OLEH:
NAMA-NAMA KELOMPOK 4:
2.Kristantiana Wea(33120002)
5.Ineldis Narsi(33120005)
PRODI AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menganugerahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
berjudul“Kepemimpinan dalam Organisasi”tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “Perilaku Organisasi”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga
kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan.Dalam penyusunan makalah ini, kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya
bagi mahasiswa.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dengan demikian, maka kita dapat mengukur seberapa pentingnya memahami hal tersebut.
setiap anggota org anisasi sebagai individu pada awalnya memiliki nilai-nilai,prinsip-prinsip, latar
belakang pendidikan dan pengalaman, motivasi, tujuan, harapan dan sebagainya yang berbeda-beda
dalam bekerja. sehingga memiliki pilihan keputusan akan menjadi pemimpin atau yang dipimpin.
Kembali kepada kapasitas individu masing-masing. Namun sudah seharusnya setiap orang perlu
mengetahui usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan agar seorang individu dapat membentuk
suatu perilaku kepemimpinan dalam suatu organisasi sesuai dengan yang diharapkan
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.3.Untuk mengetahui pendekatan situasional konsep yang kerap menjadi rujukan para
manajer.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.Pengertian
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu hal yang melekat pada seorang pemimpin yang
memiliki sifat tertentu, seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
Kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena pemimpin bisa saja memiliki kualitas-
kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
1 .Fungsi Instruktif
2. Fungsi Konsultatif
3. Fungsi Partisipasi
fungsi partisipasi dalam kepemimpinan ini membuat anggota organisasi atau bawahan di suatu
perusahaan tidak hanya sekedar mendengarkan dan menjalankan perintah pemimpin. Tetapi,
mereka juga turut mengambil andil dalam setiap proses pencapaian tujuan
4. Fungsi Delegasi
Kepemimpinan juga memiliki fungsi delegasi, yakni memiliki arti perwakilan atau utusan dengan
proses penunjukkan secara langsung maupun musyawarah. Penunjukkan ini bertujuan untuk
mengutus seseorang menjadi salah satu perwakilan suatu kelompok atau lembaga.Dalam
kepemimpinan yang memiliki fungsi delegasi ini, pemimpin untuk mendelegasikan suatu
wewenang kepada orang lain atau anggotanya yang memang sesuai dengan tugas tersebut.
Jadi, pemimpin tak hanya mampu memerintah anggotanya, tetapi juga harus bisa mengetahui dan
memahami tugas-tugas yang cocok untuk diberikan kepada bawahannya. Apalagi, setiap orang
pasti memiliki kompetensi yang berbeda-beda.
5. Fungsi Pengendalian
Kepemimpinan juga memiliki fungsi pengendalian pada anggotanya, yang maerupakan suatu
proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu organisasi atau perusahaan. Supaya,
pelaksanaannya sesuai dengan perencanaannya.Fungsi pengendalian dalam kepemimpinan ini
artinya pemimpin mampu untuk mengendalikan semua aktivitas atau pekerjaan anggotanya.
Supaya, mereka mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya secara efektif guna mencapai tujuan
dan tidak keluar dari aturan yang ditetapkan sebelumnya.
3.Jenis-jenis Kepemimpinan
Koersif
Jenis kepemimpinan koersif bisa kita kenal dengan kepemimpinan otoriter. Pada jenis ini seorang
pemimpin akan memerintah sesuai kemauannya sendiri tanpa ada orang yang berhak membantah
semua perintahnya.
Kelebihan dari jenis coersif adalah saat lembaga dengan kelompok membutuhkan sebuah
pengambilan suatu keputusan yang secara mendadak atau darurat dengan tepat. Maka, pemimpin
akan memutuskan langkah atas pertimbangannya sendiri tanpa pengaruh dari orang lain.Selain
itu, tidak perlu adanya diskusi sehingga meminimalisir adanya pedebatan yang akan membuat
keputusan tidak segera kita ambil. Pemimpin pada jenis yang satu ini akan menimbulkan sikap
sangat disiplin pada seluruh anggota atau bawahannya. Bisa kita sebut, ini adalah gaya
kepemimpinan yang efektif dalam organisasi.
Kekurangan dari jenis ini adalah ketika pelaksanaan tugas yang terencana, bawahan atau anggota
kelompok tidak bisa berpikir kreatif dan akan mudah bosan. Hal ini beralasan dengan apa yang
harus dikerjakan sudah ditentukan oleh pemimpinnya.
Afiliatif
Pemimpin dengan gaya afiliatif adalah seorang pemimpin selalu membuka jalan luas bagi
bawahannya untuk bertindak secara mandiri. Ia adalah tipe orang yang selalu mengedepankan
kebahagiaan para anggotanya. Sehingga setiap anggota memiliki kesempatan yang sama dalam
memberikan ide-ide untuk kemajuan organisasi.
Kelebihan jenis ini adalah terjadi harmonisasi antara pemimpin dan bawahan karena adanya
keterbukaan
Kelemahan jenis ini adalah anggota akan merasa ketergantungan kepada pemimpinnya, karena
pemimpin selalu membantu mereka. Selain itu, orang yang belum mengenal pemimipin tersebut
akan cenderung menganggap remeh pemimpinnya.
Demokratis
Kepemimpinan jenis ini mengedepankan pendapat dari anggota ketika mengambil suatu
keputusan. Sehingga setiap masalah terselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Kelebihan dari jenis ini adalah terjadinya suatu keterbukaan antara anggota dan pemimpin. Jadi
semua masalah dalam suatu organisasi dapat muncul oleh semua anggota dan dapat turut
menyelesaikan masalah tersebut.
Kelemahan dari jenis ini adalah jika seorang pemimpin tidak dapat mengambil keputusan dengan
tepat dan terjadi perselisihan antaranggota. Kepemimpinan kekuasaan dan politik dalam
organisasi akan terus berubah-ubah
Pacesetting
Kepemimpinan jenis ini menyatakan bahwa pemimpin memerlukan atau menutut kesempurnaan
dari anggotanya. Pemimpin jenis ini membuat standar-standar yang harus terpenuhi oleh setiap
anggotanya agar tercapai apa yang menjadi keinginan sang pemimpin.
Kelebihan jenis ini adalah apa yang terlaksana oleh anggota dari suatu organisasi selalu
sempurna, karena sesuai dengan standar yang berlaku oleh pemimpinnya.
Kelemahan jenis ini adalah ketika anggotanya adalah orang yang tidak suka berkembang atau
sulit memotivasi diri. Maka seluruh anggota dariorganisasi tersebut merasa tidak dianggap oleh
pemimpin dan menjadi malas untuk mengerjakan pekerjaannya.
Anggota juga akan lebih mudah merasa stress karena tuntutan, persaingan, dan standar tinggi
yang harus selalu full sepanjang waktu.
Coaching
Pemimpin jenis ini menuntut anggotanya untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan
bakat yang mereka punya.
Kelebihan jenis ini adalah pemimpin dapat mengenali semua anggota yang ada dalam
organisasinya. Ia dapat menggali kemampuan terpendam dari seiap anggotanya dan memperbaiki
kelemahan-kelemahan mereka.
Kelemahan pemimpin jenis ini adalah ia memerlukan waktu untuk mengenal dan
mengembangkan anggotanya satu per satu. Karena tentunya setiap individu itu unik dan berbeda
sehingga perlu dialog panjang dengan setiap anggota untuk mengenal mereka
Teori yang dikembangkan oleh McGregor pada 1957 ini didasarkan pada bagaimana para
manajer melihat dirinya dalam berhubungan dengan orang lain,dalam hal ini bawahannya.
1) Teori X
Pada umumnya manusia tidak senang bekerja
Pada umumnya manusia tidak senang berambisi tidak ingin tanggung jawab dan lebih
suka diarahkan
Pada umumnya manusia harus diawasi dengan ketat dan sering harus dipaksa untuk
memperoleh tujuan-tujuan organisasi.
Hanya mementingkan diri sendiri,kepentingan organisasi menjadi urusan kedua.
2) Teori Y
Usaha yang bersifat fisik maupun mental karyawan dalam bekerja sebenarnya
sebuah sifat yang alami.Bahkan karyawan cenderung menganggapnya sebagai
main-main saja.
Kontrol yang besifat eksternal dan ancaman hukuman bukanlah satu-satunya acara
untuk menghasilkan usaha meraih tujuan organisasi.Karyawan akan mengatur
dirinya sendiri dan berusaha sendiri untuk mencapai tujuan organisasi dan
menganggapnya sebagai sebuah komitmen.
Derajat komitmen untuk mencapai tujuan selalu proposional sesuai dengan
ganjaran yang terkait dengan pencapaiannya.
Rata-rata karyawan belajar dengan baik,bukan hanya menerima tetapi mereka
malah mencari sebuah tanggung jawab
Karyawan punya kapasitas yang besar untuk bertindak penuh imanjinasi,kreatif
dan orisional dalam memberikan solusi pada masalah organisasi.
Penemu konsep ini adalah Robert blake dan Jane Mouton.Model managerial grid bisa
juga disebut dengan lima gaya kepemimpinan.kelima gaya ini adalah kombinasi dari perhatian
pemimpin pada produksi dan perhatian pemimpin pada karyawan.
Yang dimaksud degan perhatian pada produksi bukan saja sikap si manajer terhadap
jumlah output produksi,tetapi juga berkaitan dengan urusan operasin yang lain dalam arti luas.
Yang dimaksud dengan perhatian pada karyawan adalah buka saja soal kondisi kerja atau
gaji untuk karyawan,tapi juga soal komitmen atasan atas pencapaian sibawahan,keterlibatan
dalam pekerjaan bawahan,pemberian tanggung jawab yang berdasarkan rasa percaya bukan
berdasarkan kepaatuhan,sampai dengan menjaga kepuasan dalam berhubungan.
Gaya impoverished
Gaya dimana perhatian manajer pada bawahan dan perhatiannya pada produksi sangat
rendah.keterlibatan mereka atas pekerjaan bawahan minimal 1 kali.Manajer mungkin
hanya memberi perintah,tapi mencoba memastikan bahwa tidak akan terjadi apa-apa atas
perintahnya tersebut.Dengan gaya seperti ini bukan saja organisasi yang berpotensi
merugi(karena membayar manajer tetapi manajer tidak memberikan kontribusi yang
seharusnya),tapi juga bawahan karena pengembangan potensi yang ada pada dirinya
menjadi terbatas.
Gaya country club
Gaya ini perhatian manajer terhadap produksi rendah namun perhatian pada karyawan
tinggi.Dengan gaya seperti ini manajer mencoba tampil popular diantara kelompoknya
(terutama bawahan).ia menciptakan atmosfer yang nyaman,penuh rasa percaya,dan bebas
rasa kwatir.Namun demikian walaupun bersahabat erat dengan bawahan,kinerja
pemimpin ini belum tentu produktif.karena perhatiannya terhadap perkerjaan sangat
rendah.karyawan yang melakukan kesalahan,sering kali dimaafkan bukan di sanksi.
Gaya produce
Pada gaya ini manajer sangat kurang perhatiannya pada kebutuhan bawahan.apapun yang
terjadi ,karyawan harus kerja,sesuai dengan aturan dan arahan.bila tidak sesuai,maka
hukuman dan sanksi telah siap menanti.kekuasaan yang bersumber dari permaksaan
biasanya dominan disini.karena itu,sebagian ini menyebut gaya ini sebagai gaya manajer
otoritik.
Gaya yang seimbang
Gaya yang dimana perhatian pada produksi dan karyawan itu seimbang.
Gaya team management
Adalah gaya yang paling baik.pada gaya ini perhatian manajer terhadap produksi
maksimal,disaat sama perhatiannnya terhadap karyawanjuga tidak sedikit.derngan gaya
ini manajer akan mampu membawa organisasi pada kinerja yang diharapkan,sementara
karyawan juga tidak merasa diabaikan.karyawan akan memberi komitmennya pada
pencapai hasil organisasi.
Di sisi lain model situasional juga menyarankan bahwa pemimpin, harus "tahan banting"
dengan segala situasi. Kalau seorang pemimpin. dari awal kariernya selalu menghadapi situasi
yang "nyaman" tidak ada gejolak, semua berjalan mulus tanpa masalah, memiliki bawahan ber
kualitas tinggi, penuh inisiatif dan berdaya kreasi tinggi, maka dapat di. katakan sang pemimpin
"kurang teruji". Sebaliknya, seorang pemimpin yang pernah menghadapi banyak situasi serba
berkekurangan, apakah itu soal fasilitas, situasi bisnis, kondisi bawahan, tapi tetap bisa
melewatinya dengan sukses barulah kita dapat mengatakan ia seorang pemimpin yang "teruji".
Berkaitan dengan pendekatan situasional, ada beberapa konsep yang kerap menjadi
rujukan para manajer.
Fred E. Fiedler beserta para kolega kerjanya sadar benar bahwa seorang pemimpin harus
memperhatikan faktor situasi, di mana kepemimpinan itu akhirnya akan teruji serta
memiliki keterhubungan dengan interaksi bawahan. Menurut Fiedler, ada tiga dimensi
penting dalam pen dekatanya, yaitu (Hellriegel et al., 2007):
a. Kekuatan posisi (position of power). Dimensi ini menjelaskan sejauh mana bedanya
kekuatan sebuah posisi dibandingkan sumber ke kuasaan yang lain seperti kepribadian
atau kepakarannya, agar bawa han mematuhi arahan manajer. Artinya, dengan posisi
tertentu sese orang harus punya otoritas tertentu yang membuat seseorang mau mengikuti
arahannya.
b. Struktur kerja. Dalam dimensi ini Fiedler menekankan pentingnya kejelasan sebuah
pekerjaan karena dapat membuat seseorang me rasa bertanggung jawab. Tanpa kejelasan
pekerjaan, seseorang sulit dituntut pertanggung jawabannya, sementara pekerjaan
kelompok juga sulit diidentifikasi sukses atau tidaknya.
c. Hubungan atasan dan bawahan. Kekuatan posisi maupun kejelasan struktur kerja, baru
bisa efektif bila adanya rasa percaya dari bawahan terhadap si atasan. Dengan adanya
kepercayaan pada atasan, barulah bawahan akan mengikuti arahan-arahan si atasan.
Atas ketiga dimensi ini, Fiedler membuat penelitian-penelitian yang mencoba
menggambarkan bahwa ada situasi yang menyenangkan bagi atasan (favorable) ada situasi
yang tidak menyenangkan (unfavorable). Secara ekstrem ada dua gaya kepemimpinan yang
dapat diterapkan oleh manajer. Bila secara umum situasinya kurang menyenangkan
(misalnya posisi kurang kuat, struktur kerja kurang begitu jelas, hubungan atasan bawahan
juga kurang begitu bagus), maka Fiedler menyarankan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada kerja (task oriented) adalah yang paling efektif. Sebaliknya, di sisi
ekstrem yang lain, bila situasi yang diha dapi menyenangkan (posisi cukup kuat, struktur
kerja sangat jelas dan menantang, hubungan atasan dan bawahan sangat baik), maka gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan (human relation orient ed) adalah yang
paling efektif.
Dengan kombinasi kedua dimensi tadi, ditambah situasi kesiapan bawahan, gaya
kepemimpinan model ini, ditentukan oleh aspek situasional tadi, yaitu tingkat kesiapan
mahasiswa. Gaya-gaya itu adalah:
a. Gaya memerintah (telling style): memberikan instruksi jelas, spesifik. Biasanya gaya
ini sangat tepat untuk mereka tingkat kesiapannya rendah. Misalnya, karyawan baru.
Mereka adalah orang yang tidak yakin dengan tindakannya. Ragu untuk berbuat, dan
memang kete rampilannya terbatas. Jadi, pemimpin harus memberikan instruksi.
b. Gaya mengajak (selling style). Di sini, pemimpin sudah mengarah kan, memberi
dorongan, dan berkomunikasi dua arah. Pemimpin sadar, bawahannya sekarang
adalah orang yang tingkat kesiapannya "lumayan". Pemimpin dapat mulai pelan-
pelan membangun keper cayaan diri si bawahan dengan cara yang penuh ajakan.
c. Gaya Partisipasi (participating style). Ketika bawahan tingkat kesiap annya sudah
lebih baik, akan arahan, sudah bisa dikurangi. Atasan sudah mulai mendukung,
mendorong, membantu dari "belakang". Pada fase ini bawahan sudah mulai aktif
mendengar pemimpin dan dengan tahapan kematangannya yang terus bertambah, ia
sudah me miliki inisiatif.
d. Gaya mendelegasi (delegating style). Pada fase ini, bawahan sudah sangat siap. Ia
bisa mengerjakan pekerjaan dengan terampil, karena wawasan dan pengalamannya.
Ia memiliki kompetensi, termotivasi, dan mampu mengambil keputusan dengan bijak
dan bertanggung jawab. Bawahan sudah bisa tampil lebih mandiri pada berbagai urus
an. Pada tingkat seperti ini, praktis atasan dapat mendelegasikan pekerjaannya,
sementara ia bisa konsentrasi pada aktivitas lain yang lebih strategis.
Kesemua ini menjadi faktor situasional model time driven dari Vroom-Jago. Gaya
kepempinan yang sesuai, tergantung pada tingkat ke tujuh faktor di atas. Ada tujuh gaya
yang dikemukakan oleh model ini (tergantung situasinya). Dalam beberapa hal, akan
terlihat beberapa kemiripan dengan model situasional Hersey-Blanchard. Ketujuh hal itu
adalah:
Decide style. Orang yang "decisive", tegas yakin dengan keputusan nya. Sekali ia
memutuskan, ia yakin bahwa apa yang diputuskannya memang bernilai.
Consult individually style. Pemimpin mencoba mencari informasi tentang satu
masalah dengan mendengarkan anggota kelompok satu per satu (secara
individual). Dari situ, ia memutuskan.
Consult team style. Pemimpin, mencoba mencari informasi lewat kelompok.
Namun tetap saja akhirnya ia yang memutuskan. d. Facilitate style. Pemimpin
mencoba memberikan dorongan, kesem patan, dan fasilitas agar bawahan bekerja.
Ia menjadi penyelaras, moderator, penyedia data, tapi yang memutuskan dan
menjalankan tetap bawahan/tim. Bisa dibilang, gaya kepemimpinan seperti ini
bisa dibilang orang di belakang layar.
Delegate style. Ini saatnya pemimpin membiarkan para bawahan/ timnya
mengambil keputusan. Tim yang mengidentifikasi, diagnosis. masalah dan
mengembangkan alternatif keputusan, sekaligus memi lihnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terlepas dari perdebatan apakah pemimpin itu dilahirkan, dengan serangkaian sifat dasar yang
berasal dari genetika, atau dapat dibentuk oleh situasi dan pelatihan-pelatihan, pemimpin punya
perilaku tertentu dan situasi tertentu. Bab ini membahas konsep dasar kepemimpinan dari sudut
perilaku yang dijalankan pemimpin dengan menunjukkan teori X dan teori Y dari McGregor.
Juga tentang konsep managerial grid, di mana pemimpin akan berperilaku berdasarkan dua
sumbu, yakni fokus pada produksi atau fokus pada karyawan.
Perilaku kepemimpinan ternyata bukanlah resep yang bisa diguna kan untuk setiap situasi.
Faktor situasi seperti soal kematangan bawah an, menuntut pemimpin menggunakan pendekatan
yang berbeda. Ini dijelaskan dengan baik dalam model kepemimpinan situasional dari Hersey-
Blanchard. Menurut mereka, tergantung kemapanan karyawan, pemimpin bisa menggunakan
pendekatan telling, selling, supporting, dan delegating. Dengan cara yang sama, Vroom-Jago
juga menawarkan pen dekatan situasional. Pemimpin dapat menggunakan gaya yang berbeda,
seperti consult, decide, facilitate, atau delegate, tergantung keadaan. Mi salnya, keadaan
signifikansi keputusan, keahlian atasan, keahlian tim, atau pentingnya konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/teori-kepemimpinan/#:~:text=Kepemimpinan
%20dalam%20organisasi%20adalah%20sebuah,penting%20dari%20keberhasilan
%20sebuah%20organisasi.
https://www.academia.edu/10227278/kepemimpinan_dalam_organisasi
https://organisasi.co.id/kepemimpinan-dalam-organisasi6-jenis-fungsi-bentuk/