Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam Berbasis
Masyarakat dan Sekolah
BOOK CHAPTER
PENULIS
Sodiah
Ulfah Rahmawati
Moh. Miftachul Choiri
Muhamad Riyad, Ajun Rois
Masdudi
Nurlina
Desain Cover :
Siti Nursiah
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikun warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga Book Chapter dengan judul Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam Berbasis Masyarakat dan Sekolah telah terbit. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Book chapter ini merupakan kompilasi dari beberapa karya ilmiah. Secara
garis besar, cakupan materi yang ada di Book Chapter ini meliputi: 1. Konsep
dasar manajemen lembaga pendidikan Islam, 2. Konsep manajemen pendidikan,
3. Implementasi manajemen berbasis masyarakat dan sekolah, 4. Bagaimana
keberadaan pendidikan berbasis masyarakat dan sekolah ditengah dunia modern
yang penuh dengan lembaga-lembaga formal pendidikan, disertai dengan ulasan
tentang pendidikan masyarakat dari sudut pandang Islam berdasarkan pada fakta
historis maupun normatif, dan pembahasan-pembahasan lainnya yang berkaitan.
Editor,
Siti Nursiah
PRAKATA
Book chapter ini terdiri atas tujuh bab, yang ditulis oleh: Sodiah, Ulfah
Rahmawati, Moh. Miftachul Choiri, Muhamad Riyad dan Ajun Rois, Masdudi,
dan Nurlina. Materi yang dibahas dalam book chapter ini secara garis besar
membahas 1. Konsep dasar manajemen lembaga pendidikan Islam, 2. Konsep
manajemen pendidikan, 3. Implementasi manajemen berbasis masyarakat dan
sekolah, 4. Bagaimana keberadaan pendidikan berbasis masyarakat dan sekolah
ditengah dunia modern yang penuh dengan lembaga-lembaga formal pendidikan,
disertai dengan ulasan tentang pendidikan masyarakat dari sudut pandang Islam
berdasarkan pada fakta historis maupun normatif, dan pembahasan-pembahasan
lainnya yang berkaitan. Ketujuh bab tersebut konten dan konteknya berbasis
penelitian, sehingga tidak hanya bersifat konseptual, namun telah diuji secara
empiris.
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
PRAKATA...........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Berbasis Masyarakat dan Sekolah........
Sodiah
BAB II
Pesantren: Lembaga Pendidikan Berbasis Masyarakat........................................3
Ulfah Rahmawati
BAB III
Pemberdayaan Madrasah dan Pendidikan Berbasis Masyarakat.........................21
Moh. Miftachul Choiri
BAB IV
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Agama Islam.......................................................................................
Muhamad Riyad, Ajun Rois
BAB V
Demokratisasi Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat...............................
Masdudi
BAB VI
Peran Masyarakat Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Madrasah........
Nurlina
BAB I
MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM BERBASIS MASYARAKAT
DAN SEKOLAH
Sodiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’izhah Merlung Jambi, Indonesia
Sodiah396@gmail.com
PENDAHULUAN
Kebijakan reformasi telah mengubah sistem pendidikan yang sentralisasi
menjadi desentral- isasi. Hal ini berdampak pada semakin terbukanya kebebasan
yang dimiliki masyarakat untuk merancang dan melaksanakan pendidikan sesuai
kebutuhan sendiri. Akibatnya, upaya- upaya menyelenggarakan manajemen
pendidikan berbasis masyarakat (society based management) dan manajemen
berbasis sekolah (school-based management) dewasa ini menjadi sebuah
kebutuhan di tengah era desentralisasi.
PENTINGNYA PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
Manajemen dalam Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan tidak
boleh dilakukan secara asal-asalan (Hafifuddin dan Tanjung, 2003, p. 1). Arti
pentingnya manajemen bagi umat muslim sebagaimana Imam Al Fakh Al Razi
dalam Veithzal mengatakan bahwa hidup adalah nik- mat pertama yang
dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sebelum nikmat lainnya termasuk
nikmat iman karena tanpa kehidupan nikmat lain tak bisa diperoleh. Karena itulah
maka nikmat hidup harus disyukuri dengan memberdayakannya dan dikelola
secara baik sehingga memiliki makna dan nilai positif semaksimal mungkin
(Zainal, 2013, p.135).
Manajemen Pendidikan
a. Masyarakat orang tua siswa: orang tua memiliki anak yang sedang
sekolah.
b. Masyarakat yang terorganisasi: kelompok organisasi bisnis, politik, sosial,
keagamaan, dan sebagainya.
c. Masyarakat secara luas: pribadi-pribadi dan masyarakat secara umum.
Masyarakat sebagai sumber artinya banyak hal yang dapat diambil dari
masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Meskipun masyarakat punah, tetapi
peninggalan mereka dapat diambil baik ilmunya, kebudayaannya, dan sebagainya.
Masyarakat sebagai pelaku pendidikan artinya baik perorangan atau kelompok
bertindak selaku pembelajar. Masyarakat sebagai pelaksana pendidikan
melakukan kegiatan penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan yang bertugas
membuat peraturan perundang-undangan, merumuskan, menetapkan, dan
melaksanakan kebijakan pembinaan di bidang pendidikan.
Masyarakat sebagai pengguna hasil pendi- dikan yaitu bentuk lulusan yang
akan menerap- kan ilmu yang telah mereka peroleh di lembaga pendidikan dalam
dunia kerja. Baik pemerintah, industri, perusahaan, dan lainnya sebagai pengguna
pendidikan, akan merasakan akibat pendidikan jika tidak bermutu. Oleh karena itu
harus ada kesesuaian antara program layanan pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat melalui kerjasama.
a. Layanan masyarakat.
Mempelajari kebutuhan masyarakat dan melihat apa yang bisa diperbuat
lembaga pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang
akhirnya dapat melayani kebutuhan mereka.
b. Program pemanfaatan alumni sekolah
Para senior sekolah dapat dilibatkan dalam kegiatan sekolah, mislanya
menjadi pembicara kegiatan seminar di sekolah, keberhasilannya dalam
menemph karir dapat diinformasikan kepada siswa sebagai motivasi.
c. Masyarakat sebagai model
Masyarakat sebagai model yang di contoh siswa di sekolah, terutama
masyarakat yang berhasil dalam kehidupannya.
d. Open house
Lembaga pendidikan secara terbuka bersedia untuk diobservasi oleh
masyarakat. Masyarakat dapat melihat secara langsung proses dan sarana
di lembaga pendidikan. Agar masyarakat mengetahui apa dan bagaimana
penyelengaraan pendidikan di lembaga tersebut.
e. Pemberian kesempatan kepada masyarakat.
Masyarakat dapat dengan suka rela membantu kegiatan di lembaga
pendidikan.
f. Pengiriman pembaca
Anggota staf di lembaga pendidikan yang berminat diberi ke-sempatan
untuk mempromosikan program dan prestasi lembaga pendidikan ke
masyarakat pengguna lulusan atau calon siswa.
g. Masyarakat sebagai sumber infor-masi
Pihak lembaga pendidikan mena-nyakan kepada masyarakat tentang isu-
isu yang hangat dan di buat rekomendasinya untuk pengem-bangan
lembaga.
h. Diskusi panel
Siswa, orang tua, staf, dan pekerja yang lain mengadakan pertemuan untuk
menindaklanjuti kegiatan hubungan lembaga pendidikan dengan
masyarakat agar semua usaha yang dilakukan dapat diarasakan
manfaatnya.
a. Adanya political will dari pengambil kebijakan yang dapat dijadikan dasar
hukum bagi sekolah
b. Finansial atau keuangan yang memadai
c. Sumber daya manusia yang tersedia
d. Budaya sekolah
e. Kepemimpinan
f. Keorganisasian sekolah.
SIMPULAN
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen lembaga pendidikan Islam
merupakan upaya pemberdayaan masya-rakat, yang berarti mengikut sertakan
masyarakat dalam perencanaan, pelak-sanaan dan pengawasan. Masyarakat perlu
membantu penyelenggaraan pendidikan agar permasalahan dilapangan dapat
diatasi dan pelaksanaan proses berjalan lancar sehingga kualitas pendidikan dapat
meningkat. Pengelola pendidikan perlu melibatkan semua unsur yang ada di
sekolah dan masyarakat termasuk perusahaan, lembaga agama, dan lainnya.
Masyarakat memiliki otoritas dalam mengambil keputusan dan menentukan
tujuan lembaga pendidikan Islam melalui kerja sama yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hermawan, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, cet.9.
Jakarta: Univ.terbuka. 2008.
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta:
Gema Insani. 2003.
Ulfah Rahmawati
STAIN KUDUS, Jawa Tengah, Indonesia
Fahrahma@gmail.com
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) Bangsa Indonesia. Pendidikan menjadi sarana bagi
pembentukan intelektualitas, bakat, akhlak serta kecakapan peserta didik. Dunia
pendidikan di masa depan memang dituntut untuk lebih dekat dengan realitas dan
permasalahan hidup di tengah menghimpit masyarakat. Ungkapan School is
mirror society (sekolah/ lembaga pendidikan adalah cermin masyarakat),
seyogyanya benar-benar mewarnai proses pendidikan yang sedang berlangsung.
Sebagai konsekuensinya, lembaga pendidikan harus ikut berperan aktif dalam
memecahkan problem pendidikan dan kehidupan sosial.
PENTINGNYA PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
Pesantren juga memiliki jaringan sosial yang kuat dengan masyarakat dan
dengan sesama pesantren karena sebagian besar pengasuh pesantren tidak saja
terikat pada kesamaan pola pikir, paham keagamaan, namun juga memiliki
hubungan kekerabatan yang cukup erat. Dinamika lembaga pendidikan Islam
yang relatif tua di Indonesia ini tampak dalam beberapa hal, seperti7pertama,
peningkatan secara kuantitas terhadap jumlah pesantren. Kedua, kemampuan
pesantren untuk selalu hidup di tengah-tengah masyarakat yang sedang
mengalami berbagai perubahan. Secara sosiologis, ini menunjukkan bahwa
pesantren masih memiliki fungsi nyata yang dibutuhkan masyarakat.
Analisis Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Berbasis
Masyarakat( Tinjauan Pasal 1 ayat 4 PP Nomor 55 Tahun 2007 Tentang
Pendidikan Agama Dan Pendidikan keagamaan)
a. Analisis Hukum
b. Analisis Agama
c. Analisis Politik
d. Analisis Pendidikan
e. Analisis Sosial
f. Analisis Budaya
Empat unsur penting isi dari rekomendasi pasal di atas, yang kemungkinan
akan terberdayakan, diantaranya adalah unsur Pendidik, Tenaga Pendidikan, dana,
dan Sarana prasarana
Pada pasal 26 Ayat 3, bahwa peserta didik dan atau pendidik memperoleh
pengakuan yang sama meskipun tidak memilki ijazah pendidikan formal, setelah
melalui uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat ini memberikan pengakuan terhadap alumni pesantren untuk menjadi
pendidik dalam mengajarkan ilmu agama pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan setelah mendapat pengakuan harus melalui uji kompetensi yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pengakuan terhadap ini tentu harus melalui
pengakuan surat bukti menamatkan pendidikan di pondok pesantren atau
ijazah/syahadah, jika ijazah yang dikeluarkan pesantren tidak mendapatkan
pengakuan, tentu ayat 3 PP nomor 55 Tahun 2007 hanya ada dalam aturan tetapi
tidak aplikatif.
Dari pasal ini kita harapkan akan menghapus Kekhawatiran banyak tokoh
yang pesimis akan disahkannya PP 55 2007 ini, bakal akan mereduksi karakter
dan ciri khas pesantren akan terjawab oleh isi pasal 12 ini, yang menyuratkan
perlindungan penuh dari pemerintah. Melihat pelaksanaan pendidikan pesantren
selama ini, hal-hal yang prinsipil-pun tidak ada yang bertentangan dengan produk
hukum pemerintah apapun namanya. Bahkan berjalan seiring dengan tujuan suci
pendidikan nasional kita. Kalaupun ada sedikit pergeseran itu wajar, sebagai
konsekwensi logis dari perberlakuan peraturan baru. Dan pergeseran itupun
menjadi keniscayaan sebagai upaya perbaikan model pendidikan pesantren agar
tidak stagnan itu-itu saja yang terkesan jalan di tempat. Tuntutan zaman saat ini-
pun sepertinya meminta agar pesantren beserta lulusannya bisa berdiri sejajar
dengan lulusan darilembaga pendidikan lainnya.
Saran kebijakan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ali Riyadi, Pesantren dalam bingkai Politik Birokrasi Pendidikan Islam di
Indonesia, Vol.23 No.1 Januari 2012.
Sam M.Chan, Tuti T. Sam, Analisi SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi
Daerah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
PENDAHULUAN
Era otonomi pendidikan memberikan peluang besar bagi perbaikan tata
kelola madrasah melalui peningkatan partisipasi masyarakat. Namun demikian
nampaknya madrasah belum sepenuhnya mampu memaksimalkan peluang
tersebut. Problem kurangnya kemitraan dialami oleh masyarakat pengelola
madrasah. Madrasah kurang mampu mendinamisasi partisipasi masyakarat
setempat agar ada rasa kepedulian dalam mengembangkan dan memajukan
madrasah. Padahal dengan adanya partisipasi masyarakat diharapkan kualitas,
akuntabilitas, relevansi program- program pendidikan yang didesain dan
diselenggarakan oleh madrasah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Menurut H.A.R Tilaar (2004: 22) dalam era desentralisasi sudah saatnya
satuan pendidikan didekatkan dengan masyarakat sekitarnya, masyarakat
pengguna jasa layanan pendidikannya. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan
keterlibatan masyarakat dalam praksis pendidikan dikenal dengan community
based education (CBE). Partisipasi masyarakat, tokoh masyarakat dan dunia
industri untuk memberi feedback, membina dan mengawasi lembaga pendidikan
yang ada di sekitarnya. Keterlibatan masyarakat dalam mengontrol praksis
pendidikan sangat penting untuk melihat, apakah praktek pendidikan yang
dilaksanakan oleh satuan-satuan pendidikan selama ini telah memenuhi kebutuhan
masyarakat atau belum? Apakah konstribusi masyarakat bagi perbaikan suatu
lembaga pendidikan? Sudahkah lembaga-lembaga pendidikan menjadikan
masyarakat sebagai sumber belajar, sehingga ketika anak didik telah selesai
menempuh program yang diselenggarakan satuan pendidikan dapat mengambil
peran dalam kehidupan bermasyarakat? Berbagai pertanyaan ini menarik untuk
diteliti, paling tidak untuk mengurai problem pendidikan dalam skala mikro pada
satuan pendidikan.
PENTINGNYA PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
2. Pandangan Mastuhu
Menurut Mastuhu (1999: 35), pemberdayaan madrasah dapat dilakukan
dengan cara melakukan perubahan paradigma. Paradigma yang
dimaksud disini adalah pemikiran yang terus-menerus dikembangkan
melalui pendidikan untuk merebut kembali ilmu
3. Pandangan Muhaimin.
Menurut Muhaiman (2005:183), pemberdayaan madrasah dapat
dilakukan dengan mengembangkan model kurikulum. Pengembangan
pendidikan di madrasah tidak dapat ditangani secara parsial tetapi
memerlukan pengembangan pemikiran yang utuh terutama ketika
dihadapkan pada kebijakan pembangunan nasional bidang pendidikan
yang mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia yang berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
jasa pendidikan di madrasah ibtidaiyah menaruh harapan besar pada institusi ini
untuk menghantarkan anak-anaknya menjadi generasi yang bermanfaat bagi
masyarakat dan kehidupan keluarganya. Selain karena adanya tuntutan
masyarakat pengguna jasa pendidikan di madrasah ibtidaiyah, Pemerintah
sebagai pemegang kebijakan pendidikan menerapkan berbagai peraturan terkait
dengan mutu pendidikan melalui Standar Nasional Pendidikan.
Sementara itu, menurut H.A.R. Tilaar (2004: 155) terdapat empat
bidang yang perlu mendapatkan prioritas bagi pemberdayaan madrasah sebagai
bagian dari sistem pendidikan Islam;
Penutup
Secara historis, kehadiran madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional
turut memberikan kontribusi nyata bagi terciptanya tujuan pendidikan nasional.
Namun demikian, madrasah masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan
yang secara nyata perlu pemecahan. Masih belum optimalnya pemanfaatan
sumber daya manusia yang dimiliki madrasah, minimnya jaringan kemitraan
yang dimiliki madrasah dan lemahnya kepemimpinan kepala madrasah
merupakan problem internal yang datang dari madrasah sendiri. Sementara itu
problem eksternalnya adalah pembinaan yang diberikan kepada madrasah
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum.
Oleh sebab itu, madrasah perlu diberdayakan sehingga memiliki kemampuan
untuk memperbaiki mutu pendidikannya secara mandiri.
Daftar Pustaka
Kotter, John. P & Cohen, S.. The heart of change. (Deloitte consulting
LLC, 2002) Mahfud, Sahal, Dinamika pesantren dan madrasah.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) Mastuhu. Memberdayakan sistem
pendidikan Islam. (Ciputat: Logos, 1999)