Anda di halaman 1dari 8

Makalah Dasar Manajemen

Manajer dan Kepemimpinan

Dosen Pengampu:

Achmad Jaluli, S.Km., M,Km

Oleh:

Ghyna Hamidah Hasibuan (12380324610)

Rhidotul Amalia (12380322950)

Fakultas Pertanian Dan Peternakan

UIN Suska Riau

2023
A. Pengertian Kepemimpinan
Istilah pemimpin (leader), pemimpinan (leading), kepemimpinan (leadership)
berasal dari kata dasar yang sama yaitu pimpin (lead), namun penggunaan masing-
masingnya dalam kontek yang beda. Pemimpin (leader) adalah menyatakan orangnya,
yaitu seorang pribadi yang memiliki kelebihan/kecakapan khusus, khususnya
kelebihan/kecakapan pada bidang tertentu, dengan kelebihan/kecakapan yang
dimilikinya itu, dia akan mampu mempengaruhi orang lain secara bersama-
sama/pribadi melakukan aktivitas/kegiatan tertentu, sebagaimana yang dikemukanan
Griffin (2004), pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi perilaku orang
lain tanpa harus mengandalkan kekerasan, dan juga Bill Newman: pemimpin adalah
orang yang mengetahui arah, mengikuti arah tersebut, dan menunjukkannya kepada
orang lain. Sedang, kepemimpinan adalah kemampuannya, sifatnya atau perilaku dari
‘orang itu’ yang dapat mempengaruhi atau diikuti oleh orang lain.
Berikut dapat kita lihat beberapa pandangan para ahli tentang leadership itu,
diantaranya adalah:
a) Stogdill (1948) Leadership is the process of influencing group activities toward
goal setting and goal achievement. (Kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian
tujuan).
b) Dubin (1951) Leadership is the exercise of outhority and the making of decisions
(Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat
keputusan).
c) Hamphill (1954) Leadership is the initiation of act that result in a consistent
pattern of group interaction directed toward the solution of mutual problems.
(Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi
kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang
saling berkaitan).

Secara umum memang antara kepemimpinan dengan kekuasaan adalah sama,


yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka bersedia melakukan
sesuatu sesuai dengan keiinginannya, namun untuk kekuasaan, kekuatannya terletak
pada kewenangan (otoritas), yang terkadang ada unsur memaksa orang lain untuk
melakukan perintahnya, sedang kepemimpinan, kekuatannya terletak pada pengaruh
yang memungkinkan orang lain akan mengikuti perintahnya dengan ‘sukarela’. Agar
dapat menciptakan orang lain tersebut mengikuti perintahnya dengan sukarela,
setidaknya kepemimpinan itu memiliki tiga komponen dasar yaitu:

a) Dapat mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-


baiknya sesuai dengan situasional, didukung dengan memiliki
b) Sifat-sifat seorang yang baik, efektif, efisien, dan produktif yang menjadi contoh
dan diteladani orang lain, serta dia juga ber
c) Perilaku orang yang dinillai baik oleh orang lain dan diikuti oleh orang banyak.
Dua komponen kepemimpinan terakhir tersebut di atas (sifat dan perilaku)
mengisyaratkan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin, namun tidak semua
pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan.

Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan

a. Teori Kepemimpinan Sifat (Traits Theory)


Teori kepemimpinan sifat (traits theory) merupakan perkembangan lebih lanjut
dari great man theory yang mengatakan keefektifan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat, perangai atau ciri-ciri kepribadian tertentu yang tidak saja bersumber
dari bakat, tetapi juga yang diperoleh dari pengalaman dan hasil belajar. Perhatian
terhadap kepemimpinan pada teori ini tertuju pada sifat-sifat umum yang dimiliki
oleh pemimpin (tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan). Oleh
karena itu, sifat mental, kepribadian menjadi perhatian peneliti bahwa
kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-sifat (traits) baik yang dimiliki
seseorang, seperti sosok yang cerdas, giat, rajin, jujur, tegas, berani, luwes, percaya
diri, mudah bergaul, kumunikasi efektif berbasis sifat dan bakat.
Teori sifat (traits theory) mengatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat/perangai/karakter di dalam dirinya yang membuat
dirinya cocok untuk menjadi pemimpin. Atas dasar itu, untuk menjadi pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi dengan berbagai
sifatsifat yang membuatnya menjadi pemimpin yang baik, seperti: kecerdasan,
integritas, kejujuran, kematangan, pengetahuan dan keahlian, percaya diri, toleran,
dan sifat-sifat lainnya yang baik. Collons di dalam A. Dale Timpe (1993: 38)
berpendapat bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin agar
kepemimpinannya dapat mengefektifkan organisasi adalah 1) kelancaran berbicara,
2) kemampuan memecahkan masalah, 3) pandangan ke dalam masalah kelompok
(organisasi), 4) keluwesan, 5) kecerdasan, 6) kesediaan menerima tanggung jawab ,
7) keterampilan sosial, 8) kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya.
Namun, dengan berkembangnya kehidupan manusia, dan telah dilakukan
berbagai penelitian lain lagi bahwa teori kepemimpinan sifat (traits theory)
diyakini tidak ada relevansinya dengan efektivitas seorang pemimpin, dan pada
kenyataannya teori sifat tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan
kepemimpinan yang efektif itu? Sehingga perhatian dari para ahli berubah
mengkaji karakteristik perilaku (behavior), maka munculah teori kepemimpinan
perilaku (behavior theory). Disini dapat dikatakan, bukan berarti ‘teori sifat’ itu
tidak diperlukan sama sekali, akan tetapi, ‘sifat-sifat’ yang dimiliki itu dapat
dijadikan sesuatu kebutuhan ‘idealnya’ seorang pemimpin.

b. Teori Kepemimpinan Pendekatan Perilaku (Behavior Theory)


Teori perilaku (behavior theory) ini memandang seorang pemimpin tidak selalu
dilahirkan, akan tetapi dapat dibentuk dan dipelajari, tergantung tindakan dan
keinginan orang tersebut. Jika dia ‘mau’ dan ‘berkeinginan’ menjadi seorang
pemimpin, maka dia bisa mendapatkannya - jadi seorang pemimpin. Karena setiap
diri seseorang sebenarnya mimiliki (ada) jiwa kepemimpinan. Jiwa pemimpin itu
bisa didapatinya dengan cara belajar dan juga dari pengalaman.
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan yang efektif itu dilihat dari
perilakunya (behavior) bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana
mereka berkomunikasi dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka
menjalankan tugas-tugas, dan sebagainya. Di beberapa penelitian, pendekatan
perilaku ini memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan,
yaitu berorientasi pada tugas (task related), dan berorientasi pada pemeliharaan
kelompoknya (group maintenance).
Diantara para penelitian teori perilaku itu adalah Rensis Likert dari University
of Michigan, melakukan studi penelitian terhadap beberapa pekerjaan yang
berbeda. Dia menemukan bahwa pemimpin memberi perhatian pribadi terhadap
kebutuhan karyawan (berorientasi pada karyawan), mempunyai semangat kerja
yang lebih tinggi, dan pemimpin berorientasi produksi (berorientasi pada
tugas/pekerjaan) akan menghasilkan produktifitas yang lebih besar. Kemudian,
dari studi Ohio State, peneliti dari Universitas Ohio, dari risetnya menghasilkan
dua perilaku kepemimpinan, yaitu:
faktor pertimbangan (consideration) menggambarkan hubungan yang hangat
antara seorang atasan dan bawahan, saling percaya, kekeluargaan; Struktur
pemakarsaan (initiating structure) yang menjelaskan bahwa seorang pemimpin
mengatur dan menentukan pola organisasi, komunikasi, struktur peran dalam
pencapaian tujuan organisasi.

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan

1. Kepribadian (personality). Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan


pengalaman yang akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan
6. Harapan dan perilaku rekan.

Tingkatatan manajemen

Dalam hal ini sang manajer itu, memiliki level (tingkatan), level (tingkatan)
manajer terbagi menjadi 3 (tiga) level, yaitu:

• First Line Managers (manajer tingkat pertama), ada yang menyebutnya lower
managers (level manager terendah) adalah manager yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan operasional Karyawan. Tugasnya antara lain adalah:
1. Memimpin dan mengawasi tenaga operasional.
2. Memastikan keputusan dan rencana yang dibuat dua level manajer di
atasnya berjalan.
3. Membuat keputusan jangka pendek. Contoh First Line Managers:
Pengawas Lapangan, Pengawas Produksi, Mandor, Supervisor, dan
sebagainya.
• Middle Managers (manajer menengah): Manajeryang levelnya berada di
tengah hierarki perusahaan. Dia membawahi dan mengarahkan kegiatan-
kegiatan para manajer lainnya, juga karyawan operasional. Tugasnya antara
lain adalah:
a) Memahami tugas-tugas manajerial tertentu jika sebagai manajer
pemasaran, maka harus memahami tugas-tugas pemasaran, jika
sebagai manager produksi, maka harus memahami tugas-tugas
produksi, dan jika sebagai manager keuangan, maka dia harus
memahami tugas-tugas yang Berkenaan dengan keuangan, dan
seterusnya.
b) Bertanggung jawab melaksanakan tugas yang dibuat oleh top
Managers.

Contoh Middle Managers: Kepala Seksi, Kepala Bagian, asisten manager


SDM, asisten Manager Keuangan, asiten Manager Pemasaran, dan sebagainya
Top Managers (manajer puncak): Manager yang bertanggung jawab atas
keseluruhan manajemen organisasi. Tugasnya antara lain adalah :

a) Membuat keputusan jangka panjang. B. Bertanggung jawab membuat


keputusan strategik.
b) Meninjau rencana dan memastikan sesuai dengan keadaan. Contoh
Top Managers: Direktur, Presiden, Kepala, Chief Executive Officer
(CEO), Vice President, dan sebagainya.

Contoh-contoh yang diberikan, mulai fist line managers, middle managers


dan top managers, kita dapat melihatnya pada struktur organisasi perusahaan,
dan tingkatkan manajer tersebut tergambar seperti gambar

Gambar ini menunjukkan level/tingkatan manajer dengan bentuk segi tiga,


dimana top manager (menajer puncak) berada paling atas menunjukan secara
jumlah adalah tidak begitu banyak dalam sebuah perusahaan bila
dibandingkan dengan middle managers, first line managers, apalagi dengan
non managerial employes (karyawan) berada di bagian bawah merupakan
jumlah yang paling banyak dalam sebuah perusahaan.

Proses kegiatan manajemen

‘Proses itu merupakan metode atau cara sistematis untuk melakukan/


menangani suatu kegiatan/pekerjaan. Menajemen dipandang sebagai proses,
artinya dalam pelaksanaannya (manajemen itu) ada beberapa
tahapan/serangkaian kegiatan yang dijalankan berdasarkan fungsinya masing-
masing. Karena para ahli memandang manajemen sebagai proses walaupun,
ada pada literature lain para ahli menamakanya sebagai fungsi-fungsi
manajemen. Adapun proses kegiatan manajemen dari pandangan beberapa
para ahli tersebut adalah berikut:

a) Luther Gullick: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,


Reporting,Budgeting.
b) George R. Terry: Planning, Organizing, Actuating, Controlling
c) James A.F. Stoner: Planning, Organizing, Leading, Controlling
d) Harold Kootz dan Cyril O’Donnel Organizing, Staffing, Directing,
Planning, Controlling
e) Nickels dan Mc Hugh: Planning, Organizing, Directing Controlling
f) John Robert Beishline: Planning, Organizing, Commanding, Controling
g) Ernest Dale: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Innovating,
Representing, Controlling
h) Louis A. Allen: Leading, Planning, Organizing, Controlling
i) Henry Fayol: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating
Controlling
j) Richard W Griffin: Planning, Organizing, Leading, Controlling
k) William H. Newman Planning, Organizing, Assembling Resources,
Directing, Controlling
l) Sondang P. Siagian : Planning, Organizing, Motivating, Controlling.
m) Prajudi Atmosudirdjo : Planning, Organizing, Directing, Controlling
n) Wilim Sprigel : Planning, Organizing, Controlling
o) Lindal F. Urwick : Forcasting, Planning, Organizing, Commanding,
Coordinating, Controlling
p) The Liang Gie : Planning, Decision making, Directing, Coordinating,
Cotrolling, Improving

Keahlian dan peran manajer


Untuk mewujudkan tujuan organisasi/perusahaan yang di- pimpinnya, sang
manajer memerlukan beberapa keahlian (skill) yang perlu dimiliki, yaitu:
• Technical skill (kemampuan teknis): Manajer harus memiliki kemampuan
yang bersifat teknis/spesialis, idealnya agar tidak mudah dibohongi oleh
bawahannya/karyawanya. Dan pada saat tertentu, ketika karyawan
berhalangan hadir, sang manager dapat mengaplikasikan kemampuan
teknisnya, baik dari pengetahuan mapun dari pengalamannya, kendatipun
proporsinya tergantung level sang manajer tersebut

• Human skill (kemampuan yang berhubungan dengan manusia): Manajer harus


memiliki kemampuan untuk bekerja sama, memahami dan memotivasi orang
lain, baik secara individu maupun kelompok.. Keahlian ini, sejalan dengan
peran manajer sebagai interpersonal role (berperan antar pribadi).
• Conceptual skill (kemampuan konseptual): Manajer harus memiliki
kemampuan secara konseptual agar mudah untuk menganalisa dan men-
diagnosis permasalahan-permasalahan yang komplek. Hal ini meliputi proses
identifikasi masalah, mengembangkan alternatif solusi, mengevaluasi dan
memilih solusi terbaik. Keahlian ini, sejalan dengan peran manager sebagai
decisional role (berperan sebagai pembuat keputusan).
• Kemampuan Berkomunikasi. Seorang manager harus memiliki kemampuan
berkomunikasi, baik dalam hal pertemuan, memberi perintah/arahan ke
bawahanya serta memberi informasi kepada masyarakat, konsumen, maupun
berperan sebagai penghubung dan negosiator. Keahlian ini, sejalan dengan
peran manager sebagai informasional role (berperan sebagai juru bicara).

Anda mungkin juga menyukai