MANAJERIAL
KEPALA
SEKOLAH
PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Kependidikan
telah
berupaya
menyusun
naskah
materi
diklat
Jakarta,
Direktur Tenaga Kependidikan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................1
A.
Latar Belakang.............................................................................1
B.
Dimensi Kompetensi....................................................................1
C.
Kompetensi..................................................................................2
D.
E.
Alokasi Waktu..............................................................................2
F.
Skenario Kegiatan.......................................................................2
BAB II
BAB III
BAB IV
ii
BAB V
DI
SEKOLAH DASAR............................................................................23
BAB VI
BAB VII
TUGAS
............................................................................................................38
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................40
LAMPIRAN..........................................................................................................44
Lampiran 1 : Latihan Pencapaian Kompetensi..................................44
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 6.1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penjaminan mutu merupakan kata kunci yang menjadi fenomena dalam
dunia pendidikan, hal ini terjadi seiring dengan terbitnya Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan.
Implementasi dari kedua payung hukum tersebut di lakukan oleh
pemerintah, antara lain dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah. Salah
satu
isi
dari
PerMendiknas
tersebut
adalah
kompotensi
manajerial,
B.
Dimensi Kompetensi
Dimensi kompensi yang diterapkan dalam pelaksanaan Pendidikan dan
C.
Kompetensi
Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia
D.
2.
3.
4.
5.
6.
E.
Alokasi Waktu
Alokasi waktu penyampaian materi kepemimpinan kepala sekolah dalam
F.
Skenario Kegiatan
Skenario kegiatan dibawah ini bersifat tentatif dan dapat dikembangkan
PENDAHULUAN
Pengkondisian
Ice Breaker
Pre Test
peranan kepemimpinan
KepSek dlm peningkatan
kemampuan guru
Diskusi
Kepemimpinan Kepala
sekolah dasar
PRESENTASI
Diskusi
Informasi
Tanya jawab
PRESENTASI
Diskusi
Kerja kelompok
Diskusi
Kerja kelompok
peranan kepempimpinan
Kepsek dalam peningkatan
semangat kerja guru di
sekolah dasar
Kepemimpinan
Kepala sekolah
Dasar di era
Desentralisasi
Informasi
Kerja kelompok
Informasi
Tanya jawab
PRESENTASI
Diskusi
kepemimpinan dlm
profesionalisme guru
PRESENTASI
kepemimpinan dalam
peningkatan tim kerja
guru
Informasi
Tanya jawab
Diskusi
Diskusi
Kerja Kel
Kelkelompok
PENUTUP
SIMULASI
Review
Diskusi
Kepemimpinan dalam
peningkatan
tim kerja
Diskusi
Kerja kelompok
kelompok
Gambar 1.1 Alternatif Skenario Kegiatan
BAB II
TUGAS DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH DASAR
sosial, dan (3) interaksi dari kedua komponen tersebut. Untuk itu, kepala
sekolah harus mampu mengintegrasikan kedua komponen tersebut, yakni
peranan, tuntutan dan harapan lembaga, dengan kepribadian, dan kebutuhan
guru, agar bisa mencapai tujuan organisasi secara optimal.
Keberhasilan organisasi sekolah banyak ditentukan keberhasilan kepala
sekolah
dalam
menjalankan
peranan
dan
tugasnya.
Peranan
adalah
seperangkat sikap dan perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan posisinya
dalam organisasi. Peranan tidak hanya menunjukkan tugas dan hak, tapi juga
mencerminkan tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi.
Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah
dasar. Campbell, Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan tiga klasifikasi
peranan kepala sekolah dasar, yaitu: (1) peranan yang berkaitan dengan
hubungan personal, mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol
organisasi, leader atau pemimpin, dan liaison atau penghubung, (2) peranan
yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor,
disseminator, dan spokesman yang menyebarkan informasi ke semua
lingkungan organisasi, dan (3) peranan yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance
handler, penyedia segala sumber, dan negosiator.
Di sisi lain, Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas peranan
kepala sekolah dasar, yaitu: (1) kepala sekolah sebagai business manager, (2)
kepala sekolah sebagai pengelola kantor, (3) kepala sekolah sebagai
administrator, (4) kepala sekolah sebagai pemimpin profesional, (5) kepala
sekolah sebagai organisator, (6) kepala sekolah sebagai motivator atau
penggerak staf, (7) kepala sekolah sebagai supervisor, (8) kepala sekolah
sebagai konsultan kurikulum, (9) kepala sekolah sebagai pendidik, (10) kepala
sekolah sebagai psikolog, (11) kepala sekolah sebagai penguasa sekolah, (12)
kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik, (13) kepala sekolah sebagai
petugas hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (14) kepala sekolah
sebagai pemimpin masyarakat.
7
Dari keempat belas peranan tersebut, dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dan sebagai supervisor
pendidikan.
Business
manager,
pengelola
kantor,
penguasa
sekolah,
task
areas
bidang
garapan
pendidikan.
Tugas
merencanakan,
sekolah,
maka
perlu
diuraikan
tentang
konsep
dasar
BAB III
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DASAR
to
lead
yang
berarti
memimpin.
Untuk
memahami
pengertian
aktifitas
kelompok
untuk
mencapai
tujuan
organisasi
(Wahyosumidjo, 1984).
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan
tersebut, dapat digarisbawahi bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah
suatu proses menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam
rangka untuk mencapai tujuan organisasi. Ada empat unsur yang terkandung
dalam pengertian kepemimpinan, yaitu unsur orang yang menggerakkan yang
dikenal dengan pemimpin, unsur orang yang digerakkan yang disebut kelompok
atau anggota, unsur situasi dimana aktifitas penggerakan berlangsung yang
dikenal dengan organisasi, dan unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.
Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. Kepala
sekolah
merupakan
pemimpin
pendidikan
10
di
sekolah. Jika
pengertian
kepemimpinan
tersebut diterapkan
kepemimpinan
pendidikan
bisa
dalam
diartikan
suatu
usaha
untuk
mengemukakan
bahwa
kepemimpinan
pendidikan
adalah
proses
secara
optimal,
kepala
sekolah
perlu
menerapkan
gaya
dalam
kelompok.
Salah
satu
teori
kepemimpinan
yang
12
pada
hubungan
kemanusiaan
dengan
bawahan.
Gaya
beberapa
pendapat
tersebut,
dapat
digarisbawahi
Sedangkan
karakteristik
perilaku
gaya
kepemimpinan
yang
14
landasan
baru
yang
tersebut,
dikenal
lalu
dengan
dikembangkan
pendekatan
pendekatan
kepemimpinan
15
Pada
perkembangan
selanjutnya,
diketahui
bahwa
keberhasilan
tersebut,
Sergiovanni
(1991)
mengemukakan
enam
peranan
kepemimpinan
supervisi,
kepemimpinan
organisasi,
dan
16
BAB IV
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DASAR DI ERA DESENTRALISASI
dalam
manajemen
sekolah.
Manajemen
berbasis
sekolah
pendidikan,
yang
ditandai
dengan
adanya
kewenangan
dapat
mengoptimalkan
pengelolaan
sumber
daya
dengan
sekolah,
profesionalisme
fleksibilitas
personil
pengelolaan
sekolah.
Sedangkan
sekolah
dan
peningkatan
peningkatan
pemerataan
khusus,
mutu
manajemen
pendidikan.
berbasis
Dalam
sekolah
panduan
diarahkan
pengelolaan
untuk
sekolah,
(2)
domain
didesentralisasikan
manajemen
mencakup
peningkatan
keseluruhan
mutu
aspek
pendidikan
peningkatan
yang
mutu
mutu
akan
berlangsung
secara
efisien,
terutama
dalam
untuk
memandirikan
atau
memberdayakan
sekolah
melalui
yang
disusun
hendaknya
mencakup
semua
komponen
yang
pelaksanaan
manajemen
berbasis
sekolah
dapat
21
22
BAB V
PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
SEMANGAT KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR
Tugas profesional adalah tugas utama yang berkaitan dengan profesi guru.
Tugas ini meliputi tugas mengajar, mendidik, dan membimbing. Kegiatan
menyusun rencana pengajaran, menguasai bahan, menggunakan metode dan
media pengajaran, mengelola kelas, mengadakan evaluasi, dan melakukan
bimbingan merupakan bagian dari tugas profesional. Bahkan menguasai
landasan kependidikan dan mengadakan penelitian untuk pengembangan
merupakan bagian dari tugas profesional (Raka Joni, 1991).
Tugas personal adalah tugas yang berkaitan dengan pengembangan
pribadi guru. Tugas ini mengacu pada usaha untuk menjalankan perilaku diri
yang baik. Usaha untuk mewujudkan dirinya, merealisasi potensi yang dimiliki,
melakukan auto identifikasi, dan auto pengertian untuk menjadi teladan serta
menempatkan diri dalam kehidupan masyarakat termasuk dalam tugas
personal.
Tugas sosial adalah tugas yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
Sebagai anggota masyarakat, guru sekolah dasar memiliki tugas untuk
membantu dan mengembangkan kehidupan masyarakat. Di satu sisi, guru
diharapkan bisa menerima harapan masyarakat, di sisi lain, guru diharapkan
bisa menjadi pembaharu dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan surat keputusan Menpan Nomor 86 tahun 1993, ada empat
bidang tugas yang harus dilaksanakan guru, yaitu tugas di bidang pendidikan,
proses belajar mengajar dan bimbingan, pengembangan profesi, dan penunjang
pendidikan. Berdasarkan beberapa landasan teoritis dan praktis ini, dalam
penelitian ini semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas dibatasi pada
tugas pokok guru, yaitu tugas di bidang pendidikan, tugas di bidang pengajaran
dan bimbingan, serta tugas di bidang penunjang pendidikan.
Kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan
semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas. Hasil penelitian Hersey
menunjukkan bahwa ada sepuluh faktor yang mempengaruhi semangat kerja
seseorang dalam melaksanakan tugas, yaitu kesiapan kerja, kondisi kerja,
25
landasan
tersebut,
dapat
digarisbawahi
bahwa
26
BAB VI
PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
KEMAMPUAN GURU DI SEKOLAH DASAR
intensif
(intensive
development)
adalah
bentuk
yang
termasuk
pada
kegiatan
pengembangan
guru
dapat
untuk selalu
mengembangkan
kemampuan
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan yang mumpuni
dalam melaksanakan tugas jabatan guru.
Bila ditinjau secara lebih detail,ada beberapa karakteristik profesionalisme
guru. Rebore (1991) mengemukakan bahwa karakteristik profesionalisme guru
bisa ditinjau dari enam komponen, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan
dalam melaksanakan tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif
dengan siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan
mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus, (4)
mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5) mengarahkan, menekan dan
menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik jabatan.
Di sisi lain, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari dua
sisi,
yaitu
kemampuan
berpikir
abstrak
(abstraction)
dan
komitmen
(commitment) guru. Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang
tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan
memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga
memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah
kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh
tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru
dapat dicapai bila guru ahli (expert), dalam melakasanakan tugas, dan selalu
mengembangkan diri (growth). Lebih lanjut, Glatthorm (1990) mengemukakan
bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam
melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan
tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy).
Berdasarkan berbagai kajian teori tersebut, dapat digarisbawahi bahwa
secara umum ada empat karakteristik profesionalisme guru, yaitu (1) ahli dalam
melaksanakan tugas (expert), (2) memiliki rasa tanggung jawab (responsibility),
(3) memiliki kemandirian (autonomy), dan (4) selalu berusaha untuk
mengembangkan diri (professional growth). Profesionalisme guru dalam
30
terhadap
peningkatan
kemampuan,
semangat
kerja,
dan
bisa berkembang dengan baik. Guru juga akan memiliki semangat kerja yang
baik, bila kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif.
Dengan
meningkatnya
kemampuan
dan
semangat
kerja
guru
yang
langsung
akan
menjadi
sarana
utama
32
tercapainya
tujuan
BAB VII
PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN
KEEFEKTIFAN KERJA TIM GURU DI SEKOLAH DASAR
1999). Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi
(Robbin, 2001).
Keefektifan kerja tim bisa dilihat dari beberapa aspek. Hal itu bisa dikaji
dari teori keefektifan tim. Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik tim
kerja yang efektif dari beberapa sudut pandang. Secara sederhana, White dan
Bednar (1991) mengemukakan tiga karakteristik keefektifan tim, yaitu (1) hasil
kerja tim dapat mencapai tujuan, yakni sesuai dengan harapan pengguna, (2)
kemampuan anggota dalam bekerja sama dapat dipertahankan dan ditingkatkan, dan (3) anggota memiliki kepuasan terhadap hasil kerja tim.
Di sisi lain, Jenk (1990) mengemukakan karakteristik tim kerja yang efektif
dari tujuh komponen. Dari sisi interaksi, ada kejujuran, keterbukaan, dan
komunikasi dua arah di antara anggota dalam mencapai tujuan organisasi. Dari
sisi tujuan, setiap anggota memahami dengan jelas, dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Dari sisi keanggotaan, antara anggota satu dengan lainnya
saling mengenal dan saling mempertahankan tim yang efektif. Dari sisi
kekohesifan, masing-masing anggota saling menerima dan memberikan
dukungan. Dari sisi norma, setiap anggota memahami dan mematuhi aturan
yang telah disepakati. Dari sisi dinamika, keputusan yang penting selalu
ditetapkan bersama, bila ada konflik tidak ditekan atau dibiarkan, tetapi
dianggap sebagai aspek komunikasi yang terbuka.
Di sisi lain, Kreitner dan Kinicki (1992) mengemukakan dua kriteria
keefektifan tim kerja, yaitu: (1) dari sisi performansi, hasil kerja dapat mencapai
tujuan, yakni sesuai dengan pengguna, dan (2) dari sisi keberlangsungan,
anggota memiliki kepuasan terhadap kerja tim, serta berkemauan untuk
mempertahankan kelompok.
Menurut Kreitner dan Kinicki (1992) ada tiga komponen utama yang
menentukan
keefektifan
kerja
tim,
yaitu
kooperatif,
kepercayaan
dan
kepercayaan,
dan
kekohesifan
di
antara
anggota
dalam
bersama
secara
efektif,
dan
memiliki
fleksibiltas
untuk
peningkatan
atau
pembaharuan
organisasi.
Komponen
tersebut
merupakan karakteristik utama keefektifan kerja tim. Oleh karena itu, dapat
digarisbawahi bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara keefektifan kerja
tim guru dengan peningkatan atau pembaharuan sekolah. Semakin efektif kerja
tim guru semakin tinggi tingkat peningkatan, pembaharuan atau kemajuan
sekolah.
37
TUGAS
2.
Tugas :
a.
b.
38
c.
d.
39
DAFTAR RUJUKAN
J.
&
Baron,
R.A.
1995.
Behavior
in
Organizations:
Opportunities.
Keeper
Boulevard,
Dubuque:
Wm.C.
Brown
Publishers.
Horn, J. 1998. Personal Renewal and Professional Growth for Teachers: A
Study of Meaningful Learning an Interdisiplinary Environment,
Teacher Development 2 (3). Hal. 263-289.
Hoy, W.K., & Miskel, C.G. 1987. Educational Administration: Theory,
Research, and Practice. New York: Random House, Inc.
Hoy, W.K., & Miskel, C.G. 2005. Educational Administration: Theory,
Research, and Practice. New York: McGraw Hill Company, Inc.
Hughes, R.L., Ginnet, R.C., & Curphy, G.J. 1999. Leadership: Enhancing the
Lessons of Experience. Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
Indrafachrudi, S. 1983. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Jenks, V.O. 1990. Human Relation in Organizations. New York: McGraw Hill
Company, Inc.
Kimbrough, R.B & Burkett, C.W. 1990. The Principalship: Concepts and
Practices. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.
41
42
Rossow,
L.F. 1990.
The
Principalship,
Dimension
in
Instructional
43
LAMPIRAN
2.
Tugas :
a.
b.
c.
44