OLEH
FITRAYADI
G31MN21035
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Kondisi Aktual..........................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Masalah..............................................................5
2.3 Dampak Permasalahan Warisan Budaya Maritim.....................................6
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis.....................................................................8
2.5 Beberapa Solusi Mengatasi Masalah Menegakkan Kedaulatan Negara
Maritim Indonesia..............................................................................................10
2.6 Rekomendasi Pilihan...............................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
1.1 Kesimpulan..............................................................................................15
1.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ini, yang terekam dalam tapak arkeologi berupa gambar perahu dan fauna air di
berikutnya, aktifitas kemaritiman pun terus berlanjut dan menjadi identitas bagi
KBBI (2011:879), maritim adalah (1) segala sesuatu yang berkenaan dengan laut
kepulauan Indonesia. Istilah maritim sering disinonimkan dengan kata bahari yang
bermakna (1) dahulu kala; kuna, (2) indah; elok sekali, dan (3) mengenai laut;
bahari (KBBI 2011:115). Dengan demikian, sejarah maritim adalah studi tentang
1
2
salah satu negara maritim. Karakter dan jiwa bahari Bangsa Indonesia sudah
tercermin sejak zaman kerajaan . Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi cikal
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
1939 (TZMKO 1939), yang dalam Pasal 1, ayat 1 ditetapkan bahwa batas-batas
laut teritorial adalah selebar 3 mil dari pantai. Tentu saja pasal ini tidak sesuai
bagi sebuah negara kepulauan, karena dalam sebuah negara kepulauan semua
pulau serta laut yang terletak di antaranya harus dianggap sebagai satu kesatuan
yang utuh.
pemerintah Republik Indonesia yang pada waktu itu berada di bawah Kabinet
Indonesia, yang dikenal dengan nama Deklarasi Djoeanda 1957. Isinya adalah:
tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada
pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak
3
4
Dicermati dari sisi suku bangsa dan budaya, keberadaan laut bebas di
penduduk antara satu pulau dengan pulau lainnya masih satu bangsa. Bagaimana
mungkin sebuah negara yang berdaulat dipisah-pisahkan oleh laut bebas sebagai
besar seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian telah dihuni manusia.
antara unsur budaya maritim dengan unsur kehidupan masyarakat, dan komponen
budaya maritim terdapat kehomogenan dan diversitas unsur budaya. Oleh sebab
itu perlu adanya peran aktif pemerintah, aktivitas akademisi, LSM, tokoh
Sudut pandang sosial budaya banyak sekali hal hal yang menarik untuk
nelayan mempunyai budaya yang unik jika dibandingkan dengan komunitas yang
tahun terhadap lingkungan mereka yang berada di wilayah pesisir dan laut.
tempat nelayan hidup dan sebagai mata pencaharian dalam mencari rezeki.
menunjukkan kondisi laut yang berbahaya dan kondisi sumberdaya laut yang
lingkungan laut penuh dengan resiko dan bahaya untuk keselamatan jiwa manusia.
Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar
lainnya adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam
bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk. Demikian luasnya wiliyah laut di
masyarakat pesisir dengan pola hidup yang dikenal sebagai kebudayaan pesisir
dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang
6
sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini,
kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya. Pada akhir abad ke-19,
para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih
luas.
sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan
beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik,
ras, adat, dan budaya serta alam lainnya. Indonesia juga kaya akan budaya.
Dengan demikian pola pikir Indonesia menjadi terpengaruh kehidupan barat atau
sistem pelayaran dan perdagangan merupakan salah satu mata pencaharian yang
utama dan hingga saat ini terus mengalami perkembangan. Masyarakat pesisir
pada saat itu tidak hanya mampu mengarungi perairan Nusantara, akan tetapi
lebih dari itu bahwa orang Indonesia telah mampu berlayar sampai pada jarak
melihat kemiskinan disebabkan oleh faktor luar dimana individu tidak dapat
masyarakat kategori ini secara sengaja atau tidak telah termarjinalkan oleh adanya
(Gaspersz.et.al, 2018). Untuk itu, kehadiran peran Indonesia dalam skala domestik
dan regional Asia Tenggara sangat penting untuk “membebaskan” Indonesia dari
ataupun Pierre Bourdieu, hubungan timbal balik tak henti antara individu dan
strukturlah yang menjadi dasar dari realitas sosial yang muncul di dalam
menjelaskan masalah yang terjadi pada masa modernisasi lanjut seperti sekarang
ini. Meminjam perspektif keduanya, kebudayaan bisa dimaknai sebagai satu arena
sosial dalam sebuah tatanan sosial yang di dalamnya terjadi proses redefinisi dan
karena itu, untuk memahami kebudayaan maritim, kita mesti memahami apa yang
sosial yang unik. Menurutnya, masyarakat maritim memiliki makna yang jauh
lebih besar daripada masyarakat nelayan. Mereka bukan saja tinggal di tepi pantai
9
dan mencari ikan di laut, tetapi juga memiliki norma serta obligasi sosial yang
berangkat dari relasi panjang mereka dengan lautan. Kemudian, identitas mereka
kesempatan fisik dan kebutuhan ekonomi yang sama. Menurutnya, tidak semua
masyarakat yang tinggal dekat laut memiliki keterikatan yang kuat terhadap laut,
satu bentuk dominasi antara yang pesisir terhadap yang daratan. Kebudayaan
atau kapal sebagai alat angkutan maupun pengetahuan navigasi untuk mencapai
tujuan.
sebuah pertemuan antara structural constraint yang agak longgar dengan lapisan
kesadaran yang muncul dari individu ketika ia berinteraksi dengan struktur yang
ekonomi sekaligus jalan hidup yang harus dipenuhi. Kebudayaan melaut atau
kebudayaan maritim bisa dimaknai sebagai satu arena sosial di mana terjadi
10
laut; 2) aturan sosial yang meliputi sanksi dan institusi sosial yang ada dalam satu
sebagai sumber daya yang menjadi modalitas seseorang untuk pergi melaut.
Maritim Indonesia
sumber kekayaan alam yang terdapat di pulau tersebut dan kesatuan teritorial.
Begitu juga dengan isu tenaga kerja Indonesia (TKI), dan penangkapan
ikan secara illegal yang kedua negara tidak mempunyai rasa collective identity
Indonesia boleh kerja dan dapat uang untuk menghidupi keluarganya, dan diwaktu
yang sama, seperti Malaysia mendapatkan kemajuan dari hasil buruh Indonesia.
tidak lain dan tiada bukan, diperkuat hanya karena pengaruh media-massa dan
kedua negara dalam isu-isu mulai dari pengakuan perbatasan, dan budaya
maritim. Media sebetulnya dijadikan alat oleh pihak tertentu untuk menjadikan
hubungan antara masyarakat khususnya dalam level keadaan yang tidak harmoni,
Maka dari itu, akan ada pihak-pihak yang bertepuk tangan riang sambil
menyaksikan dan bahkan meraih manfaat dari keadaan yang tidak harmoni
12
massa harus menjadi instrument dalam membina hubungan yang harmoni melalui
efektif media. Begitu juga dengan negara-negara maritim yang lainnya di Asia
Tenggra.
Salah satu kerangka yang muncul pada zaman post-positivisme ini adalah
apa yang dikenal dengan “collective identity” yakni usaha untuk memahami
identitas dan kepentingan. Pendekatan ini diajukan oleh Alexander Went dalam
di sebuah negara. Sehingga norma anarkis yang dipahami oleh realist sebenarnya
adalah tidak terwujud, dan akan terwujud dengan hanya bergantung pada apa yang
terbentuknya sebuah identitas kolektif maka dengan itu akan muncul sebuah
Dengan adanya identitas kolektif menurut Went, ada empat faktor penting
aktor-aktor saling bergantung apabila perubahan pada satu aktor atau negara akan
mempengaruhi actor lain dan hasil perubahan itu juga sebenarnya bergantung
pada pilihan aktor lain. Menurut Went, saling ketergantungan menyebabkan para
aktor, baik masyarakat atau negara, untuk terlibat dalam “ideological labour” –
menyarankan agar masyarakat harus kembali pada budaya Lockean (Lock, 1980).
Common fate (nasib yang sama) meliputi tingkah laku (behaviour) dan
itu, kerjasama akan mudah untuk dicapai tatkala kepentingan beberapa aktor itu
sama. Dalam pendekatan konstruktivis, common fate meliputi dua elemen baik
dalam tindakan maupun identitas. Oleh karena itu, common fate merupakan
tingkat internasional.
14
cukup hanya dengan budaya, bahasa, agama dan tatanan sosial yang sama, tetapi
perlu adanya persamaan dalam nilai dan praktek kehidupan sehari-hari. Lebih dari
menyamakan ideologi dan nilai pada tingkat identitas dan juga tindakan.
identitas kolektif. Ini karena telah banyak usaha kerjasama dan saling
tidak adanya daya kontrol untuk tidak menjadi aktor yang rakus. Pendekatan
Indonesia dan negara negara maritim lainnya seperti Malaysia di Kawasan Asia
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
ini dapat ditegaskan bahwa laut merupakan pemersatu, bukan sebagai pemisah.
Sejarah bangsa ini telah membuktikan bahwa sejak awal aktivitas bangsa ini
masa lampau pulau demi pulau, akan tetapi meliputi seluruh wilayah kepulauan.
kokoh lagi Indonesia dalam membawa one ASEAN identity yang dimulai dengan
identity ASEAN yang dimulai dengan penyebaran dan penguatan budaya maritim
yang lainnya.
15
16
1.2 Saran
memaksa kita segera berbenah untuk membangun kembali jejak sejarah yang
terhapus.
DAFTAR PUSTAKA
Arnakim, L.Y. and Dewi, G.D.P., 2018. Peranan Indonesia dalam Memperkuat
Chairunnisa, I., Rijanta, R. and Baiquni, M., 2019. Pemahaman Budaya Maritim
Heriyawati, Y., Herdiani, E. and Dimyati, I.S., 2020. Kearifan Lokal Hajat Laut
Kambey, M.A., Aling, D.R. and Dien, C.R., 2020. Eksistensi Budaya Maritim
pp.136-146.
51.
Mulyadi, Y., 2016. Kemaritiman, Jalur Rempah dan Warisan Budaya Bahari
17
18
Obor Indonesia.