Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

REVIEW 5 JURNAL

KONDISI INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN PERKOTAAN


Dosen : Santi, ST., MT

Oleh :

Nama : Zehra Ode Minervasche

NIM : E1B121054

Kelas : Genap

JURUSAN T. ARSITEKTUR S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

TAHUN AJARAN

2022/2023
1. Penataan Infrastruktur Drainase di Kota Pekan Baru
Drainase merupakan serangkaian bangunan yang melayani air yang berfungsi untuk mengurangi
atau menghilangkan kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan tersebut dapat
berfungsi secara optimal. Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penerapan sistem drainase perkotaan, yang selama ini belum
terbentang dengan baik karena banyak daerah yang terendam banjir saat hujan. Tujuan penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana penataan pengelolaan drainase di Dinas Pekerjaan Umum
Perumahan Permukiman dan Cipta Karya serta faktor-faktor apa saja yang menghambat
perkembangan drainase saat ini.
Dalam menjelaskan penataan pengelolaan infrastruktur di Dinas Pekerjaan Umum Perumahan
Permukiman dan Cipta Karya, peneliti menggunakan teori G.R. Terry meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan. Para peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, literatur (pengumpulan dokumen).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penataan pengelolaan drainase dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan didefinisikan dengan baik. Sudah ada kebijakan yang
mengatur perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan sudah berjalan dengan baik, namun
ada beberapa faktor yang menghambat perkembangan drainase, sehingga masih ada daerah yang
masih terendam banjir saat hujan.

2. Studi Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat di Kota
Denpasar
Pengelolaan air limbah domestik (ALD) di Indonesia masih dihadapkan dengan cukup banyak
tantangan teknis maupun nonteknis. Beberapa data menunjukkan masih terdapat 10,41% penduduk
Indonesia yang memiliki perilaku buang air besar sembarangan (BABS) dan 32,1% penduduk belum
memiliki pengelolaan sanitasi yang layak. Sebagai negara yang memiliki populasi 260 juta jiwa,
terbesar keempat di dunia, dan luas mencapai 2 juta km2,Indonesia terus berupaya untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pengelolaan ALD yang efektif dan efisienuntuk mencapai
pembangunan berkelanjutan.Denpasar, kota pariwisata di Indonesia, memiliki kepentingan terhadap
upaya peningkatan pengelolaan air limbah domestik agar tidak memberikan dampak terhadap industri
pariwisata. Hasil studi menujukkan bahwa pengelolaan ALD di Denpasar masih didominasi dengan
sistem setempat yakni sebesar 96,8% dari total populasi.Sebesar 3% populasi telah dilayani oleh
jaringan perpipaan terpusat dan 0,2% populasi masih memiliki perilaku BABS.Sistem setempat
dipandang masih menjadi solusi terbaik dalam pengelolaan ALD di Indonesia. Namun, sistem ini
dinilai memiliki banyak tantangan terkait dengan institusi pengelolaan, finansial, infrastruktur
pengolahan setempat, dan regulasi. Oleh karena itu, Kota Denpasar memiliki tantangan yang besar
untuk memastikan sistem pengelolaan ALD dapat berjalan dengan baik. Makalah ini mendeskripsikan
kondisi eksisting sistem pengelolaan ALD setempat diDenpasar yang meliputi sub-sistem pengolahan
setempat, sub-sistem pengangkutan, dan subsistem pengolahan lumpur tinja.Metode penelitian yang
digunakan meliputi kajian data sekunder dan primer secara kualititatif serta kuantitatif diantaranya
kuisioner, wawancara, diskusi kelompok terarah, dan analisis laboratorium. Penelitian ini menjadi
dasar dalam pengembangan model pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar.
Studi ini dilakukan pada tahun 2016 sampai 2017 di Kota Denpasar untuk menginvestigasi
kondisi eksisting SPALD-S di Kota Denpasar meliputi pengolahan setempat masyarakat,
pengangkutan lumpur tinja, dan pengolahan lumpur tinjadi IPLT Suwung.

3. Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon Jaringan Distribusi Air Bersih di Pulau Kecil Padat
Penduduk (Pulau Lengkang Kecil, Kota Batam)
Jaringan sistem penyediaan air bersih pada Pulau Lengkang Kecil dimulai pada tahun 2019.
Sebagian kecil air bersih yang digunakan masyarakat berasal dari pemanenan air hujan dan sumur gali
yang hanya didapat pada musim hujan. Sumber air bersih utama yang digunakan masyarakat berasal
dari pengaliran perpipaan bawah laut dengan debit harian 0,86 l/detik. Kebutuhan air masyarakat
Pulau Lengkang Kecil adalah 74,3 m3 /hari dengan 146 Sambungan Rumah (SR) serta untuk melayani
fasilitas umum seperti sekolah dasar (SD), puskesmas, dan masjid. Evaluasi hidrolis distribusi air
bersih dengan menggunakansoftware EPANET 2.0 terhadap kriteria kecepatan aliran menunjukkan
nilai terendah 0,29m/s dan tertinggi 1,21 m/s. Nilai sisa tekan dalam sistem distribusi adalah 6,94–6,96
m dan unit headloss pada kisaran 0,08–0,25 m/km. Ketiga kriteria ini masih berada dalam kriteria
desain jaringan distribusi (layak). Dari analisis evaluasi jaringan distribusi air bersih, dapat dihitung
jejak karbon yang dihasilkan dari setiap kegiatannya. Emisi terbesar berasal dari kegiatan pemompaan
dengan nilai 131 kgCO2-eq, diikuti dengan emisi yang berasal dari air limbah dengan nilai 62,5
kgCO2-eq. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui kualitas dari air limbah dan desain untuk
instalasi pengolahan air limbah terpusat (IPALT)untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Pulau
Lengkang Kecil.

4. Kajian Infrastruktur Persampahan di Kawasan Permukiman Masyarakat dengan Pendapatan


Rendah Kecamatan Kertapati Kota Palembang
Kertapati merupakan salah satu daerah dengan tingkat keramaian yang tinggi di Palembang.
Selama perkembangan kebutuhan sehari-hari masyarakat yang lebih tinggi, menyebabkan sampah
menumpuk. Penelitian ini menggunakan 3 sampel dari wilayah Kertapati : Kemang Agung, Kemas
Rindo, dan Ogan Baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan sampah
selama 5 tahun, untuk mengetahui infrastruktur yang dibutuhkan oleh daerah-daerah tersebut dan
untuk mengetahui pengaruh gaji tingkat rendah terhadap volume sampah dan cara dalam mengolah
sampah tersebut. Ini menggunakan Microsoft excel, metode geometris linier untuk menghitung total
warga negara dalam 5 tahun ke depan, metode statistik dan pengambilan sampel untuk menganalisis
data total sampel pada questionair yang akan didistribusikan kepada responden. Pada tahun 2013, total
proyeksi masyarakat wilayah Kertapati untuk kabupaten adalah 53.156 orang dengan volume dari
sampah yang ditumpuk 146.179 m3/hari, tempat sampah yang dibutuhkan adalah 24 kontainer dengan
kapasitas 6 m 3, 10 truk sampah dan 41 sepeda motor sampah. Sedangkan untuk tahun 2018, terdapat
perbaikandalam jumlah masyarakat sebanyak 55.696 orang dengan volume dari sampah yang
ditumpuk adalah 153,164 m3/hari, tempat sampah yang dibutuhkan adalah 26 kontainer dengan
kapasitas 6 m3, 11 truk sampah dan 42 sampah sepeda motor. Berdasarkan pengamatan penelitian,
merupakan sistem program sampah yang dikumpulkan secara tidak langsung dan dikumpulkan dengan
menggunakan metode SCS (Stationary Container System). Makanya, perbaikan sistem program
transportasi sampah yang dikumpulkan dapat menciptakan lowongan pekerjaan, gaji tambahan dan
dapat membuat lingkungan yang aman, nyaman dan sehat.

5. Pengembangan Infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pelayanan Perkotaan Barru Kabupaten


Barru
Penelitian ini untuk mengkaji dan menganalisis jaringan jalan sebagai determinan pembentukan
struktur pelayanan ekonomi perkotaan Barru dan mengkaji strategi pengembangannya. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Jaringan jalan perkotaan Barru dari bentuk jalan, fungsi jalan, ukuran jalan dan konstruksi jalan
menunjukkan peran masing-masing. Semakin luas cakupan fungsi jalan maka pembentukan struktur
pelayanan ekonomi semakin baik, semakin besar ukuran jalan maka pembentukan struktur pelayanan
ekonomi dapat tumbuh dengan baik dan semakin baik konstruksi jalan maka pembentukan struktur
pelayanan ekonomi dapat berjalan dengan lancar. Sementara variabel bentuk jalan tidak secara
signifikan sebagai determinan pembentukan pelayanan ekonomi perkotaan Barru. Strategi
pengembangan melalui Streght-Opportunities (SO), sebaiknya mempertimbangkan; Lokasi layanan
disesuaikan dengan penetapan pengembangan kota oleh Pemerintah; Pemanfaatan teknologi;
memanfaatkan kegiatan pembinaan SDM; serta meningkatkan jenis produk yang melalui akses
pemodalan. Strategi Weaknesses Oportunities (WO), memanfaatkan akses permodalan untuk
pendirian layanan; memanfaatkan perkembangan teknologi; memperhitungkan tempat parkir
kendaraan; dan mendirikan layanan dengan memperhitungkan jenis layanan sekitar. Strategi Strengths
Threat (ST) mengembangkan daya saing; menjaga kualitas layanan; dan fleksibilitas layanan
menghadapi pandemic covid19. Strategi Weaknesses Threats (WT) mempertahankan kualitas layanan;
meningkatkan fungsi managemen menghadapi pandemic covid19; menyiapkan layanan parkir;
menjalin hubungan baik dengan konsumen; dan penawaran khusus. Sementara untuk layanan ekonomi
kategori basis di Kelurahan Sumpang Binangae dan Kelurahan Mangempang adalah jenis butik,
electon, dan alat listrik, sementara yang non basis adalah jasa angkutan, rental mobil. Dikelurahan
Coppo dan Tuwung sektor basis adalah rental/sewa mobil dan pencucian mobil, non basis adalah
butik, depot air minum/galon, electon, dan fotocopy dan ATK.

Anda mungkin juga menyukai