Anda di halaman 1dari 9

CRITICAL BUKU PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas-tugas dalam mata kuliah

KEPEMIMPINAN

DISUSUN

OLEH:

SHERLY AUDRAY DOROTEA BR SURBAKTI

PKO REGULER D2016

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN


IDENTITAS BUKU

Jenis Buku :Buku Teks


Judul Buku Teks : Manajemen KEPEMIMPINAN
Penulis : Irham Fahmi S.E,M.Si
Penerbit : Alfabeta, Bandung
Jl. Gegerkalong Hilir No.84 Bandung
Telp.(022) 200 8822 fax.(002) 2020373
Website :www.cvalfabeta.com
Bab : XIII BAB
Ketebalan : xii+260 cm Halaman
Tahun Penerbit : 2013
ISBN : 978-602-9328-32-5

RESUME MANAJEMEN KEPEMIMPINAN


-*I

Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang
bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang
mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.
Sementara itu digambarkan pula bahwa pemimpin itu adalah penggembala, dan setiap
pengembala akan ditanyakan tentang perilaku pengembalaannya. Ungkapan ini membuktikan
bahwa seorang pemimpin apapun wujudnya, dimanapun letaknya akan selalu mempunyai
beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini lebih
banyak bekerja dibandingkan berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam
kehidupannya dibandingkan berbicara besar tanpa bukti dan lebih banyak berorientasi pada
bawahan dan kepentingan umum dibandingkan dari orientasi dan kepentingan diri sendiri.
Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia
akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Ada yang
berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia. Kepemimpinan
dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada
manusia. Di satu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada
orang yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Disinilah timbulnya
kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimpinan kadangkala, diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan
keputusan.Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan
suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan
bersama.Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah
aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah menurunkan
suatu minat yang menarik untuk senantiasa didiskusikan sepanjang evolusi pertumbuhan
pemikiran manajemen.Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep
kepemimpinan.Kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku
pengikut-pengikutnya. Dalam rangka memberikan ulasan tentang hubungan yang integral
antara kepemimpinan dan kekuasaan, Hersey, Blanchard dan Natemeyer merasakan bahwa
pemimpin-pemimpin itu hendaknya tidak hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka agar
mengerti bagaimana sebenarnya mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi mereka
seharusnya juga mengamati posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaannya. Setiap
organisasi apapun bentuk dan namanya, adalah suatu system yang memungkinkan setiap
orang dapat mengembangkan kekuasaannya untuk berbuat sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.Setiap manajer, atau administrator, atau pemimpin adalah seseorang yang diharapkan
melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau diatas suatu organisasi.

-** 2
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1.TEORI SIFAT
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman yunani kuno dan zaman
roma.Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori
the great man menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan
menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.
Teori great man barangkali dapat memberikan arti lebih realities terhadap pendekatan sifat
dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi.Adalah
suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya
dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman.Dengan
demikian maka perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang
dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpina organisasi, ternyata hasilnya
menjadi gelap, karena banyak para manajer yang menolak.Ereka beranggapan jika manajer
mempunyai sifat-sifat pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu
maka manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil.Padahal keberhasilan
manajer selalu ditentukan oleh sifat-sifat tersebut.
Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi:
1) Keceerdasan
2) Kedewasaan dan kekuasaan hubungan social
3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi\
4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan
2. TEORI KELOMPOK
Teori kelompo ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-
pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara
pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-
keinginan mengembangkan peranan. Penelitian psikologi social dapat dipergunakan untuk
mendukung konsep-konsep peranan dan pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan.
Suatu contoh penemuan Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan
pekerjaanb secara baik, maka pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambilan
inisiatif (perilaku tugas).Tetapi jika bawahan dapat melaksanakn pekerjaan dengan baik,
maka pemimpin menaikan penekannanya pada pemberian perhatian (perilaku tata hubungan).
Barrow dalam study laboratoriumnya meneukan bahwa produktivitas kelompok mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap produktivitas.
3. TEORI SITUASIONAL DAN MODEL KONTIJENSI
Pada tahun 1967, Fred Fiedler mengusulkan suatu model berdasarkan situasi untuk efektivitas
kepemimpinan. Konsep model ini dituangkan dalam bukunya a theory of leadership
effectiveness.Fiedle mengembangkan suatu teknik yang unik untuk mengukur
kepemimpinan. Pengukuran ini diciptakan dengan memberikan suatu skor yng dapat
menunjukan dugaan kesamaan diantara keberlawanan (assumed similarity between opposites,
ASO).
Dua pengukuran yang dipergunakan saling bergantian dan ada hubungannya dengan gaya
kepemimpinan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
1) Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak (lenient) dihubungkan pemimpin yang tidak
melihat perbedaan yang besar diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit
disukai (ASO) atau memberika suatu gambaran yang relative menyenangkan kepada teman
kerja yang paling sedikit disenangi (LPC).
2) Gaya yang berorientasi tugas atau “hard nosed” dihubungkan dengan pemimpin yang
melihat suatu perbedaan besar di antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit
disenangi (ASO) dan memberikan suatu gambaran yang paling tidak menyenangkan pada
teman kerja yang paling sedikit disukai (LPC).
4. MODEL KEPEMIMPINAN KONTIJENSI DARI FIEDLER
Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh fiedler dalam
hubungan dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini :
1) Hubungan pemimpin anggota.
2) Derajat dari struktur tugas
3) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal
Suatu situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi diatas mempunyai
derajat yang tinggi, dengan kata lain, situasi akan menyenangkan jika :
 Pemimpin diterima oleh para pengikutnya
 Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas
 Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi pemimpin.
Jikalau yang timbul sebaliknya, maka menurut fiedler akan tercipta suatu situasi yang tidak
menyenangkan bagi pemimpin. Fiedler benar-benar yakin bahwa kombinasi anatar situasi
yang menyenangkan dengan gaya kepemimpinan akan menentukan efektifitas kerja.
5. TEORI JALAN KECIL-TUJUAN (PATH-GOAL THEORY)
Usaha pengembangan teori path-goal ini sebenarnya telah dimulai oleh Georgepoulos dan
kawan-kawannya di institute penelitian social universitas Michigan. Dalam
pengembangannya yang modern Martin Evans dan Robert House secara terpisah telah
menulis karangan dengan bentuk yang sama. Secara pokok teori path-goal berusaha untuk
menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi kepuasan, dan pelaksanaan
pekerjaan bawahannya.
Apapun teori path-goal versi house, memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan
sebagai berikut:
1) Kepemimpinan derectif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis dari
lippit dan white,
2) Kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership).
3) Kepemimpinan partisipatif.
4) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.
Menurut teori path-goal ini macam-macam gaya kepemimpinan tersebut dapat dapat terjadi
dan dipergunakan senyatanya oleh pemimpin yang sama dalam situasi yang berbeda. Dua
diantara factor-faktor situasional yang telah diidentifikasikan. Untuk situasi pertama path-
goal memberikan penilaian bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika
para bawahan melihat perilaku tersebut akan merupakan sumber yang segera bisa
memberikan kepuasan atau atau sebagai instrument bagi kepuasan-kepuasan masa depan.
Untuk situasi kedua path-goal menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi
factor motivasi terhadap para bawahannya jika,
1) Perilaku tersebut dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan bawahannya sehingga
memungkinkan tercapainya efektivitas dalam pelaksanaan kerja.
2) Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa
memberikan latihan, dukungan dan penghargaanyang diperlukan untuk mengefektifitaskan
pelaksanaan kerja.
6. PENDEKATAN “SOSIAL LEARNING” DALAM KEPEMIMPINAN
Penekanan pendekatan social learning ini dan yang dapat memberikannya dari pendekatan-
pendekatan lainnya, ialah terletak pada peranan perilaku kepemimpinan , kelangsungan, dan
interaksi timbale balik diantara semua variable-variabel yang ada. Aplikasi dari
kepemimpinan ini secara lebih spesifik ialah bawahan secara aktif ikut terlibat dalam proses
kegiatan organisasi, dan bersama-sama dengan pimpinan memusatkan pada perilakunya
sendiri dan perilaku lainnya, beserta memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan
lingkungan dan kognisi-kognisi yang memperantarakan. Contoh pendekatan ini secara
terperinci sebagai berikut :
1) Pemimpin menjadi lebih mengetahui dengan variable-variabel mikro dan makro yang
mengendalikan perilakunya.
2) Pemimpin bekerja bersama-sama dengan bawahan berusaha menemukan cara-cara yang
dapat dipergunakan untuk mengatur perilaku bawahan.
3) Pemimpin bersama-sama dengan bawahan berusaha menemukan cara-cara yang dapat
dipergunakan untuk mengatur perilaku individu guna menghasilkan hasil-hasil yang
produktif yang lebih bisa menguatkan bersama organisasi.
Dengan pendekatan social learning ini antara pemimpin dan bawahan mempunyai
kesempatan untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang timbul.

-*** 3
GAYA KEPEMIMPINAN
A. GAYA KEPEMIMPINAN KONTINUN
Gaya ini sebenarnya termasuk klasik, menurut Robert Tennenbaum ada dua bidang pengaruh
ekstrem pertama, bidang pengaruh pimpinan kedua, bidang pengaruh kebebesan bawahan.
Tujuh model keputusan pemimpin adalah:
1) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan keoada bawahan.
2) Pemimpin menjual keputusan.
3) Pemimpijn memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang pertanyaan-
pertanyaan.
4) Pemimpin memberikan keputusan yang bersifat sementara yang kemungkinan dapat
diubah.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran, dan membuat keputusan.
6) Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat
keputusan.
7) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsi nya dalam batas-batas yang
telah dirumuskan oleh pimpinan.
B. GAYA MANAGERIAL GRID
Menurut Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokan sebagai gaya
yang ekstrem, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan di tengan-tengah gaya
ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid itu antara lain sebagai berikut:
1) Manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengan , dan
produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya.
2) Manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksi
maupun orang-orang yang bekerja dengannya.
3) Gaya kepemimpinan dari manajer ini ialah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya tetapi pemikirannya
mengenai produksi rendah.
4) Kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis.
Manajer seperti ini hanya memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelakasanaan
kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang
bekerja dalam organisasinya.
5) Manajer mempunyai sedikit pemikiran medium baik pada produksi maupun pada orang-
orang.
C. TIGA KEPEMIMPINAN DARI REDDIN
Dipopulerkan oleh W.J REDDIN. Gaya ini menjadi dua yaitu gaya kepemimpinan efektif dan
tidak efektif. Ada empat gaya dalam gaya yang efektif ini antara lain.
Eksekutif
 Pecinta pengembangan (developer).
Otokratis yang baik (benevolent autocrat).
Birokrat.
Gaya kepemimpinan yang tidak efektif. Ada emapat gaya kepemimpinan yang tergolong
tidak efektif antara lain:
 Pencinta kompromi (compromiser).
Missionary
 Otokrat
 Lari dari tugas (deserter).
D. EMPAT SISTEM MANAJEMEN DARI LIKERT
Gaya yang amat menarik ialah pendapar Rensis Likert ini. Dalam serangkaian penelitiannya
Likert telah mengembangkan suatu ide dan pendekatan yang penting untuk memahami
perilaku pemimpin.Menurut Likert bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya
participant management.Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika
berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi.Likert merancang 4 sistem
kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut :
1) Manajer dalam hal ini sangat otokratis mempunyai sedikit kepercayaan kepada
bawahannya. Suka mengeksploitasi bawahandan bersikap paternalistic.
2) Dalam system ini pemimpin dinamakan Otokratis yang baik hati (benevolent
authoritative).
3) Dalam system ini gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan manajer konsultatif.
Manajer dalam hal ini mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya dalam hal
kalau ia membutuhkan informasi, idea tau pendapat bawahan dan masih menginginkan
melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya.
4) Oleh Likert system ini dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif
(partisipative group.Dalam hal ini manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap
bawahannya.
Menurut Likert, manajer yang termasuk system 4 mempunyai kesermpatan untuk lebih
sukses sebagai pemimpin (leader).
BAB 6
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Kepemimpinan situasional menurut Harley dan Blanchard adalah didasarkan pada saling
berhubungan di antara hal-hal berikut :
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,
3. Tingkat kesiapan atau kematang para pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan ugas
khusus, fungsi, tujuan tertentu.
Konsepsi ini telah dikembangkan untuk membantu orang menjalan kepemimpinan dengan
tanpa mementingkan perannya, yang lebih efektif di dalam interaksinya dengan orang-orang
lain setiap harinya.
Konsepsional melengkapi pimpinan dengan pemahaman dari hubungan antara gaya
kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian,
walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang lainnya mesalnya: organisasi,
tugas-tugas pekerjaan, pengawasan daan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam
kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pimpinan dan bawahannya saja.
Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan
situasional. Karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak
pimpinbannya, akan tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dap;at menentukan
kekuatan pribadi apa pun yang dipunyai pemimpin.
A. GAYA DASAR KEPEMIMPINAN
Dalam hubungannya dengan perilaku pimpinan ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan
olehnya terhadap bawahan atau pengikutnya, yakni: perilaku mengarahkan dan perilaku
mendukung.
Perilaku mengarah dapat dirumuskan sejauh mana seseorang pemimpin melibatkan dalam
komunikasi satu arah.Sedangkan perilaku mendukung adalah sejauh mana seseorang
pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah.
Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan berbeda. Dapat
diketahui empat gaya dasar kepemimpinan.
Tinggi Dukungan dan Rendah Pengarahan
G3
Tinggi Pengarahan dan Tinggi Dukungan
G2
Rendah Dukungan dan Rendah Pengarahan
G4
Tinggi Pengarahan dan Rendah Dukungan
G1
Gambar 6.1 Empat Gaya Dasar Kepimpinan
Dalam gaya 1 (G1), seorangb pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan
pengarahan dan sedikit dukungan. Pemimpin ini memberikan intruksi yang spesifik tentang
peranan dan tujuan bagi pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.
Dalam gaya (G2), pemimpi8n menunjukan perilaku yang benyak mengarahkan dan banyak
memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya seperti ini mau menjelaskan keputusan dan
kebijaksanaan yang ia ambil dan mau menerima pendapat dari pengikutnya. Tetapi pemimpin
dalam gaya ini masih terus memberiukan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian
tugas-tugas pengikutnya.
Pada gaya (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyaknya memberikan dukungan dan
sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini pemimpin menyusun keputusan bersama-
sama dengan para pengikutnya, dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan
tugas. Adapun gaya (G4), pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan.
Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasi keputusan-keputusan dan tanggung jawab
pelaksanaan tugas kepada pengikutnya.
D. GAYA KEPEMIMPINAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok didalam usahanya untuk
mencapai tujuan pada suatu situasi tertentu. Dan gaya kepemimpinan adalah suatu pola
perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika
kita berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan setiap
saat dan yang dipelajari pihak lain untuk mengenal kita sebagai pemimpin, gaya
kepemimpinan kita atau kepribadian kepimpinan kita. Pola umum yang biasanya terlibat
antara perilaku yang berorientasi pada tugas atau perilaku hubungan atau beberapa kombinasi
dari keduanya.Dua bentuk perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat dari
konsep kepemimpinan situasional.
Perilaku tugas ialah suaatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan
peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkaan kegiatan
yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana
melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Perilaku hubungan ialah
suatu prilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antarpribadi
diantara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka
lebar-lebar jalur komunikasi, mendelegasdikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan
pada para bawahan untuk menggunakan potensinya.
Orang yang berada dalam usaha pengaruh seseorang, ataun tepatnya seoarng bawahana yang
setiap hari bekerja sama dengan pimpinannya mereka ankan memberikan reaksi dan penilaian
terhadap pimpinannya sesuai dengan persepsi atas kenyataan yang dilihatnya bukan
berdasarkan kemauan pimpinannya. Oleh karena itu bisa saja pemimpin beranggapan bahwa
dirinya sangat hangat, berkawan, demokratis, adil / rapi, tapi kalau orang-orang yang berkerja
sama dengannya melihat bahwa dia kerasv kepala, otokratis, mencari musuh, suka memihak,
atau ceroboh, maka persepsi orang-orang tersebut akan menyatakan seperti yang dilihatnya
tersebut.
Setelah diketahui du aspek pusat perilaku pemimpin yakni perilaku tugas dan hubungan
diatas, maka dapat kita simpulkan gaya kepemimpinan yang baik itu misalnya pada suatu saat
gaya tinggi tugas dan tinggi hubungan di pertimbangkan sebagai yang terbaik sementara
rendah tugas dan rendah hubungan dipertimbangkan sebagai gaya yang terjelek.
Pemimpin-pemimpin yang brrhasil adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya
sesuai tuntutan dari keunikan lingkungannnya. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif
atau tidak efektif itu sangat tergantung akan gaya perilaku yang disesuaikan dengan situasi
tertentu.
E. PENYESUAIAN GAYA
Penyesuaian gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai dengan kehendak
dari suatu lingkungan tertentu. Gaya ini dapat juga dinamakan keluwesan (flexibility) gaya,
karena dengan mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan dengan lingkungan tertentu.
Dengan demikian seorang pemimpin yang mempunyai tingkat gaya (style range) yang sempit
dapat efektif sepanjang periode waktu tertentu asalkan pemimpin tersebut tetap berada pada
situasi yang memungkinkan gayanya mempunyai sukses yang besar. Sebaliknya, seseorang
pemimpin yang mempunyai tingkat gaya yang besar, bisa tidak efektif kalau gaya
perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan situasi.

Anda mungkin juga menyukai