Anda di halaman 1dari 7

PENYITAAN GANDA - AHLI DALAM PERADILAN

I. ABSTRAK
Seorang filosofi bernama Aristoteles
mengatakan, bahwa:
HUKUM ADALAH SESUATU YANG BERBEDA
DARIPADA SEKEDAR MENGATUR DAN
MENGEKSPRESIKAN BENTUK DARI KONSTITUSI,
HUKUM BERFUNGSI UNTUK MENGATUR TINGKAH LAKU PARA HAKIM
DAN PUTUSANNYA DI PENGADILAN DAN UNTUK MENGATUR HUKUMAN
TERHADAP PELANGGAR.
Dalam bahasa Inggris: LAW ARE SOMETHING DIFFERENT FROM WHAT
REGULATES AND EXPRESSES THE FORM OF THE CONSTITUTION; IT IS
THEIR FUNCTION TO DIRECT THE CONDUCT OF THE MAGISTRATE IN
THE EXECUTION OF HIS OFFICE AND THE PUNISHMENT OF
OFFENDERS.

Menurut hemat Penulis, bahwa sekarang ini menjadi pejabat


tidaklah dapat berlaku sewenang-wenang karena segala
sesuatunya ada hukumnya. Oleh karena itu dalam artikel kali ini
Penulis ingin menyampaikan tentang Penyitaan Ganda maupun
Penahanan Ganda yang dilakukan oleh penyidik POLRI maupun
penyidik PPNS-PK (Penyidik Pegawai Negeri Sipil-Perlindungan
Konsumen).
Bahwa segala sesuatu haruslah berdasarkan keadilan, sedangkan
keadilan itu sendiri menurut Aristoteles adalah:
KEBIJAKAN POLITIK YANG ATURAN-ATURANNYA MENJADI
DASAR DARI PERATURAN NEGARA DAN ATURAN-ATURAN
INI MERUPAKAN UKURAN TENTANG APA YANG BAIK.
Sedangkan menurut Azas Universitas, bahwa hukum itu berlaku
sama untuk setiap orang tanpa kecuali, tidak ada unsur
perimordial, unsur pertemanan, apalagi warna kulit atau ras
serta etnis. Siapa saja yang melakukan perbuatan melanggar
atau melawan hukum harus menjalani proses hukum.
II. PENDAHULUAN
Bahwa masalah Pra-Peradilan dapat kita temukan di dalam
KUHAP yang terdapat pada Bab X dengan judul Wewenang
Pengadilan Untuk Mengadili, tentang Pra Peradilan. Dan terdapat
pada Pasal 77 KUHAP sampai dengan Pasal 83 KUHAP.
Bahwa gugatan Pra Peradilan terdapat pada Pasal 77 KUHAP
demikian isinya:

PENGADILAN NEGERI BERWENANG UNTUK MEMERIKSA


DAN MEMUTUS, SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG
DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG INI, TENTANG:
a.
Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan;
b.
Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seorang yang
perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau
penuntutan;
Sedangkan di dalam Pasal 82 Ayat (3) huruf (d) yang
menyebutkan:
DALAM HAL PUTUSAN MENETAPKAN BAHWA BENDA
YANG DISITA ADA YANG TIDAK TERMASUK ALAT
PEMBUKTIAN, MAKA DALAM PUTUSAN DICANTUMKAN
BAHWA BENDA TERSEBUT HARUS SEGERA DIKEMBALIKAN
KEPADA TERSANGKA ATAU DAN SIAPA BENDA ITU DISITA.
Permasalahannya adalah:
Apakah dibenarkan menurut KUHAP adanya pengertian
ganda...???
III. PEMBAHASAN
Bahwa tahun yang lalu 2012, penulis pernah menulis tentang
pemahaman ganda yang tidak dilakukan oleh Polda Palembang
dan dengan adanya gugatan Pra-Peradilan maka permohonan
ganda tersebut adalah tidak sah dan Pemohon Pra Peradilan
begitu putusan Pengadilan Negeri Palembang dibacakan
langsung dikeluarkan oleh penyidik polisi.
Demikian juga dalam artikel ini penulis mencoba menulis tentang
Penyitaan Ganda yang telah dilakukan oleh pihak Menteri
Perdagangan Republik Indonesia cq Direktur Jenderal
Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Republik Indonesia cq
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK)
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang telah
melakukan penyitaan ganda.
Bahwa penetapan penyitaan yang telah dilakukan oleh pihak
Menteri Perdagangan Republik Indonesia cq Direktur Jenderal
Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Republik Indonesia cq
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK)
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, berdasarkan
penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri Surabaya dengan

Nomor 4430/XI/Pen.Pid/2011/PN.SBY tanggal 18 Nopember 2011


terhadap:
-

52.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

14.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

6.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6.500


lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6.
Dan adanya penetapan dari Pengadilan Negeri Surabaya dengan
Nomor 2298/VI/Pen.Pid/2012 PN.SBY tanggal 18 Juni 2012 dengan
barang yang sama namun jumlah barangnya yang berbeda,
yaitu:
-

51.502 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

14.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

500 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

Bahwa penyitaan yang telah dilakukan oleh PPNS-PK adalah telah


melanggar Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
jo Pasal 463 RV demikian bunyinya:
APABILA JURU SITA AKAN MELAKUKAN PENYITAAN DAN
MENEMUKAN BARANG-BARANG YANG AKAN DISTA
SEBELUMNYA TELAH DISITA, MAKA JURU SITA TIDAK
DAPAT MELAKUKAN PENYITAAN LAGI. NAMUN, JURU SITA
MEMPUNYAI WEWENANG UNTUK MEMPERSAMAKAN
BARANG-BARANG YANG DISITA DENGAN BERITA ACARA
PENYITAAN YANG HARUS DIPERLIHATKAN OLEH TERSITA
KEPADANYA.
Ketentuan yang hampir serupa terdapat dalam Pasal 11 Ayat (2)
Undang-Undang PUPN yakni UU No. 49 Tahun 1960 yang
berbunyi sebagai berikut:
ATAS BARANG YANG TERLEBIH DAHULU DISITA UNTUK
ORANG LAIN YANG BERPIUTANG TIDAK DAPAT DILAKUKAN
PENYITAAN.
Adapun aturan penyitaan adalah sebagai berikut:
A.
Pengertian Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah
penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud
atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam
penyidikan, penuntutan, dan peradilan (Pasal 1 butir 16 KUHAP).

B.
Tujuan Penyitaan adalah untuk kepentingan pembuktian
terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka sidang
pengadilan.
C.

Tata Cara Penyitaan:

1.
Berdasarkan surat ijin Ketua Pengadilan Negeri kecuali
tertangkap tangan hanya atas benda bergerak (Pasal 38 KUHAP).
2.
Penyitaan oleh penyidik terlebih dahulu menunjukkan
tanga pengenal (Pasal 128 KUHAP)
3.
Penyitaan disaksikan oleh kepala desa atau kepala
lingkungan dan dua orang saksi (Pasal 129 Ayat 1)
4.
Penyidik membuat berita acra yang dibacakan,
ditandatangani serta salinannya disampaikan kepada atasan
penyidik, orang yang disita, keluarganya dan disaksikan oleh
kepala desa/ketua lingkungan dengan dua orang saksi (Pasal 129
Ayat 2, 3, dan 4 KUHAP)
5.
Benda sitaan dibungkus, dirawat, dijaga, serta dilak dan
cap jabatan (Pasal 130 Ayat 1 KUHAP).
Bahwa penulis sebagai Ahli Hukum Pidana dari Paska Sarjana
Fakultas Hukum Universitas Jayabaya menjelaskan dimuka
persidangan sebagai berikut:
OLEH AHLI : Prof. Dr. Suhandi Cahaya, SH., MH.,
MBA. yang memberikan keterangannya sebagai berikut :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Ahli sebagai Ahli Perdata dan Pidana

Bahwa Ahli menerangkan PPNS-PK Kementerian


Perdagangan RI melakukan penyitaan tidak sesuai dengan
KUHAP maka harus diajukan Pra-Peradilan
Bahwa Ahli menerangkan Pra-Peradilan diajukan
tergantung Pemohon bisa membuktikan
Bahwa Ahli menerangkan penyitaan diangkat oleh PPNSPK harus ada Penetapan Pengangkatan
Bahwa Ahli menerangkan Pasal 108 KUHAP, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) harus ada laporan kepada polisi
Bahwa Ahli menerangkan barang bukti sejenis tidak
semua disita

Bahwa Ahli menerangkan Pasal 129 KUHAP Ayat 1, dapat


artinya harus di hadapan Kepala Desa
Bahwa Ahli menerangkan Kepala Gudang itu bukan Kepala
Lingkungan
Bahwa Ahli menerangkan kalau tidak ada Kepala
Desa/Kepala Lingkungan tidak sesuai dengan KUHAP
Bahwa Ahli menerangkan P.21 artinya sudah lengkap
untuk diserahkan kepada Penuntut Umum sebagai Perintah
Undang-Undang dan dilimpahkan semua dokumen dan tersangka
Bahwa Ahli menerangkan PPNS-PK menjalankan tugas
sesuai dengan Undang-Undang
Bahwa Ahli menerangkan Pasal 107 Ayat 20 KUHAP, PPNS
untuk menyerahkan berkas melalui POLRI, nanti mereka
bersama-sama ke Penuntut Umum
Bahwa Ahli menerangkan Adimistrasi panggilan penyidik
adalah panggilan tidak termasuk dalam administrasi penyidik
kalau tidak ada Pra Justicia
Bahwa Ahli menerangkan penyidikan tidak sah, harus ada
putusan tidak sah
Bahwa Ahli menerangkan keikutsertaan/kehadiran
seorang Kepala Desa/Kepala Lingkungan merupakan suatu
keharusan di dalam melakukan penyitaan terhadap suatu barang
sebagaimana diisyaratkan di dalam Pasal 129 Ayat 1.
Berdasarkan keterangan penulis sebagai Ahli Hukum Pidana
tersebut dalam persidangan Pra-Peradilan No. 04/PID
PRAP/2013/PN.JKT.PST pada tanggal 14 Maret 2013 yang
amarnya berbunyi:
MENOLAK EKSEPSI TERMOHON UNTUK
SELURUHNYA;
DALAM POKOK PERKARA:
1.

Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian

2.
Menyatakan penyitaan yang dilakukan oleh Termohon
adalah tidak sah
3.

Mengembalikan barang sitaan berupa:

52.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

14.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

1.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

6.000 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

600 lembar BjLS tipe Gelombang Besar 0.20 X 6

4.
Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah)
5.
Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan
selebihnya.
IV. PENUTUP
Demikian artikel ini dipersembahkan oleh penulis untuk kita
semua dan memang baik penahanan ganda maupun penyitaan
ganda tidak dibenarkan oleh hukum dan/atau KUHAP. Dan juga
penulis menghimbau kepada penyidik agar tidak melakukan
main hakim sendiri, sebab masih banyak hakim yang pandai dan
menjunjung hati nurani seperti apa yang dikatakan oleh Jean
Jacques Rousseau (1712-1718) dalam bukunya The Social
Contract menyebutkan,Law Are Always Useful to Those Who
Possess And Vexation to Those Who Are Nothing yang artinya,
Hukum selalu berfaedah bagi orang yang berada atau kaya dan
kejengkelan bagi orang miskin.
Lihat pula dalam Alkitab Ulangan 1 Ayat 17 demikian isinya:
Bahasa Indonesia: Dalam mengadili jangan pandang bulu.
Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar
harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapa
pun, sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah. Tetapi
perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan
kepadaku, supaya aku mendengarnya.
Bahasa Inggris: You shall not be partial in judgement; but
you shall hear the small as well as the great. You shall not
be afraid of the face of man, for the judgment is Gods.
And the case that is too hard for you, you shall bring to
me, and I will hear it.
Bahan Pustaka:
1.

Holy Bible

2.

Dr. D.F.Walker, Konkrodansi Alkitab

3.

UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

4.

UU No. 49 Tahun 1960 tentang PUPN

5.

RV

6.
Qestasi dwf, Dr. Suhandi Cahaya, SH., MH., MBA., Tentang
Pandangan Hakim Terhadap Keadaan Memaksa
7.
Prof. Dr. Suhandi Cahaya, SH., MH., MBA., dalam Diktat
tentang Hukum dan HAM
8.
Rurachim, SH., MH., dan Dr. Suhandi Cahaya, SH., MH.,
MBA., dalam 222 Asas dan Prinsip Hukum Penyelenggaraan
Negara
9.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 04/PID
PRAP/2013/PN.JKT.PST
10. Putusan Pra-Peradilan No. 06/PRA-PER/2009/PN.PLG
Diposkan oleh Gemstone Lover Jakarta di 02.24

Anda mungkin juga menyukai