Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH :
NIM : 4223311010
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya
sehingga penyusunan dan penulisan makalah ini dapat selesai dengan lancar dan tepat
waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak dosen Dr. Humuntal Banjarnahor,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah kepemimpinan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah critical book review ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah kepemimpinan Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk mengembangkan budaya membaca, kemampuan berpikir sistematis dan kritis
terhadap masa hadapan, kemampuan mengekspresikan pendapat dalam memandang
suatu buku yang akan direview, kemampuan berfikir logis, kemampuan menulis karya
ilmiah, dan kemampuan menyampaikan, menggunakan dan mengaplikasikan ilmu
mereview untuk menjadi suatu sistem yang terdapat dalam pengembangan keilmuannya
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
IDENTITAS BUKU................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
BAB IV PENUTUP...............................................................................................
4.1 Kesimpulan.............................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan memerlukan suatu kepemimpinan apalagi di katakan manusia adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis
anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga.
Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan
lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan
baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.Dan
dalam artian kehidupan sangan memerlukan kepemimpinan agar jalannya kehidupan bisa baik dan
teratur.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang isi buku yang telah diresensi
2. Mengetahui hal-hal yang mencakup tentang pemimpin dan kepemimpinan
3. Menyelesakan tugas critical book riview
4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan pada buku yang diresensi
5. Memahami ebih dalam pengertian dan teori mengenai kepemimpinan
6. Menambah wawasan mengenai kepemimpian.
1.4 Identitas Buku Utama
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan bermula sejak manusia ada, hidup bersama (ber- masyarakat) dan
berinteraksi satu dengan yang lain. Dijelaskan oleh Morphet, dkk., (1982: 96), “Lalu
ada salah seorang di antaranya sebagai manusia hebat (the great man) sebagai teori
dasar dalam kajian kepemimpinan. Hal ini menurut ahli sejarah. Teori ini meninggalkan
dua fondasi, yaitu: (1) bahwa manusia memiliki kebebasan kehendak, dan hanya ada
dalam sejarah perjuangan untuk memutuskan dan ada pelajaran bagi masa depan, dan (2)
bahwa manusia mempelajari dari keteladanan manusia hebat. Di dalam sejarah ada teori
moralitas manusia hebat yang menyarankan bahwa, jika manusia dapat mempelajarinya
bagaimana seharusnya, atau tidak seharusnya, bertindak dari mempelajari manusia
hebat, maka manusia akan bertindak berdasarkannya”.
Teori ini sejalan dengan peran dari kehadiran para rasul dan nabi serta para ahli
dalam pentas sejarah peradaban manusia. Kepemimpinan mereka ada dalam kehidupan
kelompok umat manusia. Di dalam keadaan seperti itu, diperlukan adanya suatu bentuk
kepemimpinan kenabian setelah mendapatkan risalah yang berfungsi mengurus dan
mengatur kehidupan dan hubungan antarmanusia bahkan hubungan manusia dengan
Tuhannya. Dalam interaksi tersebut ada yang dipercaya karena kepribadiannya yang
jujur (credibility), ilmunya yang luas dan memiliki kemampuan (capability), yang
kemudian dapat diterima (acceptability) menjadi pemimpin. Di samping itu, ada
sebagian lagi yang bersedia menjadi anggota untuk dipimpin. Dalam konteks ini,
pemimpin berperan sebagai pelindung, karena para pemimpin idealnya berfungsi
sebagai pengayom, pengarah, dan pembimbing anggota dari kesesatan dan kemelaratan.
Unsur-Unsur Kepemimpinan
Kepemimpinan sama tuanya dengan usia manusia. Bakat kepemimpinan secara potensial juga
melekat dalam diri manusia. Potensi kepemimpinan telah dianugerahkan Allah Swt., dalam
diri manusia, dan sangat dibutuhkan dalam kelompok manusia. Hal itu didasarkan pada
adanya kelebihan-kelebihan tertentu pada sebagian manusia dan keterbatasan atau kekurangan
pada sebagian yang lain. Di satu pihak ada manusia yang memiliki kecerdasan terbatas,
integritas pribadi, dan kemampuannya untuk memimpin. Sementara di pihak lain ada orang
yang mempunyai kelebihan atau kemampuan untuk memimpin. Di sini munculnya
kebutuhan atau harapan terhadap seseorang yang menjadi pemimpin. Berbagai harapan
terhadap peran sebagai pemimpin dan muncul perilaku kepemimpinan, serta kerelaan bagi
yang lain untuk dipimpin dalam suatu kelompok. Jadi, ada peran sebagai pemimpin dan
ada pula peran sebagai anggota dalam kehidupan kelompok.
Ketentuan peran, hal ini mengacu kepada gagasan yang secara relatif bersifat
abstrak dari semua norma umum dalam budaya bagi sebuah peran. Jenis perilaku apa
yang diharapkan dari guru di negeri ini, sebagai contoh?
Harapan peran, mengacu kepada harapan-harapan yang dimiliki seseorang atas
perilaku peran dari yang lain. Sebagai contoh, guru mengharapkan perilaku tertentu dari
kepala sekolah, dan kepala sekolah mengharapkan perilaku tertentu dari guru.
Kemudian sebagai guru dan kepala sekolah berinteraksi dalam peran mereka masing-
masing di sekolah, maka mereka memiliki harapan peran yang saling melengkapi.
Persepsi peran, hal ini digunakan untuk menjelaskan persepsi bahwa orang
memiliki harapan peran yang orang lain melakukan sesuatu untuk dirinya.Menurut
Nanus dan Dobbs (1999: 6) seorang pimpinan organisasi nonprofit adalah seorang
yang memimpin sumber daya orang, modal, dan intelektual dari organisasi untuk
bergerak kepada arah yang benar. Secara lebih terperinci disebutkan, bahwa pemimpin
melakukan aktivitas, yaitu:Memimpin sumber daya berarti mengumpulkannya,
memfokuskan perhatiannya, dan menginspirasi atau memberdayakan
penggunaannya.Mendorong organisasi berarti memperkuatnya, menggerakkan
kelambanan kepada kemajuan, membuat kebutuhan akan tantangan menuju
peningkatan kinerja, dan mengupayakan belajar untuk berkembang.Menetapkan arah
yang benar berarti membuat sesuatu kemungkinan kontribusi yang terbesar menjangkau
waktu jangka panjang kepada masyarakat atau klien tertentu yang dilayani organisasi.
Arah yang benar adalah menuju kemaslahatan yang terus dijajaki dan dikejar.
Pemimpin formal diangkat oleh pimpinan yang lebih tinggi. Aktivitas pimpinan pada
berbagai organisasi idealnya memperjuangkan visi untuk mencapai tujuan organisasi yang di
dalamnya termasuk tujuan individu. Sedangkan pemimpin informal dipilih atau diakui oleh
anggota kelompok yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok. Setiap pemimpin
memiliki kekuasaan memerintah sesuai dengan otoritas formal yang diberikan kepadanya.
Kekuasaan adalah berkaitan dengan kemampuan memengaruhi orang lain, dengan membuat
keputusan, memberikan hukuman, dan imbalan.Di sini kepemimpinan seseorang memiliki
hubungan yang erat dengan kekuasaan. Ada lima jenis kekuasaan menurut French dan Raven
yang dikutip Owens (1995: 118), yaitu:
Reward Power
Suatu kekuasaan yang diperoleh atas dasar pemberian hadiah atau reward kepada
anggota sehingga mereka melakukan kegiatan yang diinginkan.
Coercive Power
Kekuasaan yang bersifat paksaan melibatkan kemampuan meng- awasi yang potensial
dan memberikan hukuman sehingga men- dorong orang lain menghindarinya dan/atau
mematuhinya.
Expert Power
Kekuasaan yang didasarkan atas penguasaan pengetahuan tertentu sehingga mampu
mendorong orang melakukan sesuatu karena pengaruhnya yang diakui atas dasar
pengetahuannya.
Legitimate Power
Kekuasaan yang dimiliki karena kewenangannya dalam posisi tertentu pada
organisasi sehingga diakui oleh orang lain memiliki hak yang wajib untuk dipatuhi.
Referent Power
Kekuasaan datang dari keinginan bawahan untuk mengidentifikasi atau menyenangkan
atasannya. Adanya keinginan bawahan untuk mendekatkan diri kepada
pimpinannya secara dekat karena alasan tertentu, sehingga atasan memiliki kekuatan
dalam memengaruhinya.
Peranan para pemimpin dalam pentas sejarah kemanusiaan dan kebudayaan sangat
signifikan dalam menentukan arah dan kualitas kehidupan umat manusia, baik dalam
keluarga maupun organisasi dan masyarakat serta negara pada suatu bangsa. Pada
prinsipnya proses kepemimpinan dapat berlangsung di mana saja dan setiap waktu. Hersey
dan Blanchard (1988: 5) mendefinisikan bahwa: “Leadership occur any time one attempts to
influence the behavior of an individual or group”. Setiap tindakan yang dilakukan untuk
memengaruhi orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang memengaruhi di
dalamnya telah terjadi proses kepemimpinan..
Kemampuan bekerja sama seorang pemimpin juga sangat menen- tukan lancarnya proses
memengaruhi tindakan anggota organisasi. Stogdil dalam Blanchard (1988) berpendapat
bahwa seorang pemimpin harus mampu berperilaku mengarahkan dan mendukung bawahan
dalam melaksanakan tugas. Kemampuan mengarahkan tersebut dapat dilihat dari (1)
mengorganisir dan menentukan peranan bawahan, (2) menerangkan aktivitas apa yang
harus dikerjakan, kapan, di mana, dan bagaimana hal itu dilakukan, (3) memelihara
hubungan antarpribadi dengan membuka saluran komunikasi, (4) memberi dukungan
emosional, (5) memberi dukungan psikologis, dan (6) memudahkan jalan bagi anggota
untuk maju.
Dalam aplikasinya fungsi dan kecakapan seorang pemimpin mencakup hal-hal berikut: (1)
mengetahui bidang tugasnya, (2) peka atau tanggap terhadap keadaan lingkungannya, (3)
melakukan hubungan antarmanusia (human relation) dengan baik, (4) mampu melakukan
hubungan kerja komunikasi dengan baik, ke dalam maupun ke luar, (5) mampu melakukan
koordinasi, (6) mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat, dan (7) mampu
mengadakan hubungan masyarakat.
Sifat-Sifat Kepemimpinan
Tidak seorang pun yang begitu lahir betul-betul siap menjadi pemimpin. Meskipun setiap
orang memiliki bakat atau potensi yang memungkinkan dirinya akan menjadi pemimpin yang
baik, namun perlu dikembangkan dalam pengalaman, pendidikan, dan latihan. Beberapa
bakat dari pemimpin yang baik menurut Overton (2002), mencakup: (1) kejujuran dan
integritas, (2) keberanian/semangat, (3) keinginan/dorongan memimpin, (4) percaya diri,
(5) kecerdasan, dan (6) pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Dalam hal ini, inti
kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi orang lain.
Kepemimpinan adalah proses hubungan manusia yang bersifat rumit. Sebagai sebuah
gejala kebudayaan dalam kehidupan sosial manusia, kepemimpinan dipengaruhi banyak
faktor. Karena itu, kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi, tak terkecuali dalam
organisasi sosial dan keagamaan diperkirakan dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang
berasal dari diri pemimpin (leader), yang dipimpin (follower) maupun lingkungan atau situasi
(situation) organisasi yang dipimpinnya. Setiap orang dalam memimpin memiliki gaya yang
melahirkan perilaku tersendiri dalam memimpin satu organisasi atau dalam pergaulannya.
Kepemimpinan merupakan gejala alamiah yang sudah berlangsung lama dalam perilaku
manusia sebagai makhluk berbudaya. Kepemimpinan dapat berlangsung dalam setiap
tempat dan keadaan. Manakala kepemimpinan itu berlangsung dalam interaksi kepala
sekolah dengan pendidik, staf, dan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan di
sekolah, maka proses kepemimpinan tersebut adalah kepemimpinan pendidikan
(educational leadership).
Kepemimpinan kepala sekolah berarti proses membina hubungan timbal balik antara pemimpin
dengan yang dipimpin dengan mengandalkan kemampuan komunikasi interpersonal sehingga
terjalin saling pengertian dan kerja sama antarpersonel (sesuai tanggung jawab dan tugas) yang
ditetapkan di sekolah. Peranan interpersonal ini sejalan dengan berfungsinya peranan
pengambilan keputusan dalam kegiatan seorang kepala sekolah di samping peranan
informasional (menyebarkan informasi sekolah) kepada para anggota organisasi.
Seorang kepala sekolah adalah pimpinan pengajaran. Tugasnya adalah melaksanakan dan
mengawasi aktivitas sekolah dengan menyusun tujuan, memelihara disiplin, dan
mengevaluasi hasil pembelajaran dan pengajaran yang dicapai. Pada saat ini, kepala
sekolah didorong untuk menjadi pemimpin yang memudahkan dengan membangun kerja
sama, menciptakan jaringan kerja, dan mengatur dengan komunikasi yang baik. Ada
sebagian pendapat menyebutkan hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan. Menurut
Overton (2002) untuk abad ke-21 ini ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu:Pemimpin
karismatik, memiliki percaya diri, membuat visi tentang masa depan lebih baik, memiliki
kepercayaan kuat dalam visi, menggunakan perilaku tidak konvensional, dan membentuk
agenda dalam perubahan radikal.Pemimpin transaksional, membimbing anggotanya dalam
arahan yang bangunan tujuan dengan kejelasan peran dan tugas-tugas yang
disyaratkan.Pemimpin transformasional, memberikan inspirasi kepada anggota untuk
memberikan minat tinggi bagi membangun organisasi yang baik dan kemampuan
pengetahuan dan pengaruh kuat atas semua anggotanya.
Lashway (1996) menjelaskan strategi adalah pola perilaku yang dirancang untuk mencapai
kerja sama dan para anggota dalam mencapai tujuan organisasi. Setiap strategi memandang
sekolah melalui sudut pandang berbeda, pencerahan bentuk tertentu, dan tindakan tertentu
yang menyenangkan.
Secara historis sekolah telah berjalan sebagai birokrasi yang menekankan kewenangan
(authority) dan pertanggungjawaban (accountability). Strategi hierarkis berjalan atas pendekatan
dan atas kemampuan seorang pimpinan menggunakan analisis rasional untuk menentukan
tugas terbaik dan tindakan serta kemudian menggunakan otoritas formal untuk melaksanakan
tugasnya.
Pemimpin tidak akan mampu berbuat banyak tanpa partisipasi orang- orang yang dipimpinnya.
Sebaliknya orang-orang yang ada dalam organisasi atau masyarakat tidak akan efektif
menjalankan tugas dan kewajibannya tanpa pengaruh, pengarahan, pengawasan, dan kerja
sama dengan pemimpin. Itu berarti pemimpin yang diharapkan yaitu orang yang melakukan
apa yang mereka katakan, atau konsisten antara kata-kata dan perbuatannya serta didukung
rasa kemasyarakatannya.
Tak seorang pun dilahirkan benar-benar siap sebagai pemimpin. Mungkin saja seseorang
memiliki kemampuan tertentu yang mem- bolehkan mereka untuk berkembang menjadi
seorang pemimpin yang baik. Akan tetapi, mereka harus mengembangkan bakat dalam
pendidikan, latihan, dan pengalaman kepemimpinannya. Apa saja kualitas atau bakat yang
membuat seseorang menjadi pemimpin efektif? Hal ini ini sukar untuk dijawab, dan fakta
yang ditemukan dalam beberapa penelitian menghasilkan jawaban yang rumit.
Kepemimpinan efektif adalah yang diharapkan dari setiap pemimpin yang sedang berperan
sebagai pimpinan formal suatu organisasi. Ada banyak faktor yang memengaruhi seseorang
menjadi pemimpin efektif Nawawi dan Hadari (1993: 4-5) berpendapat bahwa: “Efektivitas
kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: faktor jenis dan sifat kelompok yang
dipimpin (tujuan organisasi dan kelompok), faktor waktu, faktor sumber-sumber yang
dipergunakan, faktor produktivitas yang dicapai, dan faktor kerja sama antara pemimpin dan
orang yang dipimpin.
Adapun faktor-faktor yang sangat memengaruhi keberhasilan dalam rangka memimpin suatu organisasi
menurut S.P. Siagian (1985), yaitu (a) ciri-ciri kepemimpinan yang menjadi modal utama untuk kepemimpinan
yang efektif, (b) kesempatan mengembangkan bakat yang inheren terdapat dalam diri seseorang, (c)
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara cepat dengan lingkungan tempatnya bekerja, dan (d)
kepekaan terhadap faktor-faktor yang memengaruhi perilaku bawahan.
Perubahan mendalam pada sekolah efektif hanya akan terjadi bila pemimpin
memperlakukan sekolah sebagai masyarakat yang membaginilai-nilai inti, komitmen, dan
hasrat yang kuat. Pada sekolah efektif harus ada dan dijumpai pengajaran dan
pembelajaran efektif. Kedua domain kegiatan ini termasuk dalam bimbingan, arahan, dan
pembinaan kepala sekolah dalam peran kepemimpinan pengajaran. Di sini jelas bahwa
perilaku kepemimpinan kepala sekolah, baik peran maupun gaya memimpin sangat signifikan
pengaruhnya terhadap prestasi akademik termasuk pelayanan (kualitas) yang ada di sekolah
efektif.
Kepala sekolah adalah pemimpin bagi warga sekolah. Dia yang bertanggung jawab dalam
mengarahkan tujuan sekolah bersama anggotanya. Dia diangkat sebagai pejabat melalui
penilaian kemampuan dan dukungan dari anggotanya dan pihak terkait. Karena itu, keberadaan
kepala sekolah adalah pemimpin yang diangkat dan ditetapkan secara legitimate. Maka
kepemimpinan kepala sekolah menjadi penentu maju ,Menurut Louis dan Miles (Dalin,
1998: 90) bahwa peran kepala sekolah sebagai pimpinan dalam konteks pengembangan
sekolah yang didasarkan atas hasil penelitian, yaitu:
Dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah sebagai pemimpin adalah memengaruhi
semua personel sekolah melalui komunikasi interpersonal, keteladanan, membagi tugas,
membagi informasi, dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan upaya mewujudkan
visi, tujuan, dan sasaran sekolah agar tercapai kualitas sekolah efektif/unggul.
Banyak pendapat pakar manajemen yang mengupas hakikat kepe- mimpinan. Namun,
pemahaman terhadap konsep kepemimpinan tidak begitu sukar, karena proses memimpin
merupakan esensi dari interaksi yang terjadi dalam kehidupan itu sendiri dengan
memengaruhi orang lain.2 Intinya ada pengaruh yang muncul dari proses interaksi. Hubungan
antarmanusia dalam berbagai kesempatan dan momentum kehidupan. Ada tiga keterampilan
yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu: keterampilan teknik, keterampilan hubungan
manusia, dan keterampilan konseptual. Ketiga keterampilan ini menjadi syarat mutlak bagi
efektivitas kepemimpinan seseorang dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.3 Begitu pun, kepemimpinan sebagai proses atau keterampilan memengaruhi orang
lain untuk melakukan sesuatu secara sukarela juga berlangsung di luar organisasi, sebagaimana
dalam rumah tangga yang dilaksanakan dan difungsikan orangtua (ayah dan ibu).
Salah satu fenomena yang mengemuka dalam realitas empirik dunia pendidikan nasional
adalah masih rendahnya mutu lembaga pendidikan Islam. Sumber masalah rendahnya mutu
pendidikan Islam, berakar pada lemahnya manajemen dan kepemimpinan pendidikan Islam.
Hal itu terjadi pada madrasah dan sekolah-sekolah agama Islam. Karena itu, peran
pemimpin sebagai pelopor perubahan diperkuat oleh visi kepala sekolah yang
diintegrasikan kepada visi bersama sehingga menjadi visi sekolah. Itu artinya, visi sekolah
menjadi milik semua stakeholders. Kekuatan dasar para pemimpin untuk perubahan adalah
terletak pada visi. Pemimpin masa depan memiliki visi yang jelas (visioner). Dengan
begitu, pemimpin memahami lingkungan internal dan eksternal organisasi untuk berubah
kepada kondisi yang lebih baik. Sekolah yang biasa menjadi yang hebat dan dibanggakan.
Dari sekolah tertinggal, menyusul menjadi sekolah yang unggul dan berkemajuan.
Knapper dan Kropley (2000) menjelaskan bahwa perguruan tinggi menjadi wahana
penting dalam pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat, sebab prestise dan pengaruh
universitas dan akademi dalam sistem pendidikan pada banyak negara mengemuka
dalam hal pengembangan teori dan pelaksanaan riset. Dalam praktiknya saat ini,
perguruan tinggi memberikan pembelajaran, penelitian dan memajukan pengaruh
pengetahuan, sikap, nilai, dan praktik dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat.Dalam konteks ini sejatinya kepemimpinan pengajaran dan cara kepala
sekolah menggunakan, mempertunjukkan, dan menyemangati bahwa
kepemimpinan mampu mencapai tujuan dan sasaran sekolah. Secara khusus kepada
sekolah harus fokus atas sasaran, yaitu:
Dalam dua dasawarsa globalisasi atau tahun 2019, secara empiris isu globalisasi
bergerak dari situasi perubahan yang masif dalam berbagai aspek kehidupan,
menampilkan fenomena globalisasi, kepada situasi yang secara luas menerima bahwa
ada perubahan fundamentalperubahan lingkungan manusia. Begitu pula globalisasi
juga dapat dipahami sebagai pergantian cara hidup manusia masa kini. Menurut
Giddens dalam Heather Eggins (ed.), (2003) perubahan keadaan hidup untuk
menjangkau lebih jauh secara komprehensif dengan menghadapi secara cepat.
Ditambahkan bahwa perubahan cepat erat hubungannya dengan pertumbuhan
komunikasi. Kemajuan dalam informasi dan teknologi komunikasi telah mengubah
segalanya dalam perilaku manusia sejak tahun 1950-an sampai tahun 1980, mencapai
80 miliar manusia sudah menggunakan internet. Pada mulanya, suatu universitas
tumbuh dan berkembang sebagai institusi pendidikan tinggi saja. Peran yang
dijalankannya memberikan jasa pelayanan pembinaan potensi manusia, bukan sebagai
lembaga profit. Universitas sebagai penyelenggara Pendidikan Tinggi (PT) adalah
lembaga yang memenuhi tuntutan masyarakat terhadap berbagai keperluan dan
kebaikan serta usaha-usaha lain yang sesuai dengan fungsi, menyiapkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang diperlukan.
Jadi, setiap perguruan tinggi harus mengubah penampilannya, perlu belajar
untuk tumbuh subur (thrive) dalam suatu lingkungan yang kompetitif dalam
peningkatan mutu berkelanjutan (total quality improvement). Kreativitas, inovasi,
modernisasi, dan pelayanan pelanggan (mahasiswa/pelajar dan masyarakat) menjadi
kunci untuk berhasil di masa depan.
Jadi, pada masa depan, menurut Evans (2000) harus ada penekanan yang lebih besar kepada
universitas sebagai tempat yang mampu:
Tuntutan atau pengharapan masyarakat terhadap mutu output fakultas, program studi
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat semakin keras terdengar diteriakkan pada
pelanggan. Sementara pelaksanaan program pendidikan tinggi masih dihadapkan pada
keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dosen dan pegawai, baik kuantitas maupun
kualitas, sumber daya material, manajemen, dan kepemimpinan yang kurang ampuh.
Hal-hal inilah yang harus diatasi secara sistemik oleh pimpinan PT agar dapat eksis
dan berkembang dengan perubahan yang signifikan dalam meraih keunggulan
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu aspek yang sangat krusial,
bahkan mungkin yang terpenting bagi kemajuan sekolah. Tanpa pemimpin dan
kepemimpinan yang baik, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa sekolah tidak
akan berjalan, mungkin mengalami stagnasi (macet), atau degradasi. Pada gilirannya
sekolah tersebut akan sia-sia dan tidak efektif. Tujuan sekolah yang ingin dicapai dan
yang sudah disepakati bersama tidak akan terwujud. Dengan kata lain, baik-
buruknya, maju atau mundurnya sekolah sebagai organisasi pendidikan banyak
tergantung pada pemimpin dan kualitas kepemimpinannya.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang pimpinan organisasi pendidikan juga dituntut untuk
memiliki visi tentang organisasi dan tugas-tugasnya sebagai pimpinan. Sebagai pimpinan
organisasi pendidikan formal, dalam peran kepala sekolah tidak hanya dituntut sekadar
menjadi manajer yang baik, tetapi untuk mencapai pengembangan sekolah yang diharapkan
maka kepala sekolah tersebut harus memiliki visi yang jelas tentang sekolah yang
dipimpinnya. Visi yang dimaksud sebagaimana dijelaskan oleh Nanus dan Dobs (1999: 78)
bahwa: “Vision is a realistic, credible, attractive and inspiring future for the organization”.
Sebuah visi tentang masa depan harus bersifat realistis, menantang, dan memberi inspirasi
tentang masa depan organisasi.
Kepemimpinan yang nyata adalah memusatkan perhatian kepada perbuatan yang benar,
bukan sekadar mengetahui sesuatu yang benar. Nasihat ini dari konsultan organisasi
disampaikan sebagai suatu tindakan kejutan bagi pemimpin sekolah, yang hidup penuh
dengan kesulitan atau dilema etik. Pengalaman kepala sekolah dalam kehidupan sehari-hari,
seperti dilema, berkaitan dengan kewajiban moral kepada masyarakat, kepada profesi, kepada
komite sekolah, dewan pendidikan, dan kepada para pelajar. Kepala Sekolah Kreatif untuk Inovasi.
Desentralisasi pendidikan menawarkan paradigma baru bagi kepala sekolah untuk lebih
mandiri dalam mengembangkan seluruh sumber daya sekolah menjadi sekolah unggul.
Tuntutan tersebut diperkirakan berimplikasi terhadap penyusunan kurikulum dan manajemen
sekolah. Perubahan manajemen pendidikan menjadi suatu keniscayaan, sehingga sekolah
dituntut melakukan perubahan manajemen agar ada pelayanan yang baik dan lulusan sekolah
benar-benar berkualitas sebagai perwujudan akuntabilitas yang tinggi. Pendidikan nasional
memerlukan jaringan yang akan menentukan dan memelihara satu sistem yang mengikat dari
sistem di daerah.
Visi sesuatu yang menarik untuk diperbincangkan dalam konteks kekinian dalam sebuah
organisasi yang ingin mengejar kemajuan. Davis Conley (Lashway, 1997) menemukan banyak
kepala sekolah memiliki ambivalensi bahwa kadang-kadang mereka mengeluh tentang
kegunaan visi, sedangkan para ahli secara terus-menerus menghargai visi sebagai sesuatu yang
dibuat sebagai tugas para pimpinan.
A BAB I (pendahuluan)
Peran manager, menurut Mintzberg ada 3 peran utama yang dimainkan oleh setiap
manager dimanapun letah hierarkinya, peranan-peranan itu antara lain Peranan Hubungan
AntarPribadi, ada dua gambaran umum yang dihubungkan dengan peran ini yaitu hal yang
bertalian dengan status dan otoritas manajer, dan hal-hal yang bertalian dengan pengembangan
hubungan antarpribadi. Peranan yang berhubungan dengan informasi, yaitu peranan
interpersonal diatas meletakkan manajer pada posisi yang unik dalam hal mendapatkan
informasi. Peranan Pembuat Keputusan, yaitu peran ini membuat manager harus terlibat dalam
suatu proses pembuatan strategi di dalam organisasi yang dipimpinnya.
Studi Iowa, usaha untuk mempelajari kepemimpinan pada mulanya dilakukan pada tahun
1930 oleh Ronald Lippitt dan Ralph. K. White dibawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas
Lowa. Dalam penelitian ini klub hobi dari anak umur 10 tahun dibentuk, setiap klub diminta
memainkan tiga style kepemimpinan yaitu: kepemimpinan Otokratis, bertindak sangat direktif
selalu memberikan pengarahan dan tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi,
kepemimpinan Demokratis yaitu mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan dan
kepemimpinan semaunya sendiri yaitu memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompoknya
sendiri.nemuan Ohio, pada tahun 1945 Biro penelitian bisnis dari Universitas Negeri Ohio
melakukan serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Siuatu tim riset interdisipliner
mulai dari ahli psikologi, sosiologi dan ekonomi mengembangkan dan mempergunakan
Kuesioner Deskripsi perilaku pemimpin. Staf dari Ohio merumuskan kepemimpinan itu sebagai
suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup kerah
pencapaian tujuan tertentu.
Studi Kepemimpinan Michigan, pada saat yang hampir bersamaan dengan Universitas
Ohio, kantor riset dari Angkatan Laut mengadakan kontrak kerjasama dengan pusat Riset
Survey Universitas Michigan untuk melakukan suatu penelitian. Tujuan kerjasama penelitian
itu adalah untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompk dan kepuasan anggota
kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka. untuk mencapai tujuan ini maka tahun 1947
dilakukan penelitian di Newark, New Jersey, pada perusahaan ansuransi Prudential. Hasil-hasil
dari penemuan Prudential telah banyak dikutip untuk membuktikan teori-teori hubungan
kemanusiaan. Penemuan ini kemudian banyak diikuti ratusan penemuan-penemuan berikutnya
dibidang yang luas pada pemerintah, industri, rumah sakit dan oraganisasi lainnya.
Teori Sifat, teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri pada zaman Yunani kuno dan
zaman Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan bukannya dibuat,
Teori the great man menyatakan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan
menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.
Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi yaitu, kecerdasan, kedewasaan dan kekuasaan hubungan sosial,
motivasi diri dan dorongan berprestasi dan sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
Teori Kelompok, teori ini beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuan- tujuannya,
maka harus dapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikutnya. Suatu
contoh penemuan Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan
pekerjaan secara baik, maka pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambilan
inisiatif (perilaku tugas). Barrow dalam study Laboratorium menekankan bahwa produktivitas
yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap produktivitas.
Teori Situasional dan Model Kontijensi, tahun 1967 Fred Fiedler mengusulkan suatu
model berdasarkan situasi untuk efektivitas kepemimpinan konsep model ini dituangkan dalam
bukunya A Theoty of Leadership Effectiveness.
Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler, model ini berisi tentang hubungan antara
gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan
itu diterangkan dalam hubungan dimensi- dimensi empiris yaitu, hubungan pemimpin anggota,
derajat dari struktur tugas dan posisi kekuasaan pemimpin.
Teori Jalan Kecil-Tujuan (path goal theory), secara pokok teori path-goal berusaha
untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi kepuasan dan pelaksanaan
pekerjaan bawahannya. Teori path-goal versi house memasukkan empat tipe atau gaya utama
kepemimpinan yaitu kepemimpinan derectif, kepemimpinan yang mendukung, kepemimpinan
partisipatif dan kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.
Gaya Kepemimpinan Kontinun, gaya ini klasik menurut Robert Tennenbaum ada dua
bidang pengaruh ekstream pertama, bidang pengaruh pimpinan kedua, bidang pengaruh
kebebasan bawahan. Ada beberapa model keputusan pemimpin yaitu, pemimpin membuat
keputusan dan memberi tahu bawahan, pemimpin menjual keputusan, pemimpin memberikan
pemikiran-pemikiran atau ide-ide, pemimpin memberikan keputusan, pemimpin meemberikan
persoalan.
Gaya Managerial Grid, gaya kepemimpinan ini antara lain: manajer sedikit sekali
usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengannya, manajer mempunyai rasa
tanggung jawab yang tinggi, gaya kepemimpinan dari manager ini adalah rasa tanggung jawab
yang tinggi, manajer menjalankan tugasnya secara otokratis, manager mempunyai sedikit
pemikiran medium baik pada produksi maupun orang-orang.
Tiga Kepemimpinan dari Reddin, dipopulerkan oleh W.J REDDIN. Gaya ini dibedakan
menjadi dua yaitu gaya kepemimpinan efektif dan tidak efektif. Ada empat gaya kepemimpinan
efektif yaitu:eksekutif, pencinta pengembangan , otokratis ,birokrat. Dan ada empat gaya
kepemimpinan tidak efektif yaitu: pencinta kompromi, missionary, otokrat dan lari dari tugas.
Empat sistem Manajemen dari Likert, dalam penelitiannya Linkert telah
mengembangkan suatu ide dan pendekatan yang penting untuk memahami prilaku pemimpin.
Likert merancang empat kepemimpinan dalam manajemen yaitu: manajer dalam hal ini sangat
otokratis, pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati, gaya kepemimpinan lebih dikenal
dengan sebutan manager, oleh linkert sistem ini dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok
(berpartisipatif).
Kepemimpinan ini menurut Harley dan Blanchard adalah didasarkan pada saling
berhubungan hal-hal berikut: jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh
pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan, tingkat
kesiapan atau kematangan para pengikut dalam melaksanakan fungsi dan tujuan
tertentu.
telah diuraikan diatas dapat diaplikasikan dan diidentifikasikan dengan suatu proses
pengambilan keputusan tersebut.
Gaya Kepemimpinan, adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan
sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika kita berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan
orang lain. Pola umum yang biasanya terlibat antara perilaku yang berorientasi pada tugas atau
perilaku hubungan atau beberapa kombinasi dari keduanya, dua bentuk tugas ini dan hubungan
yang merupakantitik pusat dari konsep kepemimpinan situasional. Pemimpin yang berhasil
adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya sesuai tuntutan dari keunikan
lingkungannya.
Penyesuaian Gaya, penyesuaian gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai
dengan kehendak dari suatu lingkungan tertentu. Gaya ini dapat juga dinamakan keluwesan
gaya karena dengan mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungan
tertentu. Jika seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya yang besar tidak efektif kalau
gaya perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan situasi.
BAB VII (Kekuasaan Kepemimpinan)
Sumber dan bentuk kekuasaan, Amitai etziomi membahas bahwa sumber dalam
bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan dan kekuasaan pribadi.
Perbedaan keduanya ada pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku, kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi,
pengaruh pribadi atau keduanya. Meskipun kekuasaan dan jabatan merupakan hal yang
penting dan bermanfaat untuk menganalisa kekuasaan . French dan Raven membagi
lima sumber kekuasaan yakni Kekuasaan paksaan, kekuasaan legitimasi, kekuasaan
keahlian, kekuasaan penghargaan, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, kekuasaan
hubungan. Aplikasi sumber-sumber kekuasaan pada kepemimpinan situasional adalah
kekuasaan paksaan, kekuasaan hubungan, kekuasaan penghargaan, kekuasaan
legitimasi, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, kekuasaan keahlian. Walaupun
ketujuh sumber kekuasaan ini secara pontensial tersedia pada setiap pemimpin sebagai
sarana untuk meyakinkan atau mempengaruhi perilaku lain, akan tetapi penting pula
dicatat bahwa terdapat variasi perbedaan dalam kekuasaan.
Istilah konflik akan membawa suatu kesan dalam pikiran seseorang bahwa dalam hal
tertentu terdapat suatu pertikaian. Pertentangan antara beberapa orang atau kelompok
orang-orang, tidak adanya kerja sama, perjuangan satu pihak untuk melawan pihak
lainnya, atau suatu proses yang berlawanan sebagaimana disadari bersama bahwa dalam
diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal berikut: sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan yang bersaing, beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peran-
peran dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan, banyaknya bentuk halangan-halangan
yang bisa terjadi diantara dorongan dan tujuan, terdapat aspek-aspek yang positif dan
negatif. Konflik antar pribadi, terjadi jika ada dua orang atau lebih berinteraksi satu
sama lain dalam melaksanakan tugasnya. Johari Window salah satu kerangka yang
semakin terkenal untuk menganalisis dinamika interaksi antara diri seseorang dengan
orang lain. Berikut ringkasan empat sel dari Johari yaitu: membuka diri, menutup diri,
membutakan diri, tidak menemukan diri.
Strategi pemecahan konflik, strategi dasar menurut hasilnya dapat disebut Sama-
sama merugi yaitu bahwa kedua pihak yang sedang konflik sama-sama merugi atau
sama- sama kehilangan, Kalah menang yaiu dalam situasi konflik akan berusaha untuk
memaksakan kekuatan untuk menang dan mengalahkan pihak lain, Sama-sama
beruntung strategi pemecahan konflik menang-menang ini barangkali sesuai dengan
keinginan- keinginan manusia dan organisasi.
Konflik organisasi, ada empat sumber organisasi yaitu, Suatu situasi yang tidak
menunjukkan keseimbangan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, terdapatnya sarana-
sarana yang tidak seimbang, terdapatnya suatu persoalan yang tidak selaras, timbulnya
persepsi yang berbeda.
BAB III
Kelebihan pada buku ciptaan SYAFARUDDIN yang bertemakan kepemimpinan ini sangat
banyak terdapat kelebihan nya Pada buku utama menjelaskan dengan sangat detail mengenai
apaitu kepemimpinan,dan disana juga dijelaskan dengan padat pengertian kegunaan serta
terapan kepemimpinan yang baik dan benar. Pada buku juga pemilihan kata sederhana
sehingga,pembaca merasa tertarik membacanya,kajian teori nya amat lengkap dan semua
tersusun secara sistem matis dan terurut sehingga kita lebih mudah paham akan materinya.
Kekurangan buku
Untuk hal kekurangan pada buku ini terletak pada bagian gambar kurangnya gambar yg
menarik,sehingga pembaca ,ungkin kerap kurang puas akan hal yg ditampilkan serta pemilihan
warna atau kurang nya variasi pada buku ini,hanyaterdapat sedikit animasi dan ilustrasi
tambahan walau materi memadai tapi bagi pembacaa juga dibutuh kan animasi mnarik agar
minat pembaca untuk menyelesaikan bacaan jadi lebih baik.
Kelebihan pada buku Miftah Thoha yang berjudul Kepemimpinan dalam Manajemen tampilan
depannya (cover) sangat menarik minat pembaca karena pada cover tersebut diberi gambar
sosok pemimpin diantara orang-orang yang dipimpinnya, warna pada covernya terang
menambah minat seseorang untuk membacanya.
Dari tata bahasa, bahasa yang digunakan dalam buku ini menggunakan bahasa yang ringan dan
tidak berbelit-belit sehingga memudahkan pembaca untuk memahami penyampaian-
penyampaian materinya, ukuran tulisan yang digunakan sudah tepat danbisa dibaca jelas
oleh pembacanya. Tanda-tanda bacanya sudah dibubuhkan sesuai dengan yang diharapkan.
Dari aspek isi buku, buku ini sudah dilengkapi dengan identitas-identitasnya sehingga tidak
menyulitkan pembaca jika hendak meresensi buku ini, isi dan penyampaian pada materi ini
disampaikan dengan jelas dan rinci . penulis juga memaparkan beberapa contoh yang konkret
dan seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang sebenarnya. Kesimpulan
dari keseluruhan disampaikan pada Bab terakhir.
Kekurangan Buku
kekurangan pada buku Miftah Toha yang berjudul Kepemimpinan dalam Manajemen tampilan
depannya (cover) tidak memiliki kekurangan semua sudah jelas dipaparkan pada covernya, ada
judul, nama pengarang serta penerbitnya sehingga pembaca tidak perlu membuka halaman
lainnya untuk mencari identitas buku tersebut.
Dari tata bahasa dan letaknya juga pas dan tidak memiliki kekurangan yang dapat menyulitkan
pembaca dalam memahaminya. Tetapi pada (halaman 25 bait ke 11) ada kata “memedulikan”
seharusnya kata tersebut “memperdulikan” disitulah letak kesalah dalam pengetikan kata. Dari
aspek isi buku hanya saja kesimpulan tidak dipaparkan pada setiap bab tetapi dibuat pada
keseluruhan kesimpulan dari bab I sampai bab terakhir, dan pengulangan pembahasan sering
kaliterjadipadabab-babberikutn
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH :
NIM : 4223311010
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya
sehingga penyusunan dan penulisan makalah ini dapat selesai dengan lancar dan tepat
waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak dosen Dr. Humuntal Banjarnahor, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah kepemimpinan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah critical JURNAL review ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah kepemimpinan Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk mengembangkan budaya membaca, kemampuan berpikir sistematis dan kritis
terhadap masa hadapan, kemampuan mengekspresikan pendapat dalam memandang suatu
buku yang akan direview, kemampuan berfikir logis, kemampuan menulis karya ilmiah,
dan kemampuan menyampaikan, menggunakan dan mengaplikasikan ilmu mereview
untuk menjadi suatu sistem yang terdapat dalam pengembangan keilmuannya
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
BAB IV PENUTUP...............................................................................................
4.1 Kesimpulan.............................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
7. Mengetahui tentang isi jurnal yang telah diresensi
8. Mengetahui hal-hal yang mencakup tentang pemimpin dan kepemimpinan
9. Menyelesakan tugas critical jurnal riview
10. Mengetahui kelemahan dan kelebihan pada jurnal yang diresensi
11. Memahami lebih dalam pengertian dan teori mengenai kepemimpinan
12. Menambah wawasan mengenai kepemimpian.
Edisi terbit -
Pengarang artikel Isti Fatonah
Penerbit Fatonah
Tahun terbit 2017
Nomor ISSN 2579-325X.
Edisi terbit -
Pengarang artikel Daswati
Penerbit UNTAD
Kota terbit Palu
Nomor ISSN ISSN 1411- 3341
Alamat situs 28515-ID-implementasi-peran-
kepemimpinan- dengan-gaya-
kepemimpinan-menuju-kesuksesan-organ
BAB II
A. Pendahuluan
Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global
yang sangat ketat dan tajam, di beberapa negara telah berupaya untuk melakukan revitalisasi
pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan
pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan atasan-bawahan, yang semula bersifat
hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan bersama. Pada hubungan atasan-bawahan
yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan bawahan sebagai objek tanpa
daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan perilaku yang kerap kali
mewarnai kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis, yang pada akhirnya hal ini
berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif dari setiap bawahan.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung bersikap a priori dan
bertindak hanya atas dasar perintah sang pemimpin semata. Dengan kondisi demikian, pada
akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul.
Tugas adalah kewajiban untuk melaksanakan dan wewenang adalah hak untuk
bertindak. Wewenang seorang pemimpin adalah hak untuk menggerakkan orang atau
bawahannya supaya suka mengikutinya atau menjalankan tugas yang diperintah kepadanya.
Kepengikutan timbul karena pemimpin mempunyai abhiga mika yaitu dapat menarik
simpati dari orang lain, pradaya yaitu selalu bertindak bijaksana,; atma sampat yaitu
bermoral dan berbudi pekerti yang luhur, Sakyasanmata,yaitu selalu bertindak teliti dan
cermat.
Membantu kelompok merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang akan
menjadi pedoman untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan;Fungsi dalam
menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota masyarakat untuk menyukseskan
program pendidikan di sekolah; danMenciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja
yang harmonis, sehat, dinamis, dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja
dengan penuh produktivitas akan memperoleh kepuasan kerja tinggi. Artinya pemimpin
harus menciptakan iklim organisasi yang mampu mendorong produktivitas pendidikan yang
tinggi dan kepuasan kerja yang maksimal.
Kepala Sekolah harus memahami bahwa sekolah sebagai suatu sistem organik,
sehingga mampu berperan sebagai pemimpin leader dibandingkan sebagai manajer. Sebagai
Leader Kepala Sekolah harus: Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau
memaksa;Lebih bersandar pada kerja sama dalam menjalankan tugas dibandingkan
bersandar pada kekuasaan atau Surat Keputusan (SK);Senantiasa menanamkan kepercayaan
pada diri guru dan staf administrasi, bukannya menciptakan rasa takut;
Banyak kegiatan Kepala Sekolah yang sangat bermanfaat, yang bisa ditiru oleh
Kepala Sekolah lain dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa sekolah yang mempunyai
prestasi yang baik di dalam pengelolaan sekolah (prestasi hasil belajar siswa, hubungan
sekolah dengan masyarakat) dapat dijadikan bahan kajian oleh sekolah lain dalam rangka
mengelola sekolahnya sendiri. Walaupun disadari pula bahwa tidak ada situasi yang sama
yang dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan sekolah seperti guru, siswa, administrasi
dan alat peralatan.
Oleh karena itu, dalam persepsi guru, seorang Kepala Sekolah harus memiliki
karakteristik sebagai kepala keluarga di sekolah. Sifat-sifat atau karakteristik seorang
Kepala Sekolah sebagai kepala keluarga di sekolah, yaitu:Memiliki integritas, yaitu bersifat
tegas dan jujur, baik tercermin dari sifat-sifat pribadinya maupun dalam pelaksanaan
prinsip-prinsip moralnya; Adil, yaitu harus bersikap adil terhadap kebenaran dan tidak ada
perbedaan perlakuan kepada siapapun; Kemampuan, yaitu mampu melaksanakan tugasnya
dan mampu melaksanakan hubungan kemanusiaan dengan baik;Memiliki intuisi, yaitu
mampu melaksanakan tugasnya dan mampu melaksanakan hubungan kemanusiaan dengan
baik; danReliabilitas, yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain
dalam melaksanakan komitmennya.
Pada era sekarang ini masalah kepemimpinan kepala sekolah, merupakan suatu peran
yang menuntut persyaratan kwalitas kepemimpinan yang kuat dan berkwalitas. Bahkan
dapat dikatakan kunci keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi
dan efektifitas penampilan seorang kepala sekolah. Keberhasilan sekolah adalah
keberhasilan kepala sekolah dan keberhasilan kepala sekolah adalah keberhasilan sekolah.
Mengingat begitu strategisnya peran dan fungsi kepala sekolah dalam mewujudkan
keberhasilannya, maka pemerintah melalui Permendiknas NO. 13 tahun 2007, mensyaratkan
bahwa kepala sekolah harus memiliki standar kompetensi yaitu : kompetensi kepribadian,
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi
sosial.14
A. Pendahuluan
Memang benar bahwa seorang pimpinan baik secara individual maupun sebagai
kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian akan tetapi membutuhkan sekelompok
orang lain yang dIkenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para
bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsinya kepada organisasi, terutama
dalam cara bekerja efektif, efisien, ekonomisdan produktif.
Pemimpin berdasarkan konsep teoritis, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pencapaian tujuan suatu organisasi, karena kepemimpinan inti dari pada manajemen yang
merupakan penggerak bagi sumber daya dan fungsi manajemen serta alat lainnya. Untuk
menggerakkan sumber daya terutama sumber daya manusia atau pegawai diperlukan
kualitas kepemimpinan seseorang. Salah satu faktor untuk menilai berkualitas tidaknya
seorang pemimpin termasuk pendapat Werren Bennis & Burt Nanus(2006:3), mengatakan
bahwa berperan kepemimpinan dapat dilihat dari aspek peran sebagai penentu arah, agen
perubahan, juru bicara dan pelatih.
B. Deskripsi Isi
1. Konsep Kepemimpinan
Berbicara tentang kepemimpinan berarti kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah
manusia, karena memang yang menjalankan kepemimpinan adalah manusia itu sendiri.
Memiliki pemikiran realistis dalam menghadapi berbagai proses aktivitas demi pencapaian
tujuan organisasi. Jadi unit analisisnya adalah manusia/individu. Oleh karena itu
kepemimpinan tidak akan ada tanpa pemimpin dan yang dipimpin, keduanya ini adalah
manusia yang memiliki potensi mengarahkan manusia dengan meningkatkan motivasi
kerja sumber daya pegawai di dalam mencapai tujuan organisasi. Tak dapat dipungkiri
bahwa kesuksesan organisasi tergantung pada kepemimpinan.
2. Gaya Kepemimpinan
a. Teori Kepemimpinan Transformasional
para pemimpin organisasi harus mampu menghadapi perubahan-perubahan secara
berkesinambungan agar bisa bersaing dalam situasi ekonomi yang perubahnya serba
cepat.
b. Kepemimpinan Transaksional
kepemimpinan transaksional pada prinsipnya sangat tergantung pada pertukaran imbalan
antara pimpinan dengan bawahan. Kesepakatan antara pimpinan dan bawahan tentang apa
yang seharusnya dikerjakan oleh seorang bawahan dimaksudkan untuk memperoleh imbalan
atau agar dapat menghindari hukuman. Namun demikian kepemimpinan transaksional juga
menyangkut nilai-nilai, akan tetapi nilai-nilai tersebut hanya relevan dengan proses
pertukaran atau keuntungan timbal balik. Dengan demikian seorang pemimpin transaksional
juga mengakui kebutuhan dan keinginan bawahan, serta menjelaskan bahwa ke duanya
hanya bisa dicapai dengan memuaskan jika para bawahan mencurahkan usahanya sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan.
c. Kepemimpinan Kharismatik
Kepemimpinan kharismatik merupakan suatu kualitas speciaL dari pemimpin yang
tujuannya, kekuasaannya, dan ketegasannya berbeda dari pemimpin yang lain (Andrew
J.DubRin ,2005: 44).
A. Pembahasan Isi
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut artikel yang direview adalah manusia yang memiliki potensi
mengarahkan manusia dengan meningkatkan motivasi kerja sumber daya pegawai di dalam
mencapai tujuan organisasi.Kepemimpinan menurut artikel Pengaruh Kepemimpinan dan Team
Work Terhadap Kinerja Karyawan Di Koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan
Jakarta kepemimpinan adalah sebuah seni yang sangat special dimiliki seseorang.
2. Gaya Kepemimpinan
c. Kepemimpinan Kharismatik
Kepemimpinan kharismatik merupakan suatu kualitas speciaL daripemimpin yang tujuannya,
kekuasaannya, dan ketegasannya berbeda dari pemimpin yang lain (Andrew J.DubRin ,2005:
44).
- partisipatif : adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi
seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuatoleh
kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, merekamelakukan setelah
mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggotakelompok. Untuk memotivasi
bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga
mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
, gaya pengasuh dan gaya orientasi prestasi mempengaruhi pengharapan ini. Sehingga
mempengaruhi prestasi kerja bawahan dan kinerja bawahan. Dengan mempergunakan salah satu
dari empat gayatersebut, seorang pemimpin harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi para
bawahandan mampu memberikan motivasi kepada mereka tentang kejelasan-kejelasan tugasnya,
pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan efektif (Griffin, 1980).
BAB III
Kelebihan
Jurnal utama ini memiliki kelebihan diantaranya ialah,materi yg
tersamapaikan padat dan menggunakan bahasa atau kata kata
sederhana,kajian materi yg tersedia cukup baik dan banyak terdapat teori-
teori baru pada materi nya,serta menjelaskan secara detail hal yg ingin
dibahas di dalam jurnal tersebut
Kekurangan
Materi yg tersedia padat,memang baik tapi terlalu berisikan mendalam
sehingga pembaca mungkn kerap bosan,karna menjelaskan terlalu detail
dan terkesan mengulang
Identitas jurnal kurang lengkap dan dala pengetkan terlalu kecil.
B. JURNAL PEMBANDING
Kelebihan
Bahasa yang digunakan pada artikel tersebut tidak berbelit – belit sehingga
mudah dimengerti.
Menggunakan metode penelitian yang cukup di mengerti
Kekurangan
Cakupan ruang lingkup dari artikel tersebut kurang luas, artikel tersebut
hanya membahas beberapa materi saja tentang kepemimpinan.
Materi tidak begitu menyangkut dan membahas .
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Daftar pustaka
Daswati. 2012. Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan
Menuju Kesuksesan Organisasi. ISSN 1411- 3341. VOL.04.
MINI RISET
Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH :
NIM : 4223311010
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya
sehingga penyusunan dan penulisan makalah ini dapat selesai dengan lancar dan tepat
waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak dosen Dr. Humuntal Banjarnahor, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah kepemimpinan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah mini riset ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah kepemimpinan Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
mengembangkan budaya membaca, kemampuan berpikir sistematis dan kritis terhadap
masa hadapan, dan untuk bisa memahami sedikit dari mini riset yang dilakukan
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin yang merupakan organ yang seharusnya dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya. Dalam hal ini targetnya adalah para guru
yang diharapkan dapat meningkatkan kerjanya setelah mendapat pengaruh dari atasannya.
Agar proses mempengaruhi bisa berjalan lancar, maka pemimpin harus memperlakukan
individu secara manusiawi. Manusia dalam melaksanakan kegiatannya senantiasa
dipengaruhi oleh kepribadian yang berbeda-beda, misalnya sifat, sikap nilai-nilai,
keinginan dan minat, untuk itu akan berpengaruh pada gaya kepemimpinannya juga pada
kerjanya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA N 2 BINJAI
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam profesionalisme guru di
SMAN 2 BINJAI.
3. Untuk mengetahui profesionalisme guru di SMA N 2 BINJAI.
BAB II
KAJIAN TEORI
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks
karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya teradapat berbagai dimensi yang
satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang bersifat unik
karena sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar
mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Karena
sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.
1) Kepribadian yang kuat, yaitu pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat, murah hati dan
memiliki kepekaan sosial.
2) Memahami tujuan pendidikan dengan baik.
3) Memiliki pengetahuan yang luas
4) Memiliki keterampilan yang profesianal.
Dalam menjalankan kewajiban kepala sekolah tidak hanya sendiri tetapi memerlukan
bantuan dengan cara melibatkan guru dan komite sekolah dalam pengambilan keputusan,
melakukan komunikasi kepada orang tua/wali siswa dan masyarakat, dan meningkatkan
motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan, dengan menggunakan sistem pemberian
penghargaan atau prestasi serta sanksi atas pelanggaran peraturan dan kode etik.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan kewajiban dan
tugasnya harus meningkatkan profesionalisme guru, dimana peningkatan profesionalisme
guru merupakan hasil dari gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala sekolah, apabila
gaya kepemimpinannya bagus maka output didalam sekolah tersebut akan bagus.
Profesionalisme berasal dan kata “profesi” yang artinya suatu bidang pekerjaan yang
ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dan pendidikan akademis yang intensif.
METODE PENELITIAN
Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka desain penelitian dalam
penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang mendalam tentang realitas
sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian
sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut. 41 Penelitian
kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak
menggunakan prosedur statistik dan kuantifikasi. Dalam hal ini penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita, perilaku, dan juga tentang fungsi organisasi,
gerakan sosial atau hubungan timbal balik. Pendekatan ini dianggap lebih relevan karena
bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di SMA N 2 BINJAI Tahun Ajaran 2022. Gaya dan cara pelakasanaan
kepemimpinan kepala sekolah merupakan bagian dari budaya sekolah.
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai kepala sekolah sebagai sumber data primer, wakil
kepala sekolah, dan mewawancarai guru, serta staf tenaga kependidikan lainnya sebagai sumber
data tambahan untuk memperkuat jawaban dan menguji kebenaran realitas dan pelaksanaan
gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SMA N 2
BINJAI Tahun Ajaran 2022.
Alat yang dibutuhkan dalam wawancara yaitu berupa Tape Recorder (rekaman) yang digunakan
untuk merekam semua hasil wawancara yang didapat dari informan.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan itu, maka seluruh
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini didasari pada dua sumber yaitu:
a. Sumber data primer yaitu sebagai sumber data pokok yang diperoleh dari kepala
sekolah, guru, pegawai, dan staff dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.
b. Sumber data sekunder yaitu sebagai sumber data pelengkap yang diperoleh dari
rekomendasi sekolah dan buku-buku yang dianggap mendukung terhadap proses
penelitian
BAB IV
Deskripsi yang berkenaan dengan hasil penelitian ini, disusun berdasarkan jawaban atas
pertanyaan – pertanyaan dalam penelitian melalui wawancara, dan pengamatan langsung
dilapangan. Dan diantara pertanyaan – pertanyaan dalam penelitian ini ada empat hal
yaitu:
Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian, pembahasan penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan dan elaborasi terhadap hasil penelitian sesuai dengan teori
yang digunakan. Pembahasan ini dapat diuraikan sesuai temuan penelitian sebagai
berikut :
Temuan pertama penelitian ini menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di
SMA N 2 BINJAI gaya kepemimpinan demokratis-partisipatif menyebutkan bahwa salah satu
gaya kepemimpinan yang dapat dengan efektif mempengaruhi bawahan untuk meningkatkan
kinerja bawahan. Dalam gaya kepemimpinan kepala sekolah yang dilakukan kepala sekolah
adalah melakukan pendekatan, mempersiapkan temuan- temuan rapat, mengambil tindakan
berupa melihat secara tidak langsung dalam arti berkunjung kekelas dengan alasan mencari
sesuatu padahal kepala sekolah tersebut sedang melakukan pengamatan secara tidak langsung.
Kemudian pemeriksaan administrasi seperti memeriksa RPP, Silabus, alat-alat pembelajaran,
absensi guru-guru serta yang terpenting adalah kedisiplinan guru dalam mengajar. Hal ini
dilakukan hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara kepala sekolah
dengan guru agar dapat tercipta kemitraan yang akrab. Hal ini akan menciptakan suasana
demokratis, sehingga para bawahan tidak merasa sungkan dan segan dalam mengemukakan
pendapat dan menyampaikan beberpa kesulitan yang di hadapi atau kekuranngan yang dimiliki
untuk mendapatkan bimbingan (kepala sekolah).
Temuan kedua adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru di SMA N 3 BINJAI. Berkenaan dengan hal tersebut menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, yaitu gaya demokratis
dan partisipatif yang mana mencakup hal-hal yang dilakukan adalah (1) Menggkoordinasi semua
usaha sekolah karena perubahan terus menerus terjadi, maka kegiatan sekolah juga makin
bertambah, usaha-usaha sekolah makin menyebar perlu ada koordinasi yang baik terhadap semua
usaha sekolah, (2) Memperluas pengalaman guru-guru, akar dari pengalaman terletek pada sifat
dasar manusia. Manusia selalu ingin mencapai kemajuan yang semaksimal mungkin, seorang
yang ingin jadi pemimpin, bila ia mau belajar dari pengalaman nyata dilapangan, melalui
pengalaman baru ia dapat belajar untuk memperkaya dirinya dngan pengalaman belajar baru, (3)
Memperlengkapi kepemimpinan sekolah, dalam masyarakat demokratis kepemimpinan
demokratis perlu dikembangkan, (4) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap
anggota dan staf dengan pengetahuan baru dan keterampilan-keterampilan yang baru pula, (5)
Memberi wawasan yang luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. Temuan ketiga adalah Peningkatan
Profesionalisme Guru di SMA N 2 BINJAI menunjukkan bahwa pembinaan terhadap guru yang
ada di sekolah dalam meningkatan profesionalisme guru diantaranya yaitu Pembinaan dan
pelatihan untuk melatih skill para guru yang disesuaikan dengan kebutuhan guru secaa kolektif,
yang diprogramkan satu kali dalam sebulan, seperti pelatihan leadership, pelatihan KTSP, dan
pelatihan-pelatihan lainnya.
Temuan ketiga adalah Peningkatan Profesionalisme Guru di SMA N 2 BINJAI menunjukkan bahwa
pembinaan terhadap guru yang ada di sekolah dalam meningkatan profesionalisme guru diantaranya
yaitu Pembinaan dan pelatihan untuk melatih skill para guru yang disesuaikan dengan kebutuhan
guru secaa kolektif, yang diprogramkan satu kali dalam sebulan, seperti pelatihan leadership,
pelatihan KTSP, dan pelatihan-pelatihan lainnya.
Temuan keempat dalam penelitian ini adalah faktor pendukung dan penghambat gaya kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SMA N 2 BINJAI menunjukkan bahwa
beberapa guru yang kurang mematuhi aturan sekolah seperti kedisiplinan hal ini juga berpengaruh
pada peningkatan profesionalisme guru disekolah ini dan terbatasnya program untuk pelatihan para
guru-guru di luar jam dinas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian, maka secara umum dapat
disimpulkan bahwa, gaya kepemimpinan kepala dalam meningkatkan profesionalisme guru di
SMA N 2 BINJAI setelah mengamati dan mencermati dari hasil observasi, wawancara dan studi
dokumentasi di lapangan dapat disimpulkan bahwa:
1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang di terapkan di SMA N 2 BINJAI dilakukan oleh
kepala sekolah secara umum di respon dengan kerjasama yang baik oleh bawahan, yang
mana menggunakan gaya kepemimpinan demokratis-partisipatif yang ditunjukkan oleh
kepala sekolah memberi contoh yang baik kepada guru agar kompetensi kepribadian guru
meningkat, menugaskan atau mendelegasikan guru secara isidental berkaitan dengan tugas
kedinasan dan memberi motivasi kepada siswa, dan terbuka dan menjadi tempat konsultasi.
5.2 Saran
Berdasarkan data yang ditemukan, penulis menyarankan beberapa hal terkait tentang gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SMA N 2 BINJAI,
yaitu:
b. Saling bekerja sama dalam mensukseskan hasil belajar agar menciptakan output yang
berkualitas.