Disusun Oleh :
Dosen Pengajar
TASRIL, SE, MM
4B1 Management
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN..........................................................................................2
II. PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kepemimpinan........................................................................................................3
B. Teori Kepemimpinan.................................................................................................................5
C. Pendekatan Terhadap Teori Kepemimpinan.............................................................................8
D. Perilaku Seorang Pemimpin.......................................................................................................9
E. Gaya Kepemimpinan................................................................................................................11
F. Perilaku Organisasi..................................................................................................................14
G. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja............................................................................14
III. KESIMPULAN.........................................................................................16
1
I. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu unsur yang cukup penting didalam menyelenggarakan organisasi, maka
peranan pemimpin menentukan sekali dalam upaya mencapai sasaran yang ditetapkan. Oleh
karena itu para pemegang wewenang harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi
dalam arti harus mampu mempengaruhi bawahannya untuk mencapai sasarannya tanpa harus
mengabaikan harapan-harapan bawahannya. Untuk itu disini akan diuraikan beberapa
pengertian dari kepemimpinan. Leadership (kepemimpinan) bukanlah gejala yang terisolir
tetapi merupakan produk interaksi antara orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan
adalah gejala social. Seorang pemimpin harus dapat memahami sikap dan sifat-sifat para
anggotanya. Menurut Ralph M. Stogdill, berpendapat setiap situasi menuntut kualitas
leadership yang berbeda. Sehingga seorang pemimpin yang sukses dalam situasi tertentu
tidak menjamin bahwa ia pasti sukses pada situasi yang lain. Sedangkan Gouldner berasumsi
bahwa teori kepemimpinan harus mencakup baik sifat-sifat atau cirri-ciri pemimpin maupun
situasi. Orang yang dapat memahami dan menguasai situasi adalah orang yang mempunyai
kemungkinan paling besar untuk menjadi pemimpin. Jadi dapat disimpulkan situasi berperan
terhadap muncul dan jatuhnya seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan perpaduan dari
tiga factor, yaitu situasi social, sifat-sifat atau cirri-ciri perseorangan dan kesempatan.
2
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan pengertian yang meliputi segala macam situasi yang dinamis,
yang berisi :
3
Kepemimpinan adalah seni kemampuan mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan
mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku
yang diinginkan oleh pemimpin organisasi agar bekerjasama menuju suatu tujuan tertentu
yang diinginkan bersama. Seorang dikatakan sebagai pemimpin jika ia dapat mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu., meskipun tidak ada ikatan-ikatan yang formal
dalam organisasi.
Dengan demikian pengertian kepemimpinan akan timbul dimanapun, asalkan terdapat unsur-
unsur berikut :
Dari banyaknya definisi di atas, hal yang tidak dapat dihindari adalah bahwa kepemimpinan
selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan kontekts. Ketiadaan salah satu dari ketiga
4
unsur tersebut akan menghilangkan esensi wacana kepemimpinan, yang pada akhirnya
ketiadaan esensi pemimpin itu sendiri. Pada era globalisasi yang ditandai restrukturisasi dan
redefinisi berbagai bidang kehidupan, pencarian tipe kepemimpinan menjadi topik menarik,
yang bahkan tidak jarang menimbulkan kontroversi. Pengertian umum kepemimpinan adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima
pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud
atau tujuan tertentu (Soetopo & Soemanto,1988:1)
Kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang
memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun
faktor-faktor ekstern (Winardi,1990:47) Locke (1997) melukiskan kepemimpinan sebagai
suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi
tersebut mencakup tiga elemen berikut :
B. Teori Kepemimpinan
8
C. Pendekatan Terhadap Teori Kepemimpinan
Banyak studi yang dilakukan untuk mempelajari tentang karakteristik seorang pemimpin.
Menurut Stoner,dkk (1996:162) ada tiga macam pendekatan yang dapat digunakan untuk
mempelajari kepemimpinan, yaitu :
1. Pendekatan sifat Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pemimpin
mempunyai beberapa sifat sama yang dibawa sejak lahir. Apabila
hanya ada beberapa orang yang menjadi pemimpin dan lebih banyak
lagi yang menjadi pengikut, berarti ada sesuatu yang menyebabkan
mereka bisa menjadi pemimpin. Pendekatan ini mencoba
membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dan yang
tidak menjadi pemimpin dan mengaitkan dengan keefektifan
pemimpin. Namun dalam penelitian terhadap pendekatan sifat ini
gagal untuk mengungkapkan sifat yang jelas dan konsisten yang
membedakan pemimpin dengan pengikut. Penelitian yang lain
menemukan bahwa kepemimpinan efektif tidak tergantung pada
sifat-sifat tertentu, tetapi lebih pada seberapa cocok sifat-sifat
pemimpin itu dengan kebutuhan dari situasinya.
2. Pendekatan tingkah laku Pendekatan ini tidak lagi mengemukakan
kualitas pemimpin yang efektif tetapi tentang apa yang dilakukan
oleh pemimpin yang efektif. Dalam pendekatan teori tingkah laku ini
mengemukakan bagaimana pemimpin mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahannya, serta melaksanakan
tugas mereka. Tingkah laku yang tidak seperti sifat dapat dipelajari
oleh individu yang dilatih dalam tingkah laku kepemimpinan yang
tepat yang akan mampu memimpin lebih efektif.
3. Pendekatan kontingensi/situasional Peneliti yang menggunakan
pendekatan sifat dan tingkah laku menunjukkan bahwa
kepemimpinan tergantung pada banyak variabel, seperti budaya
organisasi dan sifat dari tugas. Namun tidak semua sifat yang
dimiliki oleh semua pemimpin dan tidak semua gaya yang efektif
untuk semua situasi. Para peneliti mulai mencoba mencari faktor-
faktor dalam situasi yang mempengaruhi efektifitas gaya
kepemimpiana tertentu. Pendekatan ini mengungkapkan bahwa
teknik manajemen yang paling baik memberikan konstribusi untuk
pencapaian sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi atau
lingkungan yang berbeda. Pendekatan kontingensi atau situasional
ini memfokuskan pada faktor-faktor seperti tuntutan tugas, harapan
dan tingkah laku rekan setingkat, karakteristik dan tingkah laku
karyawan, budaya organisasi dan kebijakannya.
Bass (1990) dalam Hartanto (1991) beranggapan bahwa unjuk kerja kepemimpinan yang
9
lebih baik terjadi bila para pemimpin dapat menjalankan salah satu atau kombinasi dari
empat cara ini, yaitu :
Mengenai perkembangan sikap individu seorang pemimpin dari tinjauan psikoanalitis dapat
diikutu pendapat Erich Fromm sebagai berikut:
1. Tipe receptive Motto tipe ini “It is better to receive than to give,” yang artinya
lebih baik menerima daripada memberi. Ini adalah tipe orang yang patuh,
sederhana pemikirannya, ramah tamah, mudah menyesuaikan diri, responsife,
mudah setuju dan mudah hidup bersama-sama dengan orang lain. Tipe
semacam ini biasanya menjelmakan diri berupa pekerjaan atau procedur yang
baik, tetapi tidak memiliki daya kreasi dan inovasi. 2
2. Tipe exploitative Motto tipe ini “ It is better to rape than to receive “ artinya
lebih baik merampas daripada menerima. Ini adalah tipenya orang yang
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri (self confident), menarik hati,
sikapnya pasti dan daya inisiatifnya besar. Tetapi cenderung memiliki
kebanggaan yang berlebihan, terlalu mengagungkan dirinya, mementingkan
dirinya (selfish), terlalu percaya diri, ingin memuaskan diri sendiri, terlalu
nafsu untuk mewujudkan keinginannya dan setiap orang dijadikan sarana
eksploitasi.
3. Tipe hoarding (tipe searah) Tipe ini memiliki motto yang berbunyi “ There is
10
nothing new under the sun. Let’s leave things the way they are,” artinya
dibawah kolong langit ini tidak ada yang baru, oleh karena itu tinggalkanlah
yang ada itu. Ini adalah tipe orang yang ingin memperoleh status baru yang
lebih besar, jernih pikirannya, produktif pemikirannya, seringkali
mendominasi bawahannya, dan keakrabannya dengan bawahan timbul karena
ancaman. Ideanya, segala pelaksanaan tugas pekerjaan berjalan dengan lancar
dan tertib dan setiap orang dan segala sesuatunya berada ditempatnya.
4. Tipe marketing Motto tipe ini “ I will became as you desire me “, artinya ingin
menjadi orang yang dapat melayani keinginan orang lain. Tipe ini adalah
orang yang berubah-ubah sikapnya, siap dan senang sekali melayani
penawaran tertinggi. Tipe ini merasa bahwa dirinya bukanlah manusia yang
unik, tetapi adalah barang yang berharga. Lebih buruk lagi ia merasa dirinya
sebagai barang tidak mempunyai kedirian dan merasa asing terhadap diri
sendiri maupun orang lain.
5. Tipe produktif Tipe inipun juga tidak sempurna sebagaimana halnya tipe
sebelumnya. Ia merasa menderita karena nasib yang menimpanya
sebagaimana halnya kolega-koleganya. Namun ia memiliki tinjauan yang
relatif lebih jelas mengenai dirinya dan untuk apa ia bekerja. Mottonya adalah
“ I may not be completely master of may fate or captain of my soul, but I
certainly am not merely the victim of mindless circumstances”, artinya
mungkin saya tidak dapat menentukan nasib saya dengan pasti atau menguasai
diri saya, namun saya tidak ingin hanya menjadi korban dari lingkungan yang
tidak mempunyai pikiran. Oleh karena itu, ia memiliki keseimbangan diri
(sense of balance), memiliki daya untu menyesuaikan diri dan mempunyai
pendirian. Sehingga memungkinkannya untuk menghadapi keberhasilan dan
kegagalan, kebanggaan dan putus asa, tetapi dia berusaha menguasainya.
E. Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin harus memiliki gaya pendistribusian tugas, yang dalam hal ini
dapat disebut juga sebagai pola kepemimpinan dimana gaya kepemimpinan yang
dimiliki oleh seseorang pemimpin yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan,
jika ada persamaan barangkali dari sisi yang satu saja, sedangkan sisi yang lain
11
terdapat perbedaan-perbedaan dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik
atau lebih jelek daripada gaya kepemimpinan lainnya. Gaya kepemimpinan menurut
Ranupandojo dan Husnan (1995:224) adalah : “Sebagai pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”. Pada gaya kepemimpinan inilah yang
menyebabkan seseorang dipilih sebagai pemimpin atau manajer, sebab hal ini
sangat berhubungan erat dengan tujuan perusahaan yang dicapai, jenis-jenis
kegiatan yang harus dipimpin, karakteristik para tenaga kerja, motif, usaha dan lain-
lain.
Gaya kepemimpinan itu sendiri menurut Harris dikutip oleh Ranupandojo dan
Husnan (1995:225) :
12
mengambil keputusan dengan lebih leluasa dalam melaksanakan tugasnya
karena adanya pendelegasian dari pemimpin.
Diantara gaya kepemimpinan diatas ada gaya kepemimpinan yang berada diantara
ketiga gaya kepemimpinan tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Reddin yang
dikutip oleh Ranupandojo dan Husnan (1995:226) yang dikenal dengan “Reddin 3
D theory” yang mendasarkan seorang pemimpin yang berorientasi pada tugas yang
diberikan ataukah pada manusia yang mengerjakan. Pembagian ini digambarkan
pada gambar (lihat gambar 2.1) dimana dibagi menjadi empat bagian berikut :
Bagian 1, memisahakan/tidak memperhatikan baik pelaksanaan tugas, maupun
oarang yang melaksanakannya. Bagian 2, lebih memperhatikan pelaksanaan tugas,
dan sedikit perhatian pada orang yang melaksanakannya Bagian 3, sangat
memperhatikan ornag yang melaksanakannyan dan sedikit perhatian pada
pelaksanaan tugasnya Bagian 4, sangat memperhatikan,baik pada pelaksanaan
tugas, maupun orang yang melaksanakannya.
Keterangan :
1- I Deserter 1- E Bureaucrat
2- I Autocrat
3- I Benevolent Autocrat
4- I Missionary
13
5- E Developer
6- I Compromiser
4- E Executive
Pembagian diagram tersebut kedalam 4 bagian dilengkapi dengan dua tipe untuk setiap
bagian yaitu I singkatan dari Ineffective dan E singkatan dari Effective. Karena itu diagram
ini dikatakan sebagai 3-D (Dimension). Pentingnya peranan pemimpin dan segi-segi
kepemimpinan memang patut diperhatikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Maka akan timbul pertanyaan : gaya kepemimpinan mana yang paling efektif?. Dengan
mendasarkan pada beberapa pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa penentuan atas
gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya terletak pada bagaimana peran pengikut
memberikan penilaian perilaku dari pemimpin ketika mereka berhubungan dengan
pengikutnya. Menentukan penilaian terhadap gaya kepemimpinan yang efektif tidak hanya
tergantung pada gaya tertentu dari pemimpin tetapi pada situasi dimana gaya tersebut
digunakan. Pemimpinpemimpin tersebut perlu menyesuaikan gaya kepemimpinannya
dengan situasu tertentu dan pemimpin tersebut dapat belajar menjadi pemimpin yang efektif.
F. Perilaku Organisasi
Keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan sangat banyak
ditentukan oleh pemimpin organisasi. Pemimpin yang baik dan berhasil adalah pemimpin
yang selalu mengedepankan kepentingan dan keinginan serta kebutuhan pengikutnya
(bawahan), pengikut yang setia adalah pengikuti yang selalu mendengar dan mengikuti apa
yang diperintahkan atasannya sepanjang perintah itu berkaitan dengan kepentingan orang
banyak. Seseorang yang menerima tuntutan tugas pekerjaan yang tinggi akan dapat
menimbulkan kemauan yang keras untuk mau mengerjakan suatu kegiatan yang menjadi
kewajibannya bahkan tugas-tugas diluar peran dan tanggung jawabnya. Sebab bagaimanapun
kepemimpinan seseorang akan selalu diarahkan untuk kepentingan bersama yaitu
kepentingan anggota dan organisasi. Tidak jarang diantara pekerja atau karaywan berhasil
dalam mencapai tujuan organisasi karena merasa apa yang dikerjakan dalam upaya untuk
kepentingan bersama, disamping sebagai tanggung jawab yang diamanahkan karena itu harus
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan seuai dengan tuntutan pekerjaan.
Dengan demikian kepemimpinan yang baik adalah pemimpin yang selalu mengarahkan
pengikutnya untuk bekerja secara sungguh-sungguh dalam meningkatkan kinerja pekerjaan
untuk kepentingan bersama. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya koefisien analisis jalur
yang positif signifikan antara variabel kepemimpinan terhadap kinerja. Hal ini
menggambarkan bahwa ada pengaruh antara variabel kepemimpinan dengan variabel kinerja
secara positif signifikan. Artinya, semakin baik sistem kepemimpinan yang diterapkan dalam
mengerahkan dan memerintahkan bawahan akan mendorong semangat dan motivasi kerja
pegawai yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Dengan kata lain ada
hubungan positif antara kepemimpinan yang diterapkan dengan baik dengan hasil kerja yang
diharapkan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima karena didukung oleh
data dan fakta empiris.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian ini antara lain : Mukzam
(2000) dalam penelitiannya Pengaruh Perilaku Pemimpin dan Motivasi terhadap Kinerja
Karyawan Hasil dari penelitian ini perilaku tugas berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
perilaku hubungan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, motivasi kerja berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Robert J. Taorima (2007) dalam penelitiannya Interrelating
Leadership Behaviors, Organizational Socializational and Organizational Culture (pengaruh
perilaku kepemimpinan terhadap sosialisasi organisasi dan budaya organisasi) di Macau,
China. Hasil penelitiannya perilaku kepemimpinan. berpengaruh signifikan terhadap budaya
organisasi. Idris Azis (2006) Pengaruh Gaya Kepemimpinan, budaya organisasi, dan
Pengembangan SDM terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Kawasan Industri
Makassar) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap budaya organisasi, gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai dan budaya organisasi berpengaruh negatif namun
signifikan terhadap kinerja pegawai
15
III. KESIMPULAN
Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin. Seorang pemimpin pasti
memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan anggota yang lain yang ada pada organisasi
itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak
semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan
dan pengalamam. Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua
anggota merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan
dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua tumpuan dan
harapan berada di tanganya
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain(di dalam atau luar organisasi) untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin dalam suatu kepemimpinana yng efektif secara teoritis
diidentifikasikan memiliki karakteristik khas: fisik, mental, kepribadian, perilaku, gaya kepemimpinan
yang job cenfered atau employee cenfered, kepemimpinan yang situasional (kontingensi dan
partisipasi, path goal model), karismatik, transaksional dan transformasional.
16