Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

KEPEMIMPINAN

OLEH:

NAMA : ASTY UTARI DWI SIHOMBING

NIM : 7173341004

KELAS :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan  Critical Book Review  untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu selaku dosen yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis
sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan Critical Book Review.
2.  Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga makalah ini selesai.
3. Teman-teman yang memberikan kritik serta saran yang membangun
sehingga makalah ini dapat selesai.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Medan , 20 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2  Tujuan................................................................................................................. 1
1.3  Manfaat............................................................................................................... 1
BAB  II  ISI BUKU
2.1 Identitas Buku ......................................................................................................2
           2.2 Ringkasan Buku Utama ....................................................................................... 3
           2.3.Ringkasan Buku Pembanding............................................................................... 11
BAB  III PEMBAHASAN
3.1 Perbedaan Buku...................................................................................................18
3.2 Kelebihan Dan Kekurangan Buku...................................................................... 18
BAB IV PENUTUP  
       4.1 Kesimpulan...........................................................................................................19
            4.2 Saran................................................................................................................... .19
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Pada jaman globalisasi sekarang ini kebanyakan para pemimpin tidak memperdulikan tugasnya
sebagai pemimpin,mereka kebanyakn mementingkan diri sendiri dan tidak memikirkan
kehidupan rakyat.Dalam kehidupan membutuhkan pemimpin yang bisa mengarahkan kita kearah
yang lebih baik lagi.

Pemimpin harus berperan apabila ia menyadari peran serta tanggung jawab sebagai
pemimpin.seorang pemimpin yang baik itu harus memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin
yang memiliki kekuatan atau energy, penguasan emosional, motivasi dengan pribadi yang akan
mampu menimbulkan semangat, gairah, dan kekuatan dalam bekerja.

Seorang pemimpin itu harus dapat berkomunikasi dengan baik mampu menyampaikan
ide, pendapat serta keingan dengan baik kepada orang lain serta dapat dengan mudah mengambil
intisari pembicaraan.

Jadi kita sebagi generasi muda harus mengubah cara kepemimpinan yang dapat
memberikan contoh yang baik kepada generasi muda yang akan datang.Dan kita sebagai
generasi muda harus dapat melakukan syarat- syarat sebagai seorang pemimin yang baik supaya
yang kita pinpin kondusip atau aman.

1.2.TUJUAN PENULISAN CBR

Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah kepemimpinan dalam dua


buku yang berbeda.Dan agar dapat memahami isi dari buku tersebut, dan dapat tahu
pentingnya seorang pemimpin itu.

1.3.MANFAAT CBR

• untuk menambah wawasan tentang kepemimpinan.

• Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat seorang pemimpin.

• Untuk mengetahui prinsip apa yang ditanam dalam pemimpin.


BAB 2
ISI BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU
BUKU UTAMA :
Judul buku : Kepemimpinan yang Efektif

Pengarang :Prof.Dr.Hadari Nawami

Penerbit :Gadjah Mada University Press

Tahun Terbit :2006

Halaman :230 halaman

BUKU PEMBANDING
Judul Buku Teks : Manajemen KEPEMIMPINAN
Penulis : Irham Fahmi S.E,M.Si
Penerbit : Alfabeta, Bandung
Bab : XIII BAB
Ketebalan : xii+260 cm Halaman
Tahun Penerbit : 2013
ISBN : 978-602-9328-32-5
2,2 RINGKASAN ISI BUKU UTAMA

Pengertian kepemimpinan

Menurut buku utama dikatakan kepemimpinan adalah kemampuan atau kecerkasan


mendorong sejumlah orang ( dua orang atau lebih ) agar bekerja sama dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.oleh karena itu unit kerja di lingkungan
suatu organisasi formal memerlukan seseorang atau lebih pemimpin, maka perlu dibahas lebih
dahulu konteksnya dengan struktur yang telah ditetapkan. Kepemimpinan dalam konteks
sturktural ini terikat pada pembidangan kerja yang disebut stuktur organisasi.

Menurut buku kedua dikatakan kepemimpinan adalah komuditas yang sangat dicari dan
bernilai tinggi Jadi kepemimpinan adalah suatu cara untuk meningkatkan kehidupan pribadi,
social, dan saran tentang menjadi pemimpin.Banyak orang percaya kepemimpinan adalah cara
untuk meningkatkan kehidupan pribadi, social, dan professional mereka.Dalam kepemimpinan
seperti itu dikenal sekurang-kurangnya tiga jenjang pemimpin yang terdiri dari pinpinan
tertinggi/pucuk pinpinan pimpinan menengah dan pinpinan tingkat terendah.

Menurut buku ketiga dikatakan kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan dan


membina kerja sama, untuk, mencapai hasil bersama pula.Apabila tgerjadi juga persaingan
sebagai manifestasi kegiatan individual, harus dilakukan secara sehat ( jujur dan sportif ),
melalui prestasi kerja atau produktivitas masing-masing. Kepemimpinan juga didefenisikan
sebagai “ kemampuan untuk menekankan hasrat pemimpin terhadap orang yang dipinpin dan
mendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas, dan kerjasama.Walaupun merupakanmasa-masa
yang kacau untuk masalah dunia, tahun 1960-an terdapat keselarasan dikalangan ahli
kepempinan. Defenisi utama tentang kepemimpinan sebagai perilaku yang mempengaruhi
orang-orang untuk mencapai tujuan bersama, telah digarisbawahi oleh seeman ( 1960 ) yang
menggambagarkan kepemimpinan sebagai “tindakan oleh orang-orang yang mempengaruhi
orang lain dalam arah yang sama.

II Dinamika kepemimpinan

Dalam buku utama dikatakan dinamika kepemimpinan merupakan seni. Perwujudannya sebagai
seni yang rumit dan berlika-liku cenderung tidak sama antara pemimpin yang satu dengan
pemimpin yang lain.disamping itu ada pula pihak yang berpendapat bahwa kepemimpinan
merupakan ilmu. Oleh karena itu dapat diungkapkan, dianalisisa, diuraikan, dan dilaksanakan
secara ilmiah. Dengan demikian berarti kepemimpinan dapat dipelajari oleh semua orang yang
memerlukannya, sebagaimana mempelajari disiplin ilmu yang lainnya.sejalan dengan pendapat
tersebut berarti kepemimpinan dapatdiungkapkan berupa teori- teori yang objektif, baik sebagai
hasil berpikir rasional maupun berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian.

Dalam buku kedua dikatakan bahwa kepemimpinan terjadi didalam kelompok.Kelompok


adalah konteks dimana kepemimpinan terjadi kepemimpinan termasuk aktivitas untuk
mempengaruhi sekolompok manusia yang memiliki tujuan bersama.Bisa saja ini merupakan
kelompok tugas kecil, sekelompok komunitas, atau sekolompok besar yang mencakup semua
seluruh organisasi.kepemimpinan adalah tentang seorang individu yang mempengaruhi
sekolompok orang untuk memimpin diri mereka, tidak dianggap sebagai bagian dari
kepemipinan didalam diskusi.

Dalam buku ketiga dikatakan hubungan manusia dalam kepemimpinan adalah caraseorang
pemimpin dalam memperlakukan orang yang dipinpinya, yang akan memberikan tanggapan
berupa kegiatan –kegiatan yang menunjang atau tidak bagi pencapaian tujuan
kelompok/kegiatan organisasinya.respon berunuspa kegiatan- kegiatan itu merupakan aktulisasi
dari eksistensi kelompok/organisasi menjadi dinamis. Bersamaan dengan itu dari kegiatan-
kegitan tersebut, setiap kelompok/organisasi menemukan jati diri yang mampu membedakannya
dengan kelompok/organisasi yang lainnya.Hubungan manusiawi efektif ( positif ) yakni
komunikasi dan perlakuan yang menimbulkan rasa senang dan puas antara kedua belah pihak.
Kondisi seperti itu akan menimbulkan tanggapan berupa rasa ikut memiliki ( sense of belonging
) terhadap kelompok/organisasi dan seluruh kegiatannya. Respon itu tidak diiringi dengan rasa
ikut berpatipasi (sense of participation), baik pada orang-orang yang dipinpin maupun para
pemimpin unit masing-masing. Gejala-gejalanya dapat dilihat pada tingkah laku perseoranga
( individual ) dalam bentuk selalu aktif menyampaikan inisiatif ,kreativitas, pendapat, saran, dan
dalam melaksanakan pekerjaan/kegiatan kelompok/ organisa

III Kepribadian pemimpin

Dalam buku utama kepribadian pemimpin ( manusia termasuk seorang pemimpin cenderung
bersifat stabil ( permanen ) atau sulit beruba,namun tidak berarti sama sekali tidak dapat berubah
atau berkembang. Oleh karena itu dengan kemauan yang keras bagi seorang pemimpin, selalu
terbuka kemungkinan untuk mengurangi aspek-aspek kepribadiannya yang bernilai negative,
agar tidak merugikan dalam mewujudkan kepemimpinannya.kepribadian bukan yang diucapkan
seseorang, tetapi aksi dan reaksinya yang tampak berupa sikap dan perilaku.setiaap pemimpin
dituntut untuk menampilkan kepribadian yang menyatu antara ucapan dengan sikap dan tingkah
lakunya.

Dalam buku kedua dikatakan kepribadian pemimpin adalah penyesuaian pribadi dalam
kepemimpinan berarti seseorang pemimpin harus mampu membantu dan mempengaruhi agar
orang-orang dipinpinnya mampu mengurangi atau meniadakan sifat dan berbagaikepribadian
yang kurang baik dalam berkomunikasi dengan orang yang dipinpinnya sesuai dengan norma-
norma yang dituntut kelompok/organisasinya. Kepribadiannya yang tidak dengan norma-norma
tersebut akan selalu mengalami hambatan dan kesulitan dalam bersama dan mewujudkan
kebersamaan.

Dalam buku ketiga dikatakan kepribadian pemimpin adalah kepribadian yang dimiliki
manusia terbentuk karena keterpaduan jiwa dan tubuh. Kepribadian merupakan corak kejiwaan (
psikis ), yang dipengaruhi oleh kondisi tubuh (jasmani/fisik ) manusia. Tubuh bersifat material,
sedang jiwa bersifat non-material.selama kehidupannya tubuh dan jiwa tidak dapat zat lepas dari
berbagai kebutuhan ( need ). Tubuh membutuhkan udara yang bersih dan segar ( mengandung
zat asam cukup ), makanan dan minuman, sinar matahari, sandang ( pakaian ), dan lain-lain,
Demikian pula jiwa ( psikis ) tidak dapat lepas dari kebutuhan berupa rasa aman, kepastian masa
depan, bebas dari tekanan, diterima, dihormati dan berperan dilingkungan sosialnya.

Fungsi dan tipe kepemimpinan

Dalam buku utama kepepemimpinan merupakan proses atau rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan yang lain, meskipun tidak mengikuti rangkaian yang sistematis. Rangkaian
itu berisi kegitan menngerakkan, membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain
dalam berbuat sesuatu, baik secara perseorangan maupun bersama-sama. Seluruh kegiatan itu
dapat disebut usaha mempengaruhi perasaan, pikiran, dan tingkah laku orang lain kearah
pencapaian suatu tujuan. Oleh karena itu kepemimpinan juga merupakan proses interaksi antar
seseorang ( pemimpin ) dengan sekelompok orang lain, yang menyebabkan orang seorang atau
kelompok berbuat Sesutu yang sesuai dengan kehendak pemimpin.

Dalam buku kedua dikatakan fungsi kepemimpinan itu yang berhubungan langsung dengan
situasi social dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan
bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu.Pemimpin harus berusaha
agar menjadi bagian didalam social situasi social kelompok/organisasi.fungsi ini berarti juga
keputusan yang ditetapakan pinpinan tidak aka nada artinya tanpa kemampuan mewujudkan
ataumenerjemahkannya instrukti/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya, jika tidak
melaksanakan.

Dalam buku yang ketiga fungsi kepemipinan adalah pemimpin harus membantu dalam
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing.setiap anggota harus didorong tumbuh menjadi orang yang
mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan menghindari ketergantungan yang berlebih-
lebihan pada pemimpin atau orang lain.setiap anggota harus didorong agar tumbuh menjadi
orang selalu menunggu perintah, sehingga tidak bekerja jika tidak diperintah,sehingga tidak
bekerja jika tidak setiap anggota organisasi tidak mampu meyuap sendiri dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.

Proses kaderisasi

Dalam buku utama dikatakan proses kaderisasi diartikan sebagai “ orang yang diharapkan akan
memegang pekerjaan penting di pemerintahan, partai dan lain-lain’’. Sedang perkataan
pengkaderan adalah “proses cara perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi
kader’’. Dengan berarti kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapakan seseorang
untuk menjadi pemimpin pengganti dimasa depan, yang akn memikul tanggung jawab penting
dilingkungan suatu organisasi.

Dalam buku kedua dikatakan kaderisasi itu adalah kaderisasi yang dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan kepada calon yang terpilih untuk memangku jabatan kepemimpinan,
dimulai dari jenjang yang paling rendah didalam organisasinya. Kesempatan itu dimaksudkan
untuk memberikan pengalaman memimpinnya dengan bimbingan oleh para pinpinan yang lebih
tinggi jenjangnya. Kaderisasi seperti itu termasuk kaderisasi intern.Yang sekaligus bersifat
memberikan kesempatan bagi anngota kelompok/organisasi untuk mengembangkan dan
meningkatkan kariernya.

Dalam buku ketiga kaderisasi dikatakan sebagai prinsip dasar kaderisasi dilakukan dengan
memberi peluaang yang sama bagi anggota organisasi yang memiliki potensi kepemimpinan.
Akan tetapi mengingat tidak semuanya dapat menduduki jabatan pinpinan yang terbatas
jumlahnya, maka kesempatan harus diberikan pada yang terbaik diantara semua yang berpotensi
tersebut tolak ukur terbaik selain kualitas berdasarkan prestasi, dedikasi, dan loyalitas,tidak
boleh melupakan syarat kesinambungan dalam kepemimpinan

Keterbatasan kepemimpinan

Dalam buku utama keterbasan kepemimpinan adalah kepemimpinan merupakan salah satu
bentuk dari usaha realisasi diri, yang dapat tampil dalam berbagai perilaku sebagaimana telah
dikemukakan terdahulu.Kekurangan dan kelemahan itu justru terdapat didalam perilaku
kepemimpinan masing-masing, sehingga dapat dipandang sebgai keterbatasan dalam
kepemimpinan.Kepemimpinan itu bersifat manusiawi yang dalam aspeknya mungkin saja untuk
dikurangi, namun sulit dan tidak boleh dihilangkan.

Dalam buku kedua keterbatasan kepemimpinan adalah kepemimpinan yang setiap pemimpin
menjalankan kepemimpinannya dilingkungan suatu kelompok/organisasi sebagai wadah kerja
sama, untuk keterbatasan ini berbentuk berkurangnya peluang untuk mewujudkan kepentingan
bersama yang disebut tujuan organisasi keterbatasan ini berbentuk berkurangnya peluang untuk
mewujudkan kepemimpinan, karena berbagai kondisi organisasi yang demi kebersaman tidak
boleh dan tidak boleh dilampaui.

Dalam buku ketiga dikatakan keterbasan kepemimpinan adalah mencari cara mengatasinya dan
mendukung diusahakan melaksanakannya, pada dasarnya merupakan pemimpin yang sudah
berada dijalur yang mengarah pada terwujudnya kepemimpinan yang efektif.misalnya
keterbatasan karena fisik manusia dapat letih dan sakit, tidak kecuali bagi seorang pemimpin
maka tidak dapat lain selain harus dicari cara mengatasinya.

Hak- hak asasi manusia dalam kepemimpinan

Dalam buku utama dalam buku utama Hak-Hak asasi pada dasarnya berarti kebebasan individu
dalam mengaktualisasi diri sebagai manusia. Dalam hubungannya dengan kehidupan
bermasyarakat kebebasan individu yang satu dibatasi oleh kebebasan individu yang lain.

Harkat manusia itu menyangkut tiga aspek sebagai berikut :

1. Harkat individu sebagai suatu pribadi


2. Harkat sebagai mahluk social untuk dalamkebersamaan secara manusiawi.
3. Harkat sebagai mahluk Tuhan Yang Esa.
RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING

RESUME MANAJEMEN KEPEMIMPINAN


Bab 1
Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung
jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendudukkan
posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.
Sementara itu digambarkan pula bahwa pemimpin itu adalah penggembala, dan setiap
pengembala akan ditanyakan tentang perilaku pengembalaannya. Ungkapan ini membuktikan
bahwa seorang pemimpin apapun wujudnya, dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban
untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini lebih banyak bekerja
dibandingkan berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam kehidupannya
dibandingkan berbicara besar tanpa bukti dan lebih banyak berorientasi pada bawahan dan
kepentingan umum dibandingkan dari orientasi dan kepentingan diri sendiri.
Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan
diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Ada yang
berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia. Kepemimpinan
dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada
manusia. Di satu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada
orang yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Disinilah timbulnya kebutuhan
akan pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimpinan kadangkala, diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan
keputusan.Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu
pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.Lebih
jauh lagi George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah menurunkan suatu
minat yang menarik untuk senantiasa didiskusikan sepanjang evolusi pertumbuhan pemikiran
manajemen.Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep kepemimpinan.Kekuasaan merupakan
sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Dalam rangka
memberikan ulasan tentang hubungan yang integral antara kepemimpinan dan kekuasaan,
Hersey, Blanchard dan Natemeyer merasakan bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya tidak
hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka agar mengerti bagaimana sebenarnya mereka
mempengaruhi orang lain, akan tetapi mereka seharusnya juga mengamati posisi mereka dan
cara menggunakan kekuasaannya. Setiap organisasi apapun bentuk dan namanya, adalah suatu
system yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kekuasaannya untuk berbuat
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.Setiap manajer, atau administrator, atau pemimpin adalah
seseorang yang diharapkan melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau diatas suatu
organisasi.
Bab. 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1.TEORI SIFAT
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman yunani kuno dan zaman
roma.Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori the
great man menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi
pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Teori great
man barangkali dapat memberikan arti lebih realities terhadap pendekatan sifat dari pemimpin,
setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi.Adalah suatu kenyataan yang
dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga
dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman.Dengan demikian maka perhatian terhadap
kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi
menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpina organisasi, ternyata hasilnya
menjadi gelap, karena banyak para manajer yang menolak.Ereka beranggapan jika manajer
mempunyai sifat-sifat pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka
manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil.Padahal keberhasilan manajer selalu
ditentukan oleh sifat-sifat tersebut.
Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi:
1) Keceerdasan
2) Kedewasaan dan kekuasaan hubungan social
3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi\
4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan
2. TEORI KELOMPOK
Teori kelompo ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-
tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-
pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara
pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-
keinginan mengembangkan peranan. Penelitian psikologi social dapat dipergunakan untuk
mendukung konsep-konsep peranan dan pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan.
Suatu contoh penemuan Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan
pekerjaanb secara baik, maka pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambilan
inisiatif (perilaku tugas).Tetapi jika bawahan dapat melaksanakn pekerjaan dengan baik, maka
pemimpin menaikan penekannanya pada pemberian perhatian (perilaku tata hubungan). Barrow
dalam study laboratoriumnya meneukan bahwa produktivitas kelompok mempunyai pengaruh
yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap produktivitas.
3. TEORI SITUASIONAL DAN MODEL KONTIJENSI
Pada tahun 1967, Fred Fiedler mengusulkan suatu model berdasarkan situasi untuk
efektivitas kepemimpinan. Konsep model ini dituangkan dalam bukunya a theory of leadership
effectiveness.Fiedle mengembangkan suatu teknik yang unik untuk mengukur kepemimpinan.
Pengukuran ini diciptakan dengan memberikan suatu skor yng dapat menunjukan dugaan
kesamaan diantara keberlawanan (assumed similarity between opposites, ASO).
Dua pengukuran yang dipergunakan saling bergantian dan ada hubungannya dengan gaya
kepemimpinan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
1) Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak (lenient) dihubungkan pemimpin yang tidak
melihat perbedaan yang besar diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit
disukai (ASO) atau memberika suatu gambaran yang relative menyenangkan kepada teman kerja
yang paling sedikit disenangi (LPC).
2) Gaya yang berorientasi tugas atau “hard nosed” dihubungkan dengan pemimpin yang melihat
suatu perbedaan besar di antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disenangi
(ASO) dan memberikan suatu gambaran yang paling tidak menyenangkan pada teman kerja
yang paling sedikit disukai (LPC).
4. MODEL KEPEMIMPINAN KONTIJENSI DARI FIEDLER
Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh fiedler dalam
hubungan dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini :
1) Hubungan pemimpin anggota.
2) Derajat dari struktur tugas
3) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal
Suatu situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi diatas mempunyai derajat
yang tinggi, dengan kata lain, situasi akan menyenangkan jika :
 Pemimpin diterima oleh para pengikutnya
 Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas
 Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi pemimpin.
Jikalau yang timbul sebaliknya, maka menurut fiedler akan tercipta suatu situasi yang tidak
menyenangkan bagi pemimpin. Fiedler benar-benar yakin bahwa kombinasi anatar situasi yang
menyenangkan dengan gaya kepemimpinan akan menentukan efektifitas kerja.

5. TEORI JALAN KECIL-TUJUAN (PATH-GOAL THEORY)


Usaha pengembangan teori path-goal ini sebenarnya telah dimulai oleh Georgepoulos
dan kawan-kawannya di institute penelitian social universitas Michigan. Dalam
pengembangannya yang modern Martin Evans dan Robert House secara terpisah telah menulis
karangan dengan bentuk yang sama. Secara pokok teori path-goal berusaha untuk menjelaskan
pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan
bawahannya.
Apapun teori path-goal versi house, memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan
sebagai berikut:
1) Kepemimpinan derectif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis dari lippit
dan white,
2) Kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership).
3) Kepemimpinan partisipatif.
4) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.
Menurut teori path-goal ini macam-macam gaya kepemimpinan tersebut dapat dapat terjadi dan
dipergunakan senyatanya oleh pemimpin yang sama dalam situasi yang berbeda. Dua diantara
factor-faktor situasional yang telah diidentifikasikan. Untuk situasi pertama path-goal
memberikan penilaian bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika para
bawahan melihat perilaku tersebut akan merupakan sumber yang segera bisa memberikan
kepuasan atau atau sebagai instrument bagi kepuasan-kepuasan masa depan. Untuk situasi kedua
path-goal menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi factor motivasi terhadap
para bawahannya jika,
1) Perilaku tersebut dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan bawahannya sehingga
memungkinkan tercapainya efektivitas dalam pelaksanaan kerja.
2) Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa
memberikan latihan, dukungan dan penghargaanyang diperlukan untuk mengefektifitaskan
pelaksanaan kerja.
6. PENDEKATAN “SOSIAL LEARNING” DALAM KEPEMIMPINAN
Penekanan pendekatan social learning ini dan yang dapat memberikannya dari
pendekatan-pendekatan lainnya, ialah terletak pada peranan perilaku kepemimpinan ,
kelangsungan, dan interaksi timbale balik diantara semua variable-variabel yang ada. Aplikasi
dari kepemimpinan ini secara lebih spesifik ialah bawahan secara aktif ikut terlibat dalam proses
kegiatan organisasi, dan bersama-sama dengan pimpinan memusatkan pada perilakunya sendiri
dan perilaku lainnya, beserta memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan lingkungan dan
kognisi-kognisi yang memperantarakan. Contoh pendekatan ini secara terperinci sebagai
berikut :
1) Pemimpin menjadi lebih mengetahui dengan variable-variabel mikro dan makro yang
mengendalikan perilakunya.
2) Pemimpin bekerja bersama-sama dengan bawahan berusaha menemukan cara-cara yang dapat
dipergunakan untuk mengatur perilaku bawahan.
3) Pemimpin bersama-sama dengan bawahan berusaha menemukan cara-cara yang dapat
dipergunakan untuk mengatur perilaku individu guna menghasilkan hasil-hasil yang produktif
yang lebih bisa menguatkan bersama organisasi.
Dengan pendekatan social learning ini antara pemimpin dan bawahan mempunyai kesempatan
untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang timbul.

Bab. 3

GAYA KEPEMIMPINAN
A. GAYA KEPEMIMPINAN KONTINUN
Gaya ini sebenarnya termasuk klasik, menurut Robert Tennenbaum ada dua bidang pengaruh
ekstrem pertama, bidang pengaruh pimpinan kedua, bidang pengaruh kebebesan bawahan. Tujuh
model keputusan pemimpin adalah:
1) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan keoada bawahan.
2) Pemimpin menjual keputusan.
3) Pemimpijn memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang pertanyaan-
pertanyaan.
4) Pemimpin memberikan keputusan yang bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran, dan membuat keputusan.
6) Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat
keputusan.
7) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsi nya dalam batas-batas yang telah
dirumuskan oleh pimpinan.
B. GAYA MANAGERIAL GRID
Menurut Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokan sebagai gaya
yang ekstrem, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan di tengan-tengah gaya ekstrem
tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid itu antara lain sebagai berikut:
1) Manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengan , dan
produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya.
2) Manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksi
maupun orang-orang yang bekerja dengannya.
3) Gaya kepemimpinan dari manajer ini ialah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya tetapi pemikirannya
mengenai produksi rendah.
4) Kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis.
Manajer seperti ini hanya memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelakasanaan kerja,
tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang bekerja
dalam organisasinya.
5) Manajer mempunyai sedikit pemikiran medium baik pada produksi maupun pada orang-
orang.
C. TIGA KEPEMIMPINAN DARI REDDIN
Dipopulerkan oleh W.J REDDIN. Gaya ini menjadi dua yaitu gaya kepemimpinan efektif dan
tidak efektif. Ada empat gaya dalam gaya yang efektif ini antara lain.
Eksekutif
 Pecinta pengembangan (developer).
Otokratis yang baik (benevolent autocrat).
Birokrat.
Gaya kepemimpinan yang tidak efektif. Ada emapat gaya kepemimpinan yang tergolong tidak
efektif antara lain:
 Pencinta kompromi (compromiser).
Missionary
 Otokrat
 Lari dari tugas (deserter).
D. EMPAT SISTEM MANAJEMEN DARI LIKERT
Gaya yang amat menarik ialah pendapar Rensis Likert ini. Dalam serangkaian penelitiannya
Likert telah mengembangkan suatu ide dan pendekatan yang penting untuk memahami perilaku
pemimpin.Menurut Likert bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participant
management.Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada
bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi.Likert merancang 4 sistem kepemimpinan dalam
manajemen sebagai berikut :
1) Manajer dalam hal ini sangat otokratis mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya.
Suka mengeksploitasi bawahandan bersikap paternalistic.
2) Dalam system ini pemimpin dinamakan Otokratis yang baik hati (benevolent authoritative).
3) Dalam system ini gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan manajer konsultatif.
Manajer dalam hal ini mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya dalam hal kalau
ia membutuhkan informasi, idea tau pendapat bawahan dan masih menginginkan melakukan
pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya.
4) Oleh Likert system ini dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif
(partisipative group.Dalam hal ini manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap
bawahannya.
Menurut Likert, manajer yang termasuk system 4 mempunyai kesermpatan untuk lebih sukses
sebagai pemimpin (leader).
BAB 6
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Kepemimpinan situasional menurut Harley dan Blanchard adalah didasarkan pada saling
berhubungan di antara hal-hal berikut :
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,
3. Tingkat kesiapan atau kematang para pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan ugas
khusus, fungsi, tujuan tertentu.
Konsepsi ini telah dikembangkan untuk membantu orang menjalan kepemimpinan dengan tanpa
mementingkan perannya, yang lebih efektif di dalam interaksinya dengan orang-orang lain setiap
harinya.
Konsepsional melengkapi pimpinan dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian,
walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang lainnya mesalnya: organisasi,
tugas-tugas pekerjaan, pengawasan daan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam
kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pimpinan dan bawahannya saja. Perilaku
pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional. Karena
bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pimpinbannya, akan tetapi
sebagai pengikut secara kenyataannya dap;at menentukan kekuatan pribadi apa pun yang
dipunyai pemimpin.
A. GAYA DASAR KEPEMIMPINAN
Dalam hubungannya dengan perilaku pimpinan ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan
olehnya terhadap bawahan atau pengikutnya, yakni: perilaku mengarahkan dan perilaku
mendukung.
Perilaku mengarah dapat dirumuskan sejauh mana seseorang pemimpin melibatkan dalam
komunikasi satu arah.Sedangkan perilaku mendukung adalah sejauh mana seseorang pemimpin
melibatkan diri dalam komunikasi dua arah.
Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan berbeda.
Dalam gaya 1 (G1), seorangb pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan
pengarahan dan sedikit dukungan. Pemimpin ini memberikan intruksi yang spesifik tentang
peranan dan tujuan bagi pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.
Dalam gaya (G2), pemimpi8n menunjukan perilaku yang benyak mengarahkan dan banyak
memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya seperti ini mau menjelaskan keputusan dan
kebijaksanaan yang ia ambil dan mau menerima pendapat dari pengikutnya. Tetapi pemimpin
dalam gaya ini masih terus memberiukan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian
tugas-tugas pengikutnya.
Pada gaya (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyaknya memberikan dukungan dan
sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini pemimpin menyusun keputusan bersama-sama
dengan para pengikutnya, dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.
Adapun gaya (G4), pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan. Pemimpin
dengan gaya seperti ini mendelegasi keputusan-keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan
tugas kepada pengikutnya.
D. GAYA KEPEMIMPINAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok didalam usahanya untuk mencapai
tujuan pada suatu situasi tertentu. Dan gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang
konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika kita berusaha
mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan setiap saat dan yang
dipelajari pihak lain untuk mengenal kita sebagai pemimpin, gaya kepemimpinan kita atau
kepribadian kepimpinan kita. Pola umum yang biasanya terlibat antara perilaku yang
berorientasi pada tugas atau perilaku hubungan atau beberapa kombinasi
dari keduanya.Dua bentuk perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat dari konsep
kepemimpinan situasional.
Perilaku tugas ialah suaatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan
peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkaan kegiatan
yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya,
dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Perilaku hubungan ialah suatu prilaku seorang
pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antarpribadi diantara dirinya dengan
anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur
komunikasi, mendelegasdikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan
untuk menggunakan potensinya.
Orang yang berada dalam usaha pengaruh seseorang, ataun tepatnya seoarng bawahana yang
setiap hari bekerja sama dengan pimpinannya mereka ankan memberikan reaksi dan penilaian
terhadap pimpinannya sesuai dengan persepsi atas kenyataan yang dilihatnya bukan berdasarkan
kemauan pimpinannya. Oleh karena itu bisa saja pemimpin beranggapan bahwa dirinya sangat
hangat, berkawan, demokratis, adil / rapi, tapi kalau orang-orang yang berkerja sama dengannya
melihat bahwa dia kerasv kepala, otokratis, mencari musuh, suka memihak, atau ceroboh, maka
persepsi orang-orang tersebut akan menyatakan seperti yang dilihatnya tersebut.
Setelah diketahui du aspek pusat perilaku pemimpin yakni perilaku tugas dan hubungan diatas,
maka dapat kita simpulkan gaya kepemimpinan yang baik itu misalnya pada suatu saat gaya
tinggi tugas dan tinggi hubungan di pertimbangkan sebagai yang terbaik sementara rendah tugas
dan rendah hubungan dipertimbangkan sebagai gaya yang terjelek.
Pemimpin-pemimpin yang brrhasil adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya
sesuai tuntutan dari keunikan lingkungannnya. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif
atau tidak efektif itu sangat tergantung akan gaya perilaku yang disesuaikan dengan situasi
tertentu.
E. PENYESUAIAN GAYA
Penyesuaian gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai dengan
kehendak dari suatu lingkungan tertentu. Gaya ini dapat juga dinamakan keluwesan (flexibility)
gaya, karena dengan mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan dengan lingkungan
tertentu. Dengan demikian seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya (style range) yang
sempit dapat efektif sepanjang periode waktu tertentu asalkan pemimpin tersebut tetap berada
pada situasi yang memungkinkan gayanya mempunyai sukses yang besar. Sebaliknya, seseorang
pemimpin yang mempunyai tingkat gaya yang besar, bisa tidak efektif kalau gaya perilakunya
tidak sesuai dengan tuntutan situasi.
BAB 3

PEMBAHASAN

Kelemahan isi buku utama


 Kelemahan buku utama terkadang kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk
dipahami.pengulanan informasi sering kali terjadi pada bab-bab berikutnya.
Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang sebenarnya.
 Terkadang ada kata-kata yang tidak berhubungan dengan kalimat yang ada dibuku
tersebut.terkadang ada kata-kata yang tidak bisa saya translate karena tidak ada didalam
kamus bahasa inggris ataupun digeogle translate.

Kelebihan isi buku utama
 Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang sebenarnya.
 Disetiap bab ada rumusan masalah dan saya dapat mengerti karena pembahasan yang saya
sangat mudah mengerti
 Disetiap bab ada penulis membuat satu kesimpulannya yang dapat dimengerti.
 Rumusan masalah dijelaskan dengan bagus, walaupun banyak kata yang susah mengerti.
 Buku ini membahas kepemimpinan dari akar-akar kepemimpinan sampai ujung
 Banyaknya kata-kata motivasi yang dibuat oleh penulis

Kelebihan buku pembanding


 Isi buku memiliki banyak pengertian dari para-para pendapat.
 Penulis seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut dalam keadaan yang sebenarnya.
 Setiap bab penulis membuat satu kesimpulannya yang dapat dimengerti..
 Di setiap akhir sub-bagian penulis selalu membuat latihan-latihan untuk dipraktikan dalam
kehidupan untuk menjadi pemimpin.
 Banyaknya kata-kata motivsi yang dibuat oleh penulis.
 Disetiap bagian penulis membuat inti sari dari tulisan tersebut.

Kekurangan buku pembanding


 Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk dipahami.
 Pengulangan informasi sering kali terjadi pada bab-bab berikutnya.
 Ringkasan buku lebih banyak membahas tentang materi-materi.
 Pengertian dari setiap kata banyak yang dibuat berulang-ulang, dan pengertiannya itu banyak
menggunakan kata-kata pemborosan.

BAB IV.
PENUTUP
4,1 KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau diarahkan
untuk memcapai suatu tujuan. Dimana cara seorang pemimpin itu juga merupakan hal yang
perlu untuk mempengaruhi orang lain. Untuk menjadi seorang pemimpin itu dia harus bisa
memimpin dari lingkungan yang kecil yaitu dirinya sendiri, keluarga, perusahaan hingga di
linkungan yang besar yaitu Negara.Dengan kritikal buku ini kita lebih dapat membandingkan
antara dua buku tentang kepemimpinan dengan penulis yang berbeda guna untuk menambah
wawasan serta pengalaman dalam sikap berkepemimpinan.

4.2 SARAN
Mungkin akan jauh lebih baik apabila mengunakan kata-kata yang sederhana, mungkin
guna mencapai pemahaman yang lebih.Dan dapat menjadi buku yang menarik untuk dibaca.

Anda mungkin juga menyukai