalaman hidup anak yang dianggap menjadi penggerak utama bagi
perkembangan karakter dan habitnya di kemudian hari. Masing-masing subsistem dalam
teori Brefenbranner tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:
a. Mikrosistem
Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi peserta didik
yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan
tempat tinggal, dan hal-hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam
mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial
tersebut. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam
setting ini, tetapi individu bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini.
Karakteristik individu dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses
interaktif yang terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu.
Keluarga terutama orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi
terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh
besar pada pembentukan karakter dan habit seseorang.

1
b. Mesosistem
Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana masalah yang terjadi
dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain.
Misalnya hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah,
pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga
dengan pengalaman teman sebaya, serta hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam
kaitannya dengan proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang didapatkan
oleh peserta didik di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi peserta didik di sekolah
baik secara langsung maupun tidak. Sebagai contoh, ada tidaknya dukungan atau
perhatian keluarga terhadap kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi kinerja
peserta didik di sekolah. Sebaliknya, dukungan sekolah dan keluarga akan
mempengaruhi seberapa jauh peserta didik akan menghargai pentingnya literasi.
c. Eksosistem
Ekosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, akan tetapi dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter
anak. Sebagai contoh, jam kerja orangtua bertambah yang menyebabkan peserta didik
kehilangan interaksi dengan orangtuanya sehingga kurangnya keterlibatan orangtua
dalam pola asuh tersebut tentunya mempengaruhi perkembangan anak. Subsistem dari
eksosistem lain yang secara tidak langsung menyentuh pribadi peserta didik akan
tetapi berpengaruh besar adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain
sebagainya.
d. Makrosistem
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Subsistem
makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat
istiadat, budaya, nilai masyarakat secara umum di mana individu berada. Prinsip-
prinsip yang terdapat dalam lapisan makrosistem tersebut akan berpengaruh pada
keseluruhan interaksi di semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat
menggariskan bahwa orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan anak-anaknya,
maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur di mana orangtua akan menjalankan
fungsi psikoedukasinya. Menurut Berk, budaya yang dimaksud dalam subsistem ini
adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk dari sekelompok manusia
yang diwariskan dari generasi ke generasi.
e. Kronosistem
Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya

1
mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Contohnya seperti perkembangan

1
teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat
peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk pendidikan
maupun hiburan.
Menurut Bronfenbrenner, dalam mengkaji suatu masalah berdasar teori ekologi maka
harus melibatkan aspek-aspek prediktor yang mewakili empat komponen, yaitu konteks
masalahnya, orang yang terlibat, proses, dan waktu.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam
dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan
meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Psikologi pendidikan bertujuan untuk menjadi
pedoman dalam menyusun sistem dan strategi belajar. Selain itu, psikologi pendidikan juga
berperan dalam meninjau sisi psikologis pengajar maupun peserta didik. Hal ini bertujuan
agar pengajar mampu mengandalkan kemampuannya dengan baik serta peserta didik dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Satu hal yang terpenting dalam teori ekologi
perkembangan Brofenbanner adalah bahwa pengkajian perkembangan anak dari subsistem
manapun, harus berpusat pada anak, artinya pengalaman hidup anak yang dianggap menjadi
penggerak utama bagi perkembangan karakter dan habitnya di kemudian hari.

3.2 Saran

Sebagai calon tenaga pendidik, kita harus mengenali dahulu bagaimana karakter dari siswa yang
akan kita didik sehingga kita bisa melakukan pendekatan pembelajaran yang efektif kepada siswa
yang kita didik. Untuk dapat mengenali siswa tersebut kita harus mempelajari lebih dalam materi dari
Psikologi Pendidikan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Kompas Gramedia Building.

Nurhidayah, dkk. 2017. Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Abu Ahmadi, Drs. dan Drs.Widodo Supriyono, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta,

Anda mungkin juga menyukai