Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

“KONSEP BENUA MARITIM DALAM PEMBANGUNAN”

Disusun oleh:
Kelompok II
Muh. Amar Masyhudul Haq (H021211049)

Sinta Prasasti (H021211050)

Sulizzah Latifanny Ismail (H021211051)

Sastri (H021211052)

Gelora Asang Pabiban (H021211053)

Nursyamsi Syam (H021211054)

Nurul Auliah Sari (H021211055)

Alfito Baraling (H021211056)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Daftar Isi

Daftar isi .................................................................................................... 1


Pendahuluan ............................................................................................. 2
A. Latar Belakang ...................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
Pembahasan.............................................................................................. 4
Benua Maritim Indonesia ............................................................................ 4
Konsep Benua Maritim Indonesia dalam Pembangunan ............................. 5
Sektor-sektor Pembangunan Benua Maritim Indonesia .............................. 8
Penutup ..................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ........................................................................................... 15

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lautan dipandang oleh manusia beberapa abad yang lalu dipandang
hanya sebagai kawasan perburuan untuk menangkap ikan dan sebagai media
lalu lintas belaka. Namun, pada akhir abad ke-20 kawasan laut telah menjadi
kawasan penjelajahan dan eksplorasi di bumi sebagai upaya memanfaatkan
untuk meningkatkan kehidupan umat manusia yang lebih baik.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong eksplorasi laut
lebih jauh dan bukan hanya tangkap-menangkap ikan semata. Kemajuan
pengetahuan di bidang maritim, membuat manusia mampu mengolah kekayaan
laut untuk kerberlangsungan hidup yang lebih baik. Demikian pula persediaan
bahan pangan di laut dapat mengimbangi tuntutan kebutuhan pangan akibat
pertumbuhan penduduk yang pesat. Indonesia adalah salah satu negara yang
memiliki eksistensi bangsa dan budayanya sendiri. Dalam catatan sejarah,
terekam bukti bahwa nenek moyang kita menguasai lautan nusantara, bahkan
mampu mengarungi samudra luas bahkan hingga ke pesisir madagaskar.
Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi,
peranan, dan potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecendrungan ini
dipengaruhi oleh perkembangan pembangunan yang dinamis yang
mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumberdaya nasional di darat. Oleh
karena sebab itu pembangunan maritim pun perlahan dilakukan. Pengaruh lain
adalah perkembangan teknologi maritim sendiri yang sangat pesat sehingga
memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
laut.
Perairan laut Indonesia yang berada di antara dan sekitar kepulauan
Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia. Laut nusantara
merupakan suatu aset nasional yang berperan sebagai sumber kekayaan alam,
sumber energi, sumber bahan makanan, media lintas laut antar pulau, kawasan
perdagangan dan wilayah pertahanan kemanan. Oleh karena itu wilayah laut
nasional mempunyai fungsi sebagai wahana untuk menjamin integritas wilayah
sarana perhubungan dan pelayaran, salah satu sumber kekayaan alam hayati
dan nonhayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kawasan pertahanan

2
keamaman. Dengan demikian, laut nusantara pada hakekatnya merupakan
ruang lingkup dan wahana perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan
dan cita-cita nasional.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas tentang konsepsi benua maritim
Indonesia dan kaitannya dalam pembangunan, penyusun makalah akan
mengupas peranan Benua Maritim Indonesia dalam pembangunan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah
1. Bagaimana konsep Benua Maritim Indonesia?
2. Bagaimana peran konsep Benua Maritim Indonesia dalam pembangunan?
3. Bagaimana perkembangan pembangunan sektor-sektor Benua Maritim
Indonesia?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Benua Maritim Indonesia
Kemaritiman adalah peradaban dunia. Karena kepentingan negara-
negara di dunia akan sangat ditentukan bagaimana pengelolaan dan
pemanfaatan laut untuk kemakmuran maupun keberlanjutan bangsa-bangsa di
dunia. Demikian pula Indonesia yang 70 % wilayahnya berupa laut dan lautan
perlu meletakkan arah pembangunan sebagai Negara Maritim. Nenek moyang
bangsa Indonesia pernah mencapai abad keemasan sebagai negara maritim
pada saat Kerajaan Mataram dan Sriwijaya serta kerajaan lainnya di Nusantara
yang “menguasai laut” dari berbagai belahan bumi sehingga mendapatkan
kemakmuran bagi rakyatnya dari laut melalui aktivitas ekonomi maupun
perdagangan global dengan memanfaatkan laut.
Negara Maritim adalah negara yang berdaulat, menguasai, mampu
mengelola dan memanfaatkan secara berkelanjutan dan memperoleh
kemakmuran dari laut. Dengan demikian apabila membicarakan negara
kepulauan seperti Indonesia kita dapat menggunakan istilah Negara Maritim
karena penggunaan lautnya selalu untuk kejayaan negaranya. Sedangkan
kelautan adalah yang terkait dengan artian fisik dan properti (physical property)
yakni terkait dengan sumberdaya kelautan dan fungsi laut yang digunakan untuk
mencapai Negara Maritim. Visi kelautan adalah visi dalam mendayagunakan
sumberdaya dan fungsi laut secara berkelanjutan untuk kemakmuran bangsa.
Visi Kelautan tersebut digunakan untuk menyatukan pembangunan yang
berwawasan kedalam (inward looking) yakni mengembangkan kemajuan
nusantara dan negara kepulauan dan wawasan keluar (outward looking) yakni
mengembangkan berbagai kemampuan bangsa untuk menguasai potensi laut
secara global sesuai peraturan internasional untuk kemakmuran bangsa
Indonesia (Kusumastanto, 2013).
Benua Maritim Indonesia (BMI) didefinisikan sebagai wilayah perairan
dengan hamparan pulau – pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah
antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim
dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan
sosial budaya.

4
BMI sendiri terbentang dari 92O BT sampai dengan 141O BT dan dari
7O20’LU sampai dengan 14O LS yang mana ini berarti Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari:
1. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama.
2. Luas perairan 3,1 juta km2, dan luas perairan ZEE 2,7 juta km2.
3. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km
(7.945 mil).
Wujud wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di
cakrawala khatulisitiwa yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia,
yang terdiri dari zona pantai, landas benua, lereng benua, cekungan samudra di
bawahnya dan udara di atsnya. Berdasarkan bangun wilayah laut yang sangat
luas, adanya kesatuan alamiah antara bumi, laut dan udara diatasnya serta
kedudukan global sebagai tepi benua, maka wilayah nsional Indonesia
mempunyai ciri-ciri benua, oleh karena itu sangat tepat disebut Benua Maritim
Indonesia (BMI).
BMI adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu
kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya, tertata secara unik,
menampilkan cirri-ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang
iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta
tatanan social budayanya yang menjadi wilayah yuridiksi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang secara langsung maupun tdak langsung akan
menggugah emosi, perilaku dan sikap mental dalam menentukan orientasi dan
pemanfaatan unsur-unsur maritim di semua aspek kehidupan.
B. Konsep Benua Maritim Indonesia dalam Pembangunan
Pembangunan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses,
cara, dan perbuatan membangun. Sedangkan membangun sendiri bermakna,
bangkit berdiri, mendirikan, membina, serta bersifat memperbaiki. Adapun
maksud dari konsep Benua Maritim Indonesia dalam Pembangunan adalah
keterlibatan sumber daya laut, penduduk pesisir, dan seluruh biota laut serta
potensi pemanfaatannya terhadap pembangunan negara Indonesia.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah
pembangunan nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur maritim dan
dirgantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan sebagai Tahun

5
Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Republik Indonesia. Pembangunan Maritim
Indonesia pada dasarnya adalah bagian Integral dari pembangunan Nasional
dalam pendayagunaan dan pemanfaatan lautan Indonesia untuk mencapai cita–
cita nasional.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan
dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep
pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi
Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang–undang Dasar 1945.
Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan
bahwa:
1. Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan faktor utama
yang harus dikelola dengan baik guna mewujudkan cita – cita nasional.
2. Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral.
Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritim
kita menghadapai empat kendala utama, berikut :
1. Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah.
2. Techno structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap.
3. Peraturan dan perundangan belum mendukung.
4. Kelembagaan yang juga belum mendukung.
Tujuan pembangunan maritim Indonesia pada hakekeatnya adalah bagian
integral dari tujuan pembangunan nasional dengan lebih memanfaatkan unsur
maritim. Sedangkan sasaran pembangunan Maritim Indonesia adalah
terciptanya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang mandiri serta
mamapu mentransformasikan potensi maritim menjadi kekuatan maritim
nasional melalui serangkaian pembangunan nasional yang dilaksanakan
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dalam PJP II Pembangunan Maritim Indoneisa dilakukan secara
bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pertahapannya
dilakukan sebagai berikut :

6
1. Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari
dengan tanpa mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia
dan iptek maritim yang sesuai,
2. Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan
pariwisata bahari sering dengan pengembangan Iptek dan SDM yang
diperlukan.
3. Pelita IX penekanannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata
bahari seiring dengan peningkatan iptek dan SDM
4. Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring
dengan pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan.

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UU RPJPN) disebutkan bahwa
pembangunan adalah untuk mewujudkan “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL”, melalui “Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”. Visi dan misi
tersebut dilaksanakan dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat
dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan;
meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang berwawasan kelautan
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; mengelola wilayah laut
nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun
ekonomi kelautan secara terp adu dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. Dengan demikian wilayah yang
dikuasai dan dijaga kedaulatannya dapat untuk memajukan bangsa dan mampu
menjamin kemakmuran antar generasi (intergerational welfare) bangsa
Indonesia.
Adapun arah kebijakan pembangunan Indonesia yang menggunakan
konsep benua maritim Indonesia adalah konsep ekonomi kelautan yang mana
mengedepankan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumberdaya
kelautan (ocean based resource) dan fungsi laut secara bijaksana sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat
Indonesia dengan didukung oleh pilar-pilar ekonomi berbasis daratan (land
based economy) yang tangguh dan mampu bersaing dalam kancah kompetisi

7
global antar bangsa. Aktivitas ekonomi di pesisir, laut dan lautan sebagai
ekonomi kelautan (ocean economy) terdiri dari 12 (sektor). Sektor-sektor tersebut
yakni Perikanan Laut (Fishery), Transportasi/Infrastruktur, Industri Maritim,
Ketenagakerjaan Maritim, Pendidikan Maritim, Pengembangan Masyarakat
Maritim dan Desa/Komunitas Pantai dan Pulau-Pulau, Pertambangan dan
Energi, Hukum Laut dan Regulasi Perairan, Industri Pariwisata Bahari/Maritim,
Survei, Mapping, Penelitian Ilmiah dan Teknologi Maritim, serta Pengelolaan
Sumber Daya Laut.
C. Sektor-sektor Pembangunan Benua Maritim Indonesia
Pembangunan Benua Maritim Indonesia terbagi menjadi beberapa sektor.
Sektor-sektor tersebut antara lain sebagai berikut
1. Perikanan Laut (Fishery)
Secara potensi, perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Akan
tetapi potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal, oleh karena itu
diperlukan strategi yang tepat untuk pembangunan sektor perikanan ini.
Karena jika sektor perikanan ini dapat dimaksimalkan, Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) Indonesia dapat ditingkatkan. Produksi perikanan Indonesia
menunjukkan kecenderungan (trend) positif di mana pada tahun 2013 bernilai
Rp 291.799.10 milyar dan menyumbang sekitar 2,75% dari total PDB (BPS,
2014). Namun demikian, jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
negara-negara produsen perikanan lainnya seperti China (17 juta ton/tahun)
dan Peru (10,7 juta ton/tahun). Produksi perikanan ini hampir sama dengan
negara-negara yang luas lautnya jauh lebih kecil dari Indonesia seperti
Jepang (5 juta ton/tahun) dan Chile (4,3 juta ton/tahun). Salah satu faktor
yang menyebabkan rendahnya produksi adalah terjadinya kerusakan
ekosistem pesisir dan laut serta maraknya illegal fishing di Perairan laut
Indonesia.
2. Transportasi/Infrastruktur(Transportation)
Tidak dapat dipungkiri, transportasi laut dijadikan sebagai pilihan utama
dalam aktivitas ekspor-impor. Sehingga kedepannya Indonesia diharapkan
dapat melakukan pembangunan infrastruktur serta transportasi laut sehingga
kegiatan ekspor impor di Indonesia dapat meningkat, yang mana akan
meningkatkan pendapatan negara. Indonesia memiliki potensi wisata bahari

8
yang besar, selain potensi yang didukung oleh kekayaan alam yang indah
dan keanekaragaman flora dan fauna maupun kemajemukan budaya yang
menarik wisatawan. Pembangunan wisata bahari dapat dilaksanakan melalui
pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata secara optimal. Berbagai obyek
dan daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan adalah wisata alam (pantai),
keragaman flora dan fauna (biodiversity), seperti taman laut wisata alam
(ecotourism), wisata bisnis, wisata budaya, maupun wisata olah raga.
Misalnya kawasan terumbu karang di seluruh perairan Indonesia luasnya
mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat di wilayah taman nasional laut.
Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar terumbu karang
tersebut. Potensi wisata bahari tersebut tersebar di sekitar 241 daerah
Kabupaten/Kota.
Salah satu infrastruktur kelautan yang menjadi fokus utama adalah bangunan
pelabuhan. Pelabuhan adalah pusat aktivitas perekonomian barang dan jasa
(antar pulau, ekspor maupun ekspor), sehingga keberadaannya sangat
diperlukan dalam pembangunan kelautan. Sistem pelabuhan Indonesia
disusun menjadi sebuah sistem nasional yang terdiri atas sekitar 1.887
pelabuhan pada tahun 2007. Terdapat 111 pelabuhan, termasuk 25
pelabuhan ‘strategis’ utama, yang dianggap sebagai pelabuhan komersial
dan dioperasikan oleh empat BUMN yakni PT Pelabuhan Indonesia I, II, III
and IV maupun pelabuhan lainnya. Selain potensi tersebut aktivitas bangunan
kelautan lainnya seperti konstruksi bangunan lepas pantai, pipa dan kabel
bawah laut merupakan peluang ekonomi yang sangat potensial bagi
Indonesia.
3. Industri Maritim(Industry)
Industri maritim masih kurang dikembangkan. Oleh karena itu sektor industri
maritim harus dikembangkan karena Indonesia memiliki garis pantai
terpanjang kedua di dunia yang mana jika di manfaatkan secara maksimal
dapat diyakini dapat memberikan dampak besar dalam memajukan
perekonomian Indonesia. Industri maritim adalah salah satu sektor dalam
bidang kelautan yang dapat menjadi sumberdaya ekonomi potensial sebagai
penyumbang penerimaan devisa negara. Kegiatan ekonomi industri maritim
ini diantaranya adalah yang mencakup industri pengilangan minyak bumi dan

9
LNG serta industri yang menunjang kegiatan ekonomi di pesisir dan laut, yaitu
industri galangan kapal, mesin kapal dan jasa perbaikannya (docking).
Industri maritim nasional yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah
industri galangan kapal. Industri ini telah berkembang dan terbagi dalam tiga
kategori industri, yaitu: (i) industri pembangunan kapal, (ii) industri mesin,
spare parts, dan komponen yang diperlukan dalam konstruksi kelautan, serta
(iii) industri pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dalam masa dua dekade
terakhir, ratusan hingga ribuan kapal telah dibangun oleh galangan kapal
nasional yang meliputi kapal niaga, kapal untuk tujuan tertentu, kapal ikan,
dan kapal perang, industri ini juga memerlukan dukungan industri mesin kapal
dan sebagainya. Dalam konteks pemeliharaan, galangan kapal Indonesia
belum mampu melakukan perbaikan kapal dengan ukuran lebih besar dari
20.000 DWT, karena ukuran docking domestik sangat terbatas.
4. Ketenagakerjaan Maritim (Labor)
Besarnya potensi maritim Indonesia pastinya juga membutuhkan sumber
daya manusia yang cukup besar. Oleh karena itu lapangan pekerjaan di
sektor maritim ini sangatlah luas. Mulai dari perindustrian laut, perikanan laut
hingga pertambangan laut.
5. Pendidikan Maritim (Education)
Lautan yang luas serta banyaknya manfaat yang terkandung didalamnya
harus memiliki pendidikan khusus. Agar cara pengelolaan dan penjagaan
keberlangsungan ekosistem laut dapat dilakukan secara maksimal.
6. Pengembangan Masyarakat Maritim dan Desa/Komunitas Pantai dan Pulau-
Pulau (The Development of Maritime Village)
Dengan besarnya potensi maritim yang ada di Indonesia maka diharuskan
adanya pengembangan masyarakat maritim baik di tingkat desa maupun
dalam bentuk komunitas-komunitas di sepanjang pantai dan di pulau-pulau
kecil.
7. Pertambangan dan Energi (Mining)
Pertambangan merupakan salah satu sektor penyumbang pembangunan
terbesar. Harga bahan tambang sangat tinggi. Indonesia merupakan Negara
yang memiliki berbagai hasil tambang maka dari itu pertambangan

10
merupakan salah satu penyumbang untuk sektor pembangunan Indonesia.
Adapun hasil tambang laut diantaranya pasir, minyak bumi, dan sebagainya.
Menurut BPPT, dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam
Indonesia, sekitar 70% atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40
cekunguan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 cekungan baru
diteliti sebagian, sedangkan 25 cekungan belum terjamah. Diperkirakan ke
40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak,
namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui pasti, sebanyak 7,5 miliar barel
diantaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89.5 miliar barel
berupa kekayaan belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu
diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari
separuhnya atau sekitar 32,8 miliar terdapat di laut dalam. Cadangan minyak
bumi di daerah pesisir di Indonesia sampai dengan tahun 2007 telah
mencapai 3,99 milliar barel dan yang potensial mencapai 4,41 milliar barrel.
Cadangan gas bumi di daerah pesisir secara terbukti telah mencapai 106 TKK
dan potensinya mencapai 59 TKK (DESDM, 2007). Selain potensi tersebut
berbagai potensi mineral seperti timah, mangan, bauksit, bijih besi, fosfor dan
energi terbarukan yang tersedia di wilayah pesisir dan laut Indonesia namun
belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi tersebut dapat dikembangkan
apabila investasi dan keberpihakan kebijakan terhadap kelautan dapat
ditingkatkan.
8. Hukum Laut dan Regulasi Perairan (The Law of Sea)
Untuk melindungi kehidupan bawah laut serta seluruh ekosistemnya, maka
dibuatlah hukum dan regulasi tentang perairan laut. Yang mana dengan
tujuan tidak terjadinya perusakan ekosistem bahari serta tidak terjadinya
eksploitasi berlebihan.
Dalam sektor hukum laut dan regulasi perairan, ditetapkan kebijakan
pembangunan kelautan (Ocean Policy). Ocean policy adalah kebijakan-
kebijakan dalam mendayagunakan sumberdaya dan fungsi laut secara
bijaksana guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain,
ocean policy merupakan paradigma baru yang mendorong agar bidang
kelautan sebagai arus utama (mainstream) dalam pembangunan ekonomi.
Dengan demikian, ocean policy secara integral dan komprehensif dapat

11
menjadi payung politik bagi semua institusi negara dan masyarakat yang
menunjang pembangunan bidang kelautan dan pembangunan nasional serta
implementasinya dijabarkan dalam Kebijakan Pembangunan Kelautan
Nasional (National Ocean Development Policy).
Berdasarkan hal tersebut, secara ekonomi-politik bidang kelautan harus
menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional,
sehingga secara ekonomi bidang kelautan harus dapat memakmurkan rakyat.
Sedangkan, secara politik semangat menjadikan bidang kelautan sebagai
basis ekonomi nasional harus didukung oleh visi dan konsensus bersama
semua pengambil kebijakan di negeri ini baik pada tataran eksekutif
(termasuk militer dan polisi), legislatif, yudikatif serta segenap komponen
bangsa.
9. Industri Pariwisata Bahari/Maritim (Tourism)
Dengan garis pantai yang panjang serta banyaknya keindahan pesisir dan
lautnya, pariwisata bahari memiliki potensi yang sangat besar karena negeri
Indonesia memiliki banyak keindahan alam. Sehingga dapat meningkatkan
potensi wisata di Indonesia. Menurut data statistik kedatangan wisatawan
mancanegara ke Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan dalam kurun
waktu empat tahun terakhir. Kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun
2009 merupakan kunjungan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir yaitu
mencapai 6.323.730 kunjungan atau naik 1,43%. Penerimaan devisa negara
dari sektor pariwisata sejumlah US$ 6.292,3 juta atau mengalami
peningkatan sebesar 20,19% (Depbudpar, 2009).
10. Survei, Mapping, Penelitian Ilmiah dan Teknologi Maritim (Research)
Dikarenakan luasnya kehidupan laut, maka dibutuhkan penelitian dan survei
yang mendalam untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana cara
memaksimalkan potensi laut dengan tidak membahayakan biota lautnya.
11. Pengelolaan Sumber Daya Laut (Marine Resource Management)
Pengelolaan sumber daya laut diperlukan untuk menjaga kehidupan biota
laut. Sehingga dapat melindungi keberlangsungan hidup biota laut dan
mencegah eksploitasi sumber daya yang berlebihan yang dapat mengancam
kehidupan manusia.

12
Dari 11 Sektor tersebut, setiap sektornya saling berhubungan satu sama
lain. Salah satunya, antara hukum laut dan regulasi perairan, dengan pendidikan
laut, industri maritim, dan survei ilmiah maritim. Misalknya dalam tata kelola laut
yang berkelanjutan (hukum laut dan regulasi perairan) menuntut peran ilmu
pengetahuan yang lebih integral dan tepat waktu (pendidikan maritim). Meskipun,
sains telah memainkan peran terbatas dalam rezim tata kelola laut global, sains
telah memberikan kontribusi penting bagi tata kelola pada skala regional,
terutama ketika ada konsensus ilmiah yang kuat, identifikasi masalah dan solusi
yang jelas, dan konvergensi dengan ide-ide budaya. Ilmu pengetahuan
khususnya ditantang untuk berkontribusi pada: memahami efek antargenerasi
dan antarruang, mengatasi ketidakpastian yang melekat tentang perilaku
ekosistem laut, dan model dan penilaian ekologi-ekonomi terpadu yang
diperlukan untuk pengelolaan adaptif. Isu-isu mendesak yang membutuhkan
penyertaan ilmu pengetahuan yang lebih kuat dalam tata kelola laut termasuk
siklus nitrogen global dan eutrofikasi pesisir, degradasi habitat yang tidak dapat
diubah, eksploitasi sumber daya hidup yang berkelanjutan, dan dampak
perubahan iklim terhadap lingkungan laut dan pesisir (Donald, 1999).

13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik adalah:
1. Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan
pulau-pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut
dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca
keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial
budaya..
2. Kelautan adalah tumpuan masa depan Indonesia yang harus dikembangkan
secara lestari dan mampu mensejahterakan segenap komponen bangsa di
tanah airnya sendiri serta sebagai unsur utama dalam membangun Indonesia
sebagai Negara Maritim. Pembangunan kelautan memerlukan suatu
perencanaan yang terkoordinasi, komprehensif dan berpihak terhadap
kepentingan masyarakat serta lingkungan.
3. Pembangunan Benua Maritim Indonesia pada hakekatnya adalah
pembangunan nasional yang lebih menekankan pemanfaatan unsur maritim
dan dirgantara. Pengertian ini lahir Tahun 1966 setelah dicanangkan sebagai
Tahun Bahari dan Dirgantara oleh Presiden Republik Indonesia.
Pembangunan Maritim Indonesia pada dasarnya adalah bagian Integral dari
pembangunan Nasional dalam pendayagunaan dan pemanfaatan lautan
Indonesia untuk mencapai cita–cita nasional.
4. Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan
dirgantara, serta segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep
pengembangan sehingga hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi
Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang–undang Dasar 1945. Ditambah lagi dengan adanya PJP II
Pembangunan Maritim Indonesia yang rencananya dilakukan secara
bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun), serta
diperkuat juga dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UU RPJPN) disebutkan
bahwa pembangunan adalah untuk mewujudkan “INDONESIA YANG

14
MANDIRI, MAJU, ADIL”, melalui “Mewujudkan Indonesia menjadi negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional”.
5. Sektor pembangunan maritim terdiri dari 12 (sektor). Sektor-sektor tersebut
yakni Perikanan Laut (Fishery), Transportasi/Infrastruktur, Industri Maritim,
Ketenagakerjaan Maritim, Pendidikan Maritim, Pengembangan Masyarakat
Maritim dan Desa/Komunitas Pantai dan Pulau-Pulau, Pertambangan dan
Energi, Hukum Laut dan Regulasi Perairan, Industri Pariwisata
Bahari/Maritim, Survei, Mapping, Penelitian Ilmiah dan Teknologi Maritim,
serta Pengelolaan Sumber Daya Laut.

15
Daftar Pustaka

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral [DESDM]. 2007. Publikasi Media.


http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata [Depbudpar]. 2009. Buku Saku
Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2009. Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
F.B.,Donald (1999) The Role of Science in Ocean Governance, Ecological
Economist, 31(2):189-198
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (2016). Menuju
Poros Maritim Dunia. Diakses pada 16 Oktober 2021, dari
https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-
dunia/0/kerja_nyata
Kusumastanto, T. Arah Strategi Pembangunan Indonesia Sebagai Negara
Maritim, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pakdosen (2021).Budaya Maritim: Potensi, Sejarah, Karakteristik, Dimensi.
Diakses pada 16 Oktober 2021, dari https://pakdosen.co.id/budaya-
maritim/

16

Anda mungkin juga menyukai