Anda di halaman 1dari 12

KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan


Pemimpin adalah seseorang yang memiliki peranan atau posisi dominan dan berpengaruh
dalam kelompoknya. Sedangkan kepemimpinan adalah tentang bagaimana
mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang
diinginkan sang pemimpin.
Teori kepemimpinan banyak dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai macam
pengertian, berikut pengertian kepemimpinan menurut para ahli.

1. Kepemimpinan menurut Wahjosumidjo


Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu hal yang melekat pada seorang
pemimpin yang memiliki sifat tertentu, seperti kepribadian, kemampuan, dan
kesanggupan. Kepemimpinan dapat dikategorikan juga sebagai rangkaian
kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan setrta gaya
atau perilaku pemimpin itu sendiri.

2. Kepemimpinan menurut Moejiono


Kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena pemimpin bisa saja
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan
pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara
tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai dengan
keinginan pemimpinnya.

3. Kepemimpinan menurut Fiedler


Kepemimpinan merupakan pola hubungan antara individu-individu yang
menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja
bersama demi tercapainya tujuan organisasi.
4. Kepemimpinan menurut Sondang P. Siagian
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjabat
suatu posisi sebagai pimpinan organisasi atau perusahaan tertentu dalam
mempengaruhi orang lain, khususnya bawahan atau tim kerja lainnya demi
tercapainya tujuan dengan mudah.

Banyak ahli yang mendefinisikan kepemimpinan. Dari sekian banyak itu, Storner
mencoba menggabungkannya menjadi satu pengertian bahwa kepemimpinan merupakan
suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang
berhubungan dengan anggota kelompok.
Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan hal-hal berikut:
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain. Dengan kesedian mereka menerima
pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status
pemimpin dan memungkinkan terjadinya protes kepemimpinan.
b. Kepemimpinan melibatkan distribusi yang tidak merata atas kekuasaan antara
pimpinan dan yang dipimpin. Pimpinan mempunyai wewenang mengararahkan
bawahan, tetapi tidak sebaliknya.
c. Kepemimpinan secara sah dapat memberikan hak kepada pemimpin, tidak saja
berupa pengarahan tetapi juga pengaruh. Artinya pemimpin tidak hanya dapat
menyatakan apa yang harus dikerjakan bawahan tetapi juga mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintah tersebut.

Kepemimpinan yang efektif tergantung pada landasan manajerial yang kokoh. Menurut
Chapman yang dikutip Dale Timpe, lima landasan kepemimpinan yang kokoh adalah:
a. Cara berkomunikasi
b. Pemberian motivasi
c. Kemampuan memimpin
d. Pengambilan keputusan
e. Kekuasaan yang positif
B. Ciri-ciri dan Sarana Pemimpin
Selanjutnya seorang pemimpin dapat diketahui ciri-cirinya. Menurut Rodger D. Collons
seperti yang dikutip Dale Timpe, ciri umum pemimpin adalah
a. Kelancaran berbahasa
b. Kemampuan untuk memecahkan masalah
c. Kesadaran akan kebutuhan
d. Keluwesan
e. Kecerdasan
f. Kesediaan menerima tanggungjawab
g. Keterampilan sosial
h. Kesadaran akan diri dan lingkungan

Untuk menjalankan peran-peran seperti yang di uraikan diatas, seorang pemimpin harus
mempunyai sarana berupa:
a. Kewenangan formal
b. Pengetahuan dan pengalaman yang dapat ditambah
c. Ganjaran dan hukuman untuk karyawan dibawahnya
d. Komunikasi dengan bawahannya
e. Perintah untuk bawahannya
C. Gaya Kepemimpinan
Franklyn (1951) dalam Onong Effendy (1993: 200) mengemukakan ada tiga gaya pokok
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan otokratis (outoctatic/authoritarian leadership),
kepemimpinan demokratis (democratic/participative leadership), dan kepemimpinan yang
bebas (free-rein / laissez faire leadership).

1. Kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang memiliki kriteria atau


ciri yang selalu menganggap organisasi sebagai milik pribadi, arogan,
mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan
sebagai alat semata, tidak mau menerima kritik dan saran, terlalu tergantung pada
kekuasaan formalnya, dalam tindakan pergerakannya sering mempergunakan
pendekatan paksaan dan bersifat menghukum. Indikator dari Gaya Kepemimpinan
Otokratis: (1) Sentralisasi Wewenang (2) Produktivitas Kerja (3) Manajemen
setiap keputusannya dianggap sah, dan pengikut – pengikutnya wajib menerima
perintah tanpa pertanyaan.

2. Kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang memiliki


karakteristik sebagai berikut, menganggap bawahan sebagai makhluk yang
termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan
organisasi dalam kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang
menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahan; selalu berusaha
menjadikan bawahannya sukses dan berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadi sebagai pemimpin. Indikator dari gaya kepemimpinan demokratis : (1)
Hubungan baik antara pimpinan dengan pegawai (2) Penghargaan terhadap
pegawai (3) Manajemen yang mendengarkan aspirasi bawahannya.

3. Kepemimpinan bebas atau Delegatif (Laisez Faire) Tipe kepemimpinan ini


merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otokratis. Dalam kepemimpinan
tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali
menghindar diri dari tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas
cenderung memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut
temponya sendiri. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bebas dengan
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan dengan
menganggap semua usahanya akan cepat berhasil.

Dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut diatas, yang paling banyak dijumpai
didalam birokrasi pemerintahan adalah gaya otokratis. Gaya otokratis merupakan gaya
yang mengadopsi pada bakat/karakter seseorang yang dibawa didalam
kepemimpinannya. Otokratis ini merupakan sentralistik dan pemusatan kekuasaan pada
satu orang saja. Dalam gaya otokrasi seorang pemimpin merupakan tokoh yang
memberikan banyak pengaruh pada pengikutnya yang mendukungnya. Pengaruh itu
menjadikan sang pemimpin ditakuti,diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa
yang dikatakan sang pemimpin. Selain itu, pimpinan gaya otokrasi menjadikan orang lain
tergantung pada apa yang dimilikinya, tanpa itu orang lain tidak akan bisa berbuat apa-
apa. Hubungan ini akan berpotensi menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme, Dimana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan. Dalam
kepemimpinannya, seorang pemimpin yang bergaya otokrasi memiliki wewenang yang
dianggap tanpa batas. Wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/
kebijakan baik itu keputusan yang bersifat memberikan solusi maupun berpotensi
merugikan kepentingan bawahannya / organisasi.

Siagian, (2010). Ada delapan jenis gaya kepemimpinan,tingkat ke efektivitasnya pun


tergantung dari beberapa faktor seperti budaya organisasi, otoritas yang dimiliki, tujuan,
dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Demokratis, Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang


sebelum membuat keputusan memperhitungkan masukan-masukan yang
diterima dari orang yang dipimpinnya. Masa yang dipimpin dapat
menyuarakan pendapat mereka secara bebas. Dengan masukan yang diberikan
pemimpin dapat melihat masalah dari sis yang berbeda, sehingga dapat
mengidentifikasi masalah dan menvelesaikan masalah yang sebenarnya. Selain
itu, dengan mendengarkan masukan-masukan dari orang yang dipimpinnya,
pemecahan masalah dirasa sebagai usaha bersama sehingga memperkuat kerja
sama tim antara pemimpin dan orang yang dipimpinnya.

2. Kepemimpinan Otoriter, Jenis kepemimpinan ini adalah lawan dari


kepemimpinan demokratis. Pemimpin dengan gaya ini merupakan pemimpin
absolut. Gaya kepemimpinan ini bisa dilihat dari cara seorang pemimpin
mengambil keputusan, tapa memikirkan orang yang terdampak keputusan yang
diambil. Selain itu kebebasan berpendapat orang yang dipimpin pun sangat
terbatas, hampir tidak ada, biasanya mengandalkan rasa takut atau proses
pendisiplinan yang kuat. Sangat jarang kepemimpinan cara ini berhasil di
sebuah perusahaan saat ini. Umumnya kepemimpinan seperti in bisa ditemukan
di instansi militer, dimana perintah dari atasan adalah hal yang absolut yang
harus dipatuhi. Bukan berarti perwira dengan pangkat tinggi bisa melakukan
hal seenaknya saja, tapi dalam dunia militer kepatuhan terhadap perintah dan
SOP yang berlaku bisa berdampak keselamatan anggota dalam
menjalankan operasinya.

3. Kepemimpinan Delegatif, Kepemimpinan delegatif adalah gay kepemimpinan


di mana seorang pemimpin memberikan otoritas kepada tim yang dipimpinnya
dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Meski gaya
kepemimpinan in dapat meningkatkan kepercayaan dan keriasama antara
anggota tim dan pemimpinnya, namun diperlukan pengawasan agar tidak
terjadi kebablasan kebebasan.Cara memimpin seperti in umumnya dapat
ditemukan pada perusaahaan start-up yang mash berkembang dan mash
membangun budaya kerja yang dirasa sesuai dengan visi misi
yang ingin dibangun.
4. Kepemimpinan Strategis, Gaya kepemimpinan strategis menempatkan dirinya
antar tugas atau tujuan yang harus dicapai dan kesempatan untuk berkembang
dari tugas yang diberikan. Pemimpin seperti ini akan berusaha mengimbangi
dan memastikan bahwa kodisi kerja setiap orang tetap kondusif dan stabil.

5. Kepemimpinan Transaksional, Pemimpin dengan cara kepemimpinan


transaksional akan memberi imbalan (reward), jika tim yang dipimpinnya
berhasil mengerjakan pekerjaan dengan kualitas yang memuaskan dan sesuai
dengan target dan arahan. Imbalan bisa berupa insentif tambahan, makanan,
atau uang untuk memotivasi tim yang dipimpinnya. Namun penting untuk
kamu ketahui bahwa imbalan atau reward bukanlah cara yang tepat untuk
menjaga motivasi kerja tim secara konsisten. Imbalan sebaiknya diberikan jika
tim yang kamu pimpin mengerjakan proyek besar atau ada pekerjaan tambahan
sebagai bentuk apresiasi. Pemberian imbalan pada kasus-kasus tersebut
membuat tim yang kamu pimpin merasa diapresiasi dalam melaksanakan kerja
dan tidak beranggapan kamu melakukan eksploitasi.

6. Kepemipinan Transfromasional, Pemimpin dengan gaya transformasional


selalu berupaya untuk mengubah timnya ke arah yang lebih baik. Perubahan ini
bisa berupa penambahan skill set dan kemampuan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan lebih cepat. Awalnya tim yang dipimpin diberi tugas awal
dengan bean kerja standar dan deadline pekerjaan yang cukup lama. Jika dirasa
tim mulai bisa mengerjakan pekerjaan sesuai target, pemimpin mulai
memberikan deadline yang lebih cepat. Setelah itu pemimpin mulai member
tugas yang sedikit berbeda, dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk
diselesaikan, dan seterusnya. Pemimpin dengan gaya transformasional akan
selalu mendorong timnya keluar dari zona nyaman dengan tugas baru dan
menantang. Dengan memberikan tugas yang menantangdiharapkan tim yang
dipimpinnya dapat menyelesaikan tugas apapun secara efisien.
7. Kepemimpinan karismatik, Pemimpin dengan gaya karismatik umumnya bisa
menggerakan masa atau tim yang dipimpinnya secara alami untuk menggapai
tujuannya. Umumnya karisma seseorang terbentuk dari lingkungan di mana
orang tersebut tumbuh dan nilai-nilai sosial yang dianggap penting olehnya.
Pemimpin karismatik bisa disebut dengan natural born leader. Sulit rasanya
untuk mengubah seseorang pemimpin dengan gaya lain menjadi pemimpin
yang berkarismatik.

8. Kepemimpian Birokrasi, didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi


para pegawai untuk menvelesaikan suatu pekerjaan, dan mengarahkan
organisasi agar lebih kompak dan kondusif, dengan cara menerapkan konsep,
nilai, etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan melalui kewenangan yang
dimilikinya.

D. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi
dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi.
Menurut “Stephen R. Covey” (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi
dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah
kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber
utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang
pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup


Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar
melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang
baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip
melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif


Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu
dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala
dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
(1) kemauan dan keinginan sepihak;
(2) kebanggaan dan penolakan; dan
(3) ambisi pribadi.
Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus.
Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

E. Macam-macam teori kepemimpinan


1. Great Man Theory
Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat
kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang
tersebut dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19. Meski tidak dapat
diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai karakteristik dan kombinasi manusia
seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, tetapi banyak orang mengakui
bahwa hanya satu orang diantara banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas sebagai
pemimpin yang hebat.
2. Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini
bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan
mereka unggul dalam peran kepemimpinan.
Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian,
kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa
tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi
pemimpin yang baik.
Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik dan sosial guna
mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik dan
kombinasi karakteristik yang umum di antara para pemimpin.

3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa
tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya
kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.
Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin
dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja
kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin
tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah
berubah pula.
Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori
kepemimpinan situasional.

4. Teori gaya dan perilaku


Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The
Great Man Theory.
Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan.
Teori kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas
mental atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut.
Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi
pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini
menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan
utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan yang berupa keterampilan teknis,
manusiawi, dan konseptual.

5. Behavioral Theories
Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral
Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini
memberikan perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik
mental, fisik, dan sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini
menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah kepemimpinan yang didasarkan
pada perilaku yang dapat dipelajari.

F. Pengorganisasian
Pada umumnya, individu dikatakan sebagai pemimpin, karena individu tersebut berada
dalam suatu organisasi atau lembaga, dalam organisasi atau lembaga tersebut terdapat
struktur kepengurusan pemegang amanah pelayanan dalam suatu organisasi. Para
pengurus ini terbagi dalam berbagai bidang tugas sesuai dengan potensi masing-masing
pengurus, dan kepercayaan ini diberikan oleh pimpinan beserta seluruh anggota, bukan
tanpa dasar, tetapi para anggota bersama pimpinan telah melakukan uji kelayakan dan
kepatutan terhadap calon pengurus suatu organisasi.
Salah satu studi kasus yang dapat kita lihat adalah pada sistem pendidikan yang ada di
Indonesia seperti sekolah, dimana keberhasilan pendidikannya sangat ditentukan oleh
kemampuan kepala sekolah yang memimpin organisasi tersebut. Untuk memahami lebih
dalam mengenai penggunaan teori kepemimpinan di dalamnya, Grameds dapat membaca
buku Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Sistem pendidikan di Indonesia yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa,
membutuhkan pemimpin yang memiliki pengetahuan dan kecakapan yang sesuai.
Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam
memengaruhi warga sekolah untuk memberdayakan berbagai potensi yang dimiliki.
Esensi kepemimpinan kepala sekolah adalah dorongan, inteligensia, dan pengalaman
untuk mengembangkan suatu visi, serta memiliki pengetahuan untuk
mengimplementasikan visi tersebut yang merupakan unsur penting bagi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Buku yang ditulis berdasarkan kajian teori, penelitian, dan
pengalaman penulis, dimaksudkan untuk membekali calon pendidik, pendidik, dan
peneliti di bidang pendidikan.

G. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan amanahnya, seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengorganisir suatu lembaga, atau organisasi, tempat seorang pemimpin tersebut
menjalankan amanahnya. Beberapa peneliti serta praktisi manajemen, mengembangkan
suatu pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja seorang pemimpin
dalam sebuah struktur. Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi beberapa
variabel, diantaranya adalah formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.

Anda mungkin juga menyukai