Anda di halaman 1dari 22

EVALUASI PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI DESA

PANCURAN KECAMATAN SUWAWA SELATAN KABUPATEN BONE


BOLANGO

Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1
Minat Studi Manajemen Rekayasa Konstruksi

OLEH :
SETIAWAN KONIYO
5114-14-034

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Peraturan Indonesia, 2016). Di
Indonesia khususnya di wilayah Provinsi Gorontalo, perkembangan daerah
permukiman di kawasan perkotaan maupun pedesaan semakin tinggi akibat
melonjaknya jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini
juga yang menjadi masalah pokok yang paling mendasar dikalangan masyarakat.
Salah satu cara untuk menanggapi masalah tersebut dengan memperbaiki
kondisi permukiman yang relatif besar. Akan tetapi karena ketersediaan lahan
yang terbatas untuk kawasan permukiman baik di perkotaan dan perdesaan serta
Prasarana Sarana Umum (PSU) seringkali mengakibatkan kondisi permukiman
sama sekali tidak memenuhi syarat. Faktor lainnya juga yaitu dengan
meningkatnya akumulasi kebutuhan rumah serta lahan bagi masyarakat semakin
tinggi baik itu yang dibangun dengan biaya sendiri maupun dengan perumahan
swasta (developer). Disatu sisi dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan
ekonomi pada saat ini menimbulkan kawasan kumuh dan tidak layak huni
semakin meningkat.
Pemerintah Provinsi Gorontalo khususnya Kabupaten Bone Bolango
berkewajiban menciptakan suatu kawasan hunian yang baik serta kondusif. Hal
ini juga sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Adapun masalah ataupun kendala
lainnya yang dialami dalam peningkatan kawasan Perumahan dan Permukiman
ialah banjir. Kurangnya Prasarana Sarana Umum menjadi penyebab masalah
tersebut dalam hal ini jaringan drainase. Perlu adanya perhatian khusus untuk
membuat kawasan yang layak huni serta nyaman tanpa adanya kekhawatiran
banjir tersebut.
Seperti yang terjadi pada bulan juni tahun 2020, intensitas curah hujan
meningkat yang mengakibatkan banjir pada daerah Kabupaten Bone Bolango dan
menenggelamkan beberapa kecamatan dengan warga terdampak sebanyak 8.867
orang (www.mongabay.co.id, 2020). Banjir merupakan fenomena alam ketika
sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan karena proses influasi
mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan air larian
berkurang (Novrianti, 2017). Dimana nantinya akan berdampak pada aspek
kesehatan masyarakat ataupun aspek ekonomi. Salah satu faktor penyebab
terjadinya banjir ialah jaringan drainase yang tidak dapat lagi menampung curah
hujan yang tinggi. Jaringan drainase yang berada dilingkungan permukiman ialah
drainase yang mengalirkan limpahan air hujan yang berada dalam kawasan daerah
permukiman tersebut, kesaluran penampungan yang lebih besar (drainase tersier
dan sekunder). Jaringan drainase buangan air, terutama buangan air hujan adalah
rekayasa teknik sipil guna mengendalikan genangan air hujan dalam
lingkungan permukiman. Tujuannya untuk mengatasi genangan air hujan yang
dapat menyebabkan banjir (Maizir, 2017).
Di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango,
Provinsi Gorontalo, sistem pembuangan air hujan masih menyatu dengan sistem
pembuangan rumah tangga (limbah) dan sebagian besar masih terbatas pada
kawasan perkotaan, masih adanya drainase tanah, serta masih banyak masyarakat
yang kurangnya kesadaran dalam hal membuang sampah disekitaran saluran
drainase yang pada akhirnya menyebabkan aliran air hujan dan limbah menjadi
terhambat. Oleh karena itu, disusun penelitian ini yang berjudul ”Evaluasi
Perencanaan Saluran Drainase Di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan,
Kabupaten Bone Bolango” yang bertujuan untuk mengidentifikasi kelayakan
drainase yang sudah ada pada kawasan permukiman. Melalui penelitian ini akan
diperoleh data dasar perencanaan drainase program RP3KP di Kabupaten Bone
Bolango.

I.2. Identifikasi Masalah


Sebagaimana yang dijelaskan dalam latar belakang penelitian di atas,
dapatlah diindentifikasi masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya potensi penyebab terjadinya banjir yang sering terjadi pada
saat instensitas curah hujan yang tinggi mengakibatkan meluapnya air dari
saluran drainase yang tidak memenuhi standar yang ditentukan.
2. Terjadinya penurunan kapasitas saluran drainase dalam menampung air
hujan yang disebabkan oleh disfungsi saluran drainase.
3. Belum adanya penelitian atau studi – studi sebelumnya untuk merencanakan
sistem jaringan drainase dalam rangka mendukung program RP3KP yang
berada pada wilayah penelitian.

I.3. Batasan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi eksisting saluran ditinjau dari kapasitas saluran
drainase di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone
Bolango ?
2. Bagaimanakah frekuensi banjir yang terjadi di Desa Pancuran, Kecamatan
Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango ?
3. Bagaimanakah cara meningkatkan kapasitas saluran drainase yang efektif
dan ekonomis di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten
Bone Bolango ?
I.4. Ruang Lingkup Penelitian

I.4.1. Lingkup Wilayah Penelitian


Agar penelitian dapat dilaksanakankan dengan baik dan lebih mengarah
kepada latar belakang maka lingkup wilayah penelitian dilakukan pada Zona
wilayah Kabupaten Bone Bolango, Kecamatan Suwawa Selatan, Desa Pancuran.

I.4.2. Lingkup Materi Penelitian


Ruang lingkup materi yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada
hal- hal sebagai berikut:
1. Bentuk dan hasil (output) perencanaan kapasitas saluran drainase yang
dibutuhkan dalam menanggulangi penyebab masalah banjir serta
mendukung program RP3KP khususnya di Desa Pancuran, Kecamatan
Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
4. Hasil analisis frekuensi banjir yang terjadi pada masyarakat yang berada
disekitaran saluran drainase, khususnya di Desa Pancuran, Kecamatan
Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.

I.5. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian yang telah
diuraikan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis kondisi eksisting kapasitas saluran drainase di
Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
5. Mengetahui dan menganalisis frekuensi banjir yang terjadi di Desa
Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
6. Menganalisis cara untuk meningkatkan kapasitas saluran drainase yang
efektif dan ekonomis terhadap banjir di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa
Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
I.6. Manfaat Penelitian

I.1.1. Manfaat Akademis


Manfaat akademis yang diharapkan dalam penyususnan penelitian ini
ialah untuk memberikan masukan ilmu pengetahuan serta pemahaman teoritis
terhadap langkah-langkah perencanaan drainase, khususnya dalam rangka
mendukung program RP3KP di Kabupaten Bone Bolango.

I.6.1. Manfaat Praktis


Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian adalah dapat
merencanakan sistem saluran drainase yang efektif serta efisien agar tidak
menyebabkan banjir, khususnya di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan,
Kabupaten Bone Bolango.

I.7. Keaslian Penelitian


Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya :
1. Fadrizal Lubis, tahun penelitian 2016, judul penelitian Analisa Frekuensi
Curah Hujan Terhadap Kemampuan Drainase Permukiman di Kecamatan
Kandis, tujuan penelitian yaitu merencanakan dimensi drainase yang lebih
besar dikarenakan besarnya intensitas curah hujan di daerah pengaliran
yang memiliki daerah resapan yang kecil. Untuk itu peneliti menggunakan
metode hidrologi dengan data curah hujan untuk mengetahui debit banjir
rencana. Hasil penelitian Distribusi normal, Distribusi log normal,
Distribusi Gumbel dan Distribusi log Pearson III. Debit banjir rencana (Q) 5
tahun menggunakan metode Gumbel penulis jadikan sebagai debit
perbandingan untuk mengetahui fungsi saluran yaitu 204,9185 mm/dtk.
Debit aliran drainase eksisting (Q) adalah 0,6245 m/detik, sedangkan besar
aliran banjir puncak (Qp) adalah 1,428 m/detik, sehingga dapat diperkirakan
bahwa besar aliran banjir tidak dapat ditampung oleh kapasitas saluran
drainase yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan ukuran
penampang dari drainase eksisting lebar 0,6 m dan tinggi 0,8 m menjadi
drainase rencana lebar 0,8 m dan tinggi 1,2 m.
7. Novrianti, tahun penelitian 2017, judul penelitian Pengaruh Drainase
Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan, tujuan
penelitian mengkaji pengaruh saluran drainase di Kawasan Pasar Kahayan,
Kota Palangka Raya terhadap pencemaran lingkungan permukiman di
sekitarnya. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif, dengan wawancara dan observasi lapangan untuk pengumpulan
datanya. Dari hasil analisis, diketahui bahwa kondisi saluran drainase yang
cukup baik, seperti bangunan saluran yang sudah terbuat dari pasangan batu
berbentuk trapezium tetapi saluran tersebut dipenuhi sampah sehingga
menyebabkan aliran dari saluran drainase industri dan permukiman bertemu
di satu titik dan langsung menuju ke arah aliran drainase yang sama yaitu
sungai-sungai di sekitar Kawasan Pasar Kahayan. Akibatnya, air pada
saluran drainase yang telah tercemar mencemari air dan tanah di kawasan
permukiman di sekitar kawasan tersebut, termasuk sumber mata air.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa kondisi saluran drainase cukup
baik tetapi perlunya dilakukan pembersihan secara kontinu dan adanya
sosialisasi agar masyarakat yang kurang sadar dapat mengubah
pemikirannya.
8. Risnawati, tahun penelitian 2016, judul penelitian Perencanaan dan
Desain Saluran Drainase Kawasan Perumahan Mulawarman Residence
Kota Samarinda Pada Segmen II, tujuan penelitian mengetahui desain dan
dimensi saluran yang ekonomis untuk perencanaan sistem drainase Green
Mansion Residence yang berfungsi untuk mengorganisasi sistem instalasi
air dan untuk mengendalikan erosi yang dapat menyebabkan kerusakan
pada bangunan. Dengan adanya drainase pada perumahan diharapkan
untuk dapat meminimalisir terjadinya genangan yang terjadi akibat air
hujan, serta didukung juga dari kondisi setempat seperi kemiringan lahan,
kemiringan saluran dan material yang dipakai. Hal itu dapat mempengaruhi
waktu pengaliran dan besarnya debit limpasan yang akan dibuang menuju
saluran di luar Kawasan. Hasil dari penelitian yaitu mendapatkan periode
ulang yang dipakai untuk Kawasan Perumahan Mulawarman Residence 2
dan 5 tahun, serta bentuk saluran yang digunakan adalah trapezium dan
persegi dimana dinilai lebih ekonomis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Drainase


Drainase ialah salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem yang
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya) (Novrianti, 2017:33).
Kata drainase berasal dari bahasa inggris drainage yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase yang berasal
dari kata kerja ”to drain” yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air, adalah
terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang berkaitan
dengan penganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan
tanah (Risnawati, 2013:4). Secara garis besar drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan tidak terganggu dan dapat
dioptimalkan dengan baik. Saluran drainase juga mempunyai peran dalam
mengontrol kualitas air tanah yang baik, jadi drainase juga tidak hanya
menyangkut tentang air permukaan tapi juga air tanah.
Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan,
air yang mengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak
menimbulkan genangan yang dapat mengganggu aktivitas dan bahkan dapat
menimbulkan kerugian menurut (R. J. Kodoatie, 2005 dalam Risnawati, 2013).
Adapun bangunan dari sistem drainase itu sendiri pada umumnya terdiri dari
saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain),
saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air
penerima (receiving water). Secara fungsional, sulit memisahkan secara jelas
sistem drainase dan pengendalian banjir, namun secara praktis dapat mengatakan
bahwa drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke sungai.
Sistem pembuangan air hujan di Kabupaten Bone Bolango khususnya di
Desa Bulotalangi, Kecamatan Bulango Timur diidentifikasi masih menyatu
dengan sistem pembuangan rumah tangga (limbah) dan masih didominasi dengan
bentuk drainase yang berupa saluran tanah pada beberapa lokasi kawasan
permukimanserta menjadi wadah pembuangan sampah penduduk yang
mengakibatkan aliran air hujan serta limbah cair menjadi terhambat.

II.1.1. Sistem Jaringan Drainase


Pada umumnya sistem jaringan drainase terbagi menjadi 2 (dua) bagian
yang terdiri dari sistem jaringan drainase makro dan sistem jaringan drainase
mikro (Suripin, 2004).
1. Sistem Jaringan Drainase Makro
Sistem drainase makro adalah saluran yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan. Pada umumnya sistem drainase makro
ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau
drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan
luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai.
9. Sistem Jaringan Drainase Mikro
Sistem drainase mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari 12 daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, goronggorong,
saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar.
Adapun sistem drainase khusus yang biasanya memiliki tempat praktis dan
selalu tergenang air. Dengan demikian tanah yang mempunyai sifat kurang
matang (tidak subur), ada kendala-kendala tertentu seperti kemungknan
terdapatnya pirit di bawah permukaan tanah yang biasanya menjadi tanah sulfat
masam jika ada drainase yang berlebihan. Adapun jenis drainase khusus antara
lain (Edisono, Sutarto, Ir., dipl-H.E., dkk, 1997) ialah Drainase Penyehatan
Lingkungan, dimana tujuan dari drainase ini merupakan usaha unutk memberantas
nyamuk yang menjadi sumber penyakit malaria dan demam berdarah. Pada
daerah-daerah permukiman yang padat cenderung menjadi masalah kesehatan
yang sering dialami karena kurangnya sarana saluran drainase yang memadai.
II.1.2. Jenis-Jenis Drainase
Adapun jenis drainase itu sendiri dapat dikelompokan menurut
sejarahnya, letak bangunannya, kosntruksinya, serta sistem buangannya (Hadi
Hardjaja, 2009 dalam Risnawati, 2013).
1. Drainase Menurut Sejarah
a. Drainase alamiah (natural drainage) merupakan drainase yang terbentuk
secara alami, saluran drainase ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak
karena gravitasi yang lama kelamaan akan membentuk jalan air yang
permanen seperti sungai.

Gambar 2.1 Drainase Alamiah (natural drainage)


b. Drainase buatan merupakan drainase yang dibuat dengan bantuan manusia
dan memiliki maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-
bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan pipa-
pipa.

Gambar 2.2 Drainase Buatan

10. Drainase Menurut Letak Bangunannya


a. Drainase permukaan tanah (surface drainage) merupakan saluran
drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisis alirannya merupakan analisis
aliran saluran terbuka (open channel flow).
c. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage) merupakan
saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media bawah tanah (pipa- pipa) dikarenakan adanya bangunan atau
jalan yang berada dipermukaan tanah.
11. Drainase Menurut Konstruksinya
a. Saluran terbuka merupakan saluran yang lebih cocok untuk drainase air
hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau
menganggu lingkungan.
d. Saluran Tertutup merupakan saluran yang pada umumnya sering di pakai
untuk aliran air kotor biasanya untuk saluran yang terletak di tengah kota.

12. Drainase Menurut Sistem Buangannya


Menurut Hadi Hardjaja, sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan
fungsinya maka pemilihan sistem buangan dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Sistem Terpisah (separate system)
Air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing
terpisah. Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara
lain:
1) Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama.
2) Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.
3) Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan
tidak perlu dan harus secepatnya dibuang ke sungai.
a) Keuntungan dari sistem terpisah (separate system) :
 Sistem saluran mempunyai dimensi yang kecil sehingga memudahkan
pembuatan dan operasinya.
 Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan
masyarakat.
 Pada instalasi pengolahan air buangan, tidak ada tambahan beban
kapasitas karena penambahan air hujan.
 Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncanakan pembilasan
sendiri, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
b) Adapun kerugian dari sistem terpisah (separate system) :
 Harus membuat dua sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang
luas dan biaya yang cukup besar.
e. Sistem Tercampur (combined system)
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama. Saluran
ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan,
antara lain:
1) Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan.
4) Kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda.
5) Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
a) Keuntungan dari penggunaan sistem tercampur (combined system):
 Hanya diperlukan sat sistem penyaluran air sehingga dalam pemilihannya
lebih ekonomis.
 Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air
buangan menjadi menurun.
c) Adapun kerugian dari sistem tercampur (combined system) antara lain:
 Diperlukan areal yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan utuk
penanggulangan di saat-saat tertentu.
f. Sistem Kombinasi (pscudo separate system)
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan
dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam
saluran air buangan, sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengencer. Kedua
saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor.
Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam pemillihan sistem ini adalah:
1) Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disalurkan
melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada
daerah pelayanan.
6)

Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya


dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut.
7) Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air
hujan yang tidak tetap.
II.1.3. Fungsi Drainase
Drainase memiliki banyak fungsi antara lain :
1. Mengeringkan suatu wilayah (khusunya daerah permukiman yang padat)
dari genangan air dan banjir.
13. Memperkecil resiko penyakit yang berdampak pada kesehatan, agar
lingkungan sekitar bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.
14. Mengoptimalkan tata guna lahan serta memperkecil kerusakan-
kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan lainnya yang berada di
sekitar sluran drainase. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

II.1.4. Pola Jaringan Drainase


Menurut (Edisono, Sutarto, Ir., dipl-H.E., dkk, 1997) Pola Jaringan
Drainase terbagi menjadi 6 (enam) pola jaringan sebagai berikut :
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.

Saluran Cabang Saluran Cabang


15. Pararel

Saluran Utama Saluran Utama


Saluran utama terletak
sejajar dengan saluran cabang.
Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak
dan pendek- pendek, apabila
terjadi perkembangan
kota, saluran- saluran akan
dapat menyesuaiakan
diri.

Saluran Cabang
Saluran Cabang

Saluran Utama Saluran Cabang


Saluran Utama

Saluran Cabang
Saluran Cabang

16. Grid Iron


Untuk
daerah dimana
sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran- saluran cabang dikumpulkan
dulu pada saluran pengumpul.

Saluran Cabang

Saluran Utama
Saluran Pengumpul
17. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada alamiah lebih besar.

Saluran Cabang Saluran Cabang


18. Radial
Pada daerah berikut, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
Saluran Utama Saluran Utama

Saluran Cabang Saluran Cabang

19.

Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan
cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Saluran Cabang

Saluran Pengumpul

Saluran Utama
BAB III
PROSES TENDER

III.1. Jenis dan Proses Pelelangan


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Soeharto Iman. (1999). Manajemen Proyek Edisi II. Jakarta: Erlangga.
Istimawan Dipohuso. (1995). Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1.
Yogyakarta: Badan Penerbit Kanisius.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (1980). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.
PT. Diagram Triproporso. (2017). Spesifikasi Teknis Pembangunan Dermaga III
Pelindo IV. Gorontalo: PT. Pelindo IV.

Anda mungkin juga menyukai