Anda di halaman 1dari 16

GAYA KEPEMIMPINAN YUSUF MANGGABARANI

TUGAS : TEORI KEPEMIMPINAN

OLEH
IYAN SOFYAN
G31MN21028

PROGRAM DOKTOR ILMU MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Kepemimpinan..........................................................................................4
2.2 Gaya Kepemimpinan.................................................................................5
2.3 Biografi Yusuf Manggabarani...................................................................9
2.4 Gaya Kepemimpinan Yusuf Manggabarani............................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
1.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai

berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih

dikenal dengan ilmu tentang Kepemimpinan. Hal ini terlihat dari banyaknya

literature yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang

atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi

dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-

calon pemimpin.

Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen suatu perusahaan atau

suatu organisasi, demikian juga halnya dengan seluruh sumber daya atau

karyawan yang ada di dalam suatu perusahaan. Demikian pentingnya peranan

kepemimpinan dalam perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses atau

tidaknya suatu perusahaan ditentukan oleh pemimpin dalam suatu perusahaan.

Sebaliknya sukses tidaknya seorang pemimpin, dalam melaksanakan tugas

kepemimpinannya, banyak ditentukan oleh tingkat keterampilan teknis ( technical

skills) yang dimilikinya, dan keahliannya, dalam menggerakan orang lain untuk

bekerja dengan baik ( managerial skill). Dalam hubungan ini perlu ditekankan

bahwa seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang tidak

melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat operasional, tetapi

mengambil keputusan, menentukan kebijakan dan menggerakkan orang lain untuk

1
2

melaksanakan keputusan yang telah diambil sesuai dengan kebijaksaaan yang

telah digaris.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala,

kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradaban

manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau

kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya

menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari

kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasaman antar manusia dan mulai unsur-

unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok

tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan

yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari

keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan

lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat

yang tidak ringan, karena memimpin sebagai ujung tombak kelompok.

Dalam setiap organisasi atau negara harus memiliki pemimpin agar

berjalan dengan baik. Tanpa adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah

dalam menjalankan semua elemen dan komponen yang ada dalam organisasi

tersebut. Seorang pemimpin tidak begitu saja dipiliih dan ditentukan. Ada kriteria-

kriteria tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir

dan berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgent diperhatikan.

Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini.

Cara dan pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari

kepemimpinan seseorang. Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang
3

pemimpin memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu

semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan strategi yang baik dan sesuai dengan

kondisinya. Maka penyusun mencoba menguraikan materi kepemimpinan dalam

makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gaya kepemimpinan Yusuf Manggabarani dalam memimpin

suatu organisasi atau intitusi dan bagaimana kelemahan dari gaya kepemimpinan

yang dimiliki oleh Yusuf Manggabarani ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gaya

kepemimpinan Yusuf Manggabarani dalam memimpin suatu organisasi atau

intitusi dan kelemahan dari gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Yusuf

Manggabarani .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan

adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Maka

kepemimpinan adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang, baik dalam

mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu.

Menurut beberapa ahli:

a. Miftah Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk

mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku

manusia, baik perseorangan maupun kelompok.

b. Hadari, memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan

nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan  diartikan sebagai

proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan

kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai

proses memengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan

semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

c. Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah

suatu proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah.

d.  Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni

atau proses memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai

tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias.

4
5

e. Frigon menjelaskan “leadership is the art and sciene of getting others to

perform and achieve vision.

f. Nanus mengemukakan “leadership role in policy formation has a solid

foundation in practice and is safely short of usurfing a governing broad’s

prerogrative in establishing policy”

g. Overton berpendapat “leadership is ability to get work done and through

others while gaining then confidence and cooperation”.

Maka dari beberapa defenisi yang disampaikan diatas dapat kita pahami

bahwa kepemimpian merupakan usaha untuk memengaruhi orang dengan

memberikan motivasi dan arahan agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan bersama.

2.2 Gaya Kepemimpinan

Pada saat bagaimanapun juga jika seorang berusaha untuk mempengaruhi

prilaku orang lain melibatkan orang kepada aktifitas kepemimpinan. Jika

kepemimpinan terjadi dalam suatu organisasi tertentu, dan seseorang perlu

mengembangkan staff dan membangun motivasi yang menghasilkan tingkatan

produktifitas yang tinggi, maka pimpinan perlu memikirkan gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang

pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain.

Teori jalur sasaran menyatakan bahwa karakteristik karakteristik pribadi

ini menentukan ketepan dari berbagai jenis gaya kepemimpinan menurut thomas

dan snell (2009 : 117). Teori tersebut mengajukan beberapa usulan:


6

a) Gaya kepemimpinan direktif akan lebih tepat bagi orang-orang yang

sangat otoriter karena orang-orang seperti itu menghormati wewenang.

b) Gaya kepemimpinan yang partisipatif akan lebih tepat bagi orang-orang

yang memiliki lokasi kendali internal, karena individu-individu ini lebih

suka memiliki lebih banyak pengaruh atas kehidupan mereka sendiri.

c) Gaya direktif akan lebih tepat ketika para bawahan memilki kemampuan

yang rendah. Gaya direktif akan membantu orang-orang mengerti harus

dilakukan.

Gaya kepemimpinan yang tepat juga akan ditetukan oleh tiga factor

lingkungan yang penting: pekerjaan seseorang, sistem wewenang formal

organisasi, dan kelompok kerja utama.

a) Kepemimpinan direktif akan tidak tepat jika pekerjaan-pekerjaan yang ada

telah terstruktur dengan baik.

b) Jika pekerjaan dan wewenang atau sistem aturan menimbulkan

ketidakpuasan, kepemimpinan direktif akan menciptakan rasa tidak puas

yang lebih besar lagi.

c) Jika pekerjaan dan wewenang atau sistem aturan menimbulkan

ketidakpuasan, kepemimpin yang suportif akan lebih tepat, karena

menawarkan satu sumber kepuasan yang positif didalam suatu situasi yang

negatif.

d) Jika kelompok kerja utama memberikan dukungan sosial bagi para

anggotanya, kepemimpinan suportif akan memiliki arti yang kurang

penting.
7

Kepemimpinan yang efektif dan efisien akan terwujud apabila dijalankan

berdasarkan fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus

berusaha menjadi bagian dari situasi kelompok atau organisasi yang dipimpinnya

(Northouse, 2018). Dalam mewujudkan tujuan dan fungsi kepemimpinan secara

internal maka akan berlangsung suatu aktifitas kepemimpinan dan aktifitas

tersebut akan dipilah-pilah maka akan terlihat secara jelas kepemimpinan dengan

pola masing-masing. Pemimpin sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai karakter

yang berbeda-beda dapat menentukan jalannya sendiri. Organisasi yang

dipimpinnya dapat digotongkan da1am berbagai tipe atau bentuk yang

dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut :

1. Tipe Otoritas (Autocrat)

Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan)

jadi otokrat berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri

pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi (Siagian, 2007).

Dimana setiap perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan

bawahannya dan harus dilakukan.

2. Tipe Peternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam

kehidupan organisasi dapat diwarnai oleh harapan para pengikutnya. Harapan itu

pada umumnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan

sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layaknya dijadikan sebagai tempat

bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi nilai organisasi yang

dianut biasanya seorang pemimpin yang peternalistik mengutamakan nilai


8

kebersamaan, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang

peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol. Artinya

seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua

orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.

3. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi daya tarik yang

bisa untuk mempengaruhi orang lain. Sehingga ia mempunyai pengikut yang

besar jumlahnya (Kartono, 2010). Seorang pemimpin yang kharismatik adalah

seorang pemimpin yang di kagumi oleh orang banyak pengikut tersebut tidak

selalu menjelaskan secara kongkrit mengapa tipe pemimpin yang kharismatik

sangat dikagumi. Orang cenderung mengatakan bahwa orang-orang tertentu yang

memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang

sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di

pimpin oleh orang kharismatik, tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut,

sikap perilaku dan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang kharismatik

mengunakan otokratik para bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada seorang

pemimpin yang kharismatik.

4. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan

bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis

menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti

bawahan. Seorang pemimpin yang berdemokratis dihormati dan disegani bukan

ditakuti karena perilaku pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional


9

mendorong pada bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan

kreativitasnya.

5. Tipe Militeritis

Banyak mengunakan sistem perintah, sistem komando dari atasan ke

bawahan yang sifatnya keras, sangat otoriter dan menghendaki bawahan agar

selalu patuh. Tipe ini sifatnya kemiliteran, hanya gaya warnanya yang mencontoh

gaya kemiliteran tetapi dilihat lebih seksama tipe ini mirip dengan tipe otoriter

(Kartono, 2010).

2.3 Biografi Yusuf Manggabarani

Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Jusuf Manggabarani (lahir 11 Februari 1953)

adalah seorang Purnawirawan Polri yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil

Kepala Kepolisian Republik Indonesia mendampingi Jenderal Timur Pradopo.

Jusuf lahir dari pasangan Manggabarani dan Andi Mani Intan. Jusuf

merupakan lulusan Akabri tahun 1975. Jabatan terakhirnya di Kepolisian

Republik Indonesia adalah sebagai Wakapolri dan pensiun pada 2011.

Perjalanannya pun tak semudah dibayangkan, Jusuf mengawali karir

dikepolisian sebagai Pama Polda Nusra pada 1975. Satu tahun kemudian,

menjadi Danton 3 Kompi 5142 Satbrimobda Polda Nusra tahun 1976, Danki 5142

Satbrimobda Polda Nusra pada 1977, Danki 5115 Satbrimobda Polda Nusra 1978,

dan Paur Ops Satbrimobda Polda Nusra 1979.

Ia pun pernah bertugas sebagai Kasat Sabhara Poltabes Makassar pada

1981, lalu Kabag Ops Poltabes Makassar 1982, Wadansat Brimob Polda Sulselra

1983. Kemudian menjadi Wadansat Brimob Polda Nusra 1984, Danden Gegana


10

Pusbrimob Polri 1988, Kasat Brimob Polda Sulselra 1990, dan Kasat Brimob

Polda Nusra 1992.

Karirnya pun semakin meningkat, hingga pada tahun 1993 ia dipercaya

sebagai Kasat Gegana Pusbrimob Polri, Ses Pusdik Pusbrimob Polri pada 1994,

dan Wakapusdik Pusbrimob Polri 1995. Dua tahun kemudian, Jusuf dipercaya

sebagai Danmen I Pusbrimob Polri pada 1997, hingga menjadi Wakapolda Sulsel

tahun 1999.

Ia pun berhasil mendapatkan jabatan sebagai orang nomor satu di korps

berlambang teratai itu. Jusuf dipercaya sebagai Kepala Korps (Kakor) Brimob

Polri pada 2001. Selanjutnya, pada 2002 ia diberikan jabatan sebagai Kapolda

Aceh, kemudian Kapolda Sulsel pada 2003, menjadi Kadiv Propam tahun 2005.

Lalu, Jusuf dipercaya sebagai Irwasum Polri tahun 2007 dan jabatan terakhirnya

adalah Wakapolri pada 2010-2011 mendmpingi Jenderal Timur Pradopo.

Setelah mengenyam pendidikan di Sespim, kebanyakan mereka mengincar

jabatan sebagai kapolres. Namun, tidak dengan Jusuf, bahkan ia menghadap

komandan yang mengatur penempatan personil.

2.4 Gaya Kepemimpinan Yusuf Manggabarani

Pak Jusuf Manggabarni bukanlah sosok yang suka di idola-idolakan ,

apalagi di dewa-dewakan. Sebab, di dalam kenyataannya beliau enggan di

kultuskan. Beliau mempunyai jiwa dan semangat kebersamaan serta kekeluargaan

tanpa kehilangan esensi Tribrata.

Beliau sosok pemimpin yang tidak ingin berhasil sendiri , ia malah

memikirkan nasib anak buahnya. Sehingga Jusuf manggabarani menolak kenaikan


11

pangkat luar biasa saat berhasil menjalankan tugas di Tim-Tim,  malah memilih

untuk bersekolah. Sempat terjadi ketegangan di kalangan anak buah .

Hal ini membuat anak buahnya merasa sadar akan kesalahan mereka dan

menghukum diri mereka sendiri.Prinsip beliau, kalau seorang polisi berbuat jujur

dan adil dan kasus-kasus tidak diuangkan tidak akan ada masalah.Asal tidak

menyeleweng, tidak  perlu takut dengan siapapun. Kecerdasan Jusuf

Manggabarani bukan hanya kecerdasan intelektual , tapi juga kecerdasan

Spriritual yang berdampak sosial. Ini menginspirasi tidak hanya bagi kalangan

Polri tapi kita semua untuk menjadikan perangai kita jujur,agamis dan adil.Hidup

dengan kesederhanaan namun tetap peduli pada mereka yang membutuhkan.

Patuh pada pimpinan, dan taat pada Tuhan.


BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini.

Cara dan pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari

kepemimpinan seseorang. Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang

pemimpin memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu

semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan strategi yang baik dan sesuai dengan

kondisinya, seperti contohnya Yusuf Manggabarani .

Sebagai pemimpin, Merkel adalah wanita pemimpin yang memiliki

berbagai kelebihan di beberapa bidang. Kelebihan apa yang dimiliki Merkel

sehingga ia menjadi seorang pemimpin yang sangat disegani.

Banyak tokoh tokoh maupun masyarakat yang mengatakan bahwa Merkel

adalah orang yangsangat hati-hati dalam bertindak maupun dalam mengambil

keputusan. Hal ini karena Merkel adalah pemimpin yang sangat memegang

prinsip yang telah ia perjuangkan.

Banyak artikel yang dimuat majalah terkemuka dan Koran terkenal

terbitan Jerman menyebutkan bahwa kepemimpinan Merkel diarahkan pada

perubahan. Tekanan sosial, budaya, dan ekonomi mendorongnya telah untuk

menunjukkan prestasi dua kali lebih besar dari pada para teman teman sejawatnya

yang mayoritas pria, terbukti dari penghargaan dan pengakuan yang diberikan

dunia kepadanya..

12
13

3.2 Saran

Dari pembahasan sebelumnya, kami dapat memberikan saran sebagai

berikut :

1. Kepada Pemerintahan Indonesia mungkin dapat menjadikan Yusuf

Manggabarani sebagai contoh panutan, berdasarkan cara

kepemimpinannya yang sangat pro masyarakat namun mengambil

keputusan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dari segala arah

2. Kepada para mahasiswa untuk menjadikan semangat Yusuf Manggabarani

sebagai contoh panutan agar kita mahasiswa – mahasiswi calon pemimpin

masa depan dapat memberikan hal-hal terbaik bagi bangsa ini.


DAFTAR PUSTAKA

Van Esch FA. The paradoxes of legitimate EU leadership. An analysis of the

multi-level leadership of Yusuf Manggabarani and Alexis Tsipras during

the euro crisis. Journal of European Integration. 2017 Feb 23;39(2):223-

37.

Qvortrup M. Yusuf Manggabarani : Europe's Most Influential Leader [Expanded

and Updated Edition]. Prelude Books; 2017 Mar 9.

Ericton, L., 2019. Kebangkitan ultranasionalis Jerman pada masa kepemimpinan

kanselir Yusuf Manggabarani (2005-2018)(studi atas skinhead Jerman dan

kekerasan rasial terhadap imigran)= The rise of German ultranationalist

during chancellor Yusuf Manggabarani 's reign (2005-2018)(study of

German skinhead and racial violence against immigrants).

14

Anda mungkin juga menyukai