orang
melaksanakan
fungsi
manajerial
perencanaan,
rangkaian
kegiatan,
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
dan
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan
melalui
1 Harold Koontz and Heinz Weihrich. Essentials of Management, Fifth Edition, McGraw-Hill,
1990, hal. 4.
dapat diartikan sebagai sekolah umum yang berciri-khas Islam yang menjadi
bagian keseluruhan dari sistem pendidikan nasional.3
Sungguhpun secara teknis, yakni dalam proses belajar-mengajarnya secara
formal,
madrasah
tidak
berbeda
dengan
sekolah,
namun
di
3 H.A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung, Mizan, 1998, hal. 15
4 H.A. Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: LP3NI, 1998, hal. 112
5 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010. hal. 199.
Apakah SBM itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, dikemukakan di sini beberapa
definisi mengenai SBM dari para ahli sebagai berikut:
School-based management (SBM) is the application of modern business
management theory to the operation of a school system. It attempts to place
maximum responsibility for educational planning, accountability, and
management of personnel and resources with the staff in the individual school
buildings.6
Manajemen berbasis sekolah adalah penerapan teori manajemen bisnis modern
pada pelaksanaan sistem sekolah. Ia berusaha untuk menempatkan tanggung
jawab terbesar pada perencanaan pendidikan, akuntabilitas, dan manajemen
personil dan sumber daya dengan staf di gedung sekolah masing-masing.
Istilah Menejemen Berbasis Madrasah merupakan terjemahan dari Schoolbased management. Istilah itu pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika
masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat.
Implementasi MBM pada tingkat satuan pendidikan bukan sekedar luapan
semangat desentralisasi yang berlebihan. MBM dilaksanakan semata karena
berlandaskan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 51
ayat 1: Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis
secara
langsung
dalam
proses
pengambilan
keputusan
untuk
yang
memberikan
otonomi
lebih
besar
kepada
sekolah
dan
desentralisasi
keputusan
yang
terkait
dengan
kurikulum,
mengajar
3).
Kekuasaan:
desentralisasi
otoritas
(kewenangan)
untuk
membuat
keputusan.
4).
termasuk para pengembang profesional dalam hal yang terkait dengan belajarmengajar dan pendukung belajar-mengajar.
6).
7).
Sumber
daya
ditransformasikan
meliputi
ke
manusia,
dalam
modal
pembelajaran
dan
dan
sumber
lainnya
pengalaman
yang
kurikulum
siswa.11
Dengan
demikian,
mengembangkan
menjadi
rencana
pentinglah
pengembangan
bagi
sekolah
setiap
yang
sekolah
untuk
didasarkan
pada
Manajemen
Barbasis
Madrasah
tentunya
tidak
terlepas
dari
Sesuatu
yang
berpengaruh
sesuatu
dari
terhadap
hasil
berlangsungnya
proses
disebut
proses
output. Dalam
pengambilan
keputusan,
proses
yang
dimaksud
adalah
proses
Lingkungan dan iklim belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga
manajemen sekolah lebih efektif.
5.
6. Pertanggungjawaban
sekolah
terhdap
keberhasilan
program
yang
telah
dilaksanakan.
7. Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh
sekolah sesuai kebutuhan riil untuk meningkatkan mutu layanan belajar.
c. Output yang diharapkan
Pada dasarnya output yang diharapkan merupakan tujuan utama dari
penyelenggaraan pendidikan secara umum. Output pendidikan adalah merupakan
kinerja madrasah. Kinerja madrasah adalah prestasi madrasah yang dihasilkan
dari proses/ perilaku madrasah. Kinerja madrasah dapat diukur dari kualitas,
efektivitas, produktivitas, efesiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerja dan moral
kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output madrasah, dapat dijelaskan
bahwa output madrasah
dikatakan
berkualitas/bermutu
tinggi
jika
prestasi
(proses)
pengawasan.
Jika
seperti
ditinjau
dari
misalnya
segi
pola
perencanaan,
pelaksanaan
pelaksanaan,
manajemen
dan
maka
POLA BARU
Otonomi
Pengambilan keputusan
partisipasif
Ruang gerak luwes
Pendekatan profesional
Disentralistik
Motivasi
Deregulasi
Mempengaruhi
Mengarahkan
Menghindari resiko
Gunakan uang semuanya
Individual yang cerdas
Informasi terpribadi
Pendelegasian
Organisasi herarkhis
Memfasilitasi
Mengelola resiko
Gunakan uang seefesien
Teamwork yang cerdas
Informasi terbagi
Pemberdayaan
Organisasi datar
2. Aspek-aspek MBM
Berdasarkan otonomi pengelolaan pendidikan di lingkungan madrasah maka
peran pemerintah bergeser dari regulator menjadi fasilitator.
Keterlibatan
otonomi
yang
diberikan
pemerintah
kepada
madrasah
telah
(school-based
plan).
Kebutuhan
yang
dimaksud
misalnya,
3)
4)
5)
16 Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta : Kalam Mulia, 2003, hal. 141-143
10
6)
7)
sebuah
jembatan
penyeberangn
menuju
hasil
pendidikan
yang
madrasah
kecuali
yang
menyangkut
pengupahan/imbalan
jasa
dan
rekrutmen guru, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi diatasnya.19
e. Pengelolan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh madrasah, mulai dari
pengadan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini
didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling mengetahui kebutuhan
18Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Luar Biasa, 2008, hal. 7
19 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfa Beta, 2005, Cet-2, hal. 61
12
perlu
melakukan
strategi
pengelolaan
yang
dapat
memenuhi
kebutuhannya.
e. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan
keuangan,
sepantasnya
dilakukan
terutama
oleh
pengalokasian/penggunaan
Kepala
Madrasah
secara
uang
sudah
transparan
dan
bertanggungjawab. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa madrasahlah yang
paling
memahami
kebutuhannya
sehingga
desentralisasi
pengalokasian/
sudah
didesentralisasikan.
Karena
itu,
yang
diperlukan
adalah
sistem
MBM
madrasah
dituntut
secara
mandiri
menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun
pemerintah. MBM juga merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan
yang menawarkan kepada madrasah untuk menyediakan pendidikan yang lebih
baik dan memadai bagi siswa. Hal ini juga berpotensi untuk meningkatkan kinerja
staf, menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan
meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap pendidikan.
Pengertian MBM sebagai suatu konsep yang menempatkan kekuasaan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada
tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar. Kewenangan terhadap
14
pembelajaran
itu
sendiri
yaitu madrasah.
Di
samping
itu
untuk
dan
sesuai
dengan
kondisi
lingkunganIndonesia yang
memiliki
dan
individu
yang
peduli
terhadap
pendidikan,
khususnya
5.
6.
Memotivasi
timbulnya
pemikira-pemikiran
baru
dalam
mensukseskan
1.
2.
Meningkatkan
kepedulian
warga
madrasah
dan
masyarakat
dalam
4.
Meningkatkan
kompetisi
yang
sehat
mutu
demikian
dapat
dipahami
bahwa
sudah
jelas
secara
politis
mutu,
efisiensi
dan
pemerataan
pendidikan
agar
dapat
16
lain-lain. Jadi, otonomi pendidikan merupakan hal yang esensial bagi terciptanya
kebebasan
akademik.
Dengan
demikian,
manajemen
berbasis
madrasah
merupakan
unit
pengambilan
keputusan
penting
tentang
b.
c.
d.
e.
Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan
guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan
biaya program sekolah.
23Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen, Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005, hal. 96
18
tergantung
dengan
peran
seorang
kepala
madrasah. Ini
berarti,
pembelajaran,
dibidang
sarana
prasarana,
pengembangan
SDM,
dibidang prestasi akademik dan non akademik. Itulah tugas suci seorang kepala
24Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen, Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005 hal. 97
25Ibid
26 Thomas J. Sergiovanni. Educational Governance and Administration. New York: Prentice Hall Inc.
1987,
madrasah: menciptakan madrasah yang bermutu. Dewasa ini, salah satu aspek
yang paling lemah dalam dunia madrasah adalah aspek manajemen. Banyak guru
senior
yang
trampil
dan
berpengalaman
dalam
mengajar,
tetapi
miskin
teori
menyandang
manajemen
dua
pendidikan,
jabatan
penting
kepala
untuk
madrasah
menjamin
sebenarnya
kelangsungan
madrasah.
kepala
madrasah
Memanage berarti
bertanggung
mengatur
seluruh
jawab
potensi
seluruh
merencanakan
substansinya,
dan
memobilisasikan
mengevaluasi
program,
sumber
daya
melaksanakan
madrasah,
kurikulum
dan
keuangan,
melakukan
pelayanan
siswa,
mengelola
itu,
kepala
madrasah
bertanggung
jawab
terhadap
kualitas
27 HS. Hasibuan, Fungsi-fungsi Manajemen pada Madrasah, Padang: Makalah, Universitas Negeri
Padang, 2006, hal. 5
28 Ibid
29 Ibid
20
mengembangkan kinerja para guru dan pegawai, menjadi guru dan pegawai yang
profesional.
Dilain pihak, Fred Luthans (1995) mengemukakan lima jenis keterampilan yang
dibutuhkan oleh seorang manajer pendidikan, yang mencakup: (1) cultural
flexibility; (2) communication skills (3) human resources development skills;
(4) creativity; dan (5) self management of learning.30
1). cultural flexibility adalah keterampilan yang merujuk kepada kesadaran dan
kepekaan budaya, di mana seorang manajer dituntut untuk dapat menghargai
nilai keberagaman kultur yang ada di dalam madrasahnya. Sebagai manajer,
seorang kepala madrasah diharuskan untuk menghargai keberagaman kultur
yang tumbuh dari seluruh civitas madrasah, baik guru, tenaga administrasi, para
siswa dan masyarakat lainnya.31
2). communication skill adalah kemampuan dan keterampilan manajer untuk
berkomunikasi dalam bentuk lisan, tulisan maupun non verbal. Keterampilan
berkomunikasi penting dimiliki oleh seorang kepala madrasah, karena hampir
sebagian besar tugas dan pekerjaan kepala madrasah senantiasa melibatkan dan
berhubungan dengan orang lain. Komunikasi yang dilakukan, komunikasi efektif
untuk mempengaruhi para guru, pegawai, siswa dan orangtua untuk bersamasama mencapai tujuan dan keberhasilan madrasah.32
3). human resources development skills merupakan keterampilan manajer
yang berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning climate),
mendesain program pembelajaran dan pelatihan guru/pegawai, penilaian kinerja
guru/pegawai, penyediaan konseling karier, menciptakan perubahan organisasi,
dan penyesuaian bahan-bahan pembelajaran. Dalam perspektif kemadrasahan,
kepala madrasah diharuskan memiliki keterampilan untuk mengembangkan
seluruh sumber daya manusia yang tersedia di madrasahnya, agar mereka
30 SM. Nasution, Manejerial Kepala Sekolah, Padang: Makalah UNP, 2004, hal. 3
31 Ibid
32 Ibid
keterampilan
manajer
dalam
menciptakan
iklim
Keterampilan creativitytidak
hanya
berkenaan
dengan
kepada
kebutuhan
akan
belajar
yang
berkesinambungan
untuk
atau
kualitas
tertentu
yang
diperlukan
untuk
melakukan
organizing
(pengorganisasian),
33 Ibid, hal.4
34 Ibid
35 Ibid
36 HS. Hasibuan, Fungsi-fungsi Manajemen pada Madrasah, Padang: Makalah, Universitas Negeri
Padang, 2006, hal. 7
22
actuating (penggerakan)
dan controlling
(pengawasan)
beserta
komponen-
37 Ibid
38Herbert. G Heneman., et al,. Managing Personnel and Human Resources, Illionis. 1981 , hal, 40
Sedangkan
leader
perilakunya
memimpin
dan
mengayomi,
how.
A leader shows
how;
(6)
A boss creates
resentment.
A leader breeds enthusiasm; (7) A boss fixes blame. A leader fixes mistakes; (8)
A boss makes work drudgery. A leadermakes work interesting.39 Kepemimpinan
kepala madrasah pada manajemen pendidikan modern sebaiknya menerapkan
konsep kepemimpinan sebagai suatu seni (leadership is an art). Pemimpin yang
profesional
menurut
Sudarwan
Danim
adalah
seorang
seniman
dalam
memimpin.40
Dengan seni memimpin, kita dapat membedakan kepemimpinan setiap
orang. Seni
memimpin
dilakukan
dalam
bentuk
gaya
memimpin,
teknik
memimpin, cara atau kiat memimpin. Setiap orang memiliki seni memimpin
sendiri-sendiri. Tetapi untuk ketrampilan umum yang dibutuhkan seorang
pemimpin pada prinsipnya sama.
Robert L. Katz mengemukan tiga jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah/ madrasah, sebagai administrator yang efektif, yaitu:41
39 HS. Hasibuan, Praktek-praktek dan Seni Manajamen pada Sekolah, Padang: Makalah UNP,
2003, hal. 3
40Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen, Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005, hal. 215
41Sudarwan Danim. Visi Baru Manajemen, Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005, hal. 217
24
(1) technical
skill (keterampilan
teknis),
yakni
keterampilan
menerapkan
skill
memformulasikan
pikiran,
mengaplikasikannya
budgetting,
(keterampilan
dalam
organizing,
memahami
pekerjaan
staffing,
konseptual),
yakni
konsep
teori
dan
sehari-hari,
actuating,
keterampilan
serta
mampu
menyusun planning,
coordinating,
communicating,
peran kepala sekolah yang harus diamalkan dalam bentuk tindakan nyata di
sekolah/madrasah yang disingkat dengan EMASLIM, yaitu peran sebagai Educator,
Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator dan Motivator.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, terdapat tujuh peran utama
kepala
sekolah
yaitu,
sebagai
(2)
manager;
(3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta
iklim kerja yang kondusif (creator of working environment, dan (7) wira usahawan
(entrepreneur ).43
42 Mulyasa E. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004, hal. 97-120
43Rahmad R, Supervisi Pendidikan dan Implementasinya di Sekolah, Padang: Makalah, UNP, 2004,
hal. 2
26
pengertian
transformasional
kata
dapat
di
atas
dapat
didefinisikan
dipahami
sebagai
bahwa
gaya
kepemimpinaan
kepemimpinan
yang
orangtua
siswa,
masyarakat,
dsb)
bersedia
tanpa
paksaan,
4-I
yaitu: Idealized
Influence,
Inspirational
Motivation,
Intellectual
karyawanya
untuk
memiliki
komitmen
terhadap
visi
organisasi
dan
transformasional
yang
efektif
membutuhkan
suatu
proses
dan
28
a. Berdayakan seluruh bawahan, guru-guru dan siswa untuk melakukan hal yang
terbaik untuk organisasi (madrasah).
b. Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang didasari nilai moral
yang tinggi.
c. Dengarkan semua pemikiran bawahan dan guru-guru untuk mengembangkan
semangat kerja sama.
d. Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang dalam organisasi.
e. Bertindak sebagai agen perubahan (agent of change) dalam organisasi dengan
memberikan contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan.
f. Menolong organisasi dengan cara menolong orang lain untuk berkontribusi
terhadap organisasi.47
Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa kepala madrasah yang telah
menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari ciri-ciri
sebagai berikut:
(pembaruan); (2) memiliki sifat pemberani; (3) mempercayai orang lain; (4)
bertindak atas dasar sistem nilai, (bukan atas dasar kepentingan individu, atau
atas dasar kepentingan dan desakan kroninya); (5) meningkatkan kemampuannya
secara
terus-menerus
sepanjang
hayat;
(6)
memiliki
kemampuan
untuk
menghadapi situasi yang rumit, situasi yang tidak jelas, dan tidak menentu; (7)
memiliki visi ke depan.
4. Kepala Madrasah dan Pengendalian Mutu
Menurut
Crosby
mutu
adalah
sesuai
yang
disyaratkan
atau
lingkungan
yang
memenuhi
atau
melebihi
harapan
pelanggan
atau
konsumennya.49
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada dua pengertian,
yaitu: a) mutu proses pendidikan, dan b) mutu hasil pendidikan.
Mutu dalam konteks proses pendidikan bukan hanya proses pembelajaran
saja, tetapi melibatkan berbagai input pendidikan, seperti : (1) bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), (2) metodologi pembelajaran yang bervariasi
sesuai kemampuan guru, (3) media pembelajaran yang tepat, (4) sumber belajar
yang lengkap, (5) sistem penilaian dan evaluasi yang efektif, (6) dukungan
administrasi madrasah, (7) dukungan sarana prasarana, (8) dukungan keuangan
(biaya), (9) guru-guru yang disiplin dan berkualitas, (10) siswa yang rajin dan
disiplin, (11) teamwork pengembangan mutu yang solid, (12) manajemen
madrasah yang efektif, (13) manajemen kelas yang cerdas, (14) dukungan
program intra kurikuler dan ekstra kurikuler, (15) penciptaan iklim dan suasana
yang kondusif di madrasah, (16) kepala madrasah yang kompeten dan profesional
dan (17) sumberdaya lainnya yang mendukung peningkatan mutu madrasah.
Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai
oleh madrasah pada setiap kurun waktu tertentu, umpama tiap akhir semester,
tiap akhir tahun pembelajaran, dua tahun, lima tahun atau setiap 10 tahun. Ada
dua prestasi yang bisa dicapai : (1).Prestasi akademik
(2).Prestasi non akademik.
Yang akademik, adalah prestasi yang dicapai dari hasil pendidikan berupa
hasil test kemampuan akademis hasil ulangan umum, ujian madrasah dan ujian
nasional, misalnya juara I nilai tertinggi ujian nasional tingkat provinsi, atau
tingkat kabupaten/kota.
Yang non akademik berbentuk prestasi di bidang lain, seperti juara di bidang
volley ball, basket ball, sepakbola dan sebagainya, juara tilawatil quran, seni
suara, karya ilmiah remaja, kepramukaan dan keterampilan tambahan lainnya,
misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa dan lain-lain.
49Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (MMT), Jakarta: GhaliaIndonesia, 2001, hal. 6
30
Bahkan
prestasi
madrasah
dapat
berupa
kondisi
yang
tidak
dapat
seluruh visi dan misi madrasah difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan
harapan para pelanggan madrasah, baik pelanggan internal, seperti guru dan
staf, maupun pelanggan eksternal seperti siswa, orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, pendidikan lanjut dan dunia usaha.
(3).
(4).
(5).
(6).
Daftar Rujukan
Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung : PT Alfabeta.
Nakosteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi
Analisis Abad Keemasan Islam, Edisi Indonesia, Surabaya: Risalah Gusti.
Fadjar, H.A. Malik. 1998. Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI.
Direktorat Pembinaaan Taman Kanak-kanan dan Sekolah Dasar. 2009. Manajemen
Berbasis Sekolah, Jakarta. TP.
Ramayulis. 2003. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Kalam Mulia.
Mulyasa E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan
Implementasi, Bandung, Remaja Rosda Karya.
MAKALAH
32
Disusun Oleh:
MOKH. IMRON ROSYADI
[015.04.12.2971]