Konsep Kepemimpinan
1. Definisi
Kepemimpinan (leadership) dan pemimpin (leader) merupakan objek dan subjek yang banyak
dipelajari, dianalisis dan direfleksikan orang sejak dahulu sampai sekarang. Secara etimologi,
kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa Inggris, leadership yang berarti
kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung
beberapa arti yang saling berhubungan erat seperti: bergerak lebih awal, berjalan di awal,
mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapatorang
lain, membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.
Menurut E. Mulyasa kepemempinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-
orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah pengaruh
antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan tertentu.
Menurut Sagala, kepemimpinan biasanya mempengaruhi perilaku orang lain secara individu maupun
kelompok agar melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Secara umum
kepemimpinan menggambarkan proses yang terdiri atas masukan, proses, dan keluaran, bukan
sesuatu yang terjadi seketika.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerja
sama guna mencapai tujuan sebuah kelompok atau organisasi.
2. Teori Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan telah berkembang dari waktu ke waktu, perkembangan itu tidak hanya
mencerminkan adanya ketidakpuasan dengan teori-teori sebelumnya karena ada persoalan-
persoalan yang belum terjawab, tetapi juga cerminkan adanya perbedaan perspektif yang dipakai
oleh para pakar. Pendekatan yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan fungsi
kepemimpinannya bervariasi, tergantung ada faktor-faktor yang mempengaruhi diri seorang
pemimpin. Secara garis besar, teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan antara lain:
a. Teori transformasional Teori ini sering disebut sebagai teori-teori relasional kepemimpinan
(relational theories of leadership).Teori ini berfokus pada hubungan yang terbentuk antara
pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin memotivasi dan mengilhami atau menginspirasi orang
dengan membantu anggota kelompok memahami potensinya untuk kemudian ditransformasikan
menjadi perilaku nyata dalam rangka penyelsaian tugas pokok dan fungsi dalam kebersamaan.
Pemimpin transformasional biasanya memiliki etika yang tinggi dan standar moral. Berdasrkan teori-
teori yang telah disebutkan di atas tentu memiliki kesesuaian antara seorang pemimpin dan teori
yang ada.Untuk itu, teori kepemimpinan adalah bagian dari substansi perilaku seorang pemimpin
dari berbagai aktifitasnya dalam mencapai sebuah tujuan.
b. Teori transaksional Teori ini sering disebut juga sebagai teori-teori manajemen
(management theory). Teori transaksional (transactional theory of leadership) berfokus pada peran
pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Dasar teori-teori kepemimpinan ini pada sistem
ganjaran dan hukuman.Teori-teori manajerial pun sering digunakan dalam bisnis; ketika karyawan
sukses, mereka dihargai; dan ketika mereka gagal, mereka ditegur atau dihukum.Karena teori
transaksional dipandang identik dengan teori manajemen.
d. Teori sifat (trait theory) Serupa dengan teori ‘great men” teori sifat mengasumsikan bahwa
manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk
menjalankan fungsi kepemimpinan.Teori sifat tertentu sering mengidentifikasi karakteristik
kepribadian atau perilaku yang dimiliki oleh pemimpin.
e. Teori lingkungan (environmental theory) Teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin
merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan. Dalam teori ini muncul sebuah pernyataan leader
are made not born, artinya pemimpin itu dibentuk, bukan dilahirkan. Lahirnya pemimpin melalui
interaksi social dengan cara memanfaatkan kemampuannya untuk berkarya dan bertindak untuk
menagtasi masalah-masalah yang timbul pada situasi dan kondisi tertentu.
f. Teori perilaku (behavior theory) teori perilaku menekankan pada analisis perilaku pemimpin,
mengidentifikasi elemen-elemen kepemimpinan yang dapat dikaji, dipelajari, dan dilaksanakan.
Elemen kepemimpinan meliputi perilaku dan situasi lingkungan. Berakar pada teori behaviorisme,
teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental inernal.
Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya melalui pelatihan atau
observasi. Teori ini berdasarkan asumsinya bahwa kepemimpinan harus dipandang sebagai
hubungan antar orang, bukan sebagai sifat-sifat atau ciri-ciri orang tertentu. Sehingga keberhasilan
pemimpin ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam berinteraksi dengan segenap anggotanya.
3. Tipe Kepemimpinan
Miftah Thoha menyatakan bahwa tipe kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten
yang ditunjukkan dan diketahui oleh pihak lain ketika kita berusaha mempengaruhi kegiatan-
kegiatan orang lain. Sedangkan menurut Abd. Kadim Masaong, dan Arfan A tipe kepemimpinan
adalah pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang
lain.
Tipe kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Tipe kepemimpinan dapat didefinisikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Mulyasa
mengemukakan bahwa tipe kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya.
Tipe kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat
mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin
bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk tipe kepemimpinannya. Dalam
konteks pendidikan, seperti yang dikatakan Edward Sallis, bahwa tipe kepemimpinan tertentu dapat
mengantarkan institusi pada revolusi mutu. Pada umumnya, para ahli merumuskan tipe pemimpin
dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe utama, yaitu sebagai berikut:
a. Otokratis Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah meupakan suatu hak.
Kata otokratis dapat diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran
dipandangn benar, keras kepala, atau rasa “aku” yang keberterimaannya pada khalayak bersifat
dipaksakan. Ciriciri pemimpin tipe otokratis: 1) Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi 2)
Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujan organisasi 3) Menganggap bawahan adalah sebagai alat
semata-mata. 4) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat dari orang lain. 5) Selalu
bergantung pada kekuasaan formal. 6) Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan ancaman, Tipe kepemipinan otokratis ini tidak
menghargai hak-hak dari manusia Karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
b. Militeritis Pemimpin yang bertipe militeritis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1) Dalam
menggerakkan bawahan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama. 2) Dalam
menggerakkan bawahan, sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya. 3) Senang dengan
formalitas yang berlebihan. 4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan. 5)
Tidak mau menerima kritik dari bawahan. 6) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Tipe pemimpin militiristis merupakan tipe pemimpin yang tidak ideal Karena tipe pemimpin ini lebih
mengandalkan pada paksaan dan egoism.
d. Karismatis Tipe pemimpin karismatik lebih mengedepankan pada daya Tarik yang sangat
besar dan memiliki wibawa.Tipe pemimpin karismatik memiliki kewibawaan alami yang dimiliki
pemimpin, bukan Karena legalitas politik dan pembentukan yang dilakukan secara sistematik. Ciri-ciri
tipe pemimpin karismatik adalah sebagai beriut: 1) Memiliki kewibawaan alamiah. 2) Memiliki
pengikut yang banyak. 3) Daya Tarik metafisikal terhadap para pengikutnya. 4) Terjadi ketidak
sadaran dari tindakan pengikutnya. 5) Tidak dibentuk oleh factor eksternal yang formal, seperti
aturan legal formal, pelatihan atau pendidikan, dan sebagainnya. 6) Tidak dilatar belakangi oleh
factor internal dirinya, seperti fisik, ekonomi, kesehatan, dan ketampanan.