PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Salah satu contoh yang baik disampaikan oleh Pak Willy, CEO dan sekaligus
pemegang saham dari wismilak”, salah satu industri rokok terbesar di Indonesia.
Ia menceritakan bahwa dalam masa krisis yang berat ia mengibaratkan perusahaa
seperti perahu layar yang sedang diterpa badai. Pimpinan sebagai nahkoda harus
memilih tempat yang paling stabil dimana dari sana ia dapat memimpin seluruh
kapal. Tempat iu tidak di buritan atau haluan, tetapi ditengah-tengah perahu, di
dekat tiang kapal.
Dari pendapat di atas dapat kita pahami bahwa seorang pemimpin dengan kualitas
kepemimpinan yang dimilkinya bukan hanya sekedar berusaha untuk melaksanakan
tugas dan berbagai rutinitas pekerjaan saja, namun lebih dari itu ia merupakan symbol
dari organisasinya.
Mengenai penjelasan setiap tipe pemimpin Buchari Alma menjelaskanna di bawah ini,
a. Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energy, dan daya tarik yang luar biasa
3
c. Tipe militeristis banyak menggunakan sistem perintah, sistem komando dari
atasan ke bawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar
selalu patuh, penuh acara fotmalitas.
d. Tipe otokratis berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus
didipatuhi.
e. Tipe laissez faiire ini membiarkan bawahan berbuat semuanya sendiri semua
pekerjaaan dan tanggung jawab dilakukan oleh bawahan.
e. Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada nilai-
nilai masyarakat tradisional.
f. Pemimpin tipe administrative ialah pemimpin yang mampu menyelanggarakan
tugas-tugas administrasi secara ekfektif.
g. Tipe pemimpin demokratis berorientsi pada manusia dan memberikan bimbingan
Seorang pemimpin yang pada dasarnya menganut dan menggunakan gaya yang
demokratis, misalnya, ada kalanya harus bertindak otoriter apabila:
1. Organisasi berhadapan dengan situasi yang gawat.
2. Organisasi menghadapi ancaman terhadap eksistensinya.
3. Para bawahan menunjukkan perilaku yang cenderung menjurus kepada bentuk-
bentuk yang negative atau bahkan mungkin destruktif.
4. Merosotnya disiplin kerja. (S.P.Siagian).
Dalam melaksanakan mana tipe pemimpin yang paling baik seorang pemimpin harus
memiliki keberanian atau kekuatan dalam menjalankannya. Karena kekuatan adalah salah
satu pendorong seorang pemimpin untuk mampu bersikap dalam mewujudkan gaya
kepemimpinannya, dimana secara umum ada tiga faktor (kekuatan) utama. Ketiganya
akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan pengawasan terhadap kelompo yang
dipimpin. Kekuatan yang pertama bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin.
Faktor kedua bersumber pada kelompok yang dipimpin, dan faktor ketiga tergantung pada
situasi. Teori ini disebut dengan continuum leadership yang dikembangkan oleh
Tannenbaum Weschter dan Massarik tahun 1961.
4
pemimpin yang hebat di kemudian hari. Setiap orang menjadi pemimpin melalui
pendidikan dan dorongan berbagai pihak.
3. Teori Ekologis atau Sintesis
Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila
dia memang memiliki bakat-bakat pemimpin. Kemudian bakat ini dikembangkan
melalui pendidikan , dorongan dan pengalaman yang akan membentuk pribadi
sebagai seorang pemimpin.
Untuk memahami lebih dalam tentang ciri-ciri pemimpin ada baiknya kita melihat
pendapat yang dikemukakan oleh George R. Terry. George R. Terry mengemukakan
delapan ciri dari pemimpin, yaitu:
a. Energi: mempunyai kekuatan mental dan fisik.
b. Stabilitas emosi: seorangpemimpin tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri
sendiri harus cukup besar.
c. Human relationship: mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.
d. Personal motivation: keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar, dan dapat
memotivasi diri sendiri.
e. Communication skill: mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi.
f. Teaching skill: mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan
mengembangkan bawahannya.
g. Social skill: mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin kepervayaan
dan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong , senang jika bawahannya maj,
peramah serta luwes dalam pergaulan.
h. Technical competent: mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan,
mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, dan mampu
menyusun konsep.
5
2.7 INTUITIVE LEADER
Intuitive leader adalah pemimpin yang mempergunakan intuisi dalam memimpin dan
menjalankan aktivitas bisnisnya. Intuitive leader dilahirkan atas dasar bakat alami( natural
talent) yang dimiliki semenjak ia masih memulai bisnis dengan sangat sederhana, dan itu
semakin lama semakin berkembang hingga menjadi besar.
Ada beberapa bentuk permasalahan yang dihadapi oleh seorang intuitive leader yang
pada saat kemampuannya telah terbatas dan bakat alami yang dimilikinnya tidak mampu
menjangkau yang diinginkan tersebut. Ini sebagaimana yang dikatakan oleh brantas
bahwa,” Namun, ketika organisasi menjadi besar, para natural leader in, apabila tidak siap
untuk mengadakan penyesuaian terhadap kemajuan perusahaannya , cenderung gagal
menempatkan keberhasilannya”.
Kegagalan tersebut bukan berarti natural leader tersebut tidak memiliki kompetensi,
namun itu terjadi karena ia tidak mengapresiasi setiap perkembangan yang adad dengan
mengadopsi setiap sisi positif tersebut pada organisasi. Seperti perkembangan IT
(information technology) yang begitu pesat pada era sekarang ini, dan seorang pemimpin
bisnis dituntut untuk memahami perkembangan IT tersebut.
Dalam artian perkembangan IT harus dilihat sebagai suatu keharusan untuk diterapkan
bukan dilihat sebagai sisi pengeluaran biaya yang tidak efisien. Memang harus diakui IT
memiliki dampak negatif pada saat diterapkan jika melihat dari segi perspektif biaya.
Namun dari segi efektivitas adalah sangat membantu untuk mempercepat pengerjaan
banyak pekerjaan, yaitu terutama membantu mewujudkan konsep kerja manajemen
modern.
Mengenai pemimpin intuitive leader perlu dipahami tentang sifat-sifat yang dimiliki
oleh mereka tersebut. Allen mendeskripsikan tujuh sifat dari kepemimpinan intuitif ini,
yaitu:
6
4. Komunikatif
5. Menjalankan organisasi sesuai dengan kerja dan tujuan yang hendak dicapai
6. Setiap prestasi diberi ganjaran
7. Mengontrol dengan cara memberikan eksepsi
Kualitas kepemimpinan akan terlihat pada era modern sekarang pada saat seorang
pemimpin menerapkan konsep profesionalisme dalam kepimimpinan. Profesionalisme
merupakan bentuk sikap yang dilahirkan dari hasil keinnginan mewujudkan suatu hasil
kerja yang dilandaskan atas sikap yang menjunjung nilai-nilai manajemen modern .Nilai
manajemen modern diantarannya meletakkan pondasi pada sisi layak tidak layak untuk
dilaksanakan, serta dimilikinnya acuan atau standar justifikasi diputuskan layak dan tidak
layak tersebut. justifikasi tersebut misalnnya terkandung dalam suatu atau AD/ART suatu
organisasi, disamping aturan- aturan umum lainnya yang bersifat mengikat dan tidak
mengikat.
tersebut memiliki loyalitas tinggi pada sesama rekan kerja bahkan para karyawannya.
7
pekerjaan sesuai dengan rencana. Kekuasaan ( power) adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain. Bagi pimpinan penggunaan power dalam setiap rencana kerja
yang dijalankan adalah sesuatu yang positif , asal power tersebut dilakukan dengan
mengikuti batas-batas yang dibenarkan dalam dunia kerja. Misalnnya seorang manajer di
suatu perusahaan memiliki hak untuk memutasi seorang karyawan dari posisinnya, atau
mempromosikan seorang karyawan untuk menempati posisi strategis. Dan menjadi
kewajiban bagi pihak karyawan untuk memperlihatkan kemampuan dalam bekerja keras
serta kedisiplinan tinggi agar pimpinan tertarik untuk menempatkannya di posisi- posisi
strategis.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu memprediksi kondisi yang akan
terjadi di kemudian hari, serta mempergunakan power yang dimiliki untuk melindungi
perusahaan dari berbagai kondisi yang akan terjadi di kemudian hari. Seperti menghindari
timbulnnya penurunan penjualan, mempertahankan karyawan yang memiliki potensi serta
mampu memberi jaminan tingkat kesejahteraan kepada pada karyawan, termasuk
tentunnya mendongkrak tingkat penjualan, dan berbagai kebijakan lainnya.
Dalam ruang lingkup organisasi, biasannya terdapat lima jenis kekuasaan yaitu :
a. Kekuasaan sah, ( legitimate power ) adalah kekuasaan yang diperoleh melalui hierarki
organisasi; kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diberikan kepada individu yang
memegang jabatan tertentu seperti yang didefinisikan oleh organisasi.
b. Kekuasaan balas jasa( reward power) adalah kekuasaan untuk atau menunda balas
jasa, seperti peningkatan gaji, bonus, rekoimendasi promosi, pujian, pengakuan,
penugasan kerja yang menarik.
c. Kekuasaan paksaan (coercive power) adalah kekuasaan untuk memaksakan
kepatuhan dengan memakai ancaman psikologis, emosional, atau fisik.
d. Kekuasaan referen (referent power) adalah kekuasaan abstark. kekuasaan i ni
didasarkan pada persamaan, peniruan, kesetiaan, atau karisma.
e. Kekuasaan ahli ( expert power) adalah kekuasaan pribadi yang didapatkan seseorang
berbasis informasi atau memiliki keahlian yang dimilikinnya.
8
Secara lebih dalam Richard l. Daft menjelaskan ketiga bentuk kekuatan tersebut, yaitu:
a. Kekuatan legitimasi. Kekuatan yang berasal dari posisi manajemen formal dalam
sebuah organisasi dan otoritas yang diberikan padannya disebut kekuatan legitimasi(
legitimate power).
b. Kekuatan penghargaan. Jenis kekuatan lain adalah kekuatan penghargaan ( reward
power), berasal dari otoritas untuk member penghargaan kepada orang lain.
c. Kekuatan koersif. Kebalikan kekuatan penghargaan kekuatan koersif ( coercive power)
ini mengacu pada otoritas untuk menghukum atau merekomendasikan hukuman.
Dengan ketiga bentuk kekuatan ini maka bagi pihak manajer berusaha untuk
mengelola berbagai perilaku karyawan agar tercapai bentuk ketaatan dalam bekerja.
Ketaatan berarti bahwa pekerja akan mengindahkan pemerintah dan melaksanakan
instruksi. Resistensi berarti bahwa pekerja akan secara segaja berusaha untuk menghindari
pelaksanaan instruksi atau akan mencoba untuk tidak mengindahkan pemerintah.
Menurut Brantas “ agar kelompok kerja berjalan dengan efektif, seseorang harus
melaksanakan dua fungsi utama :
1. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task – related) atau pemecahan
masalah, dan
2. fungsi- fungsi pemeliharaan kelompok (group – maintenance) atau sosial.”
9
e. Kekuatan Referen
Kekuatan demikian didasarkan atas identifikasi seorang pengikut dengan seorang
pemimpin yang sangat dihormati dan terpandang oleh pengikut tersebut.
Karyawan adalah salah satu bentuk asset internal yang paling berharga yang dimiliki
perusahaan. Artinya dengan kebijakan dan usaha kuat untuk selalu menjaga dan
mempertahankan karyawan maka diharapkan mampu menghindari faktor-faktor yang
mengakibatkan tidak tercapainnya tujuan organisasi.” Faktor-faktor yang mengakibatkan
tidak tercapainnya tujuan organisasi antara lain: (1) Management overrides or callusion;(2)
internal control cost versus benefits;( Moeller& Witt,1999).
Dari pendapat diatas dapat kita tarik satu pemahaman bahwa seorang pemimpin
memiliki pengaruh besar dalam mendorong peningkatan kinerja para karyawan.
Peningkatan kualitas kinerja bawahan memiliki pengaruh pada peniptaan kualitas kerja
sesuai dengan pengharapan.
10
Lebih jauh seorang pemimpin perlu memahami kepemilikan karakteristik para
karyawannya. Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk memiliki
kompetensi dalam bekerja. karena dengan kepemilikan kompetensi karyawan tersebut
akan mampu mendorong peningkatan kualitas kinerja keuangan perusahaan.Untuk itu
setiap pemimpin bukan hanya dituntut untuk mampu bekerja secara maksimal namun juga
mengerti dimana permasalahan yang dimiliki oleh setiap karyawan selama ini. Termasuk
permasalahan dalam mengembangkan bakat yang dimiliki oleh seorang
karyawan.Memahami bakat dan keahlian dengan kesesuaian adalah menempatkan
karyawan tersebut sesuai dengan tempat atas diterapkannya konsep “ the right man and the
right place.” Dalam konsep ini menarik jika kita memahami konsep dalam mengelola
organisasi bisnis yang dipegang dan diterapkan oleh Sukamdani Sahid Gitosardjono
seorang pengusaha dengan core bisnis dibidang hotel. Sukadami mengajarkan agar setiap
orang memiliki etos kerja seperti disiplin, kerja keras, dan berprestasi.
Kasus ini berbahaya karena bukan terbangunnya budaya kepemimpinan namun malah
sebaliknya tumbuhnya “budaya ragu-ragu.” Ragu-ragu dalam mengambil keputusan
walaupun SOP (Standar Operasional Prosedur) sudah ada atau lebih jauh ada bagian-
bagian yang tidak lengkap dari SOP namun dibutuhkan interpretasi yang lebih jauh dan
pihak manajer serta karyawan tidak berani mengambil keputusan disebabkan karena takut
menyalahi aturan dan bahkan diperkirakan bisa menimbulkan kerugian pada perusahaan
itu sendiri. Ini adalah suatu masalah, dan jika dibiarkan maka akan merugikan perusahaan
sendiri.
11
Oleh karena itu, jika suatu perusahaan ingin tumbuh menjadi besar maka konsep
pengembangan organisasi adalah bersifat membangun budaya kepemimpinan. Dengan
kata lain kaderisasi akan tumbuh di organisasi tersebut. Dan lebih jauh jika suatu
oraganisasi mampu membangun kader pemimpin maka jika suatu saat karyawan tersebut
keluar dari organisasi tersebut dan ia mendirikan sebuah organisasi baru dan ternyata
organisasi tersebut sukses maka tentunya ia akan selalu mengingat tempat lama ia bekerja
yang telah membangunnya menjadi sukses seperti sekarang ini.
Dampak lain pihak organisasi bisa bermitra dengan organisasi tersebut dan mereka
bisa sama-sama mempertahankan organisasi mereka dari setiap masalah, seperti pada saat
terjadinya krisis moneter atau berbagai krisis ekonomi dan dampak krisis politik lainnya.
Dengan kata lain hubungan yang baik adalah hubungan yang bersifat jangka panjang atau
persahabatan yang baik adalah yang saling mengisi dan saling memberi motivasi.
12
kesempatan untuk memimpin organisasi secara legatimit. Konsep gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada pegawai (employee-oriented) dianggap lebih demokratis.
Secara kenyataan ada beberapa pemimpin yang sulit menerapkan konsep demokrasi
dalam organisasi bisnis yang dimilikinya. Konsep demokrasi artinya kepemimpinan dan
beberapa jabatan strategis boleh dan hanya layak dipimpin oleh mereka yang memiliki
kredibilitas serta reputasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Ukurannya adalah secara
jangka pendek dan jangka panjang, yaitu dengan tetap mengutamakan dua sisi keinginan
organisasi bisnis pada umumnya, yaitu:
a. Profit
b. Keberlanjutan usaha
mengapa profit diutamakan, karena profit mampu memberi kepuasan kepada para
pemegang saham, serta kesejahteraan kepada para karyawan. Kesejahteraan pada
karyawan akan tergambarkan dalam bentuk bonus yang diterima serta berbagai fasilitas
lainnya, tentunya termasuk kenaikan gaji yang lebih dari perusahaan pesaing.
13
terlalu cinta pada kekuasaan. Pemimpin yang cinta pada kekuasaan cenderung akan
bersikap otoriter dalam memimpin.
a. Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig : Pengawasan adalah tahap proses manajerial
Pengawasan ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan
hal yang saling mengisi, karena :
14
Secara konsep pengawasan tersebut memiliki banyak tipe. Menurut T. Hani Handoko
ada tiga tipe pengawasan, yaitu
a. Pengawasan pendahuluan
b. Pengawasan “concurrent,” dan
c. Pengawasan umpan balik.
Ada yang harus diingat dalam memahami tipe pengawasan adalah semua itu sangat
tergantung siapa dan dimana diterapkannya tipe pengawasan tersebut. Karena kesuksesan
suatu tipe pengawasan sangat tergantung kepada siapa yang ditugaskan untuk menjadi
pengawasan dari suatu pekerjaan tersebut. Jika yang bersangkutan memiliki keseriusan
tinggi maka artinya pengawsan itu akan sukses, namun itu juga menjadi sebaliknya.
15
Untuk mengatasi agar terciptanya pengawasan yang berlangsung secara baik, maka
setiap hambatan dalam bidang pengawsan harus dicarikan solusi. Adapun bentuk solusi
tersebut adalah:
1) Menciptakan hubungan antara tingkat atas dan bawah agar terbentuknya suatu control
yang maksimal sampai dengan tingkat sub sistem. Ini sebagaimana dinyatakan oleh
Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig bahwa, “ada saling hubungan (interface)
dengan pengawasan tingkat tinggi di mana tujuan ditentukan. Juga terdapat saling
hubungan dengan pengawasan tingkat rendah dimana pekerjaan dilaksanakan oleh
sistem dan berbagai sub-sistem.”
2) Memahami konsep efektivitas. Konsep efektvitas melihat dari segi waktu dan
sebaliknya pengawasan yang dilakukan melihat pada konsep time schedule, dengan
tujuan agar setiap pengerjaan tugas dapat diselesaikan sesuai dengan target yang
diinginkan. Karena jika suatu pekerjaan selesai di atas target maka artinya terjadi
pemborosan dari segi waktu dan lebih jauh pada biaya (cost), sementara manajer
perusahaan sering mengedepankan persoalan efisiensi.
3) Perusahaan perlu mengembangkan suatu standar acuan kerja yang representative dan
modern. Dengan tujuan setiap pihak yang bekerja di organisasi tersebut harus
mematuhi dan menerapkan standar acuan kerja tersebut, sehingga jika suatu saat ada
teguran, sanksi dan berbagai bentuk penegakan aturan lainnya semua itu telah
bersumber pada standar tersebut, dengan begitu diharapkan kondisi homogen akan
berlangsung secara stabil. Ini sebagaimana dinyatakan oleh Fremont E. Kast dan James
pengetahuan serta penerimaan hukum, tentulah akan membawa kepada mawas diri dan
perilaku yang berada dalam batas-batas yang sesuai untuk situasi tertentu.”
4) Menerapkan konsep “the right man and the right place.” Konsep the right man and the
right place artinya menempatkan seseorang sesuai dengan posisinya. Dengan begitu
diharapkan setiap pekerjaan ditangani oleh mereka yang benar-benar mampu untuk
menyelesaikannya.
Dalam konteks pengawasan lebih jauh seorang pemimpin perusahaan bukan hanya
bertugas mengawasi jalannya usaha perusahaan dan karyawannya. Namun ia juga harus
mengawasi dirinya sendiri untuk selalu sesuai dengan konsep. Sehingga ia selalu dapat
memberi contoh tauladan kepada para karyawannya.
Dalam konteks ilmu perilaku organisasi artinya dapat kita pahami jika perilaku dan
sikap pemimpin mempengaruhi terbentuknya pola perilaku organisasi. Dengan kata lain
perilaku organisasi adalah bagian dari cerminan perilaku pimpinan. Pendapat ini sering
menjadi pendapat umum yang berlaku di masyarakat Indonesia.
16
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komperehensif tentang
bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan
tugas sesuai dengan perintah. Kepemimpinsn merupakan suatu ilmu yang mengkaji
secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi
orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Ilmu
kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan dianamika perkembangan hidup
manusia.
Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi
mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi
dan misi organisasi. Salah satu kunci sukses bisnis yang terbesar ada pada pengawasan.
Dan begitu juga salah satu faktor kegagalan dalam bisnis juga ada pada pengawasan.
Sehingga wajar jika ada pepatah yang menyebutkan bahwa pemimpin dan pengawsan
adalah ibarat kail dan ikan, yaitu aplikasi dari kepemimpinan pada pengawasan dan
pengawasan menghasilkan pembentukan kepemimpinan.
3.2 SARAN
Makalah yang menulis tentang Kepemimpinan dan Pengawasan semoga menjadi
bahan kajian pembelajaran di bidang mata pelajaran “Perilaku Organisasi” sehingga
dengan adanya makalah ini, mahasiswa mahasiswi terutama jurusan Akuntansi bisa lebih
menambah wawasannya, semoga pembaca lebih apresiasif dari kandungan kajian
makalah ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen karena beliaulah
yang memberikan tugas ini.
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis perbaiki. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai tambahan
evalusasi untuk kedepannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18