Anda di halaman 1dari 17

PERILAKU ORGANISASI

“Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

Disusun Oleh :

Intan Dwi Lestari


2161201085

Dosen Pengajar

TASRIL, SE, MM

4B1 Management
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN..........................................................................................2
II. PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kepemimpinan........................................................................................................3
B. Teori Kepemimpinan.................................................................................................................5
C. Pendekatan Terhadap Teori Kepemimpinan.............................................................................8
D. Perilaku Seorang Pemimpin.......................................................................................................9
E. Gaya Kepemimpinan................................................................................................................11
F. Perilaku Organisasi..................................................................................................................14
G. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja............................................................................14
III. KESIMPULAN.........................................................................................16

1
I. PENDAHULUAN

Sebagai salah satu unsur yang cukup penting didalam menyelenggarakan organisasi, maka
peranan pemimpin menentukan sekali dalam upaya mencapai sasaran yang ditetapkan. Oleh
karena itu para pemegang wewenang harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi
dalam arti harus mampu mempengaruhi bawahannya untuk mencapai sasarannya tanpa harus
mengabaikan harapan-harapan bawahannya. Untuk itu disini akan diuraikan beberapa
pengertian dari kepemimpinan. Leadership (kepemimpinan) bukanlah gejala yang terisolir
tetapi merupakan produk interaksi antara orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan
adalah gejala social. Seorang pemimpin harus dapat memahami sikap dan sifat-sifat para
anggotanya. Menurut Ralph M. Stogdill, berpendapat setiap situasi menuntut kualitas
leadership yang berbeda. Sehingga seorang pemimpin yang sukses dalam situasi tertentu
tidak menjamin bahwa ia pasti sukses pada situasi yang lain. Sedangkan Gouldner berasumsi
bahwa teori kepemimpinan harus mencakup baik sifat-sifat atau cirri-ciri pemimpin maupun
situasi. Orang yang dapat memahami dan menguasai situasi adalah orang yang mempunyai
kemungkinan paling besar untuk menjadi pemimpin. Jadi dapat disimpulkan situasi berperan
terhadap muncul dan jatuhnya seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan perpaduan dari
tiga factor, yaitu situasi social, sifat-sifat atau cirri-ciri perseorangan dan kesempatan.

2
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Martoyo (1996:166) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah : “keseluruhan aktifitas dalam


rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama mencapai suatu tujuan yang
memeng didinginkan bersama”. Sedang Stoner,dkk (1996:161) mendefinisikan kepemimpian
sebagai berikut : “kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas
yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok”. Definisi ini menunjukkan bahwa
kepemimpianan melibatkan penggunaan pengaruh dan karenanya semua hubungan dapat
merupakan upaya kepemimpinan. Berdasarkan definisi tersebut diatas maka dapat
disimpulakan bahwa kepemimpinan adalah merupakan suatu seni atau cara bagaimana
seorang pemimpin mengelola atau mengkoordinasi perusahaan atau organisasinya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi syarat utama pemimpin ialah harus dapat
mempengaruhi orang lain (para bawahan) agar bawahan dapat bekerja sama dan dapat
mencapai hubungan yang baik, dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam rangka
pencapaian tujuan bersama.

Kepemimpinan merupakan pengertian yang meliputi segala macam situasi yang dinamis,
yang berisi :

1. Seorang manajer sebagai pemimpin yang mempunyai wewenang untuk


memimpin.
2. Bawahan yang dipimpin yang membantu manajer sesuai dengan tugas mereka
masing-masing.
3. Tujuan atau sasaran yang harus dicapai oleh manajer bersama-sama dengan
bawahannya

(Munandar,323) Kata kepemimpinan berasal dari kata “Leadership” yang merupakan


terjemahan dari bahasa Inggris. Ordway Tead menyatakan, leadership hanya merupakan
kegiatan mempengaruhi orang lain. Dari pengertian ini seolah Tead behasil meneliti
leadership itu dan menemukan satu pengertian yang secara ilmiah tampak universal dan
rasional. Jennings berkata “ We see then that leadership is represented mainly by an
emotional and even an unconscious attitude rather than an intellectual o rational attitude”

3
Kepemimpinan adalah seni kemampuan mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan
mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku
yang diinginkan oleh pemimpin organisasi agar bekerjasama menuju suatu tujuan tertentu
yang diinginkan bersama. Seorang dikatakan sebagai pemimpin jika ia dapat mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu., meskipun tidak ada ikatan-ikatan yang formal
dalam organisasi.

Dengan demikian pengertian kepemimpinan akan timbul dimanapun, asalkan terdapat unsur-
unsur berikut :

1. adanya orang yang dipengaruhi


2. adanya orang yang mempengaruhi
3. orang yang mempengaruhi mengarahkan kepada tercapainya sesuatu tujuan.

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian


sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan
fenomena yang kompleks dan situasional sebagaimana dapat dilihat dari banyaknya definisi
yang tampak dari waktu ke waktu, seperti terangkum dalam Hughes, Ginnett, dan Curphy
(1993) sebagai berikut :

1. The creative and directive force of morale (Munson:1921).


2. Directing and co-ordinating the work and group members (Fiedler:1967)
3. The process by which an agent induces subordinate to behave in a desired manner
(Bennis:1969).
4. The presence of a particular influence relationship between two or more persons
(Hollander & Julian:1969).
5. An interpersonal relation in which others comply because they want to, not because
they have to (Merton:1969).
6. The process of influencing an organized group toward accomplishing its goals (Roah
&Behling: 1984).
7. Transforming followers the ways to attain goals (Bass:1985 and
Tichy&Devanna:1986). Actions that focus resources to create desirable apportunities
(Campbell:1991). (Hughes, Ginnett, dan Curphy: 1993)

Dari banyaknya definisi di atas, hal yang tidak dapat dihindari adalah bahwa kepemimpinan
selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan kontekts. Ketiadaan salah satu dari ketiga
4
unsur tersebut akan menghilangkan esensi wacana kepemimpinan, yang pada akhirnya
ketiadaan esensi pemimpin itu sendiri. Pada era globalisasi yang ditandai restrukturisasi dan
redefinisi berbagai bidang kehidupan, pencarian tipe kepemimpinan menjadi topik menarik,
yang bahkan tidak jarang menimbulkan kontroversi. Pengertian umum kepemimpinan adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima
pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud
atau tujuan tertentu (Soetopo & Soemanto,1988:1)

Kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang
memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun
faktor-faktor ekstern (Winardi,1990:47) Locke (1997) melukiskan kepemimpinan sebagai
suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi
tersebut mencakup tiga elemen berikut :

1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan


hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut), apabila tidak ada
pengikut maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa
para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi
dan berelasi dengan para pengikut mereka.
2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus
melakukan sesuatu. Seperti telah di observasi oleh John Gardner (1986-1988)
kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas
yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar
menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan.
Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan
otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran,
memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan mengkomunikasikan visi

B. Teori Kepemimpinan

Para ahli kepemimpinan mengemukakan beberapa teori yang berbeda-beda, yaitu :


1. Teori Genetis, Teori ini mengetakan bahwa “ leaders are born and
not made “. Berarti seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
5
karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Teori
ini biasanya dianut dan hidup dikalangan kaum bangsawan.
Kesimpulannya seorang pemimpin menjadi pemimpin karena orang
tuanya jadi pemimpin. Sedangkan orang tua yang dulu tidak menjadi
pemimpin maka dipandang orang tersebut tidak cakap menjadi
pemimpin.
2. Teori Sosial ,Teori ini berlawanan dengan teori genetic. Teori ini
menyebutkan “ leaders are made and not born “. Penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman
yang cukup. Pada hakikatnya teori ini memandang semua orang
sama dan dapat menjadi pemimpin. Karena mereka memiliki bakat
dan kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin.
Kesimpulannya kepemimpinan bukan ditakdirkan, tetapi dibentuk
oleh pengaruh lingkungan.
3. Teori Ekologis Kedua teori tersebut diatas sangat ekstrim tetapi
tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka timbul teori ini. Inti
teori ini adalah seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin
yang baik apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat
kepemimpinan, bakat-bakat mana kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengelaman-pengalaman yang
memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang
memang telah dimiliki. Kesimpulannya teori ini merupakan
gabungan dari kedua teori yang sudah dijelaskan diatas.
4. Teori Bakat, Kepemimpinan memerlukan bakat, namun bakat ini
harus dikembangkan dengan melatih diri dalam sifat-sifat dan
kebiasaan tertentu dengan berpedoman kepada suatu teori tentang
berbagai sikap mental yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Teori serba sifat (triat theory) yang dikenal sebagai Teori orang besar
(Great Man Theory) mengajarkan bahwa kepemimpinan memerlukan
serangkaian sifat-sifat, ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin
keberhasilan pada setiap situasi. Awalnya teori ini didasarkan atas
penelitian terhadap sifat-sifat orang besar yang berkesimpulan bahwa
6
kepemimpinan ornag besar didasarkan atas sifat-sifat yang dibawa
sejak lahir, jadi merupakan sesuatu yang diwariskan. Oleh karena itu,
pemimpin dianggap memiliki sifat-sifat yang dibawa sejak lahir dan
menjadi pemimpin karena memiliki bakat kepemimpinan. Teori ini
sejalan dengan teori genetis.
5. Teori Lingkungan Teori lingkungan menyatakan bahwa munculnya
para pemimpin merupakan hasil pembentukan dari waktu, tempat,
dan keadaan dan kondisi. Teori ini sejalan dengan teori sosial,
dimana teori sosial mengatakan bahwa seorang pemimpin akan
muncul bila ia berada di lingkungan sosial. Selain itu teori
lingkungan mengatakan bahwa masa, periode, tempat, lokasi, situasi
dan kondisi atau keadaan tertentu, misalnya sebagai akibat peristiwa
yang menggemparkan akan menampilkan seorang pemimpin yang
dikehendaki oleh lingkungan dan tempat tersebut.
6. Teori Hubungan, Kepribadian dengan situasi Penganut teori ini
berpendapat bahwa kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
kepribadiannya. Pemimpin harus mengenal dirinya, mengenal
kelompok orang-orang yang dipimpinnya, mengenal sifat-sifat
pekerjaan yang diselesaikan, serta mengetahui sifat serta hukum di
lingkungannya. Pemimpin harus berperan sebagai pembina
kelompok yang dipimpin, menciptakan caracara yang gampang
untuk membangun semangat kerja atau memberi kesempatan serta
memahami apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus dicapai.
Teori pribadi dan situasi (personal-situation-theory) hanya
menjelaskan kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat yang
tunggal dan mengabaikan faktor interaksi antara faktor pribadi dan
faktor situasi, karena itu muncul teori pribadi dan situasi.
7. Teori Hubungan antar manusia, Penganut teori ini menekankan
kepada faktor atau unsure manusia. Manusia pada umumnya
mempunyai motif untuk mau berbuat sesuatu. Motif tersebut
didasarkan pada perhitungan keinginan atau pamrih, atau
perhitungan untung-rugi. Akan tetapi hal itu tergantung dari
pendidikan, kecerdasan, pengalaman, nasihat lingkungan, dan
7
sebagainya. Menurut teori ini seorang pemimpin dalam melakukan
kepemimpinannya harus pandai melakukan hubungan-hubungan
antar manusia yaitu dapat memelihara keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan perseorangan dan kepentingan umum
organisasi.
8. Teori Beri Memberi, Teori ini bependapat bahwa antara pemimpin
dan yang dipimpin harus terdapat tukar menukar keuntungan.
Pemimpin yang hanya mengejar keuntungannya akan kecil daya
kepemimpinanya dan sebaliknya pemimpin yang mampu memberi
penghargaan, gengsi atau kehormatan kepada anggotanya akan
memperoleh daya kepemimpinan yang tinggi. Dalam hai ini cara
memberi merupakan suatu seni sendiri, salah-salah akan merusak
segala-galanya. Selain itu teori ini juga menyatakan bahwa interaksi
social menggambarkan suatu bentuk tukar menukar dimana anggota
kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan-pengorbanan
mereka sendii dan meneima imbalan. Interaksi tersebut berlangsung
terus karena para anggota merasakan tukar menukar secara social ini
saling memberikan penghargaan atau keuntungan.
9. Teori Kegiatan-Harapan, Teori ini berpendapat bahwa kegiatan-
kegiatan manusia yang berkelompok itu terdiri atas aksi, reaksi dan
interaksi bermacam-macam perasaan pada pihak-pihak yang
bersangkutan. Segala tindakan pemimpin harus dapat memberi
kepercayaan, demikian pula orang – ornag yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin harus mengembangkan kepemimpinanya yang
terdiri atas perbuatan-perbuatan yang selalu ada isinya. Artinya yang
tidak mengecewakan orang-orang yang bersangkutan dalam harapan-
harapan mereka. Dari penjelasan ketiga teori diatas, M. Karjadi
mengambil kesimpulan sederhana menjadi tiga kelompok teori,
sebagai berikut : 1. kelompok teori keturunan 2. kelompok teori
pengaruh lingkungan 3. kelompok teori campuran antara teori
keturunan dan teori pengaruh lingkungan

8
C. Pendekatan Terhadap Teori Kepemimpinan
Banyak studi yang dilakukan untuk mempelajari tentang karakteristik seorang pemimpin.
Menurut Stoner,dkk (1996:162) ada tiga macam pendekatan yang dapat digunakan untuk
mempelajari kepemimpinan, yaitu :
1. Pendekatan sifat Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pemimpin
mempunyai beberapa sifat sama yang dibawa sejak lahir. Apabila
hanya ada beberapa orang yang menjadi pemimpin dan lebih banyak
lagi yang menjadi pengikut, berarti ada sesuatu yang menyebabkan
mereka bisa menjadi pemimpin. Pendekatan ini mencoba
membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dan yang
tidak menjadi pemimpin dan mengaitkan dengan keefektifan
pemimpin. Namun dalam penelitian terhadap pendekatan sifat ini
gagal untuk mengungkapkan sifat yang jelas dan konsisten yang
membedakan pemimpin dengan pengikut. Penelitian yang lain
menemukan bahwa kepemimpinan efektif tidak tergantung pada
sifat-sifat tertentu, tetapi lebih pada seberapa cocok sifat-sifat
pemimpin itu dengan kebutuhan dari situasinya.
2. Pendekatan tingkah laku Pendekatan ini tidak lagi mengemukakan
kualitas pemimpin yang efektif tetapi tentang apa yang dilakukan
oleh pemimpin yang efektif. Dalam pendekatan teori tingkah laku ini
mengemukakan bagaimana pemimpin mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahannya, serta melaksanakan
tugas mereka. Tingkah laku yang tidak seperti sifat dapat dipelajari
oleh individu yang dilatih dalam tingkah laku kepemimpinan yang
tepat yang akan mampu memimpin lebih efektif.
3. Pendekatan kontingensi/situasional Peneliti yang menggunakan
pendekatan sifat dan tingkah laku menunjukkan bahwa
kepemimpinan tergantung pada banyak variabel, seperti budaya
organisasi dan sifat dari tugas. Namun tidak semua sifat yang
dimiliki oleh semua pemimpin dan tidak semua gaya yang efektif
untuk semua situasi. Para peneliti mulai mencoba mencari faktor-
faktor dalam situasi yang mempengaruhi efektifitas gaya
kepemimpiana tertentu. Pendekatan ini mengungkapkan bahwa
teknik manajemen yang paling baik memberikan konstribusi untuk
pencapaian sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi atau
lingkungan yang berbeda. Pendekatan kontingensi atau situasional
ini memfokuskan pada faktor-faktor seperti tuntutan tugas, harapan
dan tingkah laku rekan setingkat, karakteristik dan tingkah laku
karyawan, budaya organisasi dan kebijakannya.

D. Perilaku Seorang Pemimpin

Bass (1990) dalam Hartanto (1991) beranggapan bahwa unjuk kerja kepemimpinan yang

9
lebih baik terjadi bila para pemimpin dapat menjalankan salah satu atau kombinasi dari
empat cara ini, yaitu :

1. Memberi wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan


kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan
pada para bawahannya (Idealized Influence - Charisma),
2. Menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan
simbolsimbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan
tujuantujuan penting dengan cara yang sederhana (Inspirational
Motivation),Fungsi dan Dinamika Budaya Organisasi
3. Meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah
secara seksama (Intellectual Stimulation), dan 4. Memberikan
perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara
khusus dan pribadi (Individualized Consideration). Pemimpin yang
seperti ini akan dianggap oleh rekan-rekan atau bawahan mereka
sebagai pemimpin yang efektif dan memuaskan.

Mengenai perkembangan sikap individu seorang pemimpin dari tinjauan psikoanalitis dapat
diikutu pendapat Erich Fromm sebagai berikut:
1. Tipe receptive Motto tipe ini “It is better to receive than to give,” yang artinya
lebih baik menerima daripada memberi. Ini adalah tipe orang yang patuh,
sederhana pemikirannya, ramah tamah, mudah menyesuaikan diri, responsife,
mudah setuju dan mudah hidup bersama-sama dengan orang lain. Tipe
semacam ini biasanya menjelmakan diri berupa pekerjaan atau procedur yang
baik, tetapi tidak memiliki daya kreasi dan inovasi. 2
2. Tipe exploitative Motto tipe ini “ It is better to rape than to receive “ artinya
lebih baik merampas daripada menerima. Ini adalah tipenya orang yang
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri (self confident), menarik hati,
sikapnya pasti dan daya inisiatifnya besar. Tetapi cenderung memiliki
kebanggaan yang berlebihan, terlalu mengagungkan dirinya, mementingkan
dirinya (selfish), terlalu percaya diri, ingin memuaskan diri sendiri, terlalu
nafsu untuk mewujudkan keinginannya dan setiap orang dijadikan sarana
eksploitasi.
3. Tipe hoarding (tipe searah) Tipe ini memiliki motto yang berbunyi “ There is
10
nothing new under the sun. Let’s leave things the way they are,” artinya
dibawah kolong langit ini tidak ada yang baru, oleh karena itu tinggalkanlah
yang ada itu. Ini adalah tipe orang yang ingin memperoleh status baru yang
lebih besar, jernih pikirannya, produktif pemikirannya, seringkali
mendominasi bawahannya, dan keakrabannya dengan bawahan timbul karena
ancaman. Ideanya, segala pelaksanaan tugas pekerjaan berjalan dengan lancar
dan tertib dan setiap orang dan segala sesuatunya berada ditempatnya.
4. Tipe marketing Motto tipe ini “ I will became as you desire me “, artinya ingin
menjadi orang yang dapat melayani keinginan orang lain. Tipe ini adalah
orang yang berubah-ubah sikapnya, siap dan senang sekali melayani
penawaran tertinggi. Tipe ini merasa bahwa dirinya bukanlah manusia yang
unik, tetapi adalah barang yang berharga. Lebih buruk lagi ia merasa dirinya
sebagai barang tidak mempunyai kedirian dan merasa asing terhadap diri
sendiri maupun orang lain.
5. Tipe produktif Tipe inipun juga tidak sempurna sebagaimana halnya tipe
sebelumnya. Ia merasa menderita karena nasib yang menimpanya
sebagaimana halnya kolega-koleganya. Namun ia memiliki tinjauan yang
relatif lebih jelas mengenai dirinya dan untuk apa ia bekerja. Mottonya adalah
“ I may not be completely master of may fate or captain of my soul, but I
certainly am not merely the victim of mindless circumstances”, artinya
mungkin saya tidak dapat menentukan nasib saya dengan pasti atau menguasai
diri saya, namun saya tidak ingin hanya menjadi korban dari lingkungan yang
tidak mempunyai pikiran. Oleh karena itu, ia memiliki keseimbangan diri
(sense of balance), memiliki daya untu menyesuaikan diri dan mempunyai
pendirian. Sehingga memungkinkannya untuk menghadapi keberhasilan dan
kegagalan, kebanggaan dan putus asa, tetapi dia berusaha menguasainya.

E. Gaya Kepemimpinan

Setiap pemimpin harus memiliki gaya pendistribusian tugas, yang dalam hal ini
dapat disebut juga sebagai pola kepemimpinan dimana gaya kepemimpinan yang
dimiliki oleh seseorang pemimpin yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan,
jika ada persamaan barangkali dari sisi yang satu saja, sedangkan sisi yang lain

11
terdapat perbedaan-perbedaan dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik
atau lebih jelek daripada gaya kepemimpinan lainnya. Gaya kepemimpinan menurut
Ranupandojo dan Husnan (1995:224) adalah : “Sebagai pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”. Pada gaya kepemimpinan inilah yang
menyebabkan seseorang dipilih sebagai pemimpin atau manajer, sebab hal ini
sangat berhubungan erat dengan tujuan perusahaan yang dicapai, jenis-jenis
kegiatan yang harus dipimpin, karakteristik para tenaga kerja, motif, usaha dan lain-
lain.

Istilah gaya kepemimpinan atau style leadership menurut Stoner,dkk (1996:161)


adalah : “Berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses
mengarahkan dan mempengaruhi pekerja”. Berkenaan dengan hal diatas, maka akan
diuraiakan mengenai gaya kepemimpinan yang erat hubungannya antara anggota
dengan kepemimpinan itu sendiri.

Gaya kepemimpinan itu sendiri menurut Harris dikutip oleh Ranupandojo dan
Husnan (1995:225) :

1. Kepemimpinan otokratik Merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin


menganggap bahwa semua kewajiban untuk menganbil keputusan, menjalankan
tindakan, mengarahkan, memberi motivasi, dan mengawasi bawahan terpusat di
tangannya. Seorang otokrat mengawasi pelaksanaan pekerjaannya dengan
makdud agar tidak terjadi penyimpangan dari arah yang diberikannya.

2. Kepemimpinan partisipasi Merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin


selalu meminta dan menggunakan saran-saran bawahannya, menciptakan kerja
sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Gaya
kepemimpinan ini selalu memotivasi bawahan agar merasa ikut
memilikiorganisasi, namun demikian pengambilan keputusan tetap barada pada
pemimpin.

3. Kepemimpinan free rein/delegasi Merupakan gaya kepemimpinan menyerahkan


tanggung jawab atas peleksanaan pekerjaan pada bawahan, dalam arti pemimpin
menginginkan agar para bawahan dapat mengendalikan diri mereka dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan kepemimpinan ini bawahan dapat

12
mengambil keputusan dengan lebih leluasa dalam melaksanakan tugasnya
karena adanya pendelegasian dari pemimpin.

Diantara gaya kepemimpinan diatas ada gaya kepemimpinan yang berada diantara
ketiga gaya kepemimpinan tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Reddin yang
dikutip oleh Ranupandojo dan Husnan (1995:226) yang dikenal dengan “Reddin 3
D theory” yang mendasarkan seorang pemimpin yang berorientasi pada tugas yang
diberikan ataukah pada manusia yang mengerjakan. Pembagian ini digambarkan
pada gambar (lihat gambar 2.1) dimana dibagi menjadi empat bagian berikut :
Bagian 1, memisahakan/tidak memperhatikan baik pelaksanaan tugas, maupun
oarang yang melaksanakannya. Bagian 2, lebih memperhatikan pelaksanaan tugas,
dan sedikit perhatian pada orang yang melaksanakannya Bagian 3, sangat
memperhatikan ornag yang melaksanakannyan dan sedikit perhatian pada
pelaksanaan tugasnya Bagian 4, sangat memperhatikan,baik pada pelaksanaan
tugas, maupun orang yang melaksanakannya.

Keterangan :

1- I Deserter 1- E Bureaucrat

2- I Autocrat
3- I Benevolent Autocrat
4- I Missionary

13
5- E Developer
6- I Compromiser
4- E Executive
Pembagian diagram tersebut kedalam 4 bagian dilengkapi dengan dua tipe untuk setiap
bagian yaitu I singkatan dari Ineffective dan E singkatan dari Effective. Karena itu diagram
ini dikatakan sebagai 3-D (Dimension). Pentingnya peranan pemimpin dan segi-segi
kepemimpinan memang patut diperhatikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Maka akan timbul pertanyaan : gaya kepemimpinan mana yang paling efektif?. Dengan
mendasarkan pada beberapa pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa penentuan atas
gaya kepemimpinan seseorang sebenarnya terletak pada bagaimana peran pengikut
memberikan penilaian perilaku dari pemimpin ketika mereka berhubungan dengan
pengikutnya. Menentukan penilaian terhadap gaya kepemimpinan yang efektif tidak hanya
tergantung pada gaya tertentu dari pemimpin tetapi pada situasi dimana gaya tersebut
digunakan. Pemimpinpemimpin tersebut perlu menyesuaikan gaya kepemimpinannya
dengan situasu tertentu dan pemimpin tersebut dapat belajar menjadi pemimpin yang efektif.

F. Perilaku Organisasi

Sebelum membahas tentang perilaku organisasi perlu dibahas


tentang perilaku manusia. Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi
dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya.
Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu
dengan lingkungannya.ini berarti seseorng individu dengan
lingkungannya menentukan perilaku keduanya secara langsung. Individu
membawa kedalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Ini semuanya
adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu. Dan karakteristik
tersebut akan dibawa kedalam organisasi. Perilaku organisasi adalah
suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam
suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku organisasi dapat
dipahami lewat suatu penelaahan dari bagaimana organisasi itu dimulai,
tumbuh, dan berkembang, dan bagaimana pula suatu struktur, proses,
dan nilai dari suatu sistem tumbuh bersama yang memungkinkan mereka
dipelajari dan disesuaikan pada lingkunganIndikator-indikator Budaya
14
Organisasi
G. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan sangat banyak
ditentukan oleh pemimpin organisasi. Pemimpin yang baik dan berhasil adalah pemimpin
yang selalu mengedepankan kepentingan dan keinginan serta kebutuhan pengikutnya
(bawahan), pengikut yang setia adalah pengikuti yang selalu mendengar dan mengikuti apa
yang diperintahkan atasannya sepanjang perintah itu berkaitan dengan kepentingan orang
banyak. Seseorang yang menerima tuntutan tugas pekerjaan yang tinggi akan dapat
menimbulkan kemauan yang keras untuk mau mengerjakan suatu kegiatan yang menjadi
kewajibannya bahkan tugas-tugas diluar peran dan tanggung jawabnya. Sebab bagaimanapun
kepemimpinan seseorang akan selalu diarahkan untuk kepentingan bersama yaitu
kepentingan anggota dan organisasi. Tidak jarang diantara pekerja atau karaywan berhasil
dalam mencapai tujuan organisasi karena merasa apa yang dikerjakan dalam upaya untuk
kepentingan bersama, disamping sebagai tanggung jawab yang diamanahkan karena itu harus
dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan seuai dengan tuntutan pekerjaan.
Dengan demikian kepemimpinan yang baik adalah pemimpin yang selalu mengarahkan
pengikutnya untuk bekerja secara sungguh-sungguh dalam meningkatkan kinerja pekerjaan
untuk kepentingan bersama. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya koefisien analisis jalur
yang positif signifikan antara variabel kepemimpinan terhadap kinerja. Hal ini
menggambarkan bahwa ada pengaruh antara variabel kepemimpinan dengan variabel kinerja
secara positif signifikan. Artinya, semakin baik sistem kepemimpinan yang diterapkan dalam
mengerahkan dan memerintahkan bawahan akan mendorong semangat dan motivasi kerja
pegawai yang pada akhirnya akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Dengan kata lain ada
hubungan positif antara kepemimpinan yang diterapkan dengan baik dengan hasil kerja yang
diharapkan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima karena didukung oleh
data dan fakta empiris.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian ini antara lain : Mukzam
(2000) dalam penelitiannya Pengaruh Perilaku Pemimpin dan Motivasi terhadap Kinerja
Karyawan Hasil dari penelitian ini perilaku tugas berpengaruh terhadap kinerja karyawan,
perilaku hubungan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, motivasi kerja berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Robert J. Taorima (2007) dalam penelitiannya Interrelating
Leadership Behaviors, Organizational Socializational and Organizational Culture (pengaruh
perilaku kepemimpinan terhadap sosialisasi organisasi dan budaya organisasi) di Macau,
China. Hasil penelitiannya perilaku kepemimpinan. berpengaruh signifikan terhadap budaya
organisasi. Idris Azis (2006) Pengaruh Gaya Kepemimpinan, budaya organisasi, dan
Pengembangan SDM terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Kawasan Industri
Makassar) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap budaya organisasi, gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai dan budaya organisasi berpengaruh negatif namun
signifikan terhadap kinerja pegawai

15
III. KESIMPULAN

Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin. Seorang pemimpin pasti
memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan anggota yang lain yang ada pada organisasi
itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak
semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan
dan pengalamam. Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua
anggota merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan
dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua tumpuan dan
harapan berada di tanganya

Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain(di dalam atau luar organisasi) untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin dalam suatu kepemimpinana yng efektif secara teoritis
diidentifikasikan memiliki karakteristik khas: fisik, mental, kepribadian, perilaku, gaya kepemimpinan
yang job cenfered atau employee cenfered, kepemimpinan yang situasional (kontingensi dan
partisipasi, path goal model), karismatik, transaksional dan transformasional.

16

Anda mungkin juga menyukai