Kelompok I
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................4
1.4 Manfaat .....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kepemimpinan .............................................................................................5
2.2 Sifat Dasar Kepemimpinan ........................................................................................7
2.3 Realitas Kepemimpinan dan Organisasi ................................................................... 13
2.4 Mitos Tentang Kepemimpinan ................................................................................. 14
2.5 Perbedaan Kepemimpinan Dan Manajer .................................................................. 15
2.6 Gaya Kepemimpinan ............................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah untuk mengetahui Konsep
dasar kepemimpinan
1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui konsep dasar Kepemimpinan
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui Definisi Konsep Dasar Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Sifat dasar Kepemimpinan
3. Untuk mengetahui Realitas Kepemimpinan – Organisasi
4. Untuk mengetahui Mitos-mitos tentang kepemimpinan
5. Untuk mengetahui Perbedaan Kepemimpinan dan manajer
6. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
1.4 MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah informasi,
wawasan dan pengetahuan tentang Konsep dasar dalam Kepemimpinan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
perorangan, tujuan teman, atau bersama-sama dengan tujua organisasi yang
mungkin sama atau berbeda”.
Kepemimpinan diartikan sebagai pengaruh sosial yang memaksimalkan
upaya orang lain untuk pencapaian tujuan. Pengertian ini memiliki konsep dasar
sebagai berikut :
6
Dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
serta menjadi sumber dari kepemimpinan. Bagi seorang pemimpin perusahaan,
kualifikasinya berbeda dengan pemimpin militer, pemimpin organisasi
masrayarakat, pemimpin negara dan daerah, serta pemimpin rumah tangga.
Bukan hanya tingkat usia dan tingkat pendidikan yang bisa mempengaruhi kualitas
kepemimpinan, tapi juga dari pengalaman, pelatihan, serta latar belakang lainnya.
Semua itu akan berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan.
Secara praktis, tidak pernah ada gaya kepemimpinan yang sempurna pernah
diterapkan oleh manusia. Itu karena manusia itu sendiri. Manusia satu berbeda
dengan yang lainnya, sehingga semakin besar sebuah organisasi, maka semakin
rumit pula penerapan konsep kepemimpinan.
a. Integritas (Integrity)
John C. Maxwell dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan di
Dalam Diri Anda, meletakkan integritas sebagai faktor kepemimpinan yang
paling penting. Integritas meneguhkan adanya konsistensi antara apa yang
kita katakan dengan apa yang kita perbuat. Integritas sepintas terlihat sepele,
namun kegagalan para pejabat pemerintah dan negara dalam menjalankan
roda organisasi/instansi karena kurangnya integritas yang berujung pada
KKN, meskipun pemimpinnya cakap dalam berpolitik dan bernegara.
Kepemimpinan tidak hanya menyangkut organisasi, tetapi bagaimana
sikap dan perilaku pemimpin pada tingkat pribadi. Kepemimpinan dalam
diri sendiri dapat dilatih dengan memiliki integritas yang tinggi. Ada tiga
7
kata kunci dalam mengimplementasikan integritas, yaitu : 1) menunjukkan
kejujuran; 2) memenuhi komitmen; 3) berperilaku konsisten, yang berarti
menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara kata dan perbuatan
b. Pengetahuan (Cognizance)
Pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan, asas organisasi
yang dipimpinnya, serta cara-cara untuk menjalankannya secara efisien,
serta mampu memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sebagai
pemimpin, seseorang harus berperan mendorong anggotanya untuk
beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar tujuan dapat
tercapai.
Peranan yang perlu ditampilkan oleh seorang pemimpin adalah: (1)
mencetuskan ide atau sSSebagai seorang kepala; (2) memberi informasi; (3)
sebagai seorang perencana; (4) memberi sugesti; (5) mengaktifkan anggota;
(6) mengawasi kegiatan; (7) memberi semangat untuk mencapai tujuan; (8)
sebagai katalisator; (9) mewakili kelompok; (10) memberi tanggung jawab;
(11) menciptakan rasa aman; dan (12) sebagai ahli dalam bidang yang
dipimpinnya.Dalam memposisikan (positioning) dirinya di depan bawahan,
seorang pemimpin harus dapat menjadi: (1) atasan atau komandan; (2)
bapak; (3) teman. Pada saat seorang pemimpin harus memberikan perintah
atah arahan kepada bawahannya, ia harus mampu bertindak selaku atasan
atau komandan. Artinya, ia harus dapat memberi perintah yang jelas dan
tegas. Kemudian, pada saat anak buah atau bawahannya mengalami
kesulitan dan memerlukan perlindungan, sang pemimpin tersebut harus
dapat memposisikan dirinya sebagai bapak atau ayah, yang melindungi
bawahan sebagai “anak-anaknya.” Selain itu, juga pada momen-momen
dimana bawahan memerlukan seseorang untuk curhat (mencurahkan isi
hati), sang pemimpin harus dapat menjadi “kawan” atau teman, bahkan
sahabat, bagi bawahan.
c. Keberanian (Courage)
“Keberanian sejati adalah kebajikan tertinggi,” sebagaimana
diungkapkan oleh Sir Winston Churchill. Keberanian adalah karakter utama
8
dari seorang pemimpin sejati. Hal itu tercermin dan terlihat dalam
perkataan, perbuatan dan tindakan seorang pemimpin. Tidak akan ada
terobosan signifikan tanpa keberanian mengambil risiko. Keberanian berarti
memiliki kepastian dan keteguhan dalam mengambil keputusan atau
bertindak. Namun, keberanian berbeda dengan tindakan sesaat yang tidak
terfokus dan tanpa perhitungan. Keberanian ditunjukkan oleh seorang
pemimpin setelah melakukan analisis atas suatu situasi, dan mengambil
keputusan berdasarkan analisis tersebut. Setelah itu, baru lah seorang
pemimpin melaksanakan dengan sepenuh hati keputusan yang telah
dibuatnya, apapun risiko yang harus dihadapinya.
d. Inisiatif (Initiative)
Mengimplementasikan sifat inisiatif (ide untuk menggerakkan).
Pemimpin harus mempunyai kemampuan melihat apa yang seharusnya
dikerjakan, kemampuan menghadapi situasi tanpa adanya sarana/alat-alat
atau cara-cara yang biasa dipakai. Dengan demikian, mereka yang dipimpin
benar-benar merasakan bahwa sifat kepemimpinan hadir dalam diri
pemimpinnya, yaitu pemimpin yang telah menjadi penggerak bagi mereka.
Kualitas inisiatif atau prakarsa biasanya berkaitan erat dengan kreativitas.
Seorang pemimpin yang kreatif dan penuh ide, serta berani mengambil
keputusan dan melaksanakan keputusan itu, akan menjadi pemimpin yang
mampu menggerakkan seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.
e. Kebijaksanaan/kebajikan (Wisdom)
Kebijaksanaan (wisdom), atau disebut pula sebagai kebajikan,
merupakan kearifan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu
sehingga keputusannya adil dan bijaksana. Adalah penting untuk
mengimplementasikan sifat kebijaksanaan dalam kepemimpinan, karena
berdampak pada hubungan-hubungan maupun pengaruh dalam sebuah
organisasi yang dipimpin. Kebijaksanaan menjadi suri teladan bagi
bawahan dan orang lainnya. Pemimpin yang bijaksana akan dihormati oleh
bawahan bukan karena jabatan atau kedudukannya, melainkan karena
kualitas kepemimpinannya.
9
Faktor yang penting dalam kebijaksanaan adalah kesopanan. Pengaruh
kepemimpinan secara spesifik beranjak dari kepribadian pemimpin. Apabila
karakter pemimpin positif, maka akan menularkan pengaruh positif, dan
sebaliknya, bila karakternya didominasi oleh unsur negatif, maka
pengaruhnya tentu akan negatif. Oleh karena itu, dalam praktek
kepemimpinan sehari-hari, pemimpin yang memimpin dengan penuh
kesopanan, selalu tersenyum, dan mampu mengendalikan diri dari sikap
marah yang berlebihan, akan lebih diterima dan diikuti serta perintahnya
dijalankan daripada pemimpin yang perilakunya kasar, jarang tersenyum,
dan kerapkali bertindak tidak sopan.
f. Keadilan
Bagaikan bentangan layar, sifat dan sikap adil seorang pemimpin akan
menggerakkan seluruh potensi kapal kepemimpinan seseorang menuju arah
yang diinginkan. Tanpa berlaku adil, kapal kepemimpinan hanya
terombang-ambing di samudera masalah yang begitu luas. Tujuan
organisasi akan sulit tercapai karena seorang pemimpin yang tidak adil tidak
akan dapat menjadi panutan dan arahan serta perintah-perintahnya tidak
akan dilaksanakan oleh anggota organisasi. Padahal, lingkungan internal
maupun eksternal organisasi seringkali menghadirkan masalah yang sangat
kompleks.
Sifat adil akan selalu menjadi takaran dalam kepemimpinan. Oleh
karena itu, dalam kepemimpinan, sifat adil harus senantiasa terwujud dan
diimplementasikan dalam menjalankan roda organisasi. Sifat adil berarti
tidak memihak dalam suatu situasi konflik, baik atas alasan demi
kepentingan pribadi maupun kelompok. Sifat adil juga tampak dari
pemberian imbalan (reward) dan sanksi (punishment) terhadap bawahan.
Pemimpin harus mampu menempatkan kepentingan yang lebih besar dar
kepentingan yang sempit. Kualitas pribadi dari sifat adil dan tindakan yang
adil ini tampaknya mudah diucapkan, tetapi tidak gampang dipraktekkan.
10
g. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan merupakan landasan kepemimpinan. Kepercayaan orang
adalah hal yang sangat penting, dan merupakan suatu modal dasar bagi
seorang pemimpin. Kepercayaan orang terletak pada karakter, dan karakter
adalah modal sang pemimpin.Jenderal H. Norman Schwarzkoff
menekankan pentingnya karakter. Schwarzkoff mengungkapkan, bahwa
Kepemimpinan adalah kombinasi antara strategi dan karakter, namun jika
anda harus kehilangan salah satunya, lebih baik anda tidak punya strategi.
Mengapa? Setiap karakter memungkinkan terciptanya kepercayaan. Dan
kepercayaan memungkinkan terciptanya kepemimpinan. Jika orang
mempercayai kita, mereka akan mendukung kita untuk berhasil.
Kepercayaan dapat menuntun pada kesuksesan. Jika orang tidak percaya
kepada pemimpinnya, maka akan ditinggalkan oleh anggotanya. Hasilnya
adalah kegagalan.
h. Sikap
Setiap pemimpin perlu menciptakan kesan-kesan yang baik dalam
kelakuan, pembawaan dan tingkah laku pribadi pada setiap saat, sehingga
berpengaruh terhadap anak buah/bawahan. Bahasa merupakan ukuran untuk
menilai seseorang pemimpin. Dengan bahasa dapat juga digunakan untuk
menanamkan pengaruh terhadap bawahan. Untuk itu, hendaknya berbicara
dengan jelas dan sederhana dengan kalimat yang jelas, positif dan langsung.
i. Tidak Mementingkan Diri Sendiri (Altruism)
Adalah penting untuk mengimplementasikan sifat tidak mementingkan
diri sendiri dalam kepemimpinan, yaitu sikap yang tidak mengambil
keuntungan dari suatu situasi demi keuntungan sendiri dengan merugikan
orang lain.
Padahal, fenomena yang muncul saat ini, egoisme pribadi atau
kelompok telah berkembang menjadi virus ganas yang melahirkan sosok
kepemimpinan yang bercorak premanisme dan pameran adu kekuatan.
Persoalan-persoalan bangsa yang strategis, serius, dan luas, terkadang tidak
lagi dipersepsikan sebagai kepentingan nasional. Bagaikan sebuah kapal
yang sedang berlayar yang di tengah laut harus dikuras, dirampok dan
11
semua mengambil bagian sebanyak mungkin dari kapal tersebut untuk
dirinya dan kelompoknya.
j. Sifat Pendukung : Kemampuan memutuskan, Tahan Menderita,
Kegembiraan, Loyalitas serta Kemampuan untuk Mempertimbangkan.
Pertama, kemampuan memutuskan. Seorang pemimpin tidak saja
dituntut untuk mampu membuat rencana-rencana dan melaksanakan
rencana tersebut, tetapi juga harus mampuan untuk memutuskan segala
sesuatu yang perlu. Intinya adalah kemampuan membuat keputusan yang
berkualitas.
Kedua, tahan menderita atau tahan uji. Sifat kepemimpinan ini
membuat pemimpin tidak lembek, cengeng. Sifat ini akan membawa pada
karakter mentalitas seorang pemimpin.
Ketiga, kegembiraan. Senantiasa menumbuhkan kegembiraan dalam
kepemimpinan akan menghadirkan perasaan semangat dan sikap optimis
dalam menjalankan tugas-tugas organisasi.
Keempat, loyalitas. Loyalitas mengacu pada kesetiaan kepada
organisasi, kerelaan berkorban untuk organisasi, dan hal-hal lain yang
sifatnya heroik. Loyalitas akan menggerakkan motor-motor organisasi
untuk tetap bekerja, meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan,
kondisi kekurangan, atau kondisi-kondisi buruk lainnya.
Kelima, kemampuan untuk mempertimbangkan. Segala masukan yang
datang dari luar, baik berupa ide atau gagasan, tekanan-tekanan, maupun
berupa materi, semuanya merupakan fakta yang memungkinkan yang dapat
menjadi solusi dalam pengambilan keputusan. Untuk ini, pemimpin perlu
berperan: (1) sebagai penggerak (aktivator); (2) sebagai pengawas; (3)
sebagai martir; (4) sebagai pemberi semangat/kegembiraan; dan (5) sebagai
pemberi tanggung jawab kepada anggota.
12
2.3 REALITAS KEPEMIMPINAN DAN ORGANISASI
Di masa lalu, banyak pemimpin berasumsi bahwa jika mereka bisa menjaga
agar segala sesuatunya berjalan dengan stabil dan seimbang, organisasi akan
berhasil. Namun dunia saat ini terus bergerak, dan sepertinya tidak ada yang pasti
lagi. Jika para pemimpin masih memiliki ilusi stabilitas pada awal abad kedua puluh
satu, itu pasti sudah hancur sekarang.
Para pemimpin terbaik saat ini menerima perubahan dan krisis yang tak
terhindarkan dan memanfaatkannya sebagai sumber energi potensial dan
pembaruan diri. Adaptasi adalah semboyan hari ini
13
2.4 MITOS TENTANG KEPEMIMPINAN
Banyak mitos yang salah tentang kepemimpinan. Ilmu atau pelajaran
tentang kepemimpinan padahal kepemimpinan salahs sati factor penting penentu
kesusksesan dalam berkarier maupun berkeluarga.
Ada banyak mitos mengenai kepemimpinan ini yaitu :
a. Kepemimpinan itu dibentuk, bukan untuk dilahirkan
Tidak ada orang yang Ketika lahir serta merta langsung menjadi pemimpin.
Karena itu butuh kemampuan dan kebijaksanaan.
b. Kepemimpinan adalah ilmu yang sulit dan langka
Dengan semakin terjebaknya orang tua dalam pekerjaan, semakin jarang
pula anak anak mendapatkan contoh apalagi arahan tentang kepemimpinan
yang baik. Padahal keluarga adalah lingkup terkecil yang paling tepat untuk
memperkenalkan prinsip dasar kepemimpinan pada anak-anak dan generasi
penerus bangsa.
c. Pemimpin hanya ada diatas
Sebagian orang berpikir bahwa yang harus memiliki sifat pemimpin hanya
orang-orang yang ada di atas atau di pucuk pimpinan sebuah organisasi.
Hanya bos-bos saja yang bisa atau boleh memiliki karakteristik seorang
pemimpin. Hal ini tidak benar. Menjadi pemimpin tidak sama dengan
menjadi bos. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan dan
memotivasi karyawan, bukan soal posisi atau titel. Sekalipun bertitel
direktur, jika seseorang tidak dapat menjalankan arahannya, dia bukan
seorang pemimpin yang baik. Ya, dia seorang direktur, tapi bukan
pemimpin.
d. Semua pemimpin pasti berkarisma tinggi
‘Kharisma’ adalah kemampuan seseorang bersosialisasi dengan baik dan
santun dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga orang tersebut
mendapatkan rekognisi dan dihormati. Kharisma membuat seseorang
dikenal dan membuka pintu kesempatan. Namun, kharisma saja tidak cukup
untuk menjadikan Anda seorang pemimpin sejati. Anda membutuhkan
kredibilitas. Ibaratnya, kharisma akan membukakan pintu, namun
kredibilitas lah yang akan membuat Anda disegani.
14
2.5 PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJER
Banyak yang menganggap bahwa dua jabatan ini sama. Pasalnya, baik
pemimpin dan manajer sama-sama mengepalai sebuah tim.
15
Pemimpin berani mengambil resiko, manajer mementingkan reaitas
lapangan. Seorang pemimpin biasanya bersifat idealis dan seorang manajer
memiliki sifat realistis. Oleh karena itu, pemimpin lebih berani untuk mengambil
risiko atas pemikiran idealis yang dia punya sedangkan manajer akan
memperhitungkan risiko yang harus diambil, apakah risiko tersebut dapat
merugikan perusahaan di kemudian hari atau tidak.
1. Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis memungkinkan bawahan buat
menyampaikan masukan kepada pimpinan, walaupun di akhirnya
pemimpinlah yang merogoh keputusan akhir sebab bahawan masih
memiliki dampak menentukan arah tim pada masa mendatang, mereka
mampu mempersiapkan bagaimana peran yang nantinya akan mereka ambil
bila mereka dipromosikan menjadi pemimpin.
2. Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan ini antagonis menggunakan gaya demokratis.
Pada gaya ini, pemimpin tidak wajib mempertimbangkan masukan berasal
bawahan. Pemimpin pribadi memberikan perintah kepada bawahan tentang
apa yang harus dilakukan. Tim yang menggunakan gaya ini rentan
kehilangan anggota sebab kurangnya kesempatan berbagi diri.
16
3. Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin bergaya ini selain memberi tugas harian kepada
bawahannya, beliau pula memacu mereka buat menaikkan kemampuan
menggunakan memberikan tugas tambahan. Mampu pula tidak terdapat
tugas tambahan, tapi tingkat kesulitannya bertambah serta tenggat waktunya
diperpendek. Gaya kepemimpinan ini cocok buat tim yang selalu ingin
berkembang. Namun bagi bawahan yang tidak mampu mengikuti laju
perkembangan tim, mereka bisa tersisih.
4. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan ini umumnya mengutamakan system penghargaan pada
operasionalnya. Pemimpin menyampaikan sasaran kepada anggota tim, jika
target terlampaui maka ada penghargaan tambahan, jika target tak terpenuhi
akan terdapat konsekuensi. Anugerah insentif bisa dipergunakan menjadi
pedoman kiprah dan motivasi dalam tim yang mengutamakan pencapaian
sasaran kuantitas.
5. Kepemimpinan Bergaya Pelatih
Pemimpin ini menitikberatkan untuk mengenali dan mengasah
keunggulan individu dari setiap anggota tim, selayaknya seseorang
instruktur olahraga. Gaya ini menekankan pada pertumbuhan serta
kesuksesan anggota tim. Pemimpin tak mengharuskan anggota tim buat
penekanan pada kemampuan dan tujuan yang sama dalam jangka Panjang,
pemimpin ini bertujuan membangun tim yang kuat dengan merangkul
keahlian unuk anggotanya untuk merampungkan pekerjaan.
6. Kepemimpinan Birokratif
Pemimpin yang bergaya ini cenderung mengikuti hokum, bahkan
tradisi, organisasi secara kaku. Kepemimpinan ini terbentuk sebab kondisi
yang dirasa stabil pada tim serta kondisi tersebut harus dipertahankan.
Masukan dari anggota tim hanya mampu diterima bila sejalan dengan adat
yang telah terdapat. Usulan baru sulit diterima karena belum teruji dan
hanya akan mendatangkan kerugian.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif
tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan, Kepemimpinan
diartikan sebagai pengaruh sosial yang memaksimalkan upaya orang lain untuk
pencapaian tujuan.
Perbedaan Kepemimpinan dan Pemimpin terletak pada objeknya. Dimana
kemepimpinan adalah salah satu cara yang digunakan untuk memimpin
pengikutnya, sedangkan pemimpin adalah orang yang memiliki keuasaan
terhadap apa yang dipimpinnya. Konsep dasar kepemimpinan adalah proses saat
seseorang dapat membimbing, mengarahkan, dan mempengaruhi perilaku serta
pekerjaan orang lain secara logis untuk mencapai tujuan tertentu.
18
DAFTAR PUSTAKA
19