Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN


((Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kepemimpinan yang diampu
oleh Ibu Prof. Dr. Hj. Ani M Hasan, M.Pd)

Oleh
Natrila Astuti (431419035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Konsep Dasar Kepemimpinan ” penyusunan

makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kepemimpinan .

Saya berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Serta pembaca

dapat mengetahui tentang apa itu Konsep Dasar Kepemimpinan.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca

untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Gorontalo , 3 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PengertianKepemimpinan ................................................................................ 3
2.2. Pemimpin ........................................................................................................ 4
2.3 Paradigma Kepemimpinan dan Pimpinan ........................................................ 5
2.4 Filosofi Kepemimpinan.................................................................................... 7
2.5 Kepemimpinan di Sektor Publik ...................................................................... 8
2.6 Perilaku Dasar dan Praktek Pemimpin yang Sukses…………………………11
2.7 Perbedaan Manajemen dan Kepemimpinan…………………………………12
2.8 Konsep Kepemimpinan yang Efektif………………………………………...15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

2.7 LATAR BELAKANG


Kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi
perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Dengan kekuasaan, pemimpin dapat
memengaruhi perilaku para bawahannya. Kekuasaan dapat dibagi menjadi
lima, yaitu: (1) kekuasaan keahlian (expert power); (2) kekuasaan legitimasi
(legitimate power); (3) kekuasaan referensi (referent power); (4) kekuasaan
penghargaan (reward power); dan (5) kekuasaan paksaan (coercive power).
Disamping berhubungan dengan kekuasaan, kepemimpinan juga erat
kaitannya dengan karakter. Berbagai upaya riset dilakukan untuk
mengidentifikasi karakter-karakter yang konsisten dengan kepemimpinan.
Upaya riset yang dilakukan untuk memisahkan karakter kepemimpinan
banyak menemui jalan buntu. Dinyatakan juga bahwa pencarian untuk
mengidentifikasi seperangkat karakter yang membedakan pemimpin dan
pengikut dan antara pemimpin yang efektif dan tidak efektif, banyak yang
gagal. Hasil yang paling dapat diterima adalah riset yang bertujuan hanya
untuk melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter yang dapat dikaitkan
secara konsisten dengan kepemimpinan (Yudiaatmaja, 2013)
2.8 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Kepemimpinan ?
2. Apa itu Pemimpin ?
3. Bagaimana Paradigma Kepemimpinan dan Pimpinan ?
4. Bagaimana Filosofi Kepemimpinan ?
5. Bagaimana Kepemimpinan di Sektor Publik ?
6. Bagaimana Perilaku Dasar dan Praktek Pemimpin yang Sukses ?
7. Bagaiamana Perbedaan Manajemen dan Kepemimpinan ?
8. Bagaimana Konsep Kepemimpinan yang Efektif ?
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui Apa Pengertian dari Kepemimpinan

1
2. Mahasiswa dapat mengetahui Apa itu Pemimpin
3. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana Paradigma Kepemimpinan
dan Pimpinan
4. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana Filosofi Kepemimpinan
5. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana Kepemimpinan di Sektor
Publik
6. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana Perilaku Dasar dan Praktek
Pemimpin yang Sukses
7. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaiamana Perbedaan Manajemen dan
Kepemimpinan
8. Mahasiswa dapat mengetahui Bagaimana Konsep Kepemimpinan yang
Efektif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Kepemimpinan


Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga,
yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational
Leadership. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri
agar jangan sampai gagal menjalani hidup. Team Leadership diartikan sebagai
memimpin orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader
(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab
kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya, kesediaannya untuk
meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang
dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk membawa setiap bawahannya
mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan prestasi tertinggi.
Sedangkan organizational leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi
yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu
memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan
misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan
konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk
menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi
komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership (Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang
menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi
orang lain. Kepemimpinan merupakan suaru proses untuk memengaruhi
aktivitas kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memeroleh
kesepakatan pada tujuan bersama. Kepemimpinan adalaah suatu upaya untuk
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan
adalah sebuah hubungan yang saling memengaruhi antara pemimpin dan
pengikutnya. Walaupun cukup sulit menggeneralisir, pada prinsipnya
kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi

3
perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti bahwa setiap orang
yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut pemimpin.

Menurut Ngalim Purwanto( 2002) mendefinisikan Kepemimpinan adalah


sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk
didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan
yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadannya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta
merasa tidak terpaksa.

2.2 Pemimpin
Menurut Baharudin dan Umiarso (2012) Pemimpin dalam bahasa Inggris
disebur “leader”. Kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership1 . Dari
kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung
beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di
awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori,
mengarahkan fikiran-pendapat orang lain, dan mengerakkan orang lain dalam
pengaruhnya
Menurut Kartono (2009)Adapun pemimpin terbagi dua, yakni pemimpin formal
dan informal. Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu
ditinjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban
yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi . Maka ciri-ciri
pemimpin formal antara lain:
1. Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas
dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwewenang ( ada
legitimitas).
2. Sebelum pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa persyaratan
formal terlebih dahulu.
3. Diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas
kewajibannya.
4. Mendapatkan balas jasa materiil dan immaterial tertentu serta emolument
( keuntungan ekstra, penghasilan sampingan lainnya).
5. Bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal, dan dapat

4
dimutasikan.
6. Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia dikenakan sangsi dan
hukuman.
7. Selama menjabat kepemimpinan, dia diberikan kekuasaan dan
wewenang, antara lain untuk: menentukan peraturan, memberikan
motivasi kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk,
mengalokasikan jabatan dan penempatan bawahannya; melakukan
komunikasi, mengadakan supervisi dan kontrol, dan lain-lain
Selanjutnya, Menurut Purwanto( 2007) pemimpin informal ialah orang yang
tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia
memiliki kualitas unggul, ia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan prilaku suatu kelompok atau masyarakat. Ciri-
ciri pemimpin informal antara lain:
1. Tidak memiliki penunjukan formal atau legimitas sebagai pemimpin
2. Kelompok rakyat atau masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya
sebagai pemimpin. Status kepemimpinannya berlangsung selama kelompok
bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya.
3. Tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi formal dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya.
4. Tidak mendapatkan imbalan balas jasa.
5. Tidak dapat dimutasikan, tidak pernah mencapai promosi, dan tidak
memiliki atasan.
6. Apabila melakukan kesalahan tidak dapat dihukum, hanya respek kepada
dirinya akan berkurang.
Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok
kearah pencapaian tujuan. Owens mendefenisikan kepemimpinan sebagai
interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang
dipimpin . Sedangkan James Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim
Purwanto, mendefenisiskan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu
struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran
organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi
2.3 Paradigma Kepemimpinan dan Pimpinan
Paradigma kepemimpinan merupakan bagian dari pola pikir yang
mewakili cara berpikir, mempersepsikan, mempelajari, meneliti dan

5
memahami kepemimpinan secara fundamental. Ada empat klasifikasi teori
kepemimpinan juga mewakili perubahan paradigma kepemimpinan
(Usman,2013)
1. Paradigma Teori Pembawaan (Sifat)
Kajian kepemimpinan pada mulanya didasarkan pada asumsi bahwa
pemimpin dilahirkan, tidak dibuat. Peneliti kemudian mengidentifikasi
serangkaian pembawaan pemimpin yang membedakan dengan
pengikutnya, serta pemimpin efektif dengan pemimpin tidak efektif. Teori
pembawaan kepemimpinan mencoba menjelaskan karakteristik khusus
kepemimpinan yang efektif. Peneliti menganalisis pembawaan fisik dan
psikologis serta kualitas, seperti level kemampuan yang tinggi,
keagresifan, kepercayaan pada diri sendiri, daya persuasif yang dimiliki
dan kekuasaannya dalam mengidentifikasi serangkaian pembawaan yang
dimiliki oleh pemimpin yang sukses. Dalam berbagai sumber dinyatakan
bahwa, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat dan perangai
pemimpin tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat fisik, sosial dan
psikologis (Introducing Leadership Studies, 2001: 18; Leadership, 2001: 1;
Sadler, 2001: 11)
2. Paradigma Teori Kepemimpinan Perilaku
Setelah pada awal tahun lima puluhan diketahui bahwa penyelidikan
mengenai ciri-ciri kepemimpinan tidak berhasil, para pakar dan peneliti
kepemimpinan memulai mempelajari tingkah laku pemimpin. Tingkah
laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada
dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi
dan struktur inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan
tersebut pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan
gaya kepemimpinan.
3. Paradigma Teori Kepemimpinan Kontigensi
Pada mulanya, teori kepemimpinan yang dibangun oleh Fiedler ini
menekankan pada dua sasaran, yakni melakukan idenfikasi faktor-faktor
penting dalam situasi tertentu dan memperkirakan gaya atau perilaku

6
kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Hasil penelitian
Fiedler menunjukkan bahwa, dalam situasi kerja selalu ada tiga elemen
yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif, yakni: hubungan
pemimpin dengan bawahan, struktur tugas dan ketangguhan posisi
pemimpin.
Teori kepemimpinan kontingensi menjelaskan gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan pemimpin, pengikut dan situasinya. Paradigma teori
ini menekankan pentingnya faktor situasional, termasuk sifat pekerjaan
yang dilakukan, lingkungan eksternal dan karakteristik pengikut. Selain
itu, dikenal pula teori kepemimpinan situasional (Robbins, at.al., 1994:
483) yang dikembangkan dari teori kepemimpinan model kontingensi
Fiedler ini. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan yang paling efektif
adalah gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingakat kedewasaan
bawahan. Namun, Hersey dan Blanchard tidak merinci dan memberikan
definisi kedewasaan sebagai suatu tingkat kemantapan emosional.
4. Paradigma Teori Kepemimpinan Integratif
Pada paruh sampai akhir tahun 1970an, paradigma kepemimpinan
mulai berubah menjadi paradigma integratif atau teori kharismatik baru.
Sesuai namanya, teori kepemimpinan integratif ini memadukan teori
pembawaan, perilaku dan kontingensi untuk menjelaskan kesuksesan dan
pengaruh hubungan antara pemimpin dan pengikut. Peneliti berusaha
menjelaskan mengapa pengikut pemimpin tertentu mempunyai keinginan
bekerja keras dan rela berkorban untuk mencapai tujuan kelompoknya.
Di samping itu, menjelaskan bagaimana seorang pemimpin secara
efektif mempengaruhi perilaku pengikutnya, serta mengapa perilaku
pemimpin yang sama dapat membawa dampak yang berbeda pada
pengikutnya dalam situasi tertentu.

2.4 Filosofi Kepemimpinan


Menurut Muda (2021) Filosofi kepemimpinan berasal dibawah
filsafat karena berurusan dengan pengetahuan, kepercayaan, konsep, sikap,

7
dan nilai, sebagian besar dalam cara pemimpin seharusnya memperlakukan
orang lain, seperti pengikut dan rekan kerja mereka. Jadi, sementara teori
model, atau konsep kepemimpinan mungkin memiliki fakta ilmiah yang falid
yang melandasinyamelandasinya, sebuah teori seringkali memperdebatkan
nilai yang harus di berikan pemimpin kepada pekerja atau
pengikutnya. Filosofi kepemimpinan pribadi mengacu pada keyakinan,
prinsip-prinsip, dan sentimen individu yang mereka gunakan untuk memimpin
perusahaan atau organisasi. Filosofi kepemimpinan pribadi anda ditentukan
oleh karakter dan keyakinan anda mengevaluasi informasi dan bereaksi selama
berbagai keadaan dan kepada berbagai orang. Ada dua pendapat terkait asal
usul kepemimpinan:
a. Leaders are born
1. Seseorang hanya kan menjadi seorang pimpinan yang efektif karena dia
di lahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan
2. Pandangan ini diwarnai filsafat hidup yang deterministik dalam arti
bahwa adanya keyakinan diantara penganutnya bahwa jika seseorang
memang sudah ditakdirkan menjadi pemimpinpemimpin, terlepas dari
perjalanan hidup bersangkutan tampil pada panggung kepemimpinan
dan akan efektif dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya.
b. Leaders are made
1. Efektivitas kepemimpinan di bentuk dan di tempa
2. Kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang dapat dipelajari, dengan pendidikan dan
latihan yang terarah dan intensif.

2.5 Kepemimpinan di Sektor Publik


Menurut Brokes (2010) mengidentifikasi delapan tanggungjawab dari
kepemimpinan sektor publik: Pertama, berusaha untuk mencapai kepentingan
umum. Kedua, identifikasi dengan jelas keberhasilan dengan dengan
melakukan benchmarking. Ketiga, mengembangkan strategi untuk mencapai
kesuksesan. Keempat, menganalisis kemungkinan konsekuensi dari keputusan.

8
Kelima, menekankan adanya rincian yang jelas dari pelaksanaan. Keenam,
untuk mencapai tujuan yang lebih luas pengaruh dengan memotivasi anggota
dan stakeholders untuk menciptakan lingkungan yang positif dengan
konsensus. Ketujuh, mengenali dan memanfaatkan keberuntungan mereka
dan, ketika mereka tidak beruntung, tetap fokus pada tujuan mereka publik
dan meraba-raba jalan mereka ke arah itu. Kedelapan, membuat organisasi
lebih baik daripada itu.
Kepemimpinan publik menciptakan koalisi internal dan eksternal
untuk mendapatkan dukungan atas tindakan mereka. Tindakan mereka harus
mendukung kepentingan publik. Sumber daya yang langka, sehingga para
kepemimpinan publik harus mengikuti proses dan prosedur organisasi serta
ketentuan konstitusi dan peradilan dalam mengembangkan strategi.
Kepemimpin publik tidak bisa melanggar aturan organisasi mereka untuk
mengejar keyakinan mereka sendiri. Pemimpin badan publik seharusnya tidak
hanya fokus pada tindakan kewirausahaan untuk motif keuntungan, seperti
Boone Pickens lakukan di Mesa Petroleum. Profit motif bagi para pemangku
kepentingan tidak dapat menjadi dasar untuk aksi dari Pemimpin badan
publik.
Efektivitas kepemimpinan di sektor publik penting karena menentukan
kepuasan dan kepercayaan warga negara, dan reputasi organisasi (Vigoda-Gadot,
Shoham, Schwabsky & Ruvio, 2008). Namun, sedikit perhatian telah dimasukkan
untuk membandingkan praktek kepemimpinan di berbagai negara (Dawson,
Garvin-Kester, Vollmuth & Waglund, 2001)
Benua Asia juga memiliki skor the Government Effectiveness Score (GES)
konsisten. The GES 2008 menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan sebagai
sangat efektif di Singapura, cukup efektif di Malaysia, rendah efektif di Cina, dan
tidak efektif di Indonesia. Di Malaysia, Zamhury , efektivitas kepemimpinan tidak
mempengaruhi kepuasan warga di lima sektor publik yang dipilih di Malaysia
terbukti efektif, begitupun kepemimpinan di Departemen Pelayanan Publik di
Malaysia telah mengalami perubahan peran dan kompetensi kepemimpinan, di
mana tiga peran utama dan 15 kompetensi utama yang diidentifikasi. Di

9
Singapura, kepemimpinan dan NPM terbukti sukses tetapi masih dapat
ditingkatkan . Di Indonesia pejabat di dinilai kinerja birokrasi sebagai moderat .
Di Cina, praktek kepemimpinan serupa antara barat itu teori kepemimpinan dan
penerapan di 22 sektor publik di Cina. para pejabat di China dinilai kinerja
birokrasi sebagai moderat . Ini telah menunjukkan beragam praktek
kepemimpinan , ketidaksetaraan gender untuk jumlah pemimpin dalam sektor
publik, dan khususnya NPM yang dilakukan oleh berbagai negara di benua Asia.
Tabel 2. Potret Praktek Kepemimpinan Publik di Asia

Countries GES 2008 Leadership Practices

Singapura 2.53 Kepemimpinan birokrasi sebagai karakteristik


(very situasional, dan kepemimpinan karakteristik
effective) Multifaset

Malaysia 1.13 Kepemimpinan birokrasi sebagai karakteristik


(moderate situasional dan kepemimpinan karakteristik
effective) multifaset, seperti Perilaku.

Cina 0.24 Kepemimpinan birokrasi sebagai situasional


(low karakteristik, dan beragam karakteristik
effective) pemimpin.

Indonesia -0.29 Kepemimpinan birokrasi sebagai situasional


(ineffective) karakteristik, dan beragam karakteristik
pemimpin.

Sumber: Fardaniah Abdul Aziz, dkk. 2012


Berdasarkan data diatas, memang ada beberapa praktek kepemimpinan
publik di Asia masih masih rendah dan tidak efektif, terutama; Cina dan
Indonesia. Hal ini disebabkan di negara terasebut masih mengakar budaya dalam
praktek kepemimpinan sektor publik. Hal ini diperkuat oleh Irawanto, Dodi W,
dkk (2012), bahwa Indonesia mengembangkan kapasitas kepemimpinan masih
berlandaskan pemahaman tentang budaya yang kuat dengan sistem paternalistik,
sebagaimana juga di Cina dan Taiwan yang masih paternalistik dengan budaya
Triad-nya. Menggunakan model kepemimpinan Barat kepemimpinan sebagai
dasar untuk pengembangan akan cenderung untuk berperilaku dengan tidak
melibatkan pengikut Indonesia. menyimpulkan bahwa paternalistik yang

10
dikembangkan dalam konteks Taiwan , nilai-nilai tradisional Jawa mendorong
perilaku yang sama dengan masyarakat berbasis Cina seperti Taiwan. Ada
perbedaan yang cukup, namun, untuk menunjukkan bahwa orang mengajar
kepemimpinan atau bertindak dalam peran kepemimpinan di Indonesia perlu
mengembangkan pemahaman yang jelas tentang nilai-nilai tertentu dari negara
itu.

2.6 Perilaku Dasar dan Praktek Pemimpin yang Sukses


Dalam kamus bahasa Indonesia Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut Abdul Azis Wahab bahwa
Perilaku adalah gaya kepemimpinan dalam mengimplementasikan fungsi-
fungsi kepemimpinan, yang menurut teori ini sangat besar pengaruhnya dan
bersifat sangat menentukan dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai
tujuannya. Pendekatan teori perilaku melalui gaya kepemimpinan dalam
realisasi fungsi-fungsi kepemimpinan, merupakan strategi kepemimpinan yang
memiliki dua orientasi yang terdiri dari orientasi pada tugas dan orientasi pada
bawahan. Perilaku kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang fokusnya
tidak pada sifatsifat atau karakteristik pemimpinan tetapi pada tindakan
interaksi terhadap orang-orang yang ada disekitar kerjanya dan pada
sekelompok orang bawahan
Menurut Mulyasa yang dikutip oleh Nur Efendi (2015), perilaku
kepemimpinan ada tiga dimensi, yang didasarkan pada hubungan antara tiga
faktor, yaitu perilaku tugas (Task behavior), perilaku hubungan (relationship
behavior) dan kematangan (maturity). Perilaku tugas merupakan pemberian
petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah meliputi penjelasan tertentu, apa
yang harus dikerjakan, bilamana, dan bagaimana mengerjakannya, serta
mengawasi mereka secara ketat. Perilaku hubungan merupakan ajakan yang
disampaikan oleh pemimpin melalui komunikasi dua arah yang meliputi
mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan masalah. Adapun
kematangan adalah kemampuan dan kemauan anak buah dalam
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya

11
Menurut Andang (2005) Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu
perilaku instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif. Perilaku
kepemimpinan tersebut, masing-masing memiliki ciri pokok sebagai berikut:
a. Perilaku instruktif; terbangunnya komunikasi satu arah, pimpinan
membatasi peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin, pelaksanaan pekerjaan
diawasi dengan ketat.
b. Perilaku konsultatif; pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup
besar serta menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah
dan memberikan suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar
keluhan dan perasaan bawahan dalam pengambilan keputusan, bantuan
terhadap bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada
pemimpin.
c. Perilaku persuasif; control atas pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan antara pemimpin dan bawahan seimbang, pemimpin dan
bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan, komunikasi dua arah semakin meningkat, pemimpin makin
mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan
bawahan dalam pemecahan dan pengambilan keputusan makin betambah.
d. Perilaku delegatif; pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi
dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan
seluruhnya kepada bawahan, bawahan diberi hak untuk menentukan
langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberi
wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan
sendiri
2.7 Perbedaan Manajemen dan Kepemimpinan
2.7.1 Perbandingan Mendasar antara Kepemimpinan dan Manajemen

DASAR KEPEMIMPINAN MANAJEMEN


PERBANDINGAN
Makna Mampu mempengaruhi Ilmu dan seni mengorganisir
orang lain berdasarkan dan mengkoordinasikan
keteladanan sesuatu secara efisien dan

12
efektif

Basis/Dasar Kepercayaan Pengawasan


Intinya Menginspirasi orang Mengelola
kegiatan/pekerjaan
Power Mempengaruhi Peraturan dan UU
Fokus Mengaharapkan terjadinya Menciptakan keteraturan
perubahan kerja
Strategi Proaktif Reaktif
Formulasi Kebijakan dan petunjuk Prinsip dan prosedur kerja
Perspectif Leadership membutuhkan Memiliki wawasan jangka
pendek yang tajam
wawasan jauh ke depan
yang baik dan
menguntungkan

2.7.2 Perbandingan Lebih Lanjut antara Kepemimpinan dan Manajemen


1. Arah dan Tujuan
Kepemimpinan dan manajemen mempunyai fokus yang
sama, yaitu memberikan arah dan tujuan bagi organisasi. Tetapi
penekannya berbeda.
a. Manajemen lebih berfokus pada:Menciptakan rencana, jadwal,
tujuan yang khusus, serta mengalokasikan sumber daya.
b. Mengarahkan fokusnya pada hasil jangka pendek.
Kepemimpinan berfokus pada: Mewujudkan visi ke depan bagi
organisasi.
c. Mengembangkan strategi ke depan.
d. Menekankan pada hasil jangka panjang.
2. Kewajiban
Manajemen mengorganisasikan sebuah struktur untuk mencapai
rencana kerja, mengisi struktur dengan orang yang cakap,
mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mengarahkan
karyawan dan memonitor proses penerapan rencana.

13
Kepemimpinan lebih menekankan bagaimana
mengkomunikasikan visi dan mengembangkan budaya yang
dimiliki bersama, lalu mengelompokkan dan memisahkan orang
dengan kemampuan khususnya melalui spesialisasi.
3. Tugas
Manajemen lebih banyak mengontrol dan mengarahkan.
Kepemimpinan menghilangkan sekat, sehingga setiap orang
memahami apa yang dikerjakan orang lain. Pemimpin berfokus
pada bagaimana mengembangkan dan memberdayakan orang-
orang, sehingga mereka benar optimal dalam bekerja.
4. Hubungan dan Interaksi
a. Manajemen berfokus pada objek, mesin, dan laporan yang
digunakan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
b. Manajemen mendasarkan diri pada wewenang formal dan
kekuasaan yang lebih banyak menggunakan paksaan dan
hukuman.
c. Kepemimpinan berfokus pada bagaimana memotivasi dan
memberikan inspirasi pada orang-orang.
d. pemimpinan mendasarkan diri pada pengaruh.
5. Kualitas Personal Pemimpin
a. Manajemen menciptakan jarak emosional, menuntut
pemenuhan kebutuhan sepihak dan mendasarkan pada
kekuasaan jabatan.
b. Kepemimpinan mempunyai kualitas personal halus yang
agak sulit dilihat, tetapi sangat berpengaruh.Kualitas ini
termasuk antusiasme, integritas, keberanian, dan
kemanusiaan.
6. Hasil yang diinginkan
a. Manajemen mempertahankan status quo (keadaan tetap
sebagaimana keadaan sekarang atau keadaan sebelumnya),
stabilitas, keteraturan, dan efisiensi.

14
Kepemimpinan menekankan pada perubahan, selalu menentang ,dan
memikirkan kesejahteraan anggota organisasi
2.8 Konsep Kepemimpinan yang Efektif
Menurut Echols dan Shadily (2010) Kata efektif yang berasal dari bahasa
inggris effective yang berarti berhasil atau ditaati. Sedangkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) efektif memiliki beberapa arti yaitu ada efeknya,
manjur, mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, hal mulai berlakunya.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan di dalam setiap oragnsiasi, kegiatan maupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran seperti yang telah
ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Andang yang menyatakan bahwa
efektifitas adalah pengkuran dalam arti memaksimalkan segenap potensi dan
peluang yang ada untuk menghasilakan sesuatu yang optimal
Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan yang mampu
menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
bersama. Untuk menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut, diperlukan seorang pemimpin diangkat Karena memiliki kemampuan
lebih dalam mangatur dan mengarahkan orang lain dan mampu menjadi
representatif dari kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya.16
Kepemimpinan Efektif kepemimpinan dipengaruhi banyak faktor, antara lain
kemampuan memotivasi, mengendalikan situasi, bertanggung jawab, adil, dan
percaya diri. Oleh karena itu, tidak semua kepala madrasah yang memimpin
mampu melaksanakan kepemimpinan dengan efektif dan tidak semua orang
yang berpendidikan tinggi mampu memimpin dengan baik.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu
menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan usaha dan iklim yang
koperatif dalam kehidupan organisasional. Kepemimpinan itu dapat dikatakan
berhasil apabila yang dipengaruhi melakukan apa yang dikehendaki oleh yang
mempengaruhi (pemimpin). Meskipun kepemimpinan itu berhasil tetapi
belum tentu efektif karena kepemimpinan dikatakan efektif apabila orang yang
dipengaruhi itu melaksanakanya dengan sukarela dan dapat menerima
pengaruhnya itu dengan senang hati, bukan terpaksa. Kepemimpinan efektif

15
adalah mampu menempatkan orang-orang sehingga mereka tidak bekerja
menurut kehendaknya masing-masing. Efektif tidaknya kepemimpinan atasan
tergantung pada derajat ketepatan pengenalann bawahan oleh atasan. Apabila
tepat maka kepemimpinanya akan efektif. Dalam kepemimpinan yang efektif
bahwa kepercayaan didasari oleh penilaian dari sebagian tindakan. Mereka
memaknai apa yang dikatakan dan dilakukan pemimpin. Pemimpin kompeten
terhadap apa yang dilakukanya, dapat dipercaya, memahami siklus suatu janji
jelas dalam permintaan dan penawaranya, mangizinkan adanya negosiasi,
yang berarti menentukan prioritas organisasi kemudian mengelola janjinya
dengan efektif. Pemimpin yang efektif adalah yang tidak hanya bekerja sendiri
tanpa melibatkan siapapun. Melainkan mampu memanfaatkan berbagai
potensi yang mengelilinginya. Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat
kedudukan atau kekuatan akan tetapi merupakan interaksi aktif antar
komponen yang efektif ( Jhon, 2005)

16
BAB lll
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi
perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Dengan kekuasaan, pemimpin dapat
memengaruhi perilaku para bawahannya. Kekuasaan dapat dibagi menjadi
lima, yaitu: (1) kekuasaan keahlian (expert power); (2) kekuasaan legitimasi
(legitimate power); (3) kekuasaan referensi (referent power); (4) kekuasaan
penghargaan (reward power); dan (5) kekuasaan paksaan (coercive power).
Disamping berhubungan dengan kekuasaan, kepemimpinan juga erat
kaitannya dengan karakter. Berbagai upaya riset dilakukan untuk
mengidentifikasi karakter-karakter yang konsisten dengan kepemimpinan.
Upaya riset yang dilakukan untuk memisahkan karakter kepemimpinan
banyak menemui jalan buntu. Dinyatakan juga bahwa pencarian untuk
mengidentifikasi seperangkat karakter yang membedakan pemimpin dan
pengikut dan antara pemimpin yang efektif dan tidak efektif, banyak yang
gagal. Hasil yang paling dapat diterima adalah riset yang bertujuan hanya
untuk melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter yang dapat dikaitkan
secara konsisten dengan kepemimpinan
2.2 Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, ke depannya
penulisan akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya jelas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan


Baharuddin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar Ruzz
Media, 2012), hlm. 47 3
Brookes, Stephen, Grint, Keith. 2010. The new public leadership
challenge.Palgrave Macmillan.
Irawanto, Dodi W, Ramsey, Phil L, Tweed, David C. 2012. “Exploring
paternalistic leadership and its application to the Indonesian public
sector”. The International Journal of Leadership in Public Services Vol.
8 No. 1.
Jhon Adair, Cara Menumbuhkan Pemimpin yang Efektif, Jakarta, Gramedia,
2005, hal. 5
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2010, hal. 207
Kadarusman, D. 2012. Natural Intelligence Leadership: Cara Pandang Baru Terhadap
Kecerdasa dan Karakter Kepemimpinan. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 9
M. Ngalim Purwanto, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 27
Muda, Asbar. 2021. Filosofi dan Konsep Dasar Kepemimpinan. Gorontalo : UNG
(diakses pada 5 September :
https://mahasiswa.ung.ac.id/561421030/home/2022/9/5/filosofi-dan-konsep-
dasar-kepemimpinan.html
Nur Efendi, Islamic Educational Leadership, (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2015),
158-159
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Dapartemen Pendidikan Nasional., 1161
Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4.
Jakarta Timur : PT Ikrar Mandiriabadi

18

Anda mungkin juga menyukai