Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR MANAJEMEN

TUGAS BAB 14

"KEPEMIMPINAN"

disusun oleh:

GERRY AGAVE PRASETIA

(213020302067)

dosen pengampu:

Dra. Talawang Mayang Murniati, MM

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

A.PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

1
Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Dalam bahasa Indonesia
"pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,
penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah
pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi

Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono,2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Menurut Hikmat (2009: 249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban individu.
Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan
legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang
dipimpinnya.

Owen dalam Sudarmiani (2009: 33) menyimpulkan kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non
individu, terjadi dalam interaksi dua orang atau lebih, dimana seseorang menggerakkan yang lain untuk
berpikir dan berbuat sesuai yang diinginkan. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam
situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai
tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46). Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti
(penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam
mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Atas dasar itu dapatlah kiranya disusun definisi kepemimpinan yang mudah dipahami, yaitu rangkaian
kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B.UNSUR-UNSUR KEPEMIMPINAN

Unsur-unsur utama esensi kepemimpinan ialah:

☆ Unsur pemimpin atau orang yang memengaruhi.

☆ Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi.

☆ Unsur interaksi atau kegiatan atau usaha dan proses memengaruhi.

2
☆ Unsur tujuan yang kehendak dicapai dalam proses memengaruhi.

Unsur perilaku atau kegiatan yang dilakukan sebagai hasil memengaruhi. Pengertian kepemimpinan
dengan unsur-unsurnya sebagaimana uraian-uraian sebelumnya, bahwa kepemimpinan berlangsung di
dalam sebuah organisasi yang dalam arti statis merupakan wadah dalam bentuk suatu struktur
organisasi.

C.SIFAT KEPEMIMPINAN

Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan
mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai
kepemimpinannya. Teori kesifatan atau sifat dikemukakan oleh beberapa ahli. Edwin Ghiselli
mengemukakan teori mereka tentang teori kesifatan atau sifat kepemimpinan (Handoko, 1995: 297).
Edwin Ghiselli mengemukakan 6 (enam) sifat kepemimpinan, yaitu :

1) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability) atau pelaksana fungsi-
fungsi dasar manajemen.

2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan
sukses.

3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir.

4) Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-


masalah dengan cakap dan tepat.

5) Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu menghadapi masalah.

6) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan serangkaian kegiatan
dan menentukan cara-cara baru atau inovasi.

D.KEPEMIMPINAN BERDASARKAN ANALISIS PENDEKATAN PERILAKU

Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku
kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para
peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini,

3
yaitu 1) yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan 2) yang berorientasi pada bawahan atau
karyawan (employee oriented).

Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan
yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya
diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan
bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat
sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang
ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya.
Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.

High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan
terhadap bawahan.

Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan
sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan

Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.

Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang
keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja
dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.

Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan berdasarkan perilaku yang terkenal di
kalangan para peneliti. Teori tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis Likert,
dan Reddin.

Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya
demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya
kepemimpinan demokratis.

4
Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi perilaku kepemimpinan. Peneliti
merumuskan bahwa kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada
pencapaian tujuan tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif dan
perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada pencapaian tugas. Perhatian menunjukkan
perilaku pemimpin pada hubungan dengan bawahannya.

Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada
bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan
pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin yang
berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja.

Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika
bergaya participatif management. Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika
berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan dalam
manajemen sebagai berikut:

Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)

Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)

Cosultative (Konsultatif)

Participatif (Partisipatif).

Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang
rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.

Memahami gaya kepemimpinan seseorang sangatlah kompleks, sehingga memunculkan berbagai gaya
yang bervariasi satu sama lain. Dari berbagai kombinasi gaya kepemimpinan lahir gaya kepemimpinan
dasar yang terdapat pada diri seorang pemimpin (Hersey dan Blanchart, 1977) seperti dikutip oleh
Nanang Fattah.

Tiga dimensi gaya kepemimpinan menurut Reddin.

Sedangkan menurut Reddin (1970) dalam bukunya “ Manajerial Effectiveness” dijelaskan bahwa
penambahan komponen efektivitas pada dua dimensi kepemimpinan yang sudah ada (dimensi tugas
dan dimensi hubungan) sistem misi manajerial (manajerial Grid) dari Blake dan Mounton yang disarikan
oleh Nanang Fatah (1996:94) mengidentifikasikan selang perilaku manajemen atas dasar berbagai cara
yang membuat gaya berorientasi kepada tugas dan gaya yang berorientasi kepada karyawan, masing-
masing dinyatakan sebagai suatu rangkaian kesatuan pada skala 1 sampai 9 yang berinteraksi satu sama
lain tentang kisi-kisi manajerial (manajerial Grid).

5
Gaya kepemimpinan yang dibawah tergolong pemimpin miskin (impoverished management) dengan
perhatian yang rendah orang dan rendah terhadap tugas. Gaya kepemimpinan di atas adalah
kekeluargaan (country club) perhatian yang tinggi kepada karyawan, tetapi rendah perhatian terhadap
tugas. Gaya pemimpin di atas tapi keras adalah manajemen tugas atau gaya otoriter yakni perhatian
tinggi terhadap tugas, tetapi rendah perhatian pada orang. Gaya pemimpin landai/tengah-tengah adalah
gaya manajemen jalan tengah (middle road) sedang-sedang saja pada tugas maupun pada orang. Gaya
demokratis adalah gaya manajemen kelompok atau demokratis yakni perhatian yang tinggi baik kepada
tugas maupun pada orang dan gaya ini biasanya lebih efektif dan mendapat dukungan kuat dari anggota
organisasi.

E. GAYA KEPEMIMPINAN

Pengertian gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam Sudarmiani (2009: 41) adalah: norma perilaku
yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat.

Gaya kepemimpinan memengaruhi pola perilaku seorang pemimpin saat memengaruhi anak buahnya,
apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, dan cara pemimpin bertindak dalam memengaruhi
anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya (Malawi, 2010: 55). Teori ini ada tiga, yaitu:

1. Teori sifat (the trait theories)

Menurut Sutisna dalam Sudarmiani (2009: 42) teori sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti
kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif.

Teori ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan
syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramah-tamahan, integritas, keahlian
teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin, dan kepercayaan (Tead
dalam Malawi, 2010: 56).

2. Teori perilaku (the behaviour theories)

6
Teori ini memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya
memengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam gaya kepemimpinan
yaitu:

a. Studi Kepemimpinan Universitas IOWA

Dilakukan oleh Ronald Lippit dan K. White menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:

Otoriter: kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan oleh pimpinan.

Demokratis: kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama.

Kebebasan: kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan dan diserahkan pada bawahan.

b. Studi OHIO

Ada empat gaya kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:

Telling: banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat.

Selling: banyak memberi perintah dan semangat.

Participating: sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat.

Delegating: sedikit memberi perintah dan semangat.

c. Studi Michigan

Peneliti dari Universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:

The job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek
teknik kerja.

The employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai pegawai, memperhatikan
kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.

d. Manajerial Grid (jaringan manajerial)

7
Penelitian ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua macam
gaya kepemimpinan yaitu:

Concern for production: perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur,
kualitas pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran.

Concern for people: perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk karyawannya.

e. Sistem Kepemimpinan Likert

Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi
individu. Empat sistem menurut Likert adalah:

Sistem 1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan suka
mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.

Sistem 2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengar pendapat dari bawahan, memotivasi
dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas membicarakan pekerjaan
dengan atasan.

Sistem 3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan sedikit
partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.

Sistem 4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna
terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide inovasi sehingga bawahan
merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.

3. Teori Situasional

Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi
tertentu.

a. Teori Kepemimpinan Kontigensi

Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers yang menyatakan bahwa seseorang yang menjadi
pemimpin bukan hanya karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling
hubungan antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya menurut teori ini, yaitu:

>Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas.

>Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan.

b. Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

8
Teori ini dikemukakan oleh Reddin yang merumuskan empat kelompok gaya dasar yaitu:

>Separated: pemisah.

>Dedicated: pengabdi.

>Related: penghubung.

>Integrated: terpadu.

c. Teori Kepemimpinan Situasional

Konsep ini pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard yang merupakan
pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor
yaitu perilaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan. Gaya berdasarkan teori ini yaitu:

Telling (gaya mendikte): diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan
petunjuk serta pengawasan yang jelas.

Selling (gaya menjual): diterapkan jika anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi belum
didukung oleh kemampuan yang memadai.

Participating (gaya melibatkan diri): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan tetapi kurang
percaya diri.

Delegating (gaya kendali bebas): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengerjakan tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.

F.KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN

Dengan kekuasaan, pemimpin dapat memengaruhi perilaku para bawahannya. Hersey, Blanchard dan
Natemeyer (Thoha, 2010) menyatakan bahwa seorang pemimpin seharusnya tidak hanya menilai
perilakunya sendiri untuk memengaruhi orang lain, tetapi juga harus mengerti posisi mereka dan
bagaimana cara menggunakan kekuasaan untuk memengaruhi orang lain sehingga menghasilkan
kepemimpinan yang efektif.

Kekuasaan (power) seringkali diartikan sebagai pengaruh (influence) atau otoritas (authority). Seseorang
memiliki kekuasaan dikatakan sebagai seseorang yang berpengaruh atau seseorang mempunyai
otoritas/wewenang untuk melakukan sesuatu. Pengertian kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh
Walter Nord (Thoha, 2010) adalah kemampuan untuk memengaruhi aliran, energi, dan dana yang
tersedia untuk suatu tujuan yang berbeda secara jelas dengan tujuan lainnya. Definisi kekuasaan juga
banyak dikemukakan oleh para ahli lainnya seperti Bierstedt yang mengemukakan kekuasaan adalah

9
kemampuan untuk menggunakan kekuatan, Roger mengemukakan kekuasaan adalah suatu potensi dari
suatu pengaruh.

Secara sederhana, kepemimpinan adalah setiap usaha untuk memengaruhi, sementara itu kekuasaan
dapta diartikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Jadi kekuasaan merupakan
salah satu sumber seorang pemimpin untuk mendapatkan hak untuk mengajak atau memengaruhi
orang lain. Sedangkan otoritas dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk khusus dari kekuasaan yang
biasanya melekat pada jabatan yang ditempati oleh pemimpin. Dengan demikian, otoritas adalah
kekuasaan yang disahkan (legitimatized) oleh suatu peranan formal seseorang dalam suatu organisasi.

Sumber kekuasaan dapat ditelusuri dari pernyataan Machiavelli pada abad ke-16 yang menyatakan
bahwa hubungan yang baik itu tercipta dari rasa cinta (kekuasaan pribadi) dan rasa takut (kekuasaan
jabatan). Dari hal tersebut lah Amitai Etziomi membahas sumber kekuasaan, yaitu kekuasaan jabatan
(position power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Dari sekian banyaknya pernyataan yang
menyatakan sumber kekuasaan, pandangan French dan Raven (Thoha, 2010) mendapat perhatian yang
cukup luas.

Mereka membagi sumber kekuasaan menjadi lima, yaitu:

1. Kekuasaan keahlian (expert power) Kekuasaan ini ada sebagai akibat dari keahlian atau kepakaran
yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Kekuasaan ini didasarkan pada pengetahuan, keahlian, kecakapan
dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu.

2. Kekuasaan legitimasi (legitimate power) Seseorang akan memiliki kekuasaan legitimasi bila orang
tersebut memiliki jabatan tertentu. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki, maka semakin besar kekuasaan
atau pengaruh yang dimilikinya. Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan legitimasi tinggi akan
cenderung untuk memengaruhi orang lain karena dia merasakan memiliki hak atau wewenang yang
diperoleh dari jabatan dalam suatu organisasi.

3. Kekuasaan referensi (referent power) Kekuasaan referensi adalah kekuasaan yang dimiliki oleh
pemimpin karena pemimpin tersebut memiliki karisma atau kepribadian yang menarik. Dengan
demikian pemimpin yang memiliki kepribadian menarik akan mampu memengaruhi bawahannya.

4. Kekuasaan penghargaan (reward power) Kekuasaan penghargaan adalah kekuasaan yang dimiliki
pemimpin bersumber dari kemampuan pemimpin untuk memberikan hadiah, penghargaan atau upah
kepada bawahannya sehingga semangat kerja bawahannya bisa meningkat.

5. Kekuasaan paksaan (coercive power) Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin karena pemimpin tersebut memiliki posisi yang sangat kuat. Kekuasaan ini bertentangan
dengan kekuasaan penghargaan karena kekuasaan penghargaan memberikan hadiah atau penghargaan
sedangkan kekuasaan paksaan memberikan hukuman (punishment) atas kinerja yang buruk dari
bawahannya. Setiap pemimpin tentu harus berhati-hati dalam menggunakan kekuasaan ini karena pada
prinsipnya tidak ada orang yang menginginkan mendapatkan hukuman.

10
Pada perkembangan pemikiran selanjutnya, Raven menambahkan sumber kekuasaan yang keenam,
yaitu kekuasaan informasi (information power). Kemudian pada tahun 1979, Hersey dan Goldsmith
menambahkan sumber kekuasaan yang ketujuh yaitu kekuasaan koneksi (connection power).

11

Anda mungkin juga menyukai