Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

Makalah wawasan kemaritiman


Negara Maritim

OLEH

Kelompok 13
HIKMA ASRI SEKARSARI
RUSTIANI
NINDI KAYA
MARNI

KENDARI
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penulis mampu menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah dengan judul Negara Maritim disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Kemaritiman serta
memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai perilaku
masyarakat laut dan sikap negara akan pengembangan maritim yang luas ini.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman
yang telah membantu pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain yang telah membaca
makalah kami. Kami menyadari bahwa makalah ini kami susun masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga
bermanfaat.

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan dengan 80% wilayah laut dan 20% wilayah

darat, potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut.
Presentase ancaman ini menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia
berada pada lalu lintas perdagangan dunia. Setiap hari ratusan bahkan ribuan
kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui
Sea Lanes of Communication (SLOC) serta Sea Lines of Oil Trade (SLOT). Laut
Indonesia memiliki arti yang sangat penting bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media
perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan
keamanan, serta laut sebagai media diplomasi. Konsep pemikiran tersebut sangat
diperlukan bangsa Indonesia agar tidak menjadikan dan menganggap laut sebagai
rintangan, kendala atau hambatan sebagaimana dihembuskan oleh pihak-pihak
asing yang tidak menginginkan kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Sesungguhnya sejak jaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, bangsa
Indonesia merupakan bangsa berjiwa bahari yang memiliki filosofi "hidup dengan
dan dari laut". Pada jaman kedua kerajaan tersebut, kebudayaan maritim dan arus
perdagangan di laut mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini dilaksanakan
pula oleh Belanda yang menjajah dan menguasai bumi nusantara. Para penjajah,
selalu mengedepankan ambisinya dengan memperluas perdagangan rempahrempah dari hasil pertanian yang ketika itu yang dikirim melalui armada laut ke
negaranya. Hanya penjajah yang memiliki kewenangan mengendalikan laut,
sedangkan bangsa kita tidak diperkenankan mendalami ilmu-ilmu kelautan.
Berbagai upaya dilakukan oleh penjajah untuk menghilangkan keterampilan
bahari agar dapat melunturkan jiwa dan visi maritime bangsa Indonesia saat itu.
Setelah era kemerdekaan, bangsa Indonesia mulai menata kembali untuk
bisa mengembalikan jiwa kebaharian dan melaksanakan pembangunan kelautan,
meskipun belum maksimal. Hal ini didasari pada kesadaran akan ancaman yang

mungkin timbul karena faktanya bahwa wilayah laut merupakan wilayah terbuka,
maka dengan leluasa kekayaan laut Indonesia berpotensi untuk dimanfaatkan
bangsa lain tanpa ada kemampuan untuk melindunginya. Perkiraan ancaman dan
gangguan lainnya yang mungkin dihadapi Indonesia ke depan antara lain meliputi
kejahatan lintas Negara (misalnya penyeludupan, pelanggaran ikan ilegal),
pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/perampokan,
aksi radikalisme, konflik komunal dan dampak bencana alam. Mencermati
dinamika konteks tersebut di atas, maka dilaksanakannya Perumusan Kebijakan
Kebijakan Strategi Pengamanan Wilayah Nasional, yang bertujuan untuk
merumuskan kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional, terutama laut,
sebagai negara kepulauan yang mempunyai posisi geostrategis sangat unggul di
lintasan jalur pelayaran manca negara. Sasaran yang ingin dicapai dari perumusan
kebijakan ini adalah tersusunnya kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional,
yang dapat dijadikan masukan dalam perumusan operasional strategi pertahanan
keamanan dan pengembangan wilayah Negara maritime yang tangguh .
I.2

RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu :

I.3

Pengertian Negara Martitim


Syarat negara maritim
Peran Indonesia sebagai negara maritim
Peraturan Negara Maritim

TUJUAN PENULISAN

Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari Negara Maritim


Agar mahasiswa dapat mengetahui syarat untuk menjadi Negara

Maritim
Agar mahasiswa dapat mengetahuiperan Indonesia sebagai negara

maritim
Agar mahasiswa dapat mengetahuiPeraturan Negara Maritim
BAB II
PEMBAHASAN

II.1

Pengertian Negera Maritim


Pemahaman Negara Maritim. Diawali dengan Deklarasi Djoeanda pada

tanggal 13 Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsep
wawasan nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi
Deklarasi "Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan
pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada
perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garisgaris yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik
Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang".
Pada tanggal 18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi
Negara Maritim Indonesia, dengan tindak lanjut Konsep Pembangunan Negara
Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional. Substansinya adalah menyebut
Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut wilayah, zona tambahan,
ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia. Perkembangan
Wawasan dan Pembangunan Kelautan. Pada tanggal 26 September 1998 kembali
dicanangkan Deklarasi Bunaken dengan tindak lanjut The Ocean Charter. Isi
Deklarasi tersebut anatara lain : Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan
nasional Indonesia harus juga berorientasi laut. Semua jajaran pemerintah dan
masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk pengembangan,
pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia. Visi Kelautan terus
berkembang hingga era reformasi dengan Pembangunan Maritim Indonesia
(1998-2004) mencakup aspek : Perikanan, Pehubungan laut, Industri Maritim,
Pertambangan dan Energi, Wisata Bahari, Pembangunan SDM, IPTEK dan
Kelembagaan Maritim. Berdirinya Kabinet Gotong Royong dan Kabinet
Persatuan (1999-2004) dengan tindak lanjut dibentuknya Departemen Eksplorasi
Laut yang akhirnya menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan. Beberapa

waktu yang lalu telah dilaksanakan World Ocean Conference 2009 di Menado
yang juga telah menunjukan peran dan wawasan kelautan bangsa Indonesia
kepada dunia Internasional.
Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan nusantara
untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan polatindak bangsa Indonesia
secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi
negara maritim Indoensia sejalandengan upaya peningkatan kemampuan bangsa
kita menjadi bangsayang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan
kedirgantaraan bagi kesejahteraan bangsa dan negara. Bumi maritim Indonesia
adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu kesatuan alamiantara
darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-cirinegara dengan
karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksiNegara Republik Indonesia.
Pengembangan negara maritim Indonesia berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945 karena dalam prikehidupan kebangsaan Indonesia, Pancasila pada
hakekatnya disusun secara serasi dan seimbang untukmewadahi seluruh aspirasi
bangsa Indonesia. Landasan konsepsionalnya adalah wawasan nusantara dan
ketahanan nasonal. Dengan wawasan nusantara bangsa Indonesia memandang
wilayahnusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, social budaya dan
keamanan. Pada hakekatnya negara maritim Indonesia merupakan pengembangan
dari konsepsi ketahahan nasional, maka konsepsi Negara maritim Indonesia perlu
dijadikan pedoman dan rangsangan serta dorongan bagi bangsa kita dan upaya
pemanfaatan dan pendayagunaan secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan.
Jadi , Negara Maritim adalah sebuah Negara yang tulang punggung eksistensinya,
pengembangannya, kebesaran dan kejayaannya tertumpu pada kekuatan maritim.
Artinya, Negara Kepulauan ini harus dilihat secara geografis dan non geografis.
II.2

Syarat menjadi Negara Maritim


Menurut Mahan, terdapat 6 (enam) syarat sebuah negara menjadi negara

maritim yaitu, lokasi geografis, karakteristik dari tanah dan pantai, luas wilayah,
jumlah penduduk, karakter penduduk, dan lembaga pemerintahan.
II.3

Peran Indonesia sebagai Negara Maritim

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.Luas


wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2 Duapertiga wilayah
Indonesia merupakan perairan atau wilayah laut.Luas wilayah perairan di
Indonesia mencapai 3.287.010 km2Adapun wilayah daratan hanya 1.906.240
km2. Wilayah laut teritorial merupakan laut yang masuk ke dalam wilayah hokum
Negara Indonesia. Berdasarkan Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonante tahun 1939, wilayah teritorial Laut Indonesia ditetakkan sejauh 3 mil
diukur dari garis luar pantai.Ketetapan tersebut sangat merugikan negara
Indonesia. Oleh karena laut menjadi penghubung pulau-pulau yang tersebar
diwilayah Indonesia. Wilayah laut teritorial yang ditetapkan hanya sejauh 3 mil
diukur dari pantai, banyak wilayah laut bebas diperairan Indonesia. Akibatnya,
kapal dari negara lain bebas keluarmasuk perairan Indonesia. Mereka juga
mengambil sumber dayaalam yang terdapat di laut. UNCLOS (United Nations
Conference ofthe Law Of Sea) atau Konferensi Hukum Laut Internasional yang
diselenggarakan pertama kali pada tahun 1958 di Geneva. Deklarasi Juanda
kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 4Tahun 1960.
Diakuinya

Indonesia sebagai negara kepulauan oleh masyarakat

internasional melalui United Nations Conference on the Law of the Sea 1982
(UNCLOS)selain merealisasikan Deklarasi Djuanda juga menjadikan Indonesia
sebagai negara maritim besar di Asia. Konsekuensi pengakuan tersebut membawa
peran Indonesia sebagai negara pantai yang harus mampu mengelola wilayahnya
bagi kelancaran navigasi internasional. Salah satu prinsip dalam hukum laut
Internasional adalah jaminan kebebasan bemavigasi. Dipihak lain, kedaulatan
negara pantai juga diakui untuk mengelola wilayalmya sepanjang hal tersebut
tidak mengganggu kelancaran navigasi internasional. UNCLOS 1982 telah
membawa konsekuensi hukum bagi Indonesia antara lain, pengakuan bahwa
wilayah Indonesia, air dan pulau, merupakan satu kesatuan. Laut yang terletak di
antara kepulauan merupakan laut pedalaman dan Indonesia mempunyai hak
berdaulat atas wilayah laut tersebut. Mengingat Indonesia secara geografis terletak
di antara dua benua dan dua samudra serta wilayah laut Indonesia merupakan
daerah lalu lintas navigasi internasional, maka Indonesia wajib menentukan aluralur tertentu bagi kelancaran navigasi tersebut, yaitu apa yang disebut

sebagaiarchipelagic sea lane passage

atau Alur Laut Kepulauan Indonesia.

Sebagaimana dimaklumi, jalur Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Sulawesi adalah
jalur yang selama ini, bahkan sebelum Indonesia merdeka, telah menjadi jalur
navigasi internasional. Di samping itu, Selat Malaka, merupakan Selat yang
terletak di antara tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura
merupakan selat yang sangat strategis. Selat ini merupakan jalur lalulintas laut
yang telah ada sejak sebelum Indonesia berdiri.
Dalam UNCLOS 1982, Indonesia juga wajib menjaga dan menjamin
keamanan wilayah selat tersebutyang digunakan sebagai jalur navigasi
internasional, dengan berkoordinasi keamanan dengan negara pantai lainnya yaitu
Malaysia dan Singapura. Masih banyak kewajiban lain yang harus dilaksanakan
oleh Indonesia sebagai negara yang dianugerahi wilayah laut dan daratan seluas
lebih dart lima juta meter persegi tersebut. Hal yang menjadi pertanyaan dengan
adanya pengakuan dan tugas serta kewajiban Indonesia tersebut adalah bagaimana
Indonesia dapat mengoptimalkan perannya sebagai Negara.
Berdasar pada definisi tersebut, Indonesia merupakan Negara pantai
sekaligus negara kepulauan, sesuai artikel 46, UNCLOS tentang archipelagic
states kepulauan khususnya dengan memanfaatkan statusnya tersebut guna
meningkatkan ketahanan nasional . Pertanyaan tersebut terkait dengansejarah
eksistensi bangsa Indonesia sendiri yang sejak merdeka tanggal 17 agustus 1945
selalu dihadapkan dengan berbagai ancaman disintegrasi, pemberontakan serta
masalah yang terkait dengan laut dan perairan.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 telah
membawa konsekwensi hukum internasional yang jelas, yaitu lahirnya entitas
barn, Indonesia, sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. Dengan menyatakan
merdeka, maka,Indonesia, sebuah wilayah yang sebelumnya diakui sebagai bagian
dari Hindia Belanda ini telah melakukan pemerintahan sendiri (self governing
rule) dan tidak lagi tunduk kepada negara lain/Belanda. Dua hal penting yang
terjadi terutama setelah Indonesia secara efektif diakui secara Internasional
sebagai entitas negara pada akhir tahun 1949. Pertama, Secara Internasional
Indonesia hams berjuang untuk dapat mewujudkan apa yang diamanatkan oleh
UUD 1945 sebagai suatu wilayah yang utuh dari Sabang sampai Merauke.

Kedua, secara domestik, Indonesia hams mampu melakukan konsolidasi agar


persatuan dan kesatuan tetap terjaga sehingga Indonesia tetap mampu menjadi
satu kesatuan yang disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tanpa adanya upaya pemerintah secara simultan untuk melakukan kedua hal
tersebut, eksistensi Indonesia akan menjadi hal yang hanya tertera dalam sejarah
masyarakat bangsa-bangsa. Oleh sebab itu para

founding fathers Indonesia

mengupayakan semaksimal mungkin agar NKRI dapat tetap bertahan dan pada
saat yang sama dunia mengakui NKRI sebagai suatu negara kepulauan.
Dengan merujuk pada kebutuhan tersebut di atas, langkah pertama yang
dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemri) dibawah Perdana Menteri
Ir H Djuanda adalah dengan mengeluarkan apa yang disebut sebagai Deklarasi
Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957.Deklarasi Djuanda adalah deklarasi
yang menyatakan kepada dunia bahwalaut Indonesia adalah termasuk laut sekitar,
di antara dan di dalam kepulauan Indonesiamenjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Inti deklarasi tersebut antara lain; bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara
kepulauan yang mempunyai corak tersendiri; bahwa sejak dahulu kala kepulauan
nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan; bahwa ketentuan ordonansi1939
tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia. Secara
umum deklarasi Djuanda mempunyai tujuan untuk mewujudkan bentuk wilayah
Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat; untuk menentukan batas-batas
wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan; untuk mengatur lalu lintas
damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI
(Dispenarmabar, 2012).
Deklarasi Djuanda yang pada dasarnya merupakan klaim teritorial
Indonesia tersebut tidak serta merta diterima masyarakat International mengingat
Customary International Law saatitu tidak mendukung. Bahkan klaim tersebut
dianggap bertentangan dengan ketentuan internasional yang berlaku saat itu.
Beberapa alasan yang menganggap bahwa Deklarasi Djuanda lemah
adalah; pertama,ketentuan internasional yang ada saat itu menyatakan bahwa
batas laut terirorial adalah 3 mil laut; kedua klaim Indonesia bahwa laut diantara
kepulauan merupakan laut pedalaman (internal

waters) Indonesia dianggap

berlebihan mengingat dalam banyak hal jarak antara satu pulau dengan pulau yang

lain, misalnya antara Jawa dan Kalimantan ,melebihi 200 mil laut, sehingga
wilayah tersebut dapat dikategorikan wilayah laut bebas. Ketentuan internasional
yang ada saat itu tentu merugikan Indonesia. Dengan cakupan wilayah Indonesia
yang luas dan perairan antar pulau yang ada, telah menjadikan wilayah Indonesia
terpecah-pecah dan terdapat banyak kantung di dalam wilayah Indonesia. Dalam
hal ini, Indonesia tidak memiliki kuasa/kedaulatan atas kantung wilayah ini.
Sebagai konsekwensinya, terpilah-pilahnya wilayah NKRI saat itu merupakan
titik lemah ketahanan nasional Indonesia di bidang ekonomi, hankam, sosbud
maupun politik. Diplomasi Pengakuan Konsep Negara Kepulauan dan Upaya
Menjaga Eksistensi NKRI Deklarasi Djuanda merupakan awal perjuangan bangsa
Indonesia mendapatkan apa yang saatini disebut sebagai archpelagic state dalam
UNCLOS. Konsep negara kepulauan pada saatitu masih merupakan suatu konsep
yang harus diperjuangkan agar Indonesia dapat memegangkendali kedaulatan atas
seluruh wilayahnya.Beberapa pemikiran melatar belakangi keluarnya Deklarasi
Djuanda yaitu pertama, Indonesia sebagai negara kepulauan dirasa sangat rapuh
apabila tidak mampu mengontrol dan menguaaiseluruh wilayah kepulauan yang
ada. Fakta menunjukkan bahwa kantong kantong wilayah internasional dalam
wilayah Indonesia telah dijadikan sarana untuk mengikis kedaulatan dan kesatuan
RI. Pemberontakan PRRI/Permesta di tahun 1950 an merupakan bukti nyata
bahwalaut Indonesia telah menjadi wahana untuk mensuplai senjata dari luar
negeri. Pihak asing yang membantu pemberontak telah menggunakan laut Banda
dan perairan di wilayah timur Indonesia sebagai basis untuk memasok
persenjataan. Pemerintah Belanda juga menggunakan dalih Laut Arafura sebagai
laut bebas untuk memblokade TNI dalam upaya mengembalikan kedaulatan
Indonesia atas Papua. Berdasarpada fakta ini, diplomasi Indonesia pada tahun
1950, 1960 hingga awal 1980an dilancarkanuntuk meyakinkan masyarakat
internasional bahwa diperlukan suatu pengakuan terhadapIndonesia sebagai
negara kepulauan, dan juga beberapa negara lain seperti Filipina dan Fiji,untuk
mendapatkan perlakuan khusus bahwa laut pedalaman yang terletak diantara
pulaupulau, walaupun luasnya melebihi ketentuan laut teritorial yaitu 3 mil laut
(saat itu) tetap merupakan perairan internal. Hal ini untuk menghindarkan adanya
kantong wilayahintemasional di dalam suatu negara seperti yang terjadi sampai

dengan UNCLOS 1982 diadopsi dan diakui masyarakat internasional. Kedua,


Indonesia sebagai negara bangsa dengan komposisi etnik yang sangat heterogen
memerlukan suatu pijakan bersama diantara suku bangsa yang menjadi mosaik
Indonesia. Pancasila memang telah menjadi dasar negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia.Namun dalam kenyataannya masih diperlukan langkah nyata
yang dapat menyakinkanseluruh komponen bangsa bahwa mereka yang sangat
beragam itu memang layak disebut dan memiliki ikatan emosional yang sama
yaitu Indonesia.
Oneness atau perasaan satu ini yangdiupayakan oleh founding fathers
Indonesia dan menjadi obsesi pimpinan nasional Indonesia mengingat ancaman
disintegrasi baik melalui separatisme, konflik komunal dan religious sangat
potensial. Perjuangan internal untuk mewujudkan wawasan nusantara dipadu
dengan upaya pengakuan intemasional inilah yang menjadi tolok ukur
keberhasilan Indonesia mendapatkan pengakuandunia sekaligus memperkuat
eksistensi diri sebagai bangsa.Makalah ini melihat dua ujung tombak perjuangan
tersebut, internasional dan domestic menjadi titik kekuatan bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita citanya seperti yangtermaktub dalam pembukaan UUD45,
yaitu terciptanya masyarkat adil dan makmur.Dilihat dari ketentuan yang ada
dalam UNCLOS 1982, khususnya artikel 46, terlihat jelas bahwa perjuangan
bangsa

Indonesia

telah

membawa

hasil

pengakuan

dunia.

Artikel

tersebutmenjelaskan ; "archipelagic State" means a State constituted wholly by


one or morearchipelagoes and may include other islands; "archipelago" means a
group of islands,including parts of islands, interconnecting waters and other
natural features which are soclosely interrelated that such islands, waters and
other natural features form an intrinsicgeographical, economic and political entity,
or which historically have been regarded assuch.
Definisi tersebut diatas jelas merupakan suatu pengakuan atas konsep
Deklarasi Djuanda dan konsep Tanah Air Indonesia. Selama ini konsep Tanah Air
dimana air merupakan perekat yang menyatukan pulau pulau masih dalam angan
angan. Seperti tersebut dalam paragraph sebelumnya, air/laut justru memisahkan
dan menjadi potensi pemecah bangsa melalui pemberontakan dan blokade

kekuatan asing. Namun, dengan pengakuan seperti pada artikel 46 UNCLOS 1982
tersebut maka Indonesia lega bahwa konsep Tanah Air dapat terwujud. Namun
demikian lndonesia sebagai negara kepulauan, dengan karakter khusus yang
dimiliki juga mempunyai kewajiban yang hams dijalankan sehingga konsep dasar
kebebasan bernavigasi di laut tetap dapat dijaga. Adapun kewajiban tersebut
meliputi penentuan alur lintas kepulauan atau yang dikenal sebagai archipelagic
sealane passage seperti dimaksud dalam artikel 53 UNCLOS;An archipelagic
State may designate sea lanes and air routes thereabove, suitable for the
continuous and expeditious passage of foreign ships and aircraft through or over
its archipelagic waters and the adjacent territorial sea. Definisi ini jelas
menghimbau agar negara kepulauan menentukan alur laut yang dapat dilalui
untuk kepentingan kelancaran navigasi. Selanjutnya artikel ini menyebutships and
aircraft enjoy the right of archipelagic sea lanes passage in such sea lanes and air
routes. Tampak jelas dalam ketentuan ini bahwa jaminan kelancaran navigasi
tersebut menjadi tanggung jawab negara kepulauan. Secara rinci UNCLOS telah
mendefinisikan alur kepulauan tersebut sebagai Archipelagic sea lanes passage
means the exercise in accordance with this Convention of the rights of navigation
and overflight in the normal mode solely for the purpose of continuous,
expeditious and unobstructed transit between one part of the highseas or an
exclusive economic zone and another part of the high seas or an
exclusiveeconomic zone........... If an archipelagic State does not designate sea
lanes or air routes, the right of archipelagic sea lanes passage may be exercised
through the routes normally usedfor international navigation(UN

Secretariat,

1982). Dari definisi tersebut jelas bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan juga
hams memberi kemudahan bagi kelangsungan dan kelancaran navigasi melalui
laut.
Makna Pengakuan terhadap Konsep Negara Kepulauan dan Ketahanan
Nasional Pengakuan dunia atas konsep negara kepulauan ini justru mengharuskan
bangsa Indonesia untuk secara maksimal menjaga amanah dunia atas kepercayaan
yang diberikan tersebut. Indonesia harus mampu menunjukkan kepada dunia
sebagai negara yang mempunyai integritas tinggi dalam mengamankan prinsip
kebebasan bernavigasi. Namun demikian pada saat yang sama Indonesia juga

harus mampu meningkatkan ketahanan nasionalnya agar keprcayaan dunia


tersebut benar benar membawa manfaat bagi bangsa Indonesia sekaligus
menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia memang mampu menjadi
"guardian of the freedom of navigation principles".
Diperlukan langkah langkah nyata untuk optimalisasi peran Indonesia
sebagai Negara kepulauan agarcita cita bangsa dapat terwujud. Adapun langkah
tersebut meliputi :
a.

Indonesia hams mampu menjaga keamanan Alur Laut Kepulauan


Indonesia ( ALKI)dan selat Malaka yang digunakan sebagai jalur navigasi
internasional.
Kemampuan negara pantai untuk menjaga keamanan wilayahnya menjadi

benchmarkmasyarakat Internasional untuk melihat kredibilitas negara tersebut.


Gangguankeamanan di Selat Malaka dan beberapa wilayah Indonesia beberapa
waktu laluterutama akibat dari maraknya bajak laut dan perompakan merupakan
keprihatinanmasyarakat intemasional. Ketidakmampuan negara pantai (Indonesia)
dalammengamankan wilayah Selat Malaka dapat mendorong masuknya kekuatan
asinguntuk ikut serta mengamankan jalur navigasi tersebut. Apabila hal ini terjadi
makakedaulatan Indonesia menjadi terganggu dan kredibilitas Indonesia sebagai
Negara yang diberi mandat oleh masyarakat Internasional untuk menjaga wilayah
navigasiSelat Malaka akan dipertanyakan. Hal ini apabila berlarut-larut tentunya
akanmengganggu ketahanan nasional Indonesia.
Langkah Indonesia mengamankan jalur navigasi Selat Malaka dengan
berkoordinasidengan negara littoral lainnya yaitu Singapura dan Malaysia dirasa
cukup memadai.Ketiga negara sependapat bahwa keamanan Selat Malaka
merupakan kewajibanbersama littoral states sehingga suatu coordinated patrol
merupakan langkah nyatadan mampu meningkatkan keamanan Selat sekaligus
kepercayaan masyarakatIntemasional.
b.

Peningkatan kerjasama dengan negara maritim besar untuk peningkatan


keselamatan navigasi.
Indonesia telah melakukan kerjasama dengan

International Maritime

Organisation (IMO), Amerika Serikat dan negara maritim lainnya untuk

meningkatkan keselamatan dan keamanan navigasi. Pemasangan radar di


sepanjang Selat Malaka serta perairan Laut Sulawesi merupakan langkah konkrit
akan hal tersebut.Maraknya illegal and unlicence fishing menjadikan perairan
Indonesia dapat mengalami kerusakan lingkungan. Disamping itu kegiatan ini
juga akan mengganggu ketahanan lingkungan dan ekonomi Indonesia. Kerjasama
peningkatan kapasitasantara Indonesia dengan berbagai negara akan mampu
meningkatkan ketahanannasional dan keamanan lingkungan bagi kelancaran
navigasi.
c.

Pengamanan Laut Indonesia dari permasalahan people smuggling dan


international narcotic trafficking
Indonesia yang sangat strategis letaknya telah dijadikan sebagai sarana

untuk jalan aktifitas penyelundupan manusia dan narkotika. Kegiatan yang


dikelola secara internasional ini tidak hanya merugikan negara ketiga yang
menjadi tujuan akhir penyelundupan manusia tetapi juga termasuk Indonesia.
Masuknya sindikasi narkotik dan penyelundup manusia akan melemahkan
ketahanan bangsa bahkan dapat menjurus pada gangguan keamanan dan eksistensi
bangsa. Peningkatan kerjasama pemberantasan kedua masalah tersebut diatas
melalui penguatan keamanan dan peningkatan ketahanan ekonomi merupakan
langkah yang akan mampu mengamankan Indonesia sebagai negara transit dan
tujuan Bandar narkotika dan penyelundupan manusia.
Arah masa depan Indonesia sebagai Negara Kepulauan Bangsa Indonesia
dianugerahi SKA yang melimpah dengan lokasi strategis yang dimilikinya.
Karunia Tuhan ini merupakan aset yang luar biasa dan hams dimanfaatkanuntuk
kemakmuran rakyat Indonesia. Ketidakmampuan pemerintah/pimpinan nasional
untuk mengelola aset tersebut dapat membawa petaka bagi bangsa Indonesia
bahkan membawa kehancuran negara.Berdasar pada tingginya ancaman dan
potensi ancaman dari luar dan dalam maka makalah ini menyarankan beberapa
langkah yang perlu diambil oleh pimpinan nasional yaitu:
Pertama,

perlunya

bangsa

Indonesia

lebih

assertive

dalam

memperjuangkan kepentingan nasional di fora internasional dengan dasar


argumen peran dan beban Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat vital.
Kedua, Indonesia harus mampu menggalang ketahanan nasional dalam segala

bidangagar kesatuan dan persatuan bangsa dapat dipertahankan. Hal ini


merupakan

kunci

keberhasilan

perjuangan

Indonesia

mempertahankan

kredibilitasnya di mata dunia.


Ketiga, diperlukan kepemimpinan nasional yang tinggi integritasnya di
segala lapisan. Kekayaan alam yang melimpah saat ini belum dapat menunjukkan
hasilnya bahwa hal tersebut menjadi aset nyata. Kenyataan yang ada justru
menjadikannya sebagai liability. Hal ini terlihat dari maraknya illegal logging,
fishing dan pencemaran serta perusakan lingkungan. Kontinuitas kegiatan
perusakan ini akan dapat menurunkan kredibilitas bangsa di dunia internasional.
Keempat, Perlunya pimpinan nasional menggiring bangsa Indonesia mulai
menjadikan maritim sebagai basis mindset Indonesia. Hingga saat ini masih
terdapat kontradiksi dalam cam pandang dan berpikir bangsa Indonesia. Walaupun
secara fisik bangsa Indonesia adalah bangsa maritim namun mindset bangsa masih
berpikir kontinental. Pembangunan yang ada dalam beberapa dekade terakhir
masih difokuskan pada infrastruktur darat dan sangat berpusat di Jawa dan
Sumatra. Namun, dengan adanya MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi) Bangsa Indonesia mulai membenahi sektor maritim dan
mulai focus memperkuat infrastruktur maritim. Pengembangan sektor maritim
yang akanmemperkuat kawasan Timur Indonesia akan menjadikan Indonesia
benar benar negara kepulauan yang kuat. Dengan mengubah wawasan berpikir
menjadi bangsa maritim, Indonesia akan dapatmewujudkan mimpi para founding
fathers Indonesia sebagai negara maritim.Indonesia juga akan mampu menjaga
kebebasan navigasi serta aset SKA yang ada benar-benar menjadi sarana untuk
mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu tercapainya masyarakat adil dan
makmur.
II.4

PeraturanNegaraMaritim
Selama ini, Indonesia pernah memiliki beberapa peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan laut. Peraturan tersebut antara lain Kitab
Undang-undang Hukum Dagang/KUHD (Wet Bock Van Koophandel), UU No.4
Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, dan UU No.4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan PokokPengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu terdapat

juga UU No. 5 Tahun 1983 tentang ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia, UU No.


17 Tahun 1985tentang Pengesahan United Nations Convention on the Lawof the
Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentangHukum Laut), UU No. 9
Tahun 1985 tentang Perikanan,serta Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan
MaritimTahun 1939.
Upaya penyusunan peraturan baru di bidang kemaritiman sebenarnya
sudah pernah pula dilakukan oleh pemerintah. Melalui program yang dibiayai
oleh Bank Dunia, pemerintah bekerja sama dengan Universitas Indonesia pernah
menyusun semacam panduan terhadap pembentukan UU tentang Kemaritiman
pada 1983. Program yang disebut dengan Maritime Legislation Project (MLP) ini
dilaksanakan oleh ahli-ahli dari Universitas Indonesia, dibantu oleh 8 ahli hukum
maritim dari luar negeri. Laporan akhirnya berupa empat jilid buku yang
merupakan kumpulan konsep RUU dan Keppres di bidang maritim.

Buku I tentang Pengaturan Ekonomi terdiri dari 4 RUU.


Buku II tentang Pengawakan Keselamatan terdiri atas 4RUU.
Buku III tentang Navigasi dan Polusi terdiri dari 5RUU.
Buku IV tentang Hukum Privat Maritim berupa saran perubahan dua kitab
KUHD.
Berikut Undang-Undang dan Peraturan yang telah mengacu pada

Konvensi Hukum Laut Internasional:


1.

Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan atas UNCLOS


1982
Pada tanggal 31 Desember 1985 pemerintah mengeluarkan Undang
Undang No. 17 tahun 1985 tentang PengesahanUnited Nations Convention
on the Law of the Sea (Konvensi PBB tentang Hukum Laut) untuk
meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada tahun 1982.
Menurut UNCLOS, Indonesia berhak untuk menetapkan batas-batas
terluar dari berbagai zona maritim dengan batas-batas maksimum
ditetapkan sebagai berikut:
Laut Teritorial sebagai bagian dari wilayah negara : 12 mil-laut;

Zona Tambahan dimana negara memiliki yurisdiksi khusus : 24 mil-

laut;
Zona Ekonomi Eksklusif : 200 mil-laut, dan
Landas Kontinen : antara 200 350 mil-laut atau sampai dengan 100

mil-lautdari sobath (kedalaman) 2.500 meter.


Pada ZEE dan Landas Kontinen, Indonesia memiliki hak-hak berdaulat
untukmemanfaatkan sumber kekayaan alamnya. Di samping itu, sebagai
suatu Negara kepulauan Indonesia juga berhak untuk menetapkan:Perairan
Kepulauan pada sisi dalam dari garis-garis pangkal kepulauannya,
Perairan pedalaman pada perairan kepulauannya.Berbagai zona maritim
tersebut harus diukur dari garis-garis pangkal ataugaris-garis dasar yang
akan menjadi acuan dalam penarikan garis batas.
2. Undang-Undang No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Pada tanggal 8 Agustus 1996, Pemerintah menetapkan Undang-Undang
No. 6tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, yang lebih mempertegas
batas-batasterluar(outer limit)kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia di laut,
juga memberikandasar dalam penetapan garis batas(boundary)dengan
negara negara tetanggayang berbatasan, baik dengan negara-negara yang
pantainya berhadapan maupunyang berdampingan dengan Indonesia.Pada
dasarnya Undang-undang ini memuat ketentuan-ketentuan dasar tentang
hakdan kewajiban negara di laut yang disesuaikan dengan status hukum
dari berbagaizona maritim, sebagaimana diatur dalarn UNCLOS. Batas
terluar laut territorial Indonesia tetap menganut batas maksimum 12 mil
laut, dan garis pangkal yangdipakai sebagai titik tolak pengukurannya
tidak berbeda dengan pengaturan dalamUndang-Undang No. 4/Prp. tahun
1960 yang disesuaikan dengan ketentuan barusebagaimana diatur dalam
UNCLOS.
3. Peraturan Pemerintah, No. 61 tahun 1998 tentang Daftar Koordinat
Geografis
Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia di sekitar Kepulauan
Natuna, digantidengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002 tentang
Daftar KoordinatGeografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
Untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) UndangundangNomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang menentukan

bahwa DaftarKoordinat tersebut harus didepositkan di Sekretariat Jenderal


Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-undang No. 6 tahun 1996 tersebut
kemudian dilengkapi denganPeraturan Pemerintah No. 61 tahun 1998
tentang Daftar Koordinat GeografisTitik-titik Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna, yangkemudian dicabut dan
digantikan dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2002tentang Daftar
Koordinat

Geografis

Titik-titik

Garis

Pangkal

Kepulauan

Indonesia,dengan melampirkan daftar koordinat geografis titik-titik garis


pangkal kepulauanIndonesia. Daftar koordinat ini tidak dimasukkan
sebagai ketentuan dalam batangtubuh Peraturan Pemerintah ini dengan
tujuan agar perubahan atau pembaharuan(updating) data dapat dilakukan
dengan tidak perlu mengubah ketentuan dalambatang tubuh Peraturan
Pemerintah ini. Lampiran-lampiran tersebut merupakanbagian yang tak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Selain itu terdapat pula beberapa Undang-Undang yang dikeluarkan
sebelum Indonesia meratifikasi UNCLOS pada tahun 1985 yang belum diubah
yaitu:
1.

Undang-undang No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia


Undang-Undang ini dibuat berdasarkan ketentuan Konvensi Jenewa
tentangLandas Kontinen tahun 1958 yang menganut penetapan batas
terluar landaskontinen berbeda dengan UNCLOS. Dengan demikian perlu
diadakan perubahanterhadap Undang-Undang ini dengan menyesuaikan

2.

sebagaimana mestinyaketentuan tentang batas terluar landas kontinen.


Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia
Menurut Undang-Undang ini di Zona Ekonomi Eksklusif, Indonesia
mempunyaihak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alamhayati dengan mentaati ketentuan tentang pengelolaan
dan konservasi. Batas terluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
ditetapkan sejauh 200 mil-laut.Sampai saat ini Indonesia belum
mengumumkan zona tambahannya maupunmemiliki peraturan perundangundangan yang mengatur tentang penetapan batasterluar, maupun tentang

penetapan garis batas pada zona tambahan yang tumpangtindih atau yang
berbatasan dengan zona tambahan negara lain. Badan PembinaanHukum
Nasional

dari

Departemen

Kehakiman

dan

HAM

pernah

melakukanpengkajian dan menghasilkan suatu naskah akademik dan RUU


tentang ZonaTambahan, namun sampai saat ini belum menjadi UndangUndang.
Menurut ketentuan Pasal 47 ayat 8 dan 9 dari UNCLOS, garis-garis
pangkal yangtelah ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut harus
dicantumkandalam peta atau peta-peta dengan skala atau skala-skala yang
memadai untukmenegaskan posisinya. Sebagai gantinya dapat dibuat daftar
koordinat geografistitik-titik yang secara jelas memerinci datum geodetik.

BAB III
PENUTUP

III.1

Kesimpulan
Negara

Maritim

adalah

sebuah

Negara

yang

tulang

punggung

eksistensinya, pengembangannya, kebesaran dan kejayaannya tertumpu pada


kekuatan maritim. Artinya, Negara Kepulauan ini harus dilihat secara geografis
dan non geografis.

Menurut Mahan, terdapat 6 (enam) syarat sebuah negara menjadi negara


maritim yaitu, lokasi geografis, karakteristik dari tanah dan pantai, luas wilayah,
jumlah penduduk, karakter penduduk, dan lembaga pemerintahan.
Makna Pengakuan terhadap Konsep Negara Kepulauan dan Ketahanan
Nasional Pengakuan dunia atas konsep negara kepulauan ini justru mengharuskan
bangsa Indonesia untuk secara maksimal menjaga amanah dunia atas kepercayaan
yang diberikan tersebut. Indonesia harus mampu menunjukkan kepada dunia
sebagai negara yang mempunyai integritas tinggi dalam mengamankan prinsip
kebebasan bernavigasi . Selain memiliki peran positif , Keberadaan indonesia
kadang di salah artikan oleh beberapa pihak sebab Indonesia yang sangat strategis
letaknya telah dijadikan sebagai sarana untuk jalan aktifitas penyelundupan
manusia dan narkotika. Kegiatan yang dikelola secara internasional ini tidak
hanya merugikan negara ketiga yang menjadi tujuan akhir penyelundupan
manusia tetapi juga termasuk Indonesia.
Selama ini, Indonesia pernah memiliki beberapa peraturan perundangundangan yang berkaitan denganlaut. Peraturan tersebut antara lain Kitab
Undang-undang Hukum Dagang/KUHD (Wet Bock Van Koophandel), UU No. 4
Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, dan UU No. 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu terdapat
juga UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, UU No.
17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the
Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut), UU No. 9
Tahun 1985 tentang Perikanan, serta Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan
Maritim Tahun 1939.
III.2

Saran
Untuk mengarahkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan Indonesia untuk

menjadi satu Negara Maritim, bukan sekedar Negara Maritim, tapi Negara
Maritim Indonesia yang besar, kuat, dan makmur. Besar sudah jelas, kuat belum,
makmur apalagi. Bicara tentang kuat dan makmur inilah perlu adanya kebijakan
yang tepat Untuk Membangun Negara Maritim Yang Tangguh Dalam Perspektif
politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanandankeamanan.

DAFTAR PUSTAKA

http://smahangtuah2.org/magazine/lain-lain/74-indonesia-sebagai-negara-maritimterbesar-di-dunia.html
http://asfarsyafar.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budayamaritim.html
http://siradel.blogspot.com/2011/03/tentara-nasional-indonesia-angkatan.html
http://zeyacute.blogspot.com/2013/07/makalah-ketahanan-nasional.html

Anda mungkin juga menyukai