Anda di halaman 1dari 12

Coba sebutkan dan jelaskan Tentang Hubungan Kepemimpinan Dengan Manajemen dalam

tempat kerja

I. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN MANAJEMEN


A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Sebagaimana manajemen, kepemimpinan atau leadership juga mempunyai difinisi yang
bermacam-macam.
Beberapa difinisi kepemimpinan / leadership adalah :
a.

Robert Dubin :
Kepemimpinan adalah pelaksanaan otoritas dan perbuatan keputusan.

b.

J. K. Henphill :
Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang
konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.

c.

George R. Terry
Kepemimpinan adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai
tujuan organisasi.

d.

Stoner
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
1.

Kesimpulan :
Dari beberapa difinisi tersebut yang paling mendekati dengan realitas di lapangan adalah
difinisi dari G. R. Terry dan Stoner.

2.

Pengertian / difinisi kepemimpinan yang kita gunakan adalah :


Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi orang lain atau kelompok
untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.

3.
a.

Dari pengertian / definisi tersebut ada 3(tiga) implikasi penting yang tampak, yaitu :
Kepemimpinan selalu menyangkut orang lain (bawahan/pengikut). Tanpa bawahan/ pengikut
tentu tidak akan ada pemimpin. Kesediaan bawahan / pengikut menerima pengarahan dan
melaksanakannya membuat proses kepemimpinan dapat berjalan.

b.

Kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan antara pemimpin dan bawahan/ anggota,


dimana kekuasaan pemimpin jauh lebih besar daripada bawahannya. Pemimpin dapat
memerintah bawahan sedang bawahan tidak dapat memerintah atasan.

c.

Pemimpin tidak hanya mengarahkan/memerintah bawahan tetapi juga harus dapat


mempengaruhi bawahan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

B. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN


1. Kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dari manajemen, khususnya dalam fungsi
pengarahan.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat mengarahkan dan
mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan.
2. Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang, padahal
jelas bahwa kepemimpinan adalah tidak sama dengan manajemen. Dalam manajemen,
kepemimpinan adalah merupakan salah satu bagian dari manajemen untuk mengarahkan dan
mempengaruhi anggota-anggotanya dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi
manajemen selalu berkaitan dengan organisasi apapun bentuknya apakah organisasi pemerintah,
usaha, sosial, dan kemasyarakatan.
Kepemimpinan atau leadership tidak hanya ada dalam lingkungan organisasi tetapi dapat muncul
dan ada dimana saja dan kapan saja, sepanjang ada seseorang yang berusaha mengarahkan dan
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh : seorang ulama yang
berpengaruh besar merubah perilaku orang lain dapat juga disebut pemimpin.
3. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah bagian penting dari
manajemen tetapi tidak sama dengan manajemen, seorang manajer harus berperilaku atau
melaksanakan fungsi kepemimpinan / leadership namun seorang pemimpin belum tentu seorang
manajer.

B. PROSES KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi yang meliputi 3 faktor, yaitu :
1. Pemimpin, meliputi :
Perilaku / gaya kepemimpinan
Ketrampilan
Pengetahuan
Nilai-nilai yang dianut
2.

Pengikut / bawahan, meliputi :


Norma dan nilai
Kepaduan
Keterikatan pada tujuan
Harapan kelompok
Kebutuhan kelompok

3.

Situasi, meliputi :
Nilai-nilai organisasi
Teknologi yang digunakan
Tuntutan tugas

Variasi tugas
Proses interaksi dari 3(tiga) faktor diatas output / hasilnya adalah prestasi dan kepuasan kerja
karyawan.
II. PENDEKATAN DAN TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
A. PENDEKATAN-PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Dalam studi kepemimpinan ada beberapa pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan kesifatan
Pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-sifat yang tampak
dari seorang pemimpin.
Ada sejumlah sifat / karakteristik tertentu yang berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan dari
pemimpin.
2.
Pendekatan perilaku
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang apa yang diperbuat
dan bagaimana melakukannya. Pendekatan ini bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Menurut pendekatan ini, keberhasilan
dari seorang pemimpin tergantung pada perilaku-perilaku yang diterapkannya.
3.
Pendekatan situasional
Pendekatan ini beranggapan bahwa efektivitas dari pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya
pimpinan tetapi juga ditentukan oleh situasi yang ada dari kepemimpinan tersebut, yang meliputi
tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan, dan harapan bawahan, lingkungan organisasi dan
sebagainya.

B. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. TEORI SIFAT / PENDEKATAN KESIFATAN
a.
Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kesifatan, maka teori sifat
memusatkan perhatiannya pada sifat-sifat dari pemimpin. Para ahli teori ini mencoba
menemukan karakteristik sifat-sifat individual dari pemimpin yang berhasil dan pemimpin yang
gagal.
b.

Beberapa sifat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap kepemimpinan


1.
Menurut EDWIN GHISELLI
a.
Kemampuan sebagai pengarah dan pengawas
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pok/orgn
c.
Kecerdasan mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir
d.
Ketegasan atau kemampuan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah-masalah
dengan cakap dan tepat

e.
f.

Kepercayaan diri
Berinisiatif atau mampu bertindak tanpa ketergantungan
2.

Menurut KEITH DAVIS


a.
Kecerdasan
b.
Kedewasaan
c.
Motivasi diri yang tinggi
d.
Sikap hubungan manusiawi

c.

Keterbatasan teori sifat


1. Tidak ada sifat-sifat yang seragam, yang dapat dipakai untuk semua situasi
2. Banyak pemimpin-pemimpin dunia yang berhasil namun ternyata sifat mereka berbeda-beda
2. TEORI PERILAKU / PENDEKATAN PERILAKU
Teori / pendekaan perilaku muncul karena ketidakpuasan terhadap pendekatan / teori sifat
yang tidak dapat menemukan sifat-sifat pemimpin yang efektif. Teori / pendekatan perilaku
memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang apa yang diperbuat dan bagaimana
dia melakukannya, yaitu bagaimana pemimpin menjalankan tugas, mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahan, dan sebagainya.
Teori perilaku memusatkan pada 2(dua) aspek perilaku kepemimpinan, yaitu ;

Fungsi-fungsi kepemimpinan

Gaya-gaya kepemimpinan
Ada beberapa teori dan penelitian yang terkenal dari pendekatan perilaku ini, yaitu adalah :
Teori X dan Y dari DOUGLAS MC. GREGOR
Studi Hichigan oleh R. LIKERT
Kisi-kisi manajerial dari BLAKE dan MOUTON

a.

b.

Fungsi-fungsi kepemimpinan
Agar pok/orgn dapat berjalan efektif, seorang pemimpin harus melaksanakan 2(dua) fungsi
utama kepemimpinan, yaitu :
1.
Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan penyelesaian, informasi dan
pendapat.
2.
c.
1.

2.

Fungsi-fungsi pemeliharaan pok atau sosial, yaitu mencakup segala sesuatu yang dapat
membantu pok berjalan lancar, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.
Gaya-gaya kepemimpinan
Pada dasarnya ada 2(dua) gaya kepemimpinan, yaitu :
Gaya dengan orientasi tugas
Yaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dapat dilaksanakan
dengan baik, dengan cara mengarahkan dan mengendalikan bawahan/karyawan secara ketat.
Pimpinan dengan gaya kepemimpinan seperti ini lebih memperhatikan keberhasilan pelaksanaan
tugas/pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
Gaya dengan orientasi karyawan

Yaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi kepada bawahan
dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan tugasnya serta mengembangkan hubungan yang bersahabat, saling percaya dan
hormat menghormati antar anggota politik.
d.

a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

a.
b.
e.
1.

2.

Teori X dan Y dari Mc. GREGOR


Menurut Mc. Gregor, strategi kepemimpinan dipengaruhi oleh anggapan-anggapan seorang
pemimpin tentang sifat dasar manusia, yang terdiri dari dua kumpulan anggapan yang saling
berlawanan, yaitu :
1.
Anggapan-anggapan teori X :
Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan, kalau bisa menghindar.
Sesuai dengan pembawaan manusia tersebut, maka orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan atau
diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas guna mencapai tujuan organisasi.
Rata-rata menusia ingin diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, ambisinya relative kecil
dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.
2.
Anggapan-anggapan teori Y
Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti bermain atau
istirahat.
Pengawasan dan ancaman hukuman bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha
pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi
mereka.
Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi juga
mencari tanggung jawab.
Ada kemampuan besar untuk melakukan imajinasi, kreativitas dalam penyelesaian masalahmasalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan
industri modern.
Dari kemampuan anggapan-angapan teori X dan Y tersebut maka akan muncul dua gaya
kepemimpinan yaitu :
Pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori X akan menyukai gaya kepemimpinan
otokratik.
Pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori Y akan lebih menyukai gaya kepemimpinan
partisipasif atau demokratis.
Studi Michigan oleh RENCIS LIKERT
LIKERT dengan menggunakan dua gaya dasar kepemimpinan yaitu orientasi tugas dan orientasi
karyawan, menyusun 4(empat) tingkatan efektivitas manajemen sebagai berikut :
Sistem 1
Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan memerintahkan
bawahan untuk melaksanakannya.
Manajer menetapkan standar dan metode pelaksanaan secara kaku.
Sistem 2
Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk
memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.

Bawahan juga diberi berbagai fleksibelitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batasbatas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
3. Sistem 3
Manajer dalam menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah mendiskusikannya
terlebih dulu dengan bawahan.
Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas.
Untuk memotivasi bawahan lebih banyak menggunakan penghargaan daripada ancaman
hukuman.
4. Sistem 4
Tujuan-tujuan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila ada keputusan yang
harus dibuat oleh manajer, maka hal tersebut dilakukan setelah mempertimbangkan saran-saran
dan pendapat-pendapat dari para anggota pok.
Dalam memotivasi bawahan, manajer tidak hanya menggunakan penghargaan-penghargaan
tetapi juga memberikan rasa dibutuhkan dan dianggap penting kepada bawahan.
Menurut R. LIKERS sistim ke 4 inilah yang paling ideal untuk jalannya organisasi.
f.

Kisi-kisi manajerial dan BLAKE dan MOUTON


Kisi-kisi manajerial (manajerial guide) yang dikembangkan oleh Blake dan Mouton juga
berhubungan dengan orientasi pimpinan/manajer pada orientasi tugas/produksi dan orientasi
karyawan.
Blake dan Mouton membuat kisi-kisi jaringan dengan sumbu horisontal untuk perhatian terhadap
tugas/produksi dengan sumbu vertikal untuk perhatian terhadap karyawan.

Dengan menggunaka kisi-kisi tersebut, diperoleh 5(lima) gaya dasar kepemimpinan, yaitu
sebagai berikut :
1. Perhatian terhadap produksi/tugas rendah dan perhatian terhadap karyawan juga rendah (titik
1.1). Kondisi seperti ini sering juga disebut manajemen jatuh miskin.
Ini adalah bentuk ekstrim dan gaya manajemen LAISSEZ-FAIRE, yaitu kepemimpinan yang
masa bodoh atau semaunya.
2. Perhatian terhadap tugas/produksi rendah, tetapi perhatian terhadap karyawan tinggi (titik 9.1).
Manajemen/kepemimpinan ini sering juga disebut manajemen santai, karena hanya memusatkan
perhatian pada kebutuhan dan kepuasan karyawan saja, sedangkan perhatian terhadap
tugas/produksi sangat kurang.
3.

Perhatian terhadap tugas/produksi sedang dan perhatian terhadap karyawan juga sedang (titik
5.5.). Manajemen jalan tengah sering juga disebut gaya middle of the road management, yaitu
gaya yang memperhatikan tugas/produksi dan karyawan secara seimbang.

4.

Perhatian terhadap tugas/produksi tinggi tetapi perhatian terhadap karyawan rendah (titik 9.1).
Sering juga disebut manajemen tugas atau otoritas, karena perhatiannya hanya tertuju pada
efisiensi dan produksi tidak memikirkan karyawan.

5.

Perhatian terhadap tugas/produksi tinggi dan perhatian terhadap karyawan juga tinggi (titik
9.9). Sering juga disebut manajemen tim atau demokratik. Manajemen ini memberikan perhatina

penuh/tinggi baik kepada tugas/produksi maupun kepada semangat kerja dan kepuasan
karyawan, melalui pendekatan partisipatif atau tim dalam pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Blake dan Mouton dari 5(lima) gaya kepemimpinan dasar tersebut, maka gaya
kepemimpinan manajemen tim atau demokratik-lah yang merupakan tipe kepemimpinan yang
paling efektif. Menurut mereka, pendekatan ini, hampir pada semua situasi, menghasilkan
peningkatan prestasi, tingkat absensi dan perputaran karyawan yang rendah.

3.
PENDEKATAN/TEORI SITUASIONAL - KONTINGENSI
Pendekatan situasional muncul karena adanya pemahaman dan kesadaran bahwa tidak ada
satupun gaya kepemimpinan yang tepat untuk semua situasi/kondisi.
Pendekatan situasional contingency menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan yang tepat
adalah sangat tergantung pada beberapa faktor situasional yang ada.
Ada beberapa teori situasional yang terkenal, adalah :
a.
Rangkaian kesatuan kepemimpinan dari
TANNEMBAUM dan SCHMIDT
Menurut Tannembaum dan Schmidt, ada 3 faktor/kekuatan yang harus dipertimbangkan manajer
sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu
1.
Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer, meliputi :
Sistem nilai
Kepercayaan terhadap bawahan
Kecenderungan kepemimpinannya sendiri
Perasaan aman dan tidak aman
2.

Kekuatan-kekuatan dalam diri bawahan, meliputi :

Kebutuhan akan kebebasan

Kebutuhan akan peningkatan tanggung jawab

Ketertarikan dan kemampuan dalam penanganan masalah

Harapan keterlibatan dan pembuatan keputusan

3.

Kekuatan-kekuatan dari situasi, meliputi :

Tipe organisasi

Efektifitas pok

Desakan waktu

Sifat masalah
Pendekatan yang paling efektif menurut Tannembaum dan Schmidt adalah sedapat mungkin
fleksibel serta memilih gaya kepemimpinan yang dibutuhkan/sesuai dengan waktu dan tempat
tertentu.

b.

Teori contingency dari FRED FIEDLER


Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu pok atau organisasi tergantung pada
interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi.
Menurut Fiedler ada 3(tiga) unsur dalam situasi kerja untuk menentukan gaya kepemimpinan,
yaitu :

1.
2.
3.

Hubungan pimpinan dengan anggota


Struktur tugas
Posisi kekuasaan pemimpin (formal)

Untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, manajer harus menyesuaikan gaya-gaya
kepemimpinannya dengan situasi yang ada.
Menurut Fiedler, situasi terbagi 2(dua), yaitu :
Situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pada kedua situasi tersebut, yaitu
menguntungkan dan tidak menguntungkan pada titik ekstrim maka penggunaan gaya
kepemimpinan yang berorientasi tugas akan efektif, namun bila situasi menguntungkan tersebut
hanya pada titik moderat, maka gaya kepemimpinan hubungan karyawan akan sangat efektif.
Dalam gambar dibawah terlihat bahwa situasi No. 1, 2, 7 dan 8, gaya kepemimpinan otokratik
mungkin paling efektif sedangkan pada situasi 3, 4, 5 dan 6 gaya kepemimpinan dengan orientasi
karyawan yang paling efektif. Apabila pemimpin mempunyai keterbatasan kemampuan untuk
merubah gaya kepemimpinannya maka situasinya harus diubah atau pemimpin harus dipilih
yang gayanya cocok dengan situasi yang ada.
c.

Teori Siklus kehidupan (HERSY dan BLANCHARD)


Teori ini berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang efektif bervariasi tergantung/berdasarkan
tingkat kematangan bawahan.
Kematangan bawahan adalah kesediaan bawahan dalam menerima tanggung jawab, kemampuan
dan pengalaman dalam penyelesaian tugasnya serta motivasi kuat akan prestasi. Hersy dan
Blanchard mengemukakan bahwa hubungan antara manajer dengan bawahan berjalan melalui
4(empat) tahap menurut perkembangan dan kematangan bawahan sebagai berikut :
1.
Gaya penjelasan (Telling Style)
Pada saat bawahan pertama kali masuk dalam organisasi, maka harus lebih banyak diberi
perintah dan penjelasan serta dibiasakan dengan aturan-aturan dan prosedur organisasi. Pada
situasi ini orientasi tugas yang tinggi dan orientasi hubungan yang rendah adalah yang paling
tepat (tugas tinggi dan hubungan rendah).
2.
Gaya menjual (Selling Style)
Pada tahap kedua, bawahan sudah mempelajari tugas-tugasnya. Pada tahap ini orientasi tugas
yang tinggi masih diperlukan, karena bawahan belum siap menerima tanggung jawab yang
penuh, namun kepercayaan dan dukungan pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat, dengan
demikian pemimpin dapat mulai menggunakan perilaku yang berorientasi hubungan yang tinggi
(tugas tinggi dan hubungan tinggi).
3.
Gaya partisipasi (Participating Style)
Pada tahap ketiga, kemampuan dan motivasi akan prestasi dari bawahan meningkat. Bawahan
secara aktif mulai mencari tanggung jawab yang lebih besar. Pada tahap ini perilaku pemimpin
berubah menjadi orientasi tugas rendah dan orientasi tugas rendah dan orientasi hubungan tinggi
(tugas rendah dan hubungan tinggi).

4.

Gaya pendelegasian (Delegating Style)

Pada tahap keempat, bawahan secara berangsur-angsur menjadi lebih percaya diri, sudah dapat
mengarahkan diri sendiri, cukup pengalaman dan tanggung jawabnya sudah dapat diandalkan.
Pada tahap ini perilaku pimpinan dapat di ubah menjadi gaya pendelegasian yaitu orientasi tugas
rendah dan orientasi hubungan juga rendah (tugas rendah, hubungan rendah).
III.

TIPOLOGI (TIPE TIPE) KEPEMIMPINAN


Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan, namun ada
5(lima) tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya, yaitu :
a. Tipe kepemimpinan Otokratik
b. Tipe kepemimpinan Paternalistik
c. Tipe kepemimpinan Kharismatik
d. Tipe kepemimpinan Laissez Faire
e. Tipe kepemimpinan Demokratik
Masing-masing tipe tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain.
Secara rinci karakteristik dari masing-masing tipe tersebut adalah sebagai berikut :

A. TIPE KEPEMIMPINAN OTOKRATIK


1.
Karakteristik
Memiliki rasa egoisme yang besar, sehingga :
1.
Menganggap disiplin kerja yang tinggi dari karyawan merupakan perwujudan kesetiaan
karyawan terhadap dirinya, pada hal disiplin kerja itu timbul karena ketakutan bukan karena
kesetiaan.
2.
Menganggap tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya, karena itu organisasi
diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi.
3.
Menganggap dirinya adalah sentral dari kehidupan organisasi karena itu tidak perlu membagi
kekuasaan/delegasi wewenang.

2.

b.

Menganut nilai organisasional yang membenarkan segala cara untuk pencapaian tujuan dimana
semua tindakan yang mempermudah pencapaian tujuan dianggap benar dan yang menjadi
penghalang akan disingkirkan.

c.

Kurang menghargai harkat dan martabat karyawan. Cenderung memperlakukan karyawan


sama dengan alat-alat lain dalam organisasi seperti mesin.

d.

Mengutamakan orientasi pada pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa memperhatikan


kebutuhan karyawan.

e.

Tidak melibatkan karyawan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan.

f.

Tidak mau menerima saran dan pendapat bawahan apalagi kritik.

Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan otokratik memiliki gaya kepemimpinan sebagai berikut :
a.
Menuntut ketaatan penuh dari bawahan

b.
c.

Dalam menegakkan disiplin bersifat kaku


Bernada keras dalam memberikan perintah
d.
Menggunakan pendekatan pumitaf (ancaman dan hukuman) dalam hal adanya penyimpangan
oleh bawahan.
3.

Kesimpulan
a.
Pemimpin yang otokratis memiliki serangkaian karakteristik yang negatif.
b.
Tipe kepemimpinan otokratis adalah bukan tipe kepemimpinan yang ideal terutama bila
dikaitkan dengan kehidupan organisasi yang munjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
c.
Tipe kepemimpinan otokratik hanya hanya dianggap baik apabila efektivitas kepemimpinan
hanya dilihat dari pencapaian tujuan dan sasaran saja.
B.

TIPE KEPEMIMPINAN PATERNALISTIK


Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional terutama masyarakat agaris.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan popularitas pemimpin yang paternalistik di lingkungan
tersebut, yaitu :

Kuatnya ikatan primordial

Extended Family System

Kehidupan masyarakat yang komunalistik

Peranan adat istiadat yang masih kuat dalam masyarakat

Masih ada hubungan pribadi yang kuat antar anggota masyarakat

Rasa hormat yang tinggi kepada orang tua atau yang dituakan

a.

Menganggap dirinya sebagai bapak yang bersifat melindungi dan memperhatikan kepentingan
karyawan.
Menganggap legitimasi kepemimpinannya adalah wajar, karena itu dalam memberikan
perintah dan pengambilan keputusan tidak harus melibatkan karyawan.
Mengutamakan kebersamaan dan memperlakukan semua orang dan semua kelompok seadil
dan serata mungkin.
Memberikan bimbingan dan perlindungan terus menerus kepada bawahan karena menganggap
bawahan belum dewasa.
Dalam menjalankan organisasi bersifat sentralistik. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai
sumber informasi, ide dan saran. Keputusan diambil sendiri.

b.
c.
d.
e.

an

Bercorak melindungi para bawahan sebagai bapak.


Banyak memberikan bimbingan dan tuntunan kepada bawahan seperti guru.
Dalam pengambilan keputusan bersifat sentralistik.

a.

Pimpinan paternalistik tumbuh dan berkembang di lingkungan tradisional yang masih kuat
ikatan primordialnya.
b.
Karyawan/bawahan kurang dapat mengembangkan bakat, potensi dan bawahan tidak didukung
untuk berpikir kreatif dan inovatif.
C.

TIPE KEPEMIMPINAN KHARISMATIK


Karakteristik
Karakteristik yang khas dari kepemimpinan kharismatik hanya 1(satu) yaitu daya tarik yang
memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang banyak.
Pemimpin kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak orang meskipun para
pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
2.
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan kharismatik berbeda-beda tergantung dari pribadi pimpinan tersebut. Ada
yang menggunakan gaya otokratik, paternalistik, laisser faire maupun demokratik.

Kesimpulan
Kepemimpinan kharismatik hanya bertumpu pada daya tarik atau daya pikat dari pimpinan
tersebut.
b. Jumlah pimpinan kharismatik sangat sedikit.
a.

D. TIPE KEPEMIMPINAN LAISSEZ FAIRE


Karakteristik
a.
Menganggap organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena karyawan sudah tau
tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta sudah tau tugas masing-masing.
b.
Cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan sendiri tanpa
banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan.
c.
Memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada bawaha karena menganggap bawahan
sudah dewasa, dapat bertanggung jawah dan taat pada norma-norma yang ada.
d.
Memberikan kebebasan kepada karyawan/bawahan untuk bertindak sesuai keyakinan hati
nurani asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi dapat tercapai.
e.
Prakarsa dalam menyusun struktur tugas bawahan sangat minim.
f.
Memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja.
a.

Gaya kepemimpinan
Banyak memberikan delegasi wewenang.
b.
Pengambilan keputusan lebih banyak diserahkan pada pimpinan yang lebih rendah, kecuali
hal-hal tertentu yang perlu keterlibatannya secara langsung.
c.
Mempertahankan status quo.
d.
Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk menumbuh kembangkan daya pikir yang
kreatif dan inovatif.
e.
Intervensi pimpinan dalam roda kehidupan organisasi sangat kecil, sepanjang perilaku dan
prestasi kerja karyawan memadai.

Kesimpulan
a.
Tipe kepemimpinan laissez faire lebih banyak berfungsi sebagai polisi lalu lintas dan
peranannya dalam menjalankan organisasi sangat pasif.
b.
Kepemimpinan tipe ini lebih banyak mempertahankan status quo dibanding peningkatan
prestasi organisasi secara dinamis,
E.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

a.
b.
c.
d.

TIPE KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK


Karakteristik
Menganggap bahwa fungsi pemimpin adalah sebagai koordinator dan integrator dari beberapa
unsur dan komponen organisasi, sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Pendekatannya selalu bersifat holistik dan integralistik.
Memperlakukan manusia secara manusiawi, mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia.
Memperlakukan organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama.
Melibatkan anggotan/bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam menindak bawahan, pendekatannya bersifat korektif dan edukatif, bukan pumitif
(hukuman) kecuali terpaksa.
Mendorong bawahan menumbuhkembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.
Mau menerima pendapat, saran dan kritik dari bawahan.
Senang memberikan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi tinggi, baik berupa pujian,
piagam sampai pada promosi.
Gaya kepemimpinan
Memanfaatkan sumber daya dan dana yang tersedia untuk kepentingan manusia dalam
organisasi agar tujuan dan sasaran organisasi tercapai.
Mendistribusikan delegasi wewenang yang praktis dan realistic tanpa kehilangan kendali
organisasi.
Melibatkan peran serta bawahan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.
Memperlakukan bawahan secara manusiawi serta memahami kebutuhan bawahan yang bersifat
kompleks.

Kesimpulan
a.
Sesuai dengan karakteristik dan gaya kepemimpinannya, tipe pemimpin yang paling ideal
adalah kepemimpinan demokratik.
Meskipun kepemimpinan demokratik tidak selalu merupakan kepemimpinan yang paling efektif
dalam kehidupan organisasional, namun kepemimpinan demokratik tetap dipandang sebagai
pemimpin yang terbaik karena kelebihan-kelebihannya mengalahkan kekurangankekurangannya.
b.
Pemimpin yang demokratik memperoleh pengakuan
yang tulus dari bawahan atas
kepemimpinannya sehingga pemimpin yang demokratik menjadi pemimpin yang disegani dan
dihormati, bukan pemimpin yang ditakuti.

Anda mungkin juga menyukai