Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK SEPTEMBER 2022

MAKALAH
LINGKUNGAN MARITIM

OLEH:
Kelompok 2
Ochlyn Vatricia Herso (J1A122282)
Putri Wahyuni (J1A122283)
Putri Mentary (J1A122284)
Qanita Luthfiyah Odesara (J1A122285)
Rahma Indira Sarah (J1A122286)
Rahmat Bahnan (J1A122288)
Resqi Nongri Anesta (J1A122290)
Ririn Ali Rahmin (J1A122291)

Kelas : F

PEMBIMBING :
Lade Albar Kalza, S.K.M., M.P.H.

JURUSAN/PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Lingkungan Maritim ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dosen mata
kuliah Wawasan Kemaritiman yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah,
dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Kendari, 22 September 2022

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia hidup dan berkembang di negeri kepulauan
sepanjang khatulistiwa, suatu pontensi yang sangat strategis yang
melintang di antara dua samudera besar, yaitu Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik, dan diantara dua benua yaitu benua Asia dan Benua
Australia. Di samping itu bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang
beraneka ragam, baik di darat maupun di laut.
Sebagai negara kepulauan, harusnya Indonesia juga disebut sebagai
negara maritim. Namun sayangnya, julukan Indonesia sebagai negara
maritim dipandang belum tepat. Alasan mendasar mengenai hal ini
dikarenakan paradigma pembangunan di Indonesia selama beberapa
dekade ini bias daratan. Akibatnya ketimpangan pembangunan antara
daratan dan lautan begitu terlihat.
Negara maritim adalah negara yang memanfaatkan secara optimal
wilayah lautnya dalam konteks pelayaran secara umum. Contoh negara
negara maritim diantaranya: Inggris, Amerika Serikat, Singapura, Cina,
dan Panama. Negara-negara tersebut dikategorikan sebagai negara
maritim, karena melakukan manajemen pembangunan wilayah perairan
lautnya secara sungguh-sungguh, komprehensif, terencana dan
berkesinambungan.
Berdasarkan latar belakang dan fakta sejarah, bangsa Indonesia
pernah berjaya dalam kemaritiman. Tercatat beberapa kerajaan yang
pernah ada di Indonesia dikenal sebagai penguasa maritim, seperti
Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak, Bone dan lain-lain. Jejak fakta
sejarahnya bahkan ditemui di Madagaskar. Memang sudah seharusnya,
bangsa Indonesia untuk menata dan membangun laut khususnya
kemaritiman menjadi modal pembangunan menuju kemakmuran
bangsa.Namun sepertinya, jalan untuk mewujudkan hal tersebut masih
akan menemui berbagai persoalan. Mulai dari persoalan ego sektoral
dalam upaya penegakan hukum kemaritiman hingga persoalan sarana dan
prasarana yang merupakan pemenuhan infrstruktur yang memadai di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut

1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan maritime ?


2. Apa saja ekosistem – ekosistem yang ada di laut ?
3. Bagaimana upaya-upaya pemanfaatan lingkungan maritim di
indonesia ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian lingkungan maritim


2. Mahasiswa dapat mengetahui Ekosistem – ekosistem yang ada di laut.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Pemanfaatan Lingkungan Maritim di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lingkungan Maritim


Kata maritim berasal dari bahasa Inggris yaitu maritime, yang berarti
navigasi, maritime atau bahari. Dari kata ini kemudian lahir istilah maritime
power yaitu negara maritim atau negara samudera. Maritim, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai berkenaan dengan laut berhubungan dengan
pelayaran dan perdagangan di laut. Dalam bahasa Inggris, kata maritime untuk
menunjukkan sifat atau kualitas yang menyatakan penguasaan terhadap laut.
Kemaritiman diartikan sebagai hal-hal yang menyangkut masalah maritim.
Selain dikenal istilah maritim juga dikenal istilah bahari.
Negara maritim adalah negara yang memanfaatkan secara optimal wilayah
lautnya dalam konteks pelayaran secara umum. Contoh negara-negara maritim
diantaranya: Inggeris, Amerika Serikat, Singapura, Cina, dan Panama. Negara-
negara tersebut dikategorikan sebagai negara maritim, karena melakukan
manajemen pembangunan wilayah perairan lautnya secara sungguh-sungguh,
komprehensif, terencana dan berkesinambungan.
Pemahaman maritim merupakan segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan, perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut
pelayaran niaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa maritim adalah terminologi
kelautan dan maritim berkenaan dengan laut, yang berhubungan dengan
pelayaran, dan perdagangan di laut. Pengertian kemaritiman yang selama ini
diketahui oleh masyarakat umum adalah menunjukkan kegiatan di laut yang
berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan, sehingga kegiatan di laut yang
menyangkut eksplorasi, eksploitasi seperti penangkapan ikan bukan merupakan
kemaritiman.2
Pengertian lain dari kemaritiman yang berdasarkan pada terminologi
adalah mencakup ruang dan wilayah permukaan laut, pelagik dan mesopelagik
yang merupakan daerah subur di mana pada daerah ini terdapat berbagai kegiatan
seperti pariwisata, lalulintas, pelayaran dan jasa-jasa kelautan. Sedangkan menurut
pendekatan konsep ini, Indonesia saat ini lebih tepat disebut sebagai negara
kelautan, bukannya negara maritim, karena selama ini Indonesia belum mampu
sepenuhnya memanfaatkan laut secara maksimal. Selain itu, arah pengembangan
dan pembangunan yang dilakukan bukan cerminan sebagai negara yang
mempunyai jiwa dan pemikiran yang pandai untuk memanfaatkan laut secara
keseluruhan dan tidak hanya memanfaatkan fisiknya saja.2
Deklarasi Djuanda pada tahun 1957, menyatakan kepada dunia bahwa laut
Indonesia adalah termasuk laut sekitar, laut di antara dan laut di dalam Kepulauan
Indonesia, menjadi satu kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi tersebut menegaskan: (1) Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara
kepulauan yang mempunyai corak tersendiri; (2) Bahwa sejak dahulu kala,
kepulauan Nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan.
Deklarasi Djuanda (1957) akhirnya diterima dan ditetapkan dalam
Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS-United Nations Convention on the Law of
the Sea) ke-3 tahun 1982. Melalui Konvensi Hukum Laut, Indonesia berhasil
menambah luas yuriskdiksi wilayah laut menjadi sekitar 5,8 juta km2, termasuk
Zona Ekonomi Ekslusif. Luas laut yang mencapai 70 % dari luas wilayah nasional
ini meliputi panjang pantai sekitar 95.181 Km dan jumlah pulau 17.504.

Pada  dasarnya batas lingkungan maritim suatu negara adalah artifisial karena
pencemaran yang terjadi disuatu negara akan dirasakan juga oleh negara yang
berbatasan laut. Tumpahan minyak dari kapal tanker akan mencemari pula
perairan negara lain yang berbatasan. Seperti sudah dikenal sebelumnya konsep
tentang pencemaran oleh tindakan manusia dapat dibedakan atas dua macam
yakni :
1. Pollution Pay Principles. Prinsip ini secara tidak langsung memberi hak 
kepada pencemar untuk melakukan pencemaran asalkan membayar
kompensasinya. Dalam lingkungan bisnis maritim konsep ini sudah mulai
ditinggalkan, pengenaan denda lebih dianggap sebagai hukuman  bukan
sebagai kompensasi
2. Pollution Prevention Pays. Pada konsep ini pencemaran harus dicegah
secara proaktif, untuk itu perlu pengerahan dana untuk mencegah
terjadinya pencemaran. Konsep inilah yang dikembangkan oleh IMO
dalam konvensi-konvensi internasional tentang pencegahan pencemaran
lingkungan maritim seperti keharusan membuat konstruksi Double Hull
dan Segragated Ballast Tank untuk kapal tanker minyak mentah.
Dalam dunia maritim persyaratan mengenai pencegahan pencemaran laut 
harus dipenuhi untuk dapat berlayar diperairan internasional atau memasuki
negara lain. Adanya peraturan dari IMO-PBB tentang MARPOL (Marine
Pollution) merupakan gambaran keterkaitan yang tidak dapat ditawar antara
keinginan mempertahankan ekologi dengan kepentingan bisnis.
Dewasa ini masalah lindungan lingkungan tidak semata-mata membicarakan
bagai mana menganggulangi pencemaran, tetapi sudah beralih kepada bagai mana
agar pencemaran tidak terjadi, bersifat proaktif(Pollution Prevention Pays).
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan lindungan lingkungan sudah di
internalisasikan menjadi anggaran operasi. Di Pertamina lindungan lingkungan
merupakan bagian yang tidak terpisah dengan kegiatan operasi perusahaan. Setiap
direktorat memiliki bagian yang bertanggung jawab terhadap Lindungan
Lingkungan (LK3).
B. Ekosistem Laut
1. Definisi ekosistem laut
Ekologi laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen
abiotik (fisika – kimia) dan komponen biotik (organisme hidup) yang berkaitan
satu sama lain, dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional.
Komponen-komponen secara fungsional dipisahkan satu sama lain dalam
ekologi laut yang terbagai atas lima ekosistem. Apabila terjadi suatu perubahan
dalam suatu ekosistem yang terdapat dalam ekologi laut maka akan
menyebabkan perubahan pada ekosistem lainnya. Ekologi laut merupakan ilmu
yang mempelajari tentang Ekosistem air laut. Ekosistem air laut dibedakan atas
lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang, dan padang lamun.
Sebagai salah satu ekosistem di dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di
mana ada di dalamnya terdapat proses dan komponen-kompenen kehidupan
yang serupa dengan proses yang terjadi pada ekosistem daratan. Ekosistem air
laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan
potensinya yang sangat ekosistem bahari yang merupakan ekosistem yang
terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem besar, ekosistem laut menjadi
perhatian banyak orang. Ekosistem laut disebut juga perairan dalam, em pantai
pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut
2. Ciri – ciri ekosistem laut
Adapun ciri-ciri dari habitat laut, yaitu:
a. Variasi temperature atau suhu bervariasi;
b. Kadar garam atau salinitas atau tingkat keasinan tinggi;
c. Penetrasi daeri cahaya matahari tinggi;
d. Ekosistem tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca alam sekitar;
e. Aliran atau aus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperature
dan rotasi bumi;
f. Habitat di laut saling berhubungan atau berkaitan satu sama lain; dan
g. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan
decomposer.
Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut- Adanya hempasan gelombang air
laut maka di daerah pasang surut yang merupakan perbatasan darat dan laut
terbentuk gundukan pasir, dan jika menuju ke darat terdapat hutan pantai yang
terbagi menjadi beberapa wilayah, yaitu sebagai berikut.:
a. Formasi pescaprae, didominasi tumbuhan Vigna, Spinifex litorus, Ipomoea
pescaprae, Pandanus tectorius.
b. Formasi baringtonia, tumbuhan yang khas, misalkan Hibiscus tilliaceus,
Terminalia catapa, Erythrina sp.
c. Hutan bakau, tumbuhan yang khas adalah Rhizopora (bakau), dan
Acanthus.

Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut:


a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari
sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai
(1.500- 10.000 m).
Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki karakteristik
tertentu, seperti hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis
sel kira-kira sama dengan tekanan osmosis air laut maka itu adaptasinya tidak
terlalu sulit. Sedangkan, hewan bersel banyak, misalnya ikan, cara adaptasi
yang dilakukan dengan cara melakukan banyak minum, sedikit mengeluarkan
urin, pengeluaran air dilakukan secara osmosis, sedangkan garam mineral
dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis
sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif. Tumbuhan yang hidup di laut yaitu
contohnya: Tumbuhan lamun.
3. Pembagian daerah ekosistem laut
Pembagian zona laut berdasarkan kedalaman. Laut merupakan wilayah
yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah
ekosistem laut sangat terbuka sehingga pengaruh cahaya Matahari sangat besar.
Daya tembus cahaya Matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi
menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya
Matahari, disebut daerah fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah
afotik. Di antara keduanya terdapat daerah remang-remang cahaya yang
disebut daerah disfotik.Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya
ekosistem laut dibedakan menjadi zona litoral, neritik, dan oseanik. Secara
vertikal kedalaman dibedakan menjadi epipelagik, mesopelagik, batio pelagik,
abisal pelagik, dan hadal pelagik.
Komunitas ekosistem perairan dalam di Indonesia belum banyak diketahui
secara pasti. Hal ini dikarenakan belum dikuasainya perangkat teknologi untuk
meneliti hingga mencapai perairan dalam, tetapi secara umum keanekaragaman
komunitas kehidupan yang ada pada perairan dalam tersebut tidaklah setinggi
ekosistem di tempat lain. Komunitas yang ada hanya konsumen dan pengurai,
tidak terdapat produsen karena pada daerah ini cahaya Matahari tidak dapat
tembus. Makanan konsumen berasal dari plankton yang mengendap dan vektor
yang telah mati. Jadi, di dalam laut ini terjadi peristiwa makan dan dimakan.
Hewan-hewan yang hidup di perairan dalam warnanya gelap dan mempunyai
mata yang indah yang peka dan mengeluarkan cahaya. Daur mineralnya terjadi
karena gerakan air dalam pantai ke tengah laut pada lapis atas. Perpindahan air
ini digantikan oleh air dari daerah yang terkena cahaya, sehingga terjadi
perpindahan air dari lapis bawah ke atas.
1) Zona neritik/ekosistem pantai pasir dangkal
Zona neritik merupakan daerah sepanjang pantai. Daerah batas pasang
surut disebut zona litoral, sedangkan daerah dengan kedalaman lebih dari
200 meter dari daerah pasang surut disebut zona sublitoral. Komunitas
yang terdapat di daerah ini ialah produsen, plankton, konsumen dan
pengurai.Komunitas ekosistem pantai pasir dangkal terletak di sepanjang
pantai pada saat air pasang. Luas wilayahnya mencakup pesisir terbuka
yang tidak terpengaruh sungai besar atau terletak di antara dinding batu
yang terjal/curam. Komunitas di dalamnya umumnya didominasi oleh
berbagai jenis tumbuhan ganggang dan atau rerumputan.
Jenis ekosistem pantai pasirdangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Ekosistem terumbu karang
b. Ekosistem pantai batu
c. Ekosistem pantai lumpur
2) Zona pelagik
Zona pelagik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang
kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya Matahari sampai ke dasar,
sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan
tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu.
Batas dari` kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini
banyak ikannya.
Zona pelagik terdiri atas daerah epipelagik, mesopelagik, batiopelagik,
abisal pelagik (abisopelagik) dan hadal pelagik.
Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m. Mesopelagik merupakan daerah di bawah epipelagik
dengan kedalaman 200-1000 m. Hewan yang hidup di daerah misalnya
adalah ikan hiu. Batiopelagik merupakan daerah dengan kedalaman 200-
2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya adalah gurita.
Abisalpelagik (Abisopelagik) merupakan daerah dengan kedalaman
mencapai 4.000 m, di daerah ini  tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan
masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini. Hadal
pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari
6.000 m.
Berdasarkan kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi 4 zona
yaitu sebagai berikut.
a) Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b) Neritik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.
c) Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 – 2.500
m.
d) Abisal merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 –
10.000 m.
Daya tembus cahaya matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem
laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat
ditembus cahaya matahari, disebut daerah fotik , sedangkan daerah laut
yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Diantara keduanya terdapat
daerah remang-remang cahaya yang disebut  daerah disfotik.
C. Pemanfaatan Lingkungan Maritim
1. Kekayaan Laut Indonesia
Tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia adalah lautan. Di
dalamnya terdapat lebih dari 17.500 pulau dengan garis pantai sepanjang
81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah
Kanada. Banyak sekali kekayaan laut yang dimiliki negara kita.
Laut kita mengandung banyak sumber daya yang beragam baik yang
dapat diperbaharui seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove,
rumput laut, dan plasma nutfah lainnya atau pun sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui seperti minyak dan gas bumi, barang tambang, mineral,
serta energi kelautan seperti gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal
Energy Conversion) yang sedang giat dikembangkan saat ini.
Terdapat 7,5% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia
berada di Indonesia. Kurang lebih 24 juta hektar perairan laut dangkal
Indonesia cocok untuk usaha budi daya laut (marine culture) ikan kerapu,
kakap, baronang, kerang mutiara, dan biota laut lainnya yang bernilai
ekonomis tinggi dengan potensi produksi 47 ton/tahun.
Selain itu lahan pesisir (coastal land) yang sesuai untuk usaha budidaya
tambak udang, bandeng, kerapu, kepiting, rajungan, rumput laut, dan biota
perairan lainnya diperkirakan 1,2 juta hektar dengan potensi produksi sebesar
5 juta per tahun. Hampir 70% produksi minyak dan gas bumi Indonesia
berasal dari kawasan pesisir dan laut.
Selain itu, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati laut pada
tingkatan genetik, spesies, maupun ekosistem tertinggi di dunia. Akan tetapi,
saat ini baru 4 juta ton kekayaan laut Indonesia yang dimanfaatkan. Jika kita
telusuri kembali sebenarnya masih banyak potensi kekayaan laut yang
dimiliki Indonesia.
Prakiraan nilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia yang telah
dihitung para pakar dan lembaga terkait dalam setahun mencapai 149,94
miliar dollar AS atau sekitar Rp 14.994 triliun.
Potensi ekonomi kekayaan laut tersebut meliputi perikanan senilai 31,94
miliar dollar AS, wilayah pesisir lestari 56 miliar dollar AS, bioteknologi laut
total 40 miliar dollar AS,  wisata bahari 2 miliar dollar AS, minyak bumi
sebesar 6,64 miliar dollar AS dan transportasi laut sebesar 20 miliar dollar
AS.
2. Masalah-masalah yang di hadapi dalam Pemanfaatan Kekayaan Laut
Dengan kekayaan laut yang melimpah ini, sayangnya belum termanfaatkan
secara optimal. Sumber daya kelautan yang begitu melimpah ini hanya
dipandang “sebelah mata”, Kalaupun ada kegiataan pemanfaatan sumber daya
kelautan, maka dilakukan kurang profesional dan ekstraktif, kurang
mengindahakan aspek kelestariannya. Bangsa Indonesia kurang siap dalam
menghadapi segala konsekuensi jati dirinya sebagai bangsa nusantara atau
negara kepulauan terbesar di dunia karena tidak disertai dengan kesadaran dan
kapasitas yang sepadan dalam mengelola kekayaannya.
Di satu sisi Indonesia memposisikan diri sebagai negara kepulauan dengan
kekayaan lautnya yang melimpah, tetapi di sisi lain Indonesia juga
memposisikan diri secara kultural sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta
petani yang masih berada di bawah garis kemiskinan, sedangkan dalam industri
modern, negara kita kalah bersaing dengan negara lain. Semua ini berdampak
juga terhadap sektor industri kelautan sehingga menimbulkan banyak masalah
berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan laut. Diantaranya para nelayan
Indonesia masih miskin dan tertinggal dalam perkembangan teknologi
kelautan. Kemiskinan dan kemiskinan yang menyelimuti mereka karena sistem
yang sangat menekan seperti pembelian perlengkapan untuk menangkap ikan
yang masih harus lewat rentenir karena jika melalui Bank, prosesnya yang
berbelit-belit dan terlalu birokrasi. Juga dengan produksi industri kelautan yang
keadaannya setali tiga uang, terlihat dari rendahnya peranan industri domestik
seperti nelayan.
Selain itu, banyak nelayan asing yang mencuri ikan di wilayah perairan
kita, tiap tahunnya jutaan ton ikan di perairan kita dicuri oleh nelayan asing
yang rata-rata peralatan tangkapan ikan mereka jauh lebih canggih
dibandingkan para nelayan tradisional kita. Kerugian yang diderita negara kita
mencapai Rp 18 trilyun-Rp36 trilyun tiap tahunnya. Hal ini memang kurang
bisa dicegah oleh TNI AL sebagai lembaga yang berwenang dalam
mengamankan wilayah laut Indonesia, karena seperti kita ketahui keadaan alut
sista (alat utama sistem senjata) seperti kapal perang yang dimiliki TNI AL
jauh dari mencukupi. Untuk mengamankan seluruh wilayah perairan Indonesia
yang mencapai 5,8 km2, TNI AL setidaknya harus memiliki 500 unit kapal
perang berbagai jenis. Memang jika kita menengok kembali sejarah, di zaman
Presiden Soekarno Angkatan Laut kita pernah menjadi keempat terbesar di
dunia setelah Amerika Serikat, Uni Soviet,dan Iran. Akan tetapi semuanya
hanya bersifat sementara karena tidak dibangun atas kemampuan sendiri,
namun karena bantuan Uni Soviet dalam rangka permainan geopolitik.
Sebenarnya apa yang salah dari pengelolaan laut Indonesia. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan pemanfaatan laut sebagai potensi bangsa yang
dahsyat itu terabaikan di antaranya yaitu lemah pengamanan, lemah
pengawasan, dan lemah koordinasi dari negara. Sebenarnya Indonesia memiliki
Maritime Surveillance System (sistem pengamatan maritim) pada sebuah
institusi militer yang domainnya memang laut.
Maritime Surveillance System dititikberatkan pada pembangunan stasiun radar
pantai dan pemasangan peralatan surveillance di kapal patroli, untuk kemudian
data-data hasil pengamatan dari peralatan yang terpasang tersebut dikirim ke
pusat data melalui media komunikasi data tertentu untuk ditampilkan sebagai
monitoring dan untuk diolah lebih lanjut. Karena itu, sistem ini lebih
cenderung berlaku sebagai alat bantu penegakan keamanan di laut, meski
sangat mungkin dikembangkan lebih lanjut sebagai alat bantu pertahanan
3. Upaya Pemanfaatan kekayaan Laut Indonesia
Pemerintah hendaknya harus bekerja lebih keras dalam mencari
penyelesaian masalah ini agar eksplorasi serta pemanfaatan kekayaan laut kita
dapat dilaksanakan secara optimal dan terarah. Negara kita perlu mempunyai
kebijakan kelautan yang jelas dan bervisi ke depan karena menyangkut
geopolitik dan kebijakan-kebijakan dasar tentang pengelolaan sumber daya
kelautan. Kebijakan mengenai berbagai terobosan untuk mendayagunakan
sumber daya kelautan secara optimal dan lestari sebagai keunggulan kompetitif
bangsa.
Mengingat potensi sumber daya laut yang kita miliki sangat besar, maka
kekayaan laut ini harus menjadi keunggualan kompetitif Indonesia, yang dapat
menghantarkan bangsa kita menuju bangsa yang adil, makmur, dan mandiri.
Memang untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu adanya koordinasi
berbagai pihak dan dukungan dari masyarakat. Seyogyanya harus ada
perubahan paradigma pembangunan nasional di masyarakat kita dari land-
based development menjadi ocen-based development. Pembangunan di darat
harus disinergikan dan diintegrasikan secara proporsional dengan
pembangunan sosial-ekonomi di laut. Perlu adanya peningkatan produksi
kelautan kita dengan cara memberikan penyuluhan kepada para nelayan,
pemberian kredit ringan guna membeli perlengkapan untuk menangkap ikan
yang lebih memadai, serta pembangunan pelabuhan laut yang besar guna
bersasndarnya kapal-kapal ikan yang lebih besar.
Peningkatan produksi juga meliputi sektor bioteknologi perairan, mulai
dari proses produksi (penangkapan ikan dan budidaya), penanganan dan
pengolahan hasil, serta pemasarannya. Selain itu, harus ada perhatian terhadap
sektor wisata bahari dengan adanya perbaikan mencakup penguatan dan
pengembangan obyek wisata bahari dan pantai, pelayanan, pengemasan serta
promosi yang gencar dan efektif.
Dengan berbagai kebijakan kelautan yang ditempuh ini, diharapkan
adanya pembangunan kelautan yang sinergis dan terarah serta menyeluruh,
sehingga tidak mustahil dengan pemanfaatan kekayan laut yang optimal akan
menumbuhkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia menuju Indonesia yang adil, makmur, dan
mandiri.
Dibutuhkan kesinergisan dari banyak pihak (institusi) yang memiliki
kewajiban dan tanggung jawab dalam pengembangan kelautan. Baik secara
langsung maupun tidak langsung, agar manajemen pengelolaan laut ini dapat
berhasil dengan optimal.
Institusi tersebut di antaranya DKP, Departemen Perhubungan khususnya
Dirjen Perhubungan Laut, Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla),
Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kehutanan, Departemen Pariwisata
dan Budaya, Departemen Perdagangan, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, Ditjen Bea Cukai, Pelindo, TNI AL, Kepolisian Republik Indonesia,
Kejaksaaan, dan sebagainya.
4. Pemanfaatan Kekayaan Laut Untuk Ketahanan Ekonomi Indonesia
Ketahanan ekonomi adalah merupakan suatu kondisi dinamis kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, kekuatan nasional
dalam meghadapi serta mengatasi segala tantangan dan dinamika
perekonomian baik yang datang dari dalam maupun luar negara Indonesia, dan
secara langsung maupun tidak langsung menjamin kelangsungan dan
penigkatan perekonomian bangsa dan negara republik Indonesia yang telah
diatur berdasarkan UUD 1945.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan
perekonomian bangsa yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat
dan dinamis, menciptakan kemandirian ekonomi nasional yang berdaya saing
tinggi, dan mewujudkan perekonomian rakyat yang secara adil dan merata.
Dengan demikian, pembangunan ekonomi diarahkan kepada mantapnya
ketahanan ekonomi melalui suatu iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya
fungsi lingkungan hidup serta menigkatnya daya saing dalam lingkup
perekonomian global.
Potensi bidang kelautan cukup besar meliputi sektor  perikanan, pelayaran,
pariwisata bahari, perkapalan,  jasa pelabuhan serta sumberdaya mineral bawah
laut. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi kelautan
akan tetapi diperlukan keterpaduan kebijakan publik di bidang kelautan.
Karena sektor kelautan menjadi potensi yang sangat strategis untuk didorong
sebagai mainstream pembangunan perekonomian nasional.
Kekayaan sumberdaya pesisir dikuasai oleh Negara untuk dikelola
sedemikian rupa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, memberikan
manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang
akan datang. Ironisnya, sebagian besar tingkat kesejahteraan masyarakat yang
bermukim di wilayah pesisir justru menempati strata ekonomi yang paling
rendah bila dibandingkan dengan masyarakat darat lainnya. Dengan upaya
peningkatan SDM masyarakat pesisir (nelayan) maka perekonomian akan
meningkat, sehingga ketahanan ekonomi akan semakin baik.
Melihat semakin besarnya peran ekonomi kelautan (marine economy)
dalam pembangunan nasional maka diperlukan adanya agenda kebijakan
bidang kelautan dalam upaya menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan
bercirikan nusantara yang sejalan dengan amanat Undang-
Undang No.17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) 2005- 2025, yakni misi mewujudkan Indonesia sebagai negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan makmur yang berbasis kepentingan
nasional sebagaimana tersirat dalam misi ketujuh undang-undang tersebut.
Misi tersebut setidaknya memiliki 3 (tiga) agenda ke depan yang harus
segera dilakukan: Pertama, membuat payung hukum Kebijakan Kelautan
Nasional (National Ocean Policy) untuk arah pembangunan nasional sektor
kelautan; Kedua, menyiapkan roadmap penggunaan dan pemanfaatan
(sumberdaya kelautan) yang didedikasikan untuk kepentingan nasional dan
bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat dalam Kebijakan Ekonomi
Kelautan Nasional (National Ocean Economic Policy); dan ketiga, adalah Tata
Kelola kelautan yang baik (Ocean Governance) sebagai panduan atau code of
conduct dalam pengelolaan kelautan secara holistik.
Jika Indonesia berhasil memanfaatkan kekayaan laut yang dimilikinya
dengan optimal dan terarah, maka keadaan ekonomi indoesia akan semakin
baik, sehingga ketahanan ekonomi nasional akan terwujud.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemahaman maritim merupakan segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan, perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau
disebut pelayaran niaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa maritim
adalah terminologi kelautan dan maritim berkenaan dengan laut, yang
berhubungan dengan pelayaran, dan perdagangan di laut.
2. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu
karang, dan padang lamun.
3. Potensi bidang kelautan cukup besar meliputi sektor  perikanan,
pelayaran, pariwisata bahari, perkapalan,  jasa pelabuhan serta
sumberdaya mineral bawah laut dimana potensi ini dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan ekonomi kelautan akan tetapi diperlukan
keterpaduan kebijakan publik di bidang kelautan.
B. Saran
Keamanan laut merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai
warga negara, kita harus ikut berperan serta dalam menjaga keamanan dan
kedaulatan wilayah NKRI. Namun yang mempunyai tanggung jawab
utama dalam menjaga keamanan dan pertahanan wilayah negara
khususnya bagi NKRI yaitu Tentara Negara Indonesia (TNI), khususnya
untuk wilayah laut yaitu  TNI AL, untuk mengarahkan indonesia sebagai
negara kepulauan indonesia untuk menjadi satu negara maritim, bukan
sekedar negara maritim, tapi negara maritim indonesia yang besar, kuat,
dan makmur. Besar sudah jelas, kuat belum, makmur apalagi. Bicara
tentang kuat dan makmur inilah perlu adanya kebijakan yang tepat untuk
membangun negara maritim yang tangguh dalam perspektif politik,
ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA

Adhayanto O. 2014. Maritime Constitution. Bandung. Jurnal Selat, Oktober 2014,


Vol. 2 No. 1 
Anwar, Chairul. S.H. 1989. Hukum Internasional. Horizon Baru Hukum Laut
Internasional.Djambatan: Konfensi. Hukum Laut.1982.
Bakric. C.R. 2010. Indonesia Maritim Instituse di Petik Desember 23 2013 dari
Negara Visip Maritim https:/indomaritimeinstitte.org/2010/07/negara-
visi-maritim
Gunawan, Sandi. 2009. Optimalisasi Pemanfaatan Kekayaan Laut Indonesia
Guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat,
(Online), ( http://www.gc.ukm.ugm.ac.id/ index.php?
option=com_content&view=article&id=80:optimalisasi-pemanfaatan-
kekayaan-laut-indonesia-guna-meningkatkankesejahteraan-
rakyat&catid=38: publication&Itemid=29, diakses 27 Desember
2009).

http://asfarsyafar.blogspot.com/2013/10/makalah-wawasan-sosial-budaya-
maritim.html
http://siradel.blogspot.com/2011/03/tentara-nasional-indonesia-angkatan.html
http://zeyacute.blogspot.com/2013/07/makalah-ketahanan-nasional.html

Kadar A. 2015. Pengelolaan Kemaritiman Menuju Indonesia Sebagai Poros


Maritim Dunia. Jurnal Keamanan Nasional Vol. I, No. 3,
Kusandi. 2000. Nelayan: StrategiAdaptasi dan Jaringan sosial. Bandung.
Humaniora Utama
Pieter .1995. Dasar-Dasar Peraturan Keselamatan Pelayaran dan Pencegahan
Pencemaran Dari Kapal Sesuai Ketentu Soesilo, Indroyono.
2007. Profil Laut Indonesia, (Online), (www.dkp.go.id, di    akses 27
Desember 2009). an IMO. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Umar .1997. Perubahan Ekologi. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai