A. PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan kinerja
pembangunan, yang menempatkan manusia dalam fungsinya sebagai resource
pembangunan. Di dalam konteks ini, harga dan nilai manusia ditentukan oleh relevansi
konstruksinya pada proses produk. Kualitas manusia diprogramkan sedemikian agar
dapat sesuai dengan tuntutan pembangunan atau tuntutan masyarakat.[1] Eksistensi
bangsa Indonesia ditengah percaturan era global sekarang, akan dipengaruhi
kemampuan sumber daya manusia Indonesia, terutama yang bercirikan kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pemantapan iman dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.[2]
Salah satu sumber daya yang penting dalam manajemen adalah sumber daya manusia
atau human resources. Pentingnya sumber daya manusia ini, perlu disadari oleh semua
tingkatan manajemen termasuk juga manajemen pendidikan Islam. Bagaimanapun
majunya teknologi saat ini, namun faktor manusia tetap memegang peranan penting
bagi keberhasilan suatu organisasi. Bahkan dapat dikatakan bahwa manajemen itu pada
hakikatnya adalah manajemen sumber daya manusia atau manajemen sumber daya
manusia adalah identik dengan manajemen itu sendiri.
Hakikat sumber daya manusia pada setiap organisasi atau perusahaan khususnya pada
lembaga pendidikan diperlukan adanya suatu sumber daya manusia sebagai tenaga
kerja. Oleh sebab itu bahwa yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah tenaga
kerja pada suatu organisasi.[3] Dari pendapat tersebut jelas bahwa sumber daya manusia
adalah tenaga kerja yang menduduki suatu posisi atau orang-orang yang mempunyai
tanggungjawab untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan pada suatu organisasi atau
instansi tertentu. Oleh karena itu, menurut Mukhyi bahwa hal yang penting untuk
diperhatikan oleh organisasi adalah bagaimana memperoleh tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan dan posisi yang akan diduduki, bagaimana mengembangkannya dan
memelihara tenaga kerja, menggunakan serta mengavaluasi hasil kerjanya.[4]
Dalam perspektif Islam, pendidikan telah memainkan peran penting dalam upaya
melahirkan manusia yang handal dan dapat menjawab tantangan zaman. Sumber daya
manusia tersebut merupakan gerakan human investment. Human Invesment adalah
upaya pendidikan jangka panjang untuk melahirkan sumber daya manusia[5].
Pengembangan sumber daya manusia bukan merupakan persoalan yang mudah karena
membutuhkan pemikiran langkah aksi yang sistematik, sistemik, dan serius. Karena
berusaha memberikan konstruksi yang utuh tentang manusia dengan mengembangkan
seluruh potensi dasar manusia dan bagaimana aktifitasnya.
Terkait dengan judul makalah di atas, maka dalam makalah ini akan membahas tentang
falsafah manajeman SDM dalam pandangan Pendidikan Islam dengan memfokuskan
pada 3 hal pokok, yaitu: apa hakikat tujuan manajemen sumber daya manusia?, Siapa
sebenarnya manusia dan hakikat penciptaannya? serta bagaimana hakikat kerja jika
dimaknai dalam kerangka Pendidikan Islam.
B. PEMBAHASAN
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai
kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena
“mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein
terkandung sifat yang aktif. Karena itu, tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-
dasar yang dapat di andalkan.[7]
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat
adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan
masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang
membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan
politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.[8]
Namun dalam tulisan ini, terkait dengan konsentrasi studi penulis, maka dalam
pembahasannya akan ada sentuhan-sentuhan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pendidikan Islam, karena bagaimana pun, itulah yang membedakan studi kita dengan
studi MSDM secara umum walau obyeknya mungkin tidak berbeda, yaitu tentang
hakikat tujuan, manusia dan hakikat kerja.
Berbagai istilah yang dipakai untuk menunjukkan manajemen sumber daya manusia
antara lain: manajemen sumber daya manusia (MSDM), manajemen sumber daya
insani, manajemen personalia, manajemen kepegawaiaan, manajemen perburuhan,
manajemen tenaga kerja, administrasi personalia (kepegawaian), dan hubungan
industrial.
Manajemen sumber daya manusia timbul sebagai masalah baru pada tahun 1960-an,
sebelum itu kurang lebih pada tahun 1940-an yang mendominasi adalah manajemen
personalia. Antara keduanya jelas terdapat perbedaan di dalam ruang lingkup dan
tingkatannya. Manajemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang
berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia;
sedangkan manajemen personalia lebih banyak berkaitan dengan sumber daya manusia
yang berada dalam perusahaan-perusahaan, yang umum dikenal dengan sector modern
itu. Tugas manajemen personalia adalah mempelajari dan mengembangkan cara-cara
agar manusia dapat secara efektif di integrasikan ke dalam berbagai organisasi guna
mencapai tujuannya. [10]
Pergantian istilah dari manajemen personalia dengan manajemen sumber daya manusia,
dianggap sebagai suatu gerakan yang mencerminkan pengakuan adanya peranan vital
dan menunjukkan pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Adanya
tantangan-tantangan yang semakin besar dalam pengelolaan sumber daya manusia
secara efektif, serta terjadinya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan profesionalisme di
bidang manajemen sumber daya manusia.[11]
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum
yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Karena sumber daya manusia dianggap semakin penting peranannya dalam pencapaian
tujuan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya
manusia (SDM) dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut dengan
Manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai
kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber
daya manusia.[12]
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
manusia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan
pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran
perorangan, organisasi, dan masyarakat. Dengan memperhatikan peranan manajemen,
maka pengertian manajemen adalah ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan
semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Adapun tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi dalam
rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan.[19] Sedangkan Werther
dan Davis menyatakan bahwa tujuan manajemen sumber daya manusia itu meliputi
beberapa tujuan, antara lain:
Atas dasar hal di atas, pada dasarnya setiap manusia adalah manajer, karena dalm
kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya sendiri
ataupun keluarganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta merealisasikan tujuan-
tujuan yang diinginkan (self management).
Ada 3 macam Sumber Daya (resources) yang dimanfaatkan oleh manusia untuk meraih
tujuan yang diharapkan, yaitu:
Sudah merupakan tugas manajer sumber daya manusia untuk mengelola manusia
seefektif mungkin, agar diperoleh suatu satuan sumber daya manusia yang merasa puas
dan memuaskan. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen
umum yang memfokuskan diri pada sumber daya manusia.[22] Adapun fungsi
manajemen sumber daya manusia seperti halnya fungsi manajemen umum, yaitu:
1. Fungsi Manajerial
1. Fungsi Operasional
Semua fungsi dalam manajemen tersebut akan dilakukan tergantung dengan kebutuhan,
apakah akan dilakukan secara sederhana atau dengan tingkat kesulitan yang tinggi, dan
dapat menggunakan hanya beberapa fungsi saja.
Proses manajemen adalah interaksi dan saling keterkaitan antara beberapa fungsi
manajemen yang digunakan. Dalam melakukan tugas manajerial seseorang tidak
terlepas dari kerjasama dengan orang lain dan dilakukan dengan proses step by step of
doing something.
Karena hal itulah, setiap manusia mempunyai sumber daya yang dapat dikembangkan,
yaitu: 1). Sumber daya Cipta; 2). Sumber daya Rasa; dan 3). Sumber daya Karsa.
Pengembangan sumber daya tersebut akan menghasilkan budaya –kebudayaan –
peradaban yang dalam prosesnya akan dipengaruhi oleh: kondisi alam lingkungan dan
kondisi pergaulan manusia (interaksi social), perkembangan sains dan teknologi.
Sebelum kita memahami apa hakikat tujuan manajemen SDM, terlebih dahulu penulis
singgung tentang pendidikan Islam, karena tujuan dalam pendidikan Islam inilah
nantinya yang akan menjadi hakikat tujuan dalam manajemen SDM dalam pendidikan
Islam.
Pendidikan Dalam term bahasa Arab, ada tiga istilah yang sering digunakan, yakni: al-
ta’lim, al-tarbiyah dan al-ta’dib,[24] yang ketiganya mempunyai makna yang berbeda
dalam menunjukkan makna pendidikan.
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian
proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental
maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang
hamba (abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta.
[25] Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakan peserta didik
(generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar
memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan).
Prof. Dr. Muhaimin secara lebih perasional menjelaskan tentang pendidikan Islam
bahwa:
Dengan demikian, hakikat tujuan dari manajemen SDM dalam kerangka pendidikan
Islam dapat diformulasikan dengan sebuah upaya mendayagunakan berbagai suber daya
(resources) baik itu sumber daya alam, sumber daya capital maupun sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan dalam pendidikan Islam secara efektif dan efisien baik
dalam aspek produktifitas maupun kepuasan sesuai dengan nilai-nilai yang dikandung
dalam Islam.
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena selalu menarik, maka
masalahnya tidak pernah selesai dalam artia tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk
psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja
pertanyaan mengenai manusia.
Timbul pertanyaaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat sederhana,
tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang menjawab
pertanyaan tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang yang menitik beratkan
pada kemampuan manusia berpikir, memberi pengertian manusia adalah “animal
rasional”, “hayawan nathiq” “hewan berpikir”. Orang yang menitik beratkan pada
pembawaan kodrat manusia hidup bermasyarakat, memberi pengertian manusia adalah
“zoom politicon”, “homo socius”, “makhluk sosial”. Orang yang menitik beratkan pada
adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup, memberi pengertian manusia
adalah “homo economicus”, “makhluk ekonomi”. Orang yang menitik beratkan pada
keistimewaan manusia menggunakan simbul-simbul, memberi pengertian manusia
adalah “animal symbolicum”. Orang yang memandang manusia adalah makhluk yang
selalu membuat bentuk-bentuk baru dari bahan-bahan alam untuk mencukupkan
kebutuhan hidupnya, memberi pengertian manusia adalah “homo faber”, dan
seterusnya.[34] Untuk mengaktualisasikan potensi di atas, dibutuhkan kemampuan dan
kualitas manusia yaitu kualitas iman, kualitas ilmu pengetahuan, dan kualitas amal saleh
untuk mampu mengolah dan mengfungsikan potensi yang diberikan Allah kepada
manusia tersebut.
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan,
baik satu ataupun banyak. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan
berbeda dengan kulit binatang yang lain”. Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 36
kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna [dual] untuk menunjukkan
manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.
Penggunaan kata basyar di sini “dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan
manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggungjawab. Dan karena itupula,
tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar [Q.S. al-Hijr: 28],[39] yang
menggunakan kata basyar, dan Q.S. al-Baqarah: 30[40] yang menggunakan kata
khalifah, yang keduanya mengandung pemberitahuan Allah kepada malaikat tentang
manusia.[41]
Dari pengertian insan dan basyar, manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah
dengan potensi fisik maupun psikis yang memiliki potensi untuk berkembang. Al-
Qur’an berulangkali mengangkat derajat manusia dan berulangkali pula merendahkan
derajat manusia. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan
para malaikat. Allah juga menetapkan bahwa manusia dijadikan-Nya sebagai makhluk
yang paling sempurna keadaannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain [Q.S.
At Tiin :4].[43] Allah sendirilah yang menciptakan manusia yang proporsional (adil)
susunannya [Q.S. Al Infithar: 7]. [44]
a). Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b). Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
c). Mereka yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d). Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e). Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati
g). Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
h). Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.
Kerja merupakan sebuah kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada
kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atau
prestasi atas kepentingan organisasi. Pada hakikatnya, bekerja adalah untuk memenuhi
kebutuhan atas motif tertentu. Ia dipandang sebagai penggerak atau pembangkit
perilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku.[45]
Berbagai teori motivasi kerja telah dikemukakan oleh para pakar manajemen. Menurut
Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-
tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau
didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu
dipenuhi. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan
dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting
hingga yang tidak terlalu krusial adalah sebagai berikut:
Dalam Pandangan Islam, kerja atau amal dapat diartikan dengan makna yang umum dan
makna yang khusus. Amal dengan makna umum adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Adapun kerja atau amal dengan maknanya yang khusus adalah melakukan pekerjaan
atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak bagi proses kegiatan
ekonomi seluruhnya. Kerja dalam makna yang khusus menurut Islam terbahagi kepada:
Islam datang dengan membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia ntuk
memperjuangkannya hingga menggapai tujuan. Namun, itu tidak dapat terlaksana
dengan sendirinya, kecuali melalui perjuangan dan kesungguhan. Istilah Al Qur’an
untuk menunjukkan perjuangan dan kesungguhan adalah kata jihad dengan makna yang
luas.
Jihad menurut Quraish Shihab selain dimaknai sebagai cara yang ditetapkan Allah
untuk menguji manusia, juga mengandung makna “kemampuan” yang menuntut sang
mujahid mengeluarkan semua daya dan kemampuannya demi mencapai tujuan. Karena
itu, jihad adalah pengorbanan, dan dengan demikian sang mujahid tidak menuntut atau
mengambil, tetapi memberi semua daya yang dimilikinya. Ketika memberi, dia tidak
berhenti sebelum tujuannya tercapai.[46]
Karena jihad adalah perwujudan kepribadian, aktualisasi diri, maka tidak pernah
dibenarkan jihad yang bertentanggan dengan fitrah kemanusiaan. Bahkan, jika jihad
diperunakan untuk berbuat kebatilan, maka harus di tolak bahkan oleh kedua orang tua
kita. Hal ini sebagaimana dalam Q.S. Luqman: 15.[47]
Hal yang paling mendasar terkait dengan jihad atau sebuah upaya untuk mencapai
tujuan menurut prespektif Islam adalah PASTI akan diberi petunjuk dan jalan untuk
mencapai cita-cita dan tujuan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al
Ankabut :69
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan
kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.
Terahir dan yang paling penting dari segalanya adalah bahwa jihad yang didalamnya
juga adalah hakkat kerja harus dilakukan karena Allah serta dalam redaksi yang lebih
tepat adalah jihad fi sabilillah. Sebagaimana tertuang dalam Q.S. Al Hajj: 78:
78. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia
Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik
pelindung dan sebaik- baik penolong.
[993] Maksudnya: dalam kitab-kitab yang Telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum
nabi Muhammad s.a.w.
Hal ini sesuai dengan hadits Rasul terkait dengan niat sebagai langkah awal dalam
melakukan aktifitas yang diriwayatkan oleh Abi Hafs sebagai berikut:
: ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُوْ ُل ُ َس ِمع: ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل
ِ ب َر ِ ص ُع َم َر ْب ِن ْالخَطَّا ٍ ع َْن أَ ِمي ِْر ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ أَبِ ْي َح ْف
َ
ُ س ْولِ ِه ف ِه ْج َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َر
ْ َو َمن،س ْولِ ِه َ
ُ ف َمنْ َكانَتْ ِه ْج َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َر. ئ َما نَ َوى ٍ ت َوإِنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِرِ إِنَّ َما ْاألَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا
[رواه إماما المحدثين أبو عبد هللا محمد بن. َاج َر إِلَ ْي ِه َ ص ْيبُ َها أَ ْو ا ْم َرأَ ٍة يَ ْن ِك ُح َها فَ ِه ْج َرتُهُ إِلَى َما ه ِ َُكانَتْ ِه ْج َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي
إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري
]في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan
apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.
Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita
yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia
niatkan. (Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim
bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj
bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab
yang paling shahih yang pernah dikarang) .
Dengan demikian, hakikat kerja dalam MSDM dalam pandangan Islam adalah sebuah
upaya untuk mencapai tujuan yang tertinggi, yakni fi sabilillah dengan tidak mengenal
menyerah, putus asa untuk menggapai kebahagiaan.[48] Ia merupakan jalan untuk
menggapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Namun, jihad tidak dapat dilakukan tanpa
modal, karena itu jihad harus disesuaikan dengan modal yang dimiliki untuk mencapai
tujuan. Jihad menjadi titik tolak segala upaya, karena jihad adalah puncak aktivitas.
Jihad bermula dari upaya mewujudkan jati diri yang bermula dari kesadaran.
C. Kesimpulan
Falsafah MSDM dalam pendidikan Islam terbagi dalam 3 kategiri utama, yakni tentang
hakikat tujuan, hakikat manusia dan hakikat kerja. Hakikat tujuan MSDM adalah
sebuah upaya mendayagunakan berbagai sumber daya (resources) untuk mencapai
tujuan dalam pendidikan Islam secara efektif dan efisien baik dalam aspek produktifitas
maupun kepuasan sesuai dengan nilai-nilai yang dikandung dalam Islam.
Begitu pula dengan hakikat manusia yang lebih mengedepankan bahwa manusia adalah
mahluk yang dituntut untuk melakukan 2 hal, yakni sebagai ‘abddullah dan sebagai
manajer (khalifah) untuk mengelola semua sumber daya (resources) yang ada. Serta
hakikat kerja dalam pandangan Islam lebhi sebagai jalan untuk menggapai kebahagiaan,
bukan pada tujuan. Karea ia sebagai jalan, maka konsekwensi logisnya, hasil yang
diharapkan akan diserahkan sepenuhnya pada Sang Penentu, Allah Tuhan semesta
Alam. Tugas manusia (manajer) adalah mengusahakannya dengan memaksimalkan
semua sumber daya yang ada.