tempat kerja
Robert Dubin :
Kepemimpinan adalah pelaksanaan otoritas dan perbuatan keputusan.
b.
J. K. Henphill :
Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang
konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
c.
George R. Terry
Kepemimpinan adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai
tujuan organisasi.
d.
Stoner
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
1.
Kesimpulan :
Dari beberapa difinisi tersebut yang paling mendekati dengan realitas di lapangan adalah
difinisi dari G. R. Terry dan Stoner.
2.
3.
a.
Dari pengertian / definisi tersebut ada 3(tiga) implikasi penting yang tampak, yaitu :
Kepemimpinan selalu menyangkut orang lain (bawahan/pengikut). Tanpa bawahan/ pengikut
tentu tidak akan ada pemimpin. Kesediaan bawahan / pengikut menerima pengarahan dan
melaksanakannya membuat proses kepemimpinan dapat berjalan.
b.
c.
B. PROSES KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi yang meliputi 3 faktor, yaitu :
1. Pemimpin, meliputi :
Perilaku / gaya kepemimpinan
Ketrampilan
Pengetahuan
Nilai-nilai yang dianut
2.
3.
Situasi, meliputi :
Nilai-nilai organisasi
Teknologi yang digunakan
Tuntutan tugas
Variasi tugas
Proses interaksi dari 3(tiga) faktor diatas output / hasilnya adalah prestasi dan kepuasan kerja
karyawan.
II. PENDEKATAN DAN TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
A. PENDEKATAN-PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Dalam studi kepemimpinan ada beberapa pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan kesifatan
Pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-sifat yang tampak
dari seorang pemimpin.
Ada sejumlah sifat / karakteristik tertentu yang berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan dari
pemimpin.
2.
Pendekatan perilaku
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang apa yang diperbuat
dan bagaimana melakukannya. Pendekatan ini bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Menurut pendekatan ini, keberhasilan
dari seorang pemimpin tergantung pada perilaku-perilaku yang diterapkannya.
3.
Pendekatan situasional
Pendekatan ini beranggapan bahwa efektivitas dari pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya
pimpinan tetapi juga ditentukan oleh situasi yang ada dari kepemimpinan tersebut, yang meliputi
tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan, dan harapan bawahan, lingkungan organisasi dan
sebagainya.
B. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. TEORI SIFAT / PENDEKATAN KESIFATAN
a.
Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kesifatan, maka teori sifat
memusatkan perhatiannya pada sifat-sifat dari pemimpin. Para ahli teori ini mencoba
menemukan karakteristik sifat-sifat individual dari pemimpin yang berhasil dan pemimpin yang
gagal.
b.
e.
f.
Kepercayaan diri
Berinisiatif atau mampu bertindak tanpa ketergantungan
2.
c.
Fungsi-fungsi kepemimpinan
Gaya-gaya kepemimpinan
Ada beberapa teori dan penelitian yang terkenal dari pendekatan perilaku ini, yaitu adalah :
Teori X dan Y dari DOUGLAS MC. GREGOR
Studi Hichigan oleh R. LIKERT
Kisi-kisi manajerial dari BLAKE dan MOUTON
a.
b.
Fungsi-fungsi kepemimpinan
Agar pok/orgn dapat berjalan efektif, seorang pemimpin harus melaksanakan 2(dua) fungsi
utama kepemimpinan, yaitu :
1.
Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan penyelesaian, informasi dan
pendapat.
2.
c.
1.
2.
Fungsi-fungsi pemeliharaan pok atau sosial, yaitu mencakup segala sesuatu yang dapat
membantu pok berjalan lancar, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.
Gaya-gaya kepemimpinan
Pada dasarnya ada 2(dua) gaya kepemimpinan, yaitu :
Gaya dengan orientasi tugas
Yaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dapat dilaksanakan
dengan baik, dengan cara mengarahkan dan mengendalikan bawahan/karyawan secara ketat.
Pimpinan dengan gaya kepemimpinan seperti ini lebih memperhatikan keberhasilan pelaksanaan
tugas/pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
Gaya dengan orientasi karyawan
Yaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi kepada bawahan
dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan tugasnya serta mengembangkan hubungan yang bersahabat, saling percaya dan
hormat menghormati antar anggota politik.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
e.
1.
2.
Bawahan juga diberi berbagai fleksibelitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batasbatas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
3. Sistem 3
Manajer dalam menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah mendiskusikannya
terlebih dulu dengan bawahan.
Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas.
Untuk memotivasi bawahan lebih banyak menggunakan penghargaan daripada ancaman
hukuman.
4. Sistem 4
Tujuan-tujuan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila ada keputusan yang
harus dibuat oleh manajer, maka hal tersebut dilakukan setelah mempertimbangkan saran-saran
dan pendapat-pendapat dari para anggota pok.
Dalam memotivasi bawahan, manajer tidak hanya menggunakan penghargaan-penghargaan
tetapi juga memberikan rasa dibutuhkan dan dianggap penting kepada bawahan.
Menurut R. LIKERS sistim ke 4 inilah yang paling ideal untuk jalannya organisasi.
f.
Dengan menggunaka kisi-kisi tersebut, diperoleh 5(lima) gaya dasar kepemimpinan, yaitu
sebagai berikut :
1. Perhatian terhadap produksi/tugas rendah dan perhatian terhadap karyawan juga rendah (titik
1.1). Kondisi seperti ini sering juga disebut manajemen jatuh miskin.
Ini adalah bentuk ekstrim dan gaya manajemen LAISSEZ-FAIRE, yaitu kepemimpinan yang
masa bodoh atau semaunya.
2. Perhatian terhadap tugas/produksi rendah, tetapi perhatian terhadap karyawan tinggi (titik 9.1).
Manajemen/kepemimpinan ini sering juga disebut manajemen santai, karena hanya memusatkan
perhatian pada kebutuhan dan kepuasan karyawan saja, sedangkan perhatian terhadap
tugas/produksi sangat kurang.
3.
Perhatian terhadap tugas/produksi sedang dan perhatian terhadap karyawan juga sedang (titik
5.5.). Manajemen jalan tengah sering juga disebut gaya middle of the road management, yaitu
gaya yang memperhatikan tugas/produksi dan karyawan secara seimbang.
4.
Perhatian terhadap tugas/produksi tinggi tetapi perhatian terhadap karyawan rendah (titik 9.1).
Sering juga disebut manajemen tugas atau otoritas, karena perhatiannya hanya tertuju pada
efisiensi dan produksi tidak memikirkan karyawan.
5.
Perhatian terhadap tugas/produksi tinggi dan perhatian terhadap karyawan juga tinggi (titik
9.9). Sering juga disebut manajemen tim atau demokratik. Manajemen ini memberikan perhatina
penuh/tinggi baik kepada tugas/produksi maupun kepada semangat kerja dan kepuasan
karyawan, melalui pendekatan partisipatif atau tim dalam pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Blake dan Mouton dari 5(lima) gaya kepemimpinan dasar tersebut, maka gaya
kepemimpinan manajemen tim atau demokratik-lah yang merupakan tipe kepemimpinan yang
paling efektif. Menurut mereka, pendekatan ini, hampir pada semua situasi, menghasilkan
peningkatan prestasi, tingkat absensi dan perputaran karyawan yang rendah.
3.
PENDEKATAN/TEORI SITUASIONAL - KONTINGENSI
Pendekatan situasional muncul karena adanya pemahaman dan kesadaran bahwa tidak ada
satupun gaya kepemimpinan yang tepat untuk semua situasi/kondisi.
Pendekatan situasional contingency menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan yang tepat
adalah sangat tergantung pada beberapa faktor situasional yang ada.
Ada beberapa teori situasional yang terkenal, adalah :
a.
Rangkaian kesatuan kepemimpinan dari
TANNEMBAUM dan SCHMIDT
Menurut Tannembaum dan Schmidt, ada 3 faktor/kekuatan yang harus dipertimbangkan manajer
sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu
1.
Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer, meliputi :
Sistem nilai
Kepercayaan terhadap bawahan
Kecenderungan kepemimpinannya sendiri
Perasaan aman dan tidak aman
2.
3.
Tipe organisasi
Efektifitas pok
Desakan waktu
Sifat masalah
Pendekatan yang paling efektif menurut Tannembaum dan Schmidt adalah sedapat mungkin
fleksibel serta memilih gaya kepemimpinan yang dibutuhkan/sesuai dengan waktu dan tempat
tertentu.
b.
1.
2.
3.
Untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, manajer harus menyesuaikan gaya-gaya
kepemimpinannya dengan situasi yang ada.
Menurut Fiedler, situasi terbagi 2(dua), yaitu :
Situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pada kedua situasi tersebut, yaitu
menguntungkan dan tidak menguntungkan pada titik ekstrim maka penggunaan gaya
kepemimpinan yang berorientasi tugas akan efektif, namun bila situasi menguntungkan tersebut
hanya pada titik moderat, maka gaya kepemimpinan hubungan karyawan akan sangat efektif.
Dalam gambar dibawah terlihat bahwa situasi No. 1, 2, 7 dan 8, gaya kepemimpinan otokratik
mungkin paling efektif sedangkan pada situasi 3, 4, 5 dan 6 gaya kepemimpinan dengan orientasi
karyawan yang paling efektif. Apabila pemimpin mempunyai keterbatasan kemampuan untuk
merubah gaya kepemimpinannya maka situasinya harus diubah atau pemimpin harus dipilih
yang gayanya cocok dengan situasi yang ada.
c.
4.
Pada tahap keempat, bawahan secara berangsur-angsur menjadi lebih percaya diri, sudah dapat
mengarahkan diri sendiri, cukup pengalaman dan tanggung jawabnya sudah dapat diandalkan.
Pada tahap ini perilaku pimpinan dapat di ubah menjadi gaya pendelegasian yaitu orientasi tugas
rendah dan orientasi hubungan juga rendah (tugas rendah, hubungan rendah).
III.
2.
b.
Menganut nilai organisasional yang membenarkan segala cara untuk pencapaian tujuan dimana
semua tindakan yang mempermudah pencapaian tujuan dianggap benar dan yang menjadi
penghalang akan disingkirkan.
c.
d.
e.
f.
Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan otokratik memiliki gaya kepemimpinan sebagai berikut :
a.
Menuntut ketaatan penuh dari bawahan
b.
c.
Kesimpulan
a.
Pemimpin yang otokratis memiliki serangkaian karakteristik yang negatif.
b.
Tipe kepemimpinan otokratis adalah bukan tipe kepemimpinan yang ideal terutama bila
dikaitkan dengan kehidupan organisasi yang munjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
c.
Tipe kepemimpinan otokratik hanya hanya dianggap baik apabila efektivitas kepemimpinan
hanya dilihat dari pencapaian tujuan dan sasaran saja.
B.
Rasa hormat yang tinggi kepada orang tua atau yang dituakan
a.
Menganggap dirinya sebagai bapak yang bersifat melindungi dan memperhatikan kepentingan
karyawan.
Menganggap legitimasi kepemimpinannya adalah wajar, karena itu dalam memberikan
perintah dan pengambilan keputusan tidak harus melibatkan karyawan.
Mengutamakan kebersamaan dan memperlakukan semua orang dan semua kelompok seadil
dan serata mungkin.
Memberikan bimbingan dan perlindungan terus menerus kepada bawahan karena menganggap
bawahan belum dewasa.
Dalam menjalankan organisasi bersifat sentralistik. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai
sumber informasi, ide dan saran. Keputusan diambil sendiri.
b.
c.
d.
e.
an
a.
Pimpinan paternalistik tumbuh dan berkembang di lingkungan tradisional yang masih kuat
ikatan primordialnya.
b.
Karyawan/bawahan kurang dapat mengembangkan bakat, potensi dan bawahan tidak didukung
untuk berpikir kreatif dan inovatif.
C.
Kesimpulan
Kepemimpinan kharismatik hanya bertumpu pada daya tarik atau daya pikat dari pimpinan
tersebut.
b. Jumlah pimpinan kharismatik sangat sedikit.
a.
Gaya kepemimpinan
Banyak memberikan delegasi wewenang.
b.
Pengambilan keputusan lebih banyak diserahkan pada pimpinan yang lebih rendah, kecuali
hal-hal tertentu yang perlu keterlibatannya secara langsung.
c.
Mempertahankan status quo.
d.
Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk menumbuh kembangkan daya pikir yang
kreatif dan inovatif.
e.
Intervensi pimpinan dalam roda kehidupan organisasi sangat kecil, sepanjang perilaku dan
prestasi kerja karyawan memadai.
Kesimpulan
a.
Tipe kepemimpinan laissez faire lebih banyak berfungsi sebagai polisi lalu lintas dan
peranannya dalam menjalankan organisasi sangat pasif.
b.
Kepemimpinan tipe ini lebih banyak mempertahankan status quo dibanding peningkatan
prestasi organisasi secara dinamis,
E.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
Kesimpulan
a.
Sesuai dengan karakteristik dan gaya kepemimpinannya, tipe pemimpin yang paling ideal
adalah kepemimpinan demokratik.
Meskipun kepemimpinan demokratik tidak selalu merupakan kepemimpinan yang paling efektif
dalam kehidupan organisasional, namun kepemimpinan demokratik tetap dipandang sebagai
pemimpin yang terbaik karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangankekurangannya.
b.
Pemimpin yang demokratik memperoleh pengakuan
yang tulus dari bawahan atas
kepemimpinannya sehingga pemimpin yang demokratik menjadi pemimpin yang disegani dan
dihormati, bukan pemimpin yang ditakuti.