Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Dalam Pendidikan

Dosen Pengampu: Farid Wajdi, M.MPd

Disusun Oleh :

Dias Ayu

Fiki Amali

Suhandi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Saw. yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Kepemimpinan Dalam Pendidikan.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Bapak Farid Wajdi, M.MPd. yang telah memberikan bimbingan dalam
menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Cirebon, Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
A. Tipe-Tipe Kepemimpinan............................................................... 5
B. Gaya-Gaya Kepemimpinan............................................................. 10

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15

A. Kesimpulan..................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sudah diketahui bahwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan
sangat diperlukan didalam manajemen pendidikan karena pada dasarnya
setiap instansi atau lembaga pendidikan diperlukan sebuah figur seorang
pemimpin. Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa
perkataan khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu. Dalam kegiatannya bahwa
pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi
bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada
tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan
bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat
dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Kepemimpinan dalam pendidikan merupakan syarat utama dalam upaya
menuju dan meraih tujuan pendidikan. Mustahil tercapai sebuah usaha
pendidikan terutama pada lembaga pendidikan, jika mengabaikan faktor
kepemimpinan. Jika pemimpin pada institusi atau lembaga pendidikan dapat
memegang peran dan menjalankan tugasnya minimal sesuai dengan AD
ART, maka harapan berhasilnya dapatlah dinantikan. Sangat berbeda jika
seorang pemimpin tidak seperti yang diharapkan oleh institusi yang
dipimpinya.
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi
pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya
ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang
semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran
itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan
kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya
tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan
pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen

3
pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tipe dalam kepemimpinan?
2. Bagaimana gaya dalam kepemimpinan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui gaya-gaya kepemimpinan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tipe Kepemimpinan
Pendidikan islam memiliki peranan yang sangat strategis dalam membina
kepribadian anak bangsa. Jika kita amati sekilas saja, maka kita akan
menemukan titik kesimpulan bahwa segala kegiatan dalam pendidikan islam
menjadi ujung tombak dalam terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Yaitu
“Berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakea kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulya, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.”
Keberhasilan tujuan pendidikan juga berbanding lurus dengan iklim
penyelenggara pendidikan. Lembaga pendidikan adalah wadah atau sebuah
komunitas, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen mulai dari
kepala hingga wali murid atau komite sekolah. Unsur-unsur dalam lembaga
pendidikan tersebut berinteraksi satu sama lain dalam sebuah aktifitas yang
terorganisir menuju pada satu titik visi dan misi yang sama dan searah
dengan tujuan pendidikan. Jika roda organisasi pada lembaga pendidikan
berjalan dengan baik, maka hal tersebut memberikan dampak positif
terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Dan begitu pula sebaliknya, jika
roda organisasi lembaga pendidikan terjadi beberapa persoalan yang tidak
mendapatkan solusi, maka dampak yang buruk juga akan menghalangi
tujuan pendidikan.
Oleh sebab itu, pemimpin yang ideal menjadi sebuah keharusan bagi
lembaga pendidikan Islam. Laeder dan manager pendidikan memiliki tugas
penting dalam mengatur perputaran roda organisasi lembaga. Perjalanan
managerial lembaga pendidikan harus berjalan dengan sebaik-baiknya, agar
pencapaian visi dan misi pendidikan dapat maksimal dan sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.
Pada kenyataanya di hadapan kita terdapat beberapa tipe kepemimpinan.
Tipe atau model para pemimpin dalam mengarahkan anggotanya, oleh para

5
ahli teori kepemimpinan setidaknya disimpulkan menjadi 8 tipe
kepemimpinan.
1. Tipe Otoriter (semua bergantung pada pemimpin)
2. Tipe Laissez Faire (semua bergantung pada anggota/pemimpin yang
masa bodoh)
3. Tipe Demokratis (kerja sama pemimpin dan bawahan terjalin baik)
4. Tipe Pseudo Demokratis (tampaknya demokratis akan tetapi
hakikatnya otoriter atau demi kepentingan kelompok tertentu.
5. Tipe Karismatik (menonjolkan karisma diri sendiri)
6. Tipe Paternalistis (bersikap seakan-akan seorang bapak/ orang tua)
7. Tipe Militeristis (menyerupai militer)
8. Tipe Populistis (mengedepankan atau mengangkat tema-tema yang
populis).

Berikut ini penulis paparkan penjelasan dari tipe kepemimpinan tersebut.

1. Tipe otoriter
Kata otoriter biasa dipakai dalam dunia politik, birokrasi atau
pemerintahan. Otoriter berasal dari bahasa inggris authority, yang berarti
wibawa atau wewenang. Dan sebetulnya authority sendiri adalah turunan
dari bahasa latin auctoritas.Dalam arti ini, pemimpin otoriter adalah
seorang pemimpin yang mengedepankan wibawa dan kekuasaanya secara
mutlak untuk mengatur para bawahanya. Dia memiliki kepercayaan diri
yang sangat tinggi sehingga tidak memberi celah dan ruang gerak kepada
orang lain untuk ikut mewarnai organisasi dan lembaga yang dipimpinya.
Dalam tipe kepemimpinan semacam ini, pemimpin lebih bersifat ingin
berkuasa, suasana disekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak
memberi kebebasan kepada anggota untuk ikut ambil bagian dalam
memutuskan persoalan.
Sebuah sekolah yang memiki kepala sekolah bertipe otoriter maka
semua civitas akademika sekolah tidak diberi peran apapun. Segala
keputusan hanya diputuskan sesuai dengan keputusan kepala sekolah.
Rapat-rapat dinas hanya bersifat menyampaikan informasi dari ketetapan
yang diambil oleh kepala sekolah. Civitas akademika sekolah seluruhnya

6
hanya menjadi pengamat dan pelaksana dari keputusan kepala sekolah,
tanpa diberi hak untuk mengungkapkan pendapat dan tanpa diberi celah
untuk memberi sumbangsih pemikiran.
2. Tipe Laissez Faire
Laissez faire adalah sebuah frasa dari bahasa perancis yang berarti
“biarkan terjadi”. Istilah ini muncul pertama kali dari diksi perancis yang
digunakan para psiokrat pada abad ke-18, sebagai bentuk perlawanan
terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan. Pada perkembangan
masa, istilah Laissez faire juga digunakan dalam istilah ekonomi yang
menhendaki kebebasan pasar untuk mengatur perjalanan pasar itu sendiri
tanpa ada campur tangan pemerintah. Di negara kita dikenal dengan
istilah pasar bebas.
Laissez faire juga dipinjam sebagai istilah yang menggambarkan tipe
kepemimpinan. Yakni sifat kepemimpinan yang seolah-olah tidak
tampak peran dan eksistensinya. Sebab tipe ini pemimpin memberi
keleluasaan penuh kepada para anggotanya untuk melaksanakan
tugasnya. Atau secara tidak langsung, peraturan, kebijaksanaan (policy)
suatu institusi berada di tangan anggota.
Jika institusi pendidikan dipimpin oleh kepala sekolah yang memiliki
tipe Laissez faire, maka segala kegiatan sekolah baik kokurikuler
maupun ekstra kurikuler dapat berjalan normal dan independen tanpa ada
komando langsung dari kepala sekolah. Semua berjalan normal sesuai
dengan planing yang telah disusun dan disepakati. Dan kepala sekolah
cukup menerima laporan dari komponen sruktur keorganisasian, dan
sesekali juga ikut dalam memantau kagiatan secara langsung.
3. Tipe Demokratis
Kata ini berasal dari bahasa Yunani demokratia, demos berarti rakyat
dan kratos artinya kekuasaan. Jadi demokrasi berarti kekuasaan berada di
tangan rakyat atau anggota. Sedangkan orang yang memiliki sifat atau
perilaku demokrasi disebut dengan demokratis. Pemimpin lembaga yang
demokratis mengarah pada sosok pemimpin yang memberikan kekuasaan

7
kepada para anggota untuk ikut berpartisipasi dalam menjalankan visi
dan misi organisasi.
Dalam tipe kepemimpinan demokratis seorang pemimpin selalu
mengikut sertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil suatu
keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian akan selalu
menghargai pendapat atau kreasi anggotanya/ guru-guru yang ada di
bawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Sesuai dengan asas dari
demokrasi itu sendiri, seorang pemimpin yang demokratis lebih sering
berinteraksi dengan bahawanya. Interaksi tersebut lebih bersifat dialogis
bukan merupakan sebuah intervensi atau mendikte anggotanya.
Pemimpin yang demokratis selalu menampung saran dan usulan dari
anggotanya, demi kemajuan dan perkembangan instansi. Usulan dan
saran tersebut ditampung dan pada langkah selanjutnya adalah diflorkan
kembali kepada para anggota terkait dengan prioritas usulan dan saran
yang harus dan mungkin untuk di-flow up menjadi program kerja
instansi. Jika diperlukan, strategi yang relefan dalam mengaplikasikan
visi dan misi instansi juga sering dijadikan bahan diskusi antara
pemimpin yang demokratis.
4. Tipe Pseudo Demokratis
Pseudo demokratis adalah berasal dari dua kata dari bahasa inggris,
pseudo yang artinya palsu, berpura-pura atau gadungan. Sedangkan
demokrasi artinya adalah kekuasaan ditangan rakyat atau anggota. Jika
dua kata tersebut digabungkan menjadi pseudo demokratis berarti
berpura-pura demokratis atau demokrasi palsu, tidak sejatinya melakukan
tindakan-tindakan yang demokratis namun yang dilakukan adalah
tindakan-tindakan yang melenceng dari asas demokrasi, atau bahkan
tindakanya sangat bertentangan dengan demokrasi.
Pemimpin yang bertipe pseudo demokratis hanya tampaknya saja
bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya
jika ia punya ide-ide, pukuran, atau konsep yang akan diterapkan pada
instansinya, maka hal tersebut akan dimusyawarahlan dengan
bawahanya, tetapi situasinya diatur sedemikian rupa, sehingga pada

8
akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut
sebagai ide bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih
mengarah pada gaya dan bentuk otoriter yang halus, samar-samar,
bahkan tanpa disadari bahwa tindakan tersebut bukan tindakan pemimpin
yang demokratis.
5. Tipe Karismatik
Dalam kepemimpinan karismatik, pemimpin dianggap memiliki
energi, daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa untuk memengaruhi
orang lain sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya
dan pengawal-pengawal yang dapat dipercaya. Sampai sekarang pun
orang tidak mengetahui secara pasti mengapa orang bisa memiliki
kharisma yang sangat besar. Dia dianggap memiliki kekuatan gaib
(supernatural power) dan kekuatan kekuatan yang superhuman. Yang
diperoleh dari yang Maha Kuasa.
6. Tipe Paternalistis
Paternalistis adalah tipe kepemimpinan kebapakan. Pemimpin yang
semacam ini dia memposisikan diri seakan lebih tua dan berpengalaman
dari pada para anggotanya. Semua anggota dianggap seolah-olah
anaknya sendiri yang masih belum cukup umur, belum dewasa dan
belum layak untuk dibiarkan bekerja sendiri. Ada ciri-ciri khusus bagi
tipe kepemimpinan paternalistis yaitu:
a) Dia menganggap bawahanya manusia yang tidak/ belum dewasa, atau
anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan;
b) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective);
c) Jarang dia memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk
mengambil keputusan sendiri;
d) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk berinisiatif;
e) Selalu bersikap paling tahu dan paling benar.
7. Tipe militeristis
Tipe ini adalah pemimpin yang bersikap seolah-olah/ sok militer.
Hanya gaya luar saja dia meniru gaya militer, padahal jika diamati secara

9
seksama, dia justru jauh dari ruh dan nilai-nilai positif dari budaya dalam
militer. Seperti disiplin, tegas, konsisten dan berani karena benar dan
takut karena salah. Tipe ini lebih mirip dengan tipe otoriter yang telah
penulis paparkan sebelumnya. Sifat-sifat pemimpin yang militerisme
antara lain:
a) Lebih menggunakan sistem perintah/ komando;
b) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan;
c) Menyenangi formalitas, upacara ritual dan tanda kebesaran lainya;
d) Tidak menghendaki saran dari bawahanya;
e) Komunikasi hanya berlangsung searah.
8. Tipe populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya the third wold mendefinisikan
kepemimpinan populustis sebagai kepemimpinan yang dapat
membangun solidaritas rakyat, misalnya Soekarno dengan ideologi
marhaenisme-nya, yang menekankan masalah kesatuan nasional,
nasionalisme, dan sikap berhati-hati terhadap kolonisalisme, penindasan,
pengisapan serta penguasaan oleh kekuatan asing.
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional. Juga, kurang mempercayai bantuan serta
dukungan dari luar institusi. Dia lebih percaya dengan potensi institusi
sendiri, serta dengan mengembangkan potensi yang ada, tanpa ada
campur tangan orang luar, atau institusi lain.
Dari kedelapan tipe di atas, masih ada beberapa tipe kemimpinan lagi yang
disebutkan oleh para pakar kepemimpinan dan manajemen.

B. Gaya Kepemimpinan
Dalam memimpin instansi pendidikan, pemimpin lembaga pendidikan
terutama pendidikan islam, dapat menerapkan paling tidak dua gaya dalam
kepemimpinan. Yang pertama adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada tugas, kedua gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan
antarmanusia.

10
Pertama adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, yaitu
kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian pada penyusunan rencana
kerja, penetapan pola organisasi, adanya saluran komunikasi, metode kerja,
dan prosedur pencapaian tujuan yang jelas. Gaya kepemimpinan yang
pertama ini merupakan gaya pemimpin yang terlalu prosedural,
organisatoris dan formal. Kecenderungan pemimpin semacam ini adalah
penekanan kepada tugas, prosedur kerja dan hal-hal yang berkaitan dengan
kemanagerialan anshich. Dia kurang begitu menaruh perhatian pada
keadaan anggota, reward bagi yang berprestasi ataupun punisment bagi anak
buah yang melanggar aturan biasanya mendapat perhatian yang minimal.
Sehingga bagi anak buah yang memiliki etos kerja tinggi akan merasa
kurang mendapatkan perhatian, dan yang bekerja asal-asalan justru
mendapatkan angin segar.
Kedua adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan
manusia. Yaitu kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian kepada
perilaku pemimpin yang mengarah pada hubungan kesejawatan, saling
mempercayai, saling menghargai, dan penuh kehangatan hubungan antara
pemimpin dan stafnya. Gaya kepemimpinan yang kedua ini lebih menaruh
perhatian yang banyak kepada anak buahnya. Jika seorang kepala sekolah,
maka guru maupun karyawan akan merasa lebih dekat dengan kepala
sekolah. Guru dan karyawan yang berprestasi akan lebih semangat lagi
dalam bekerja, sebab mendapat perhatian penuh dari pimpinan/ kepala
sekolah. Sebaliknya bagi karyawan dan guru yang memiliki etos kerja
rendah, akan merasa sungkan terhadap pimpinan atau teman yang lain.
Karena secara sistematis dan terprogram. Meraka yang kurang aktif akan
selalu mendapatkan memo ataupun teguran-teguran, sampai mereka mampu
memperbaiki diri.
Dalam proses kepemimpinan, seorang pemimpin akan menerapkan
beberapa gaya dalam kepemimpinan. Tentunya gaya tersebut akan
berpengaruhdalam organisasi atau instansi yang dipimpinnya. Gaya
kepemimpinan yang muncul dalam proses kepemimpinan antara lain:
1. Gaya Persuasif

11
Yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang mengubah
perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan
2. Gaya Represif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan atau
ancaman sehingga bawahan merasa ketakutan.
3. Gaya Partisipatif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk ikut serta secara aktif baik menata fisik, spritual maupun
material dalam kiprahnya untuk perusahaan. Penerapan gaya ini adalah
sedikit dalam memberi pangarahan, dia hanya memberi sedikit
infiormasi, kemudian untuk sejanjutnya anggotalah yang
mengembangkan langkah-langkah dan solusi. Adapun ciri gaya
kepemimpinan partisipatif adalah:
a) Komunikasi dua arah
b) Mendorong bawahan untuk berpartisipasi penuh
c) Melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan
d) Anggota memiliki potensi dari sedang sampai tinggi
4. Gaya Inovatif
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara selalu berusaha keras untuk
mewujudkan usaha-usaha pembaharuan di segala aspek/bidang.
5. Gaya Investigatif
Gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan
rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya yang mengakibatakan
kreatifitas, inovasi serta inisiatif dari bawahan kurang berkembang
karena bawahan takut akan kesalahan.
6. Gaya Inspektif
Yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya
protokoler. Kepemimpinan dengan gaya ini menuntut penghormatan
bawahan atau pemimpin senang apabila dihormati.
7. Gaya Motivasif
Yaitu pemimpin dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya,
program-program dan kebijakan kepada bawahan dengan baik.

12
Komunikasi tersebut membuat segala ide dan kebijakan dipahami oleh
bawahan sehingga bawahan mau melaksanakan hal tersebut.
8. Gaya Naratif
Yaitu pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan dengan apa
yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara
sedikit bekerja.
9. Gaya Edukatif
Yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan
cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehinga
bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik
dari hari ke hari, sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif tidak
akan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangkan
pendidikan dan keterampilan.
10. Gaya Restrogresif
Yaitu pemimpin yang tidak suka melihat bawahan yang memiliki
kemajuan melebihi dirinya. Untuk itu, ia selalu menghalangi bawahan
untuk mengembangkan pendidikan dan keterampilan. Dengan kata lain
pemimpin restrogresif sanagt senang melihat bawahan selalu
terbelakang dan bodoh.
11. Gaya instruktif
Penerapannya pada pegawai yang masih baru atau baru saja bertugas.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan instruktif adalah:
a) Memberikan pengarahan secara mendetail tentang apa, kapan dan
bagaimana tugas itu dilaksanakan;
b) Tingkat direktif tinggi
c) Kadar semangat rendah
d) Membutuhkan pengawasan yang tinggi
e) Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai
f) Kurang dapat memotivasi pegawai
g) Tingkat kemampuan pegawai rendah
12. Gaya konsultatif

13
Penerapan gaya ini adalah jika bawaahan memiliki kemampuan tinggi
namun sebagian rendah. Ciri-ciri gaya konsultatif adalah:
a) Kadar direktif rendah
b) Memilikisemangat yang tinggi
c) Komunikasi timbal balik
d) Memerlukan pengarahan yang spesifik
e) Tanggungjawab diberikan kepada bawahan secara bertahap
f) Bawahan mulai tingkat rendah sampai sedang
13. Gaya delegatif
Gaya kepemimpinan ini dapat diterapkan pada karyawan dan anggota
yang memiliki potensi dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri gaya
delegatif adalah:
a) Memberikan pengarahan jika diperlukan saja
b) Memberi semangat bawahan dianggap tidak perlu
c) Segala tanggung jawab diserahkan kepada bawahan
d) Sesekali perlu memberi motivasi
e) Tingkat kematangan bawahan tinggi

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses pendidikan termasuk
pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepemimpinan pendidikan adalah
pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih secara langsung,
ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.
Dengan mengetahui tipe-tipe dan gaya dari kepemimpinan pendidikan
yang telah diuraikan, maka kita bisa merumuskan bagaimana cara
memanajemen kepemimpinan pendidikan. Selain itu, kepemimpinan
pendidikan juga sangat penting untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari terutama bagi para pengemban profesi kependidikan, karena dalam
sebuah lembaga pendidikan sosok pemimpin itu sangat dibutuhkan sebagai
organisator dalam mendukung kesuksesan tercapainya sebuah tujuan
lembaga pendidikan.
Tipe atau model para pemimpin dalam mengarahkan anggotanya, oleh
para ahli teori kepemimpinan setidaknya disimpulkan menjadi 8 tipe
kepemimpinan. Yaitu: Tipe Otoriter, Tipe Laissez Faire, Tipe Demokratis,
Tipe Pseudo Demokratis, Tipe Karismatik, Tipe Paternalistis, Tipe
Militeristis, dan Tipe Populistis.
Ada setidaknya dua gaya kepemimpinan, pertama gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada hubungan manusia.

B. Saran
Karakteristik dan tipe-tipe kepemimpinan yang telah dipaparkan diatas
harapannya dapat diterapkan dalam diri setiap individu, sehingga dalam diri
setiap individu akan tertanam rasa kepemimpinan, sehingga menuntun
setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap segala hal yang terjadi
dalam kehidupannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin & Unirso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan


Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruz Media. 2012

Danim, Sudarwan. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010.

http://menzour.blogspot.com/

http://manajemenleadership.blogspot.com/

16

Anda mungkin juga menyukai