OLEH
Kelompok 13
HIKMA ASRI SEKARSARI
RUSTIANI
NINDI KAYA
MARNI
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penulis mampu menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah dengan judul Negara Maritim disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Kemaritiman serta
memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai perilaku
masyarakat laut dan sikap negara akan pengembangan maritim yang luas ini.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman
yang telah membantu pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain yang telah membaca
makalah kami. Kami menyadari bahwa makalah ini kami susun masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga
bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan dengan 80% wilayah laut dan 20% wilayah
darat, potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut.
Presentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia
berada pada lalu lintas perdagangan dunia. Setiap hari ratusan bahkan ribuan
kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui
Sea Lanes of Communication (SLOC) serta Sea Lines of Oil Trade (SLOT). Laut
Indonesia memiliki arti yang sangat penting bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media
perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan
keamanan, serta laut sebagai media diplomasi. Konsep pemikiran tersebut sangat
diperlukan bangsa Indonesia agar tidak menjadikan dan menganggap laut sebagai
rintangan, kendala atau hambatan sebagaimana dihembuskan oleh pihak-pihak
asing yang tidak menginginkan kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Sesungguhnya sejak jaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, bangsa
Indonesia merupakan bangsa berjiwa bahari yang memiliki filosofi "hidup dengan
dan dari laut". Pada jaman kedua kerajaan tersebut, kebudayaan maritim dan arus
perdagangan di laut mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini dilaksanakan
pula oleh Belanda yang menjajah dan menguasai bumi nusantara. Para penjajah,
selalu mengedepankan ambisinya dengan memperluas perdagangan rempahrempah dari hasil pertanian yang ketika itu yang dikirim melalui armada laut ke
negaranya. Hanya penjajah yang memiliki kewenangan mengendalikan laut,
sedangkan bangsa kita tidak diperkenankan mendalami ilmu-ilmu kelautan.
Berbagai upaya dilakukan oleh penjajah untuk menghilangkan keterampilan
bahari agar dapat melunturkan jiwa dan visi maritime bangsa Indonesia saat itu.
Setelah era kemerdekaan, bangsa Indonesia mulai menata kembali untuk
bisa mengembalikan jiwa kebaharian dan melaksanakan pembangunan kelautan,
meskipun belum maksimal. Hal ini didasari pada kesadaran akan ancaman yang
mungkin timbul karena faktanya bahwa wilayah laut merupakan wilayah terbuka,
maka dengan leluasa kekayaan laut Indonesia berpotensi untuk dimanfaatkan
bangsa lain tanpa ada kemampuan untuk melindunginya. Perkiraan ancaman dan
gangguan lainnya yang mungkin dihadapi Indonesia ke depan antara lain meliputi
kejahatan lintas Negara (misalnya penyeludupan, pelanggaran ikan ilegal),
pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/perampokan,
aksi radikalisme, konflik komunal dan dampak bencana alam. Mencermati
dinamika konteks tersebut di atas, maka dilaksanakannya Perumusan Kebijakan
Kebijakan Strategi Pengamanan Wilayah Nasional, yang bertujuan untuk
merumuskan kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional, terutama laut,
sebagai negara kepulauan yang mempunyai posisi geostrategis sangat unggul di
lintasan jalur pelayaran manca negara. Sasaran yang ingin dicapai dari perumusan
kebijakan ini adalah tersusunnya kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional,
yang dapat dijadikan masukan dalam perumusan operasional strategi pertahanan
keamanan dan pengembangan wilayah Negara maritime yang tangguh .
I.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu :
I.3
TUJUAN PENULISAN
Maritim
Agar mahasiswa dapat mengetahuiperan Indonesia sebagai negara
maritim
Agar mahasiswa dapat mengetahuiPeraturan Negara Maritim
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
tanggal 13 Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsep
wawasan nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi
Deklarasi "Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan
pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada
perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garisgaris yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik
Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang".
Pada tanggal 18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi
Negara Maritim Indonesia, dengan tindak lanjut Konsep Pembangunan Negara
Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional. Substansinya adalah menyebut
Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut wilayah, zona tambahan,
ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia. Perkembangan
Wawasan dan Pembangunan Kelautan. Pada tanggal 26 September 1998 kembali
dicanangkan Deklarasi Bunaken dengan tindak lanjut The Ocean Charter. Isi
Deklarasi tersebut anatara lain : Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan
nasional Indonesia harus juga berorientasi laut. Semua jajaran pemerintah dan
masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk pengembangan,
pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia. Visi Kelautan terus
berkembang hingga era reformasi dengan Pembangunan Maritim Indonesia
(1998-2004) mencakup aspek : Perikanan, Pehubungan laut, Industri Maritim,
Pertambangan dan Energi, Wisata Bahari, Pembangunan SDM, IPTEK dan
Kelembagaan Maritim. Berdirinya Kabinet Gotong Royong dan Kabinet
Persatuan (1999-2004) dengan tindak lanjut dibentuknya Departemen Eksplorasi
Laut yang akhirnya menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan. Beberapa
waktu yang lalu telah dilaksanakan World Ocean Conference 2009 di Menado
yang juga telah menunjukan peran dan wawasan kelautan bangsa Indonesia
kepada dunia Internasional.
Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan nusantara
untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan polatindak bangsa Indonesia
secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi
negara maritim Indoensia sejalandengan upaya peningkatan kemampuan bangsa
kita menjadi bangsayang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan
kedirgantaraan bagi kesejahteraan bangsa dan negara. Bumi maritim Indonesia
adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu kesatuan alamiantara
darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-cirinegara dengan
karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksiNegara Republik Indonesia.
Pengembangan negara maritim Indonesia berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945 karena dalam prikehidupan kebangsaan Indonesia, Pancasila pada
hakekatnya disusun secara serasi dan seimbang untukmewadahi seluruh aspirasi
bangsa Indonesia. Landasan konsepsionalnya adalah wawasan nusantara dan
ketahanan nasonal. Dengan wawasan nusantara bangsa Indonesia memandang
wilayahnusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, social budaya dan
keamanan. Pada hakekatnya negara maritim Indonesia merupakan pengembangan
dari konsepsi ketahahan nasional, maka konsepsi Negara maritim Indonesia perlu
dijadikan pedoman dan rangsangan serta dorongan bagi bangsa kita dan upaya
pemanfaatan dan pendayagunaan secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan.
Jadi , Negara Maritim adalah sebuah Negara yang tulang punggung eksistensinya,
pengembangannya, kebesaran dan kejayaannya tertumpu pada kekuatan maritim.
Artinya, Negara Kepulauan ini harus dilihat secara geografis dan non geografis.
II.2
maritim yaitu, lokasi geografis, karakteristik dari tanah dan pantai, luas wilayah,
jumlah penduduk, karakter penduduk, dan lembaga pemerintahan.
II.3
internasional melalui United Nations Conference on the Law of the Sea 1982
(UNCLOS)selain merealisasikan Deklarasi Djuanda juga menjadikan Indonesia
sebagai negara maritim besar di Asia. Konsekuensi pengakuan tersebut membawa
peran Indonesia sebagai negara pantai yang harus mampu mengelola wilayahnya
bagi kelancaran navigasi internasional. Salah satu prinsip dalam hukum laut
Internasional adalah jaminan kebebasan bemavigasi. Dipihak lain, kedaulatan
negara pantai juga diakui untuk mengelola wilayalmya sepanjang hal tersebut
tidak mengganggu kelancaran navigasi internasional. UNCLOS 1982 telah
membawa konsekuensi hukum bagi Indonesia antara lain, pengakuan bahwa
wilayah Indonesia, air dan pulau, merupakan satu kesatuan. Laut yang terletak di
antara kepulauan merupakan laut pedalaman dan Indonesia mempunyai hak
berdaulat atas wilayah laut tersebut. Mengingat Indonesia secara geografis terletak
di antara dua benua dan dua samudra serta wilayah laut Indonesia merupakan
daerah lalu lintas navigasi internasional, maka Indonesia wajib menentukan aluralur tertentu bagi kelancaran navigasi tersebut, yaitu apa yang disebut
Sebagaimana dimaklumi, jalur Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Sulawesi adalah
jalur yang selama ini, bahkan sebelum Indonesia merdeka, telah menjadi jalur
navigasi internasional. Di samping itu, Selat Malaka, merupakan Selat yang
terletak di antara tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura
merupakan selat yang sangat strategis. Selat ini merupakan jalur lalulintas laut
yang telah ada sejak sebelum Indonesia berdiri.
Dalam UNCLOS 1982, Indonesia juga wajib menjaga dan menjamin
keamanan wilayah selat tersebutyang digunakan sebagai jalur navigasi
internasional, dengan berkoordinasi keamanan dengan negara pantai lainnya yaitu
Malaysia dan Singapura. Masih banyak kewajiban lain yang harus dilaksanakan
oleh Indonesia sebagai negara yang dianugerahi wilayah laut dan daratan seluas
lebih dart lima juta meter persegi tersebut. Hal yang menjadi pertanyaan dengan
adanya pengakuan dan tugas serta kewajiban Indonesia tersebut adalah bagaimana
Indonesia dapat mengoptimalkan perannya sebagai Negara.
Berdasar pada definisi tersebut, Indonesia merupakan Negara pantai
sekaligus negara kepulauan, sesuai artikel 46, UNCLOS tentang archipelagic
states kepulauan khususnya dengan memanfaatkan statusnya tersebut guna
meningkatkan ketahanan nasional . Pertanyaan tersebut terkait dengansejarah
eksistensi bangsa Indonesia sendiri yang sejak merdeka tanggal 17 agustus 1945
selalu dihadapkan dengan berbagai ancaman disintegrasi, pemberontakan serta
masalah yang terkait dengan laut dan perairan.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 telah
membawa konsekwensi hukum internasional yang jelas, yaitu lahirnya entitas
barn, Indonesia, sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. Dengan menyatakan
merdeka, maka,Indonesia, sebuah wilayah yang sebelumnya diakui sebagai bagian
dari Hindia Belanda ini telah melakukan pemerintahan sendiri (self governing
rule) dan tidak lagi tunduk kepada negara lain/Belanda. Dua hal penting yang
terjadi terutama setelah Indonesia secara efektif diakui secara Internasional
sebagai entitas negara pada akhir tahun 1949. Pertama, Secara Internasional
Indonesia hams berjuang untuk dapat mewujudkan apa yang diamanatkan oleh
UUD 1945 sebagai suatu wilayah yang utuh dari Sabang sampai Merauke.
mengupayakan semaksimal mungkin agar NKRI dapat tetap bertahan dan pada
saat yang sama dunia mengakui NKRI sebagai suatu negara kepulauan.
Dengan merujuk pada kebutuhan tersebut di atas, langkah pertama yang
dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemri) dibawah Perdana Menteri
Ir H Djuanda adalah dengan mengeluarkan apa yang disebut sebagai Deklarasi
Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957.Deklarasi Djuanda adalah deklarasi
yang menyatakan kepada dunia bahwalaut Indonesia adalah termasuk laut sekitar,
di antara dan di dalam kepulauan Indonesiamenjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Inti deklarasi tersebut antara lain; bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara
kepulauan yang mempunyai corak tersendiri; bahwa sejak dahulu kala kepulauan
nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan; bahwa ketentuan ordonansi1939
tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia. Secara
umum deklarasi Djuanda mempunyai tujuan untuk mewujudkan bentuk wilayah
Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat; untuk menentukan batas-batas
wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan; untuk mengatur lalu lintas
damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI
(Dispenarmabar, 2012).
Deklarasi Djuanda yang pada dasarnya merupakan klaim teritorial
Indonesia tersebut tidak serta merta diterima masyarakat International mengingat
Customary International Law saatitu tidak mendukung. Bahkan klaim tersebut
dianggap bertentangan dengan ketentuan internasional yang berlaku saat itu.
Beberapa alasan yang menganggap bahwa Deklarasi Djuanda lemah
adalah; pertama,ketentuan internasional yang ada saat itu menyatakan bahwa
batas laut terirorial adalah 3 mil laut; kedua klaim Indonesia bahwa laut diantara
kepulauan merupakan laut pedalaman (internal
berlebihan mengingat dalam banyak hal jarak antara satu pulau dengan pulau yang
lain, misalnya antara Jawa dan Kalimantan ,melebihi 200 mil laut, sehingga
wilayah tersebut dapat dikategorikan wilayah laut bebas. Ketentuan internasional
yang ada saat itu tentu merugikan Indonesia. Dengan cakupan wilayah Indonesia
yang luas dan perairan antar pulau yang ada, telah menjadikan wilayah Indonesia
terpecah-pecah dan terdapat banyak kantung di dalam wilayah Indonesia. Dalam
hal ini, Indonesia tidak memiliki kuasa/kedaulatan atas kantung wilayah ini.
Sebagai konsekwensinya, terpilah-pilahnya wilayah NKRI saat itu merupakan
titik lemah ketahanan nasional Indonesia di bidang ekonomi, hankam, sosbud
maupun politik. Diplomasi Pengakuan Konsep Negara Kepulauan dan Upaya
Menjaga Eksistensi NKRI Deklarasi Djuanda merupakan awal perjuangan bangsa
Indonesia mendapatkan apa yang saatini disebut sebagai archpelagic state dalam
UNCLOS. Konsep negara kepulauan pada saatitu masih merupakan suatu konsep
yang harus diperjuangkan agar Indonesia dapat memegangkendali kedaulatan atas
seluruh wilayahnya.Beberapa pemikiran melatar belakangi keluarnya Deklarasi
Djuanda yaitu pertama, Indonesia sebagai negara kepulauan dirasa sangat rapuh
apabila tidak mampu mengontrol dan menguaaiseluruh wilayah kepulauan yang
ada. Fakta menunjukkan bahwa kantong kantong wilayah internasional dalam
wilayah Indonesia telah dijadikan sarana untuk mengikis kedaulatan dan kesatuan
RI. Pemberontakan PRRI/Permesta di tahun 1950 an merupakan bukti nyata
bahwalaut Indonesia telah menjadi wahana untuk mensuplai senjata dari luar
negeri. Pihak asing yang membantu pemberontak telah menggunakan laut Banda
dan perairan di wilayah timur Indonesia sebagai basis untuk memasok
persenjataan. Pemerintah Belanda juga menggunakan dalih Laut Arafura sebagai
laut bebas untuk memblokade TNI dalam upaya mengembalikan kedaulatan
Indonesia atas Papua. Berdasarpada fakta ini, diplomasi Indonesia pada tahun
1950, 1960 hingga awal 1980an dilancarkanuntuk meyakinkan masyarakat
internasional bahwa diperlukan suatu pengakuan terhadapIndonesia sebagai
negara kepulauan, dan juga beberapa negara lain seperti Filipina dan Fiji,untuk
mendapatkan perlakuan khusus bahwa laut pedalaman yang terletak diantara
pulaupulau, walaupun luasnya melebihi ketentuan laut teritorial yaitu 3 mil laut
(saat itu) tetap merupakan perairan internal. Hal ini untuk menghindarkan adanya
kantong wilayahintemasional di dalam suatu negara seperti yang terjadi sampai
Indonesia
telah
membawa
hasil
pengakuan
dunia.
Artikel
kekuatan asing. Namun, dengan pengakuan seperti pada artikel 46 UNCLOS 1982
tersebut maka Indonesia lega bahwa konsep Tanah Air dapat terwujud. Namun
demikian lndonesia sebagai negara kepulauan, dengan karakter khusus yang
dimiliki juga mempunyai kewajiban yang hams dijalankan sehingga konsep dasar
kebebasan bernavigasi di laut tetap dapat dijaga. Adapun kewajiban tersebut
meliputi penentuan alur lintas kepulauan atau yang dikenal sebagai archipelagic
sealane passage seperti dimaksud dalam artikel 53 UNCLOS;An archipelagic
State may designate sea lanes and air routes thereabove, suitable for the
continuous and expeditious passage of foreign ships and aircraft through or over
its archipelagic waters and the adjacent territorial sea. Definisi ini jelas
menghimbau agar negara kepulauan menentukan alur laut yang dapat dilalui
untuk kepentingan kelancaran navigasi. Selanjutnya artikel ini menyebutships and
aircraft enjoy the right of archipelagic sea lanes passage in such sea lanes and air
routes. Tampak jelas dalam ketentuan ini bahwa jaminan kelancaran navigasi
tersebut menjadi tanggung jawab negara kepulauan. Secara rinci UNCLOS telah
mendefinisikan alur kepulauan tersebut sebagai Archipelagic sea lanes passage
means the exercise in accordance with this Convention of the rights of navigation
and overflight in the normal mode solely for the purpose of continuous,
expeditious and unobstructed transit between one part of the highseas or an
exclusive economic zone and another part of the high seas or an
exclusiveeconomic zone........... If an archipelagic State does not designate sea
lanes or air routes, the right of archipelagic sea lanes passage may be exercised
through the routes normally usedfor international navigation(UN
Secretariat,
1982). Dari definisi tersebut jelas bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan juga
hams memberi kemudahan bagi kelangsungan dan kelancaran navigasi melalui
laut.
Makna Pengakuan terhadap Konsep Negara Kepulauan dan Ketahanan
Nasional Pengakuan dunia atas konsep negara kepulauan ini justru mengharuskan
bangsa Indonesia untuk secara maksimal menjaga amanah dunia atas kepercayaan
yang diberikan tersebut. Indonesia harus mampu menunjukkan kepada dunia
sebagai negara yang mempunyai integritas tinggi dalam mengamankan prinsip
kebebasan bernavigasi. Namun demikian pada saat yang sama Indonesia juga
International Maritime
perlunya
bangsa
Indonesia
lebih
assertive
dalam
kunci
keberhasilan
perjuangan
Indonesia
mempertahankan
PeraturanNegaraMaritim
Selama ini, Indonesia pernah memiliki beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan laut. Peraturan tersebut antara lain Kitab
Undang-undang Hukum Dagang/KUHD (Wet Bock Van Koophandel), UU No.4
Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, dan UU No.4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan PokokPengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu terdapat
laut;
Zona Ekonomi Eksklusif : 200 mil-laut, dan
Landas Kontinen : antara 200 350 mil-laut atau sampai dengan 100
Geografis
Titik-titik
Garis
Pangkal
Kepulauan
2.
penetapan garis batas pada zona tambahan yang tumpangtindih atau yang
berbatasan dengan zona tambahan negara lain. Badan PembinaanHukum
Nasional
dari
Departemen
Kehakiman
dan
HAM
pernah
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Negara
Maritim
adalah
sebuah
Negara
yang
tulang
punggung
Saran
Untuk mengarahkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan Indonesia untuk
menjadi satu Negara Maritim, bukan sekedar Negara Maritim, tapi Negara
Maritim Indonesia yang besar, kuat, dan makmur. Besar sudah jelas, kuat belum,
makmur apalagi. Bicara tentang kuat dan makmur inilah perlu adanya kebijakan
yang tepat Untuk Membangun Negara Maritim Yang Tangguh Dalam Perspektif
politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanandankeamanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://smahangtuah2.org/magazine/lain-lain/74-indonesia-sebagai-negara-maritimterbesar-di-dunia.html
http://asfarsyafar.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budayamaritim.html
http://siradel.blogspot.com/2011/03/tentara-nasional-indonesia-angkatan.html
http://zeyacute.blogspot.com/2013/07/makalah-ketahanan-nasional.html