Banyak ahli yang mendefinisikan kepemimpinan. Dari sekian banyak itu, Storner
mencoba menggabungkannya menjadi satu pengertian bahwa kepemimpinan merupakan
suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang
berhubungan dengan anggota kelompok.
Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan hal-hal berikut:
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain. Dengan kesedian mereka menerima
pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status
pemimpin dan memungkinkan terjadinya protes kepemimpinan.
b. Kepemimpinan melibatkan distribusi yang tidak merata atas kekuasaan antara
pimpinan dan yang dipimpin. Pimpinan mempunyai wewenang mengararahkan
bawahan, tetapi tidak sebaliknya.
c. Kepemimpinan secara sah dapat memberikan hak kepada pemimpin, tidak saja
berupa pengarahan tetapi juga pengaruh. Artinya pemimpin tidak hanya dapat
menyatakan apa yang harus dikerjakan bawahan tetapi juga mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintah tersebut.
Kepemimpinan yang efektif tergantung pada landasan manajerial yang kokoh. Menurut
Chapman yang dikutip Dale Timpe, lima landasan kepemimpinan yang kokoh adalah:
a. Cara berkomunikasi
b. Pemberian motivasi
c. Kemampuan memimpin
d. Pengambilan keputusan
e. Kekuasaan yang positif
B. Ciri-ciri dan Sarana Pemimpin
Selanjutnya seorang pemimpin dapat diketahui ciri-cirinya. Menurut Rodger D. Collons
seperti yang dikutip Dale Timpe, ciri umum pemimpin adalah
a. Kelancaran berbahasa
b. Kemampuan untuk memecahkan masalah
c. Kesadaran akan kebutuhan
d. Keluwesan
e. Kecerdasan
f. Kesediaan menerima tanggungjawab
g. Keterampilan sosial
h. Kesadaran akan diri dan lingkungan
Untuk menjalankan peran-peran seperti yang di uraikan diatas, seorang pemimpin harus
mempunyai sarana berupa:
a. Kewenangan formal
b. Pengetahuan dan pengalaman yang dapat ditambah
c. Ganjaran dan hukuman untuk karyawan dibawahnya
d. Komunikasi dengan bawahannya
e. Perintah untuk bawahannya
C. Gaya Kepemimpinan
Franklyn (1951) dalam Onong Effendy (1993: 200) mengemukakan ada tiga gaya pokok
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan otokratis (outoctatic/authoritarian leadership),
kepemimpinan demokratis (democratic/participative leadership), dan kepemimpinan yang
bebas (free-rein / laissez faire leadership).
Dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut diatas, yang paling banyak dijumpai
didalam birokrasi pemerintahan adalah gaya otokratis. Gaya otokratis merupakan gaya
yang mengadopsi pada bakat/karakter seseorang yang dibawa didalam
kepemimpinannya. Otokratis ini merupakan sentralistik dan pemusatan kekuasaan pada
satu orang saja. Dalam gaya otokrasi seorang pemimpin merupakan tokoh yang
memberikan banyak pengaruh pada pengikutnya yang mendukungnya. Pengaruh itu
menjadikan sang pemimpin ditakuti,diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa
yang dikatakan sang pemimpin. Selain itu, pimpinan gaya otokrasi menjadikan orang lain
tergantung pada apa yang dimilikinya, tanpa itu orang lain tidak akan bisa berbuat apa-
apa. Hubungan ini akan berpotensi menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme, Dimana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan. Dalam
kepemimpinannya, seorang pemimpin yang bergaya otokrasi memiliki wewenang yang
dianggap tanpa batas. Wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/
kebijakan baik itu keputusan yang bersifat memberikan solusi maupun berpotensi
merugikan kepentingan bawahannya / organisasi.
D. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi
dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi.
Menurut “Stephen R. Covey” (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi
dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah
kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber
utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang
pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa
tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya
kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.
Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin
dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja
kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin
tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah
berubah pula.
Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori
kepemimpinan situasional.
5. Behavioral Theories
Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral
Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini
memberikan perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik
mental, fisik, dan sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini
menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah kepemimpinan yang didasarkan
pada perilaku yang dapat dipelajari.
F. Pengorganisasian
Pada umumnya, individu dikatakan sebagai pemimpin, karena individu tersebut berada
dalam suatu organisasi atau lembaga, dalam organisasi atau lembaga tersebut terdapat
struktur kepengurusan pemegang amanah pelayanan dalam suatu organisasi. Para
pengurus ini terbagi dalam berbagai bidang tugas sesuai dengan potensi masing-masing
pengurus, dan kepercayaan ini diberikan oleh pimpinan beserta seluruh anggota, bukan
tanpa dasar, tetapi para anggota bersama pimpinan telah melakukan uji kelayakan dan
kepatutan terhadap calon pengurus suatu organisasi.
Salah satu studi kasus yang dapat kita lihat adalah pada sistem pendidikan yang ada di
Indonesia seperti sekolah, dimana keberhasilan pendidikannya sangat ditentukan oleh
kemampuan kepala sekolah yang memimpin organisasi tersebut. Untuk memahami lebih
dalam mengenai penggunaan teori kepemimpinan di dalamnya, Grameds dapat membaca
buku Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Sistem pendidikan di Indonesia yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa,
membutuhkan pemimpin yang memiliki pengetahuan dan kecakapan yang sesuai.
Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam
memengaruhi warga sekolah untuk memberdayakan berbagai potensi yang dimiliki.
Esensi kepemimpinan kepala sekolah adalah dorongan, inteligensia, dan pengalaman
untuk mengembangkan suatu visi, serta memiliki pengetahuan untuk
mengimplementasikan visi tersebut yang merupakan unsur penting bagi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Buku yang ditulis berdasarkan kajian teori, penelitian, dan
pengalaman penulis, dimaksudkan untuk membekali calon pendidik, pendidik, dan
peneliti di bidang pendidikan.
G. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan amanahnya, seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengorganisir suatu lembaga, atau organisasi, tempat seorang pemimpin tersebut
menjalankan amanahnya. Beberapa peneliti serta praktisi manajemen, mengembangkan
suatu pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja seorang pemimpin
dalam sebuah struktur. Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi beberapa
variabel, diantaranya adalah formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.