USULAN PENELITIAN
KOLABORATIF DOSEN DAN MAHASISWA (PKDM)
DANA BLU FATEK TAHUN ANGGARAN 2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
IDENTITAS PENELITIAN
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
IDENTITAS PENELITIAN................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
RINGKASAN.......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1. Drainase..........................................................................................................4
2.1.1. Sistem dan Pengertian Drainase.........................................................4
2.1.2. Sistem Jaringan Drainase....................................................................5
2.1.3. Jenis – Jenis Drainase.........................................................................5
2.1.4. Fungsi Drainase..................................................................................9
2.1.5. Model Pola Jaringan Drainase............................................................9
2.2. Bentuk Bentuk Saluran Drainase..................................................................10
2.2.1. Bentuk Terbuka................................................................................10
2.2.2. Bentuk Tertutup................................................................................11
2.3. Analisa Hidrologi.........................................................................................11
2.3.1. Data Curah Hujan.............................................................................11
2.3.2. Frekuensi Curah Hujan.....................................................................12
2.3.3. Intesitas Curah Hujan.......................................................................13
iv
2.4. Analisa Hidrolika..........................................................................................13
2.4.1. Kapasitas Saluran..............................................................................13
2.4.2. Koefisien Pengaliran.........................................................................14
2.4.3. Penampang Rencana.........................................................................14
2.4.4. Kecepatan Aliran..............................................................................14
2.4.5. Kemiringan Saluran..........................................................................15
2.5. Masalahan Sistem Saluran Drainase.............................................................15
2.6. Penyebab Terjadinya Banjir.........................................................................16
2.6.1. Penyebab Banjir Secara Alami.........................................................17
2.6.2. Penyebab Banjir Akibat Tindakan Manusia.....................................18
2.7. Konsep Penanganan Kawasan Rawan Bencana Banjir................................19
2.7.1. Atifical Recharge atau Persediaan Air Tanah...................................19
2.7.2. Pemanfaatan Teknologi Biopori.......................................................19
2.7.3. Bioretensi..........................................................................................20
2.7.4. Sumur Resapan.................................................................................20
2.8. Kerangka Pemikiran Penelitian....................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................24
v
3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data.........................................................31
3.8.1. Metode Pengolahan Data..................................................................31
3.8.2. Metode Analisis Data.......................................................................32
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN..............................................39
vi
RINGKASAN
Usulan Penelitian yang berfokus pada tinjauan sistem drainase ini bertujuan
untuk (1) mengevaluasi kondisi sistem jaringan drainase di Desa Pancuran
Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango, (2) mengevaluasi kondisi eksisting
fisik saluran drainase di Desa Pancuran Suwawa Selatan Kabupaten Bone
Bolango, dan (3) Menyusun arahan dalam meningkatkan kapasitas dan fungsi
drainase di Desa Pancuran Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango.
Pendekatan deskriptif kuantitatif dengan analisis statistik digunakan untuk
menjelaskan kondisi sistem drainase dan eksisting fisik saluran drainase di Desa
Pancuran Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango, pendekatan
Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (S.W.O.T) digunakan untuk
menyusun arahan perioritas dalam meningkatkan kapasitas dan fungsi drainase di
Desa Pancuran Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango.
berdasarkan karakteristik objek, metode penelitian ini menggunakan metode
survai, berdasarkan karakteristik populasi, metode proporsional sampling
digunakan pada kondisi sistem drainase dan fisik saluran drainase eksisting, dan
berdasarkan keterkaitan dengan analisis, metode yang digunakan adalah analisis
kuantitatif.
Key word: drainase, tinjauan, sistem.
vii
1BAB I
PENDAHULUAN
1
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Melihat bencana banjir yang semakin
tahun semakin meningkat, berbagai pihak telah tergerak untuk turut berperan
dalam mengatasi permasalahan ini. Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango
melalui BWS Sulawesi II Gorontalo, telah membangun proyek pekerjaan
penanganan darurat bencana banjir di sungai bone, bendung alale, Kabupaten
Bone Bolango, serta penjadwalan kembali program-program utama yang
berkaitan dengan penanggulangan banjir, misalnya normalisasi Sungai Bone,
hingga perbaikan saluran Bendung Alale pada tahun 2020 (BWS Sulawesi II
Gorontalo, 2020).
Salah satu faktor penyebab terjadinya banjir ialah jaringan drainase yang
tidak dapat lagi menampung curah hujan yang tinggi. serta masih banyak
masyarakat yang kurangnya kesadaran dalam hal membuang sampah disaluran
drainase yang pada akhirnya menyebabkan aliran air hujan dan limbah menjadi
terhambat. Untuk itu perlu perhatian yang lebih terhadap resiko bahaya banjir
yang mengarah kepada faktor kesalahan manusia dalam mengeksploitasi wilayah
dan lingkuan alam ini. Dalam penelitian, peneliti memfokuskan pada penyebab
banjir di karenakan sistem saluran drainasenya, dengan mengambil judul tinjauan
sistem drainase sebagai pengendali air kepermukan di Desa Pancuran Kecamatan
Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango.
2
1.4. Tujuan Khusus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian yang telah
diuraikan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengevalusi kondisi sistem jaringan drainase di Desa Pancuran Kecamatan
Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
b. Mengevaluasi kondisi eksisting saluran drainase di Desa Pancuran,
Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
c. Menyusun arahan perencanaan dalam meningkatkan kapasitas dan fungsi
serta pemeliharaan saluran drainase di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa
Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
3
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Drainase
4
2.1.2. Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang terdiri dari
sistem jaringan drainase makro dan sistem jaringan drainase mikro (Suripin,
2004).
a. Sistem Jaringan Drainase Makro
Sistem drainase makro adalah saluran yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan. Pada umumnya sistem drainase
makro ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major
system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang
berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai.
b. Sistem Jaringan Drainase Mikro
Sistem drainase mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari 12 daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-
gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar.
5
Gambar 2.1. Drainase Alamiah (natural drainage)
6
c. Drainase Menurut Konstruksinya
1. Saluran terbuka merupakan saluran yang lebih cocok untuk drainase air
hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau
menganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup merupakan saluran yang pada umumnya sering di pakai
untuk aliran air kotor biasanya untuk saluran yang terletak di tengah kota.
d. Drainase Menurut Sistem Buangannya (Fungsinya)
1. Sistem Terpisah (separate system), yaitu sistem jaringan terpisah, dimana
air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan roil tertutup, sedangkan
limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluraan drainase khusus
untuk air yang tidak tercemar. Pada sistim ini air kotor dan air hujan
dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah.
Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara
lain:
a. Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama.
b. Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.
c. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air
hujan tidak perlu dan harus secepatnya dibuang ke sungai.
Keuntungan dari sistem terpisah (separate system):
a. Sistem saluran mempunyai dimensi yang kecil sehingga memudahkan
pembuatan dan operasinya.
b. Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan
masyarakat.
c. Pada instalasi pengolahan air buangan, tidak ada tambahan beban
kapasitas karena penambahan air hujan.
d. Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncanakan pembilasan
sendiri, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
Kerugian dari sistem terpisah (separate system):
Harus membuat dua sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas
dan biaya yang cukup besar.
7
2. Sistem Tercampur (combined system), yaitu jaringan tercampur dimana air
kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama yang harus
tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan pada beberapa pertimbangan,
antara lain:
a. Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan.
b. Kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda.
c. Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
Keuntungan penggunaan sistem tercampur (combined system) antara
lain:
a. Hanya diperlukan sat sistem penyaluran air sehingga dalam pemilihannya
lebih ekonomis.
b. Terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air
buangan menjadi menurun.
Kerugian dari sistem tercampur (combined system) antara lain:
Diperlukan areal yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan utuk
penanggulangan di saat-saat tertentu.
3. Sistem Kombinasi (pscudo separate system)
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan
dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam
saluran air buangan, sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengencer.
Kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan
interseptor. Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam pemillihan sistem
ini adalah:
a. Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disalurkan
melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada
daerah pelayanan.
b. Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan
secepatnya dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut.
c. Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air
hujan yang tidak tetap.
8
2.1.4. Fungsi Drainase
Drainase memiliki banyak fungsi antara lain:
a. Mengeringkan suatu wilayah (khusunya daerah permukiman yang padat)
dari genangan air dan banjir.
b. Memperkecil resiko penyakit yang berdampak pada kesehatan, agar
lingkungan sekitar bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.
c. Mengoptimalkan tata guna lahan serta memperkecil kerusakan-kerusakan
struktur tanah untuk jalan dan bangunan lainnya yang berada di sekitar
sluran drainase.
9
a. Model Siku b. Model Pararel c. Model Grid
Iron
10
2.2.2. Bentuk Tertutup
Bentuk tertutu biasanya mengacu atau disesuaikan wilayag/daerah/lahan
yang: (a) lahannya terbatas (pasar daan pertokoan), (b) lalu lintas pejalan kaki
padat, (c) dan dipakai untuk lapangan parker. Keuntungan model tertutup, mudah
dalam menyiapkan cekungan dan udah dalam menghitung ukuran yang
dibutuhkan oleh debit air. Sedangkan kendala/kerugiannya, harus menyiapkan
perletakan yang sesuai.
11
2.3.2. Frekuensi Curah Hujan
Analisis frekuensi curah hujan didapat dari data curah hujan yang tersedia
dengan menggunakan beberapa metode, antara lain penulis menggunakan metode
log-person III. Tiga parameter penting dalam metode log-person III yaitu harga
rata-rata, simpangan baku dan koefisien kemencengan. Distribusi log-person III
digunakan dalam analisis hidrologi, khususnya dalam analisis data maksimum
(banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim (Lubis, 2016).
Langkah – langkah perhitungan metode log-person III sebagai berikut :
a. Menghitung harga rata-rata curah hujan
n
∑ log X i
log X́ = i=1
n
Keterangan :
Log X́ = Harga rata-rata logaritmik
Xi = Nilai curah hujan tiap satuan
n = Jumlah data
Keterangan :
Cs = Koefisien skewness
12
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana periode ulant T tahun
k = Harga yang diperoleh berdasarkan nilai Cs
S = Standar deviasi
13
2.4.2. Koefisien Pengaliran
n
∑ CiAi
C rata−rata= i=1n
∑ Ai
i=1
14
2.4.4. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran air merupakan salah satu parameter penting dalam
mendesain dimensi saluran, dimana kecepatan minimum yang diperbolehkan tidak
akan menimbulkan pengendapan dan mencegah pertumbuhan tanaman dalam
saluran. Sedangkan kecepatan maksimum yang diperbolehkan tidak akan
menimbulkan penggerusan pada bahan saluran.
1
V = x R2 /3 x S10 /2
n
Dengan:
V = Kecepatan rata-rata (m/dtk).
n = Koefisien kekasaran Manning.
R = Jari-jari hidraulis (m).
S = Kemiringan dasar saluran.
15
banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola penggunaan
lahan, yang diekspresikan dalam koefisien pengaliran yang bervariasi antara 0,10
(hutan datar) sampai 0,95 (perkerasan jalan). Hal ini menunjukkan bahwa
pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan jalan bisa meningkatkan
debit puncak banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana drainase
yang ada menjadi tidak mampu menampung debit yang meningkat tersebut.
b. Penyempitan dan Pendangkalan Saluran
Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mengakibatkan
berkurangnya lahan untuk saluran drainase. Banyak permukiman yang didirikan
di atas saluran drainase sehingga aliran drainase menjadi tersumbat. Selain itu,
sampah penduduk juga tidak jarang dijumpai di aliran drainase, terutama di
daerah perkotaan. Hal ini karena kesadaran penduduk yang rendah terhadap
kebersihan lingkungan.
c. Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur
yang lain.
Hal ini dapat dilihat dari seringnya dijumpai tiang listrik atau pipa air bersih
di tengah saluran drainase, yang berakibat terganggunya kelancaran aliran di
saluran drainase itu sendiri. Selain itu, seringkali penggalian saluran drainase
tidak sengaja merusak prasarana yang sudah ada atau yang ditanam dalam tanah.
Biasanya kesalahan ini terjadi karena tidak adanya informasi yang akurat
mengenai prasarana tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut tidak dapat
diatasi tanpa peran aktif masyarakat itu sendiri. Dalam skala yang lebih kecil
masyarakat perlu turut berperan dengan tidak membuang sampah sembarangan
dan membuat sumur resapan.
16
2.6.1. Penyebab Banjir Secara Alami
a. Curah Hujan
Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai
dua musim yaitu musim hujan umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai
bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan
September. Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir
atau genangan.
b. Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai dan lain lain. Merupakan hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya banjir.
c. Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang
sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya
sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan
banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai di
Indonesia.
d. Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
penggunaan lahan yang tidak tepat.
e. Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan
yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir
di musim hujan.
17
f. Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir
menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).
18
f. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan
akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir-banjir yang besar.
2.7. Konsep Penanganan Kawasan Rawan Bencana Banjir
Konsep Penanganan Kawasan Rawan Bencana Banjir ada beberapa macam.
Berdasarkan dari beberapa referensi yang di peroleh konsepnya dapat diuraikan
sebagai berikut.
19
a. Lubang biopori yang dibuat dapat meningkatkan daya resap air hujan ke
dalam tanah, yang berarti bahwa biopori memiliki fungsi :
1. Dapat mengurangi resiko banjir, longsor dan meluapnya air hujan.
2. Dapat meningkatkan cadangan air bersih di dalam tanah.
3. Secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya beragam penyakit
seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah (karena tidak ada air yang
tergengang.
b. Lubang biopori dapat mengubah sampah organik menjadi kompos.
Sampah organik yang dimasukkan ke dalam biopori akan diubah menjadi
kompos oleh binatang-binatang kecil pengurai sampah yang berada di dalam
tanah, yang berarti dapat meningkatkan kesuburan tanah di sekitar tempat
biopori yang telah dibuat dan juga mengurangi jumlah sampah yang ada.
c. Dengan membuat biopori, dapat mencegah terjadinya pemanasan global.
Karena sampah yang diuraikan oleh biota tanah dapat mengurangi peng-
emisian gas CO2 dan metan, sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan global.
2.7.3. Bioretensi
Salah satu upaya untuk penanganan masalah limpasan dan banjir adalah
teknlogi Bioterensi. Bioretensi adalah tehnologi aplikatif dengan mengambungkan
unsur tanaman, (green water) dan air (blue water) di dalam suatu bentang lahan
dengan semaksimal mungkin merespkan air ke dalam tanah supaya selama
mungkin berada di dalam DAS untuk mengisi aquifer bebas, sehingga air dapat
dikendalikan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan
masyarakat. Pembuatan bioretensi dapat dilakukan di halaman rumah, selokan,
trotoar, taman, lahan parkir dan di gang-gang sempit yang padat penduduk.Green
water adalah air yang tersimpan di pohon dan lahan, sedangkan blue water adalah
air yang tertampung dalam bentuk mata air, sungai dan danau.
20
alamiah air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan masuk ke perut bumi dan
sebagian lagi akan menjadi aliran permukaan yang sebagian besar masuk ke
sungai dan akhirnya terbuang percuma masuk ke laut. Dengan kondisi daerah
tangkapan air yang semakin kritis, maka kesempatan air hujan masuk ke perut
bumi menjadi semakin sedikit. Sementara itu pemakaian air tanah melalui
pompanisasi semakin hari semakin meningkat. Akibatnya terjadi defisit air tanah,
yang ditandai dengan makin dalamnya muka air tanah. Hujan berkurang sedikit
saja beberapa waktu maka air tanah cepat sekali turun. Kondisi semakin turunnya
muka air tanah kalau dibiarkan terus, maka akan berakibat sulitnya memperoleh
air tanah untuk keperluan pengairan pertanian dan keperluan mahluk hidup
lainnya. Disamping itu dapat menyebabkan intrusi air laut semakin dalam ke arah
daratan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu konservasi air sebagai upaya
untuk penambahan air tanah melalui pembangunan sumur-sumur resapan. Prinsip
dasar konservasi air ini adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang
sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam
tubuh bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah hujan yang berlebihan pada musim
hujan tidak dibiarkan mengalir percuma ke laut tetapi ditampung dalam suatu
wadah yang memungkinkan air kembali meresap ke dalam tanah (groundwater
recharge). Dengan muka air tanah yang tetap terjaga atau bahkan menjadi lebih
dangkal, air tanah tersebut dapat dimanfaatkan pada saat terjadi kekurangan air di
musim kemarau dengan jalan memompanya kembali ditempat yang lain ke
permukaan. Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur
Resapan:
a. Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumur sumur gali
biasa.
b. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan
harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer)
yang ditandai oleh adanya mata air tanah. Pada daerah berkapur/karst
perbukitan kapur dengan kedalaman/solum tanah yang dangkal, kedalaman
air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur
21
resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di
lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal.
c. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus
memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan
pertanian atau atap rumah.
d. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur
melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol
terlebih dahulu.
e. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel
(kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.
f. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil erosi dari
daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak
menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada.Untuk menahan tenaga
kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di
lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.
g. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa
pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk
antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak
dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat
diatur misalnya dengan seka balok dan lain-lain.
h. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas
tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer
dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara
1 – 1,5 m.
i. Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan ketersediaan
dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan batu bata atau buis
beton. Akan lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang air dapat
meresap juga secara horizontal. Untuk menghindari terjadinya gangguan
atau kecelakaan maka bibir sumur dapat dipertinggi dengan pasangan bata
dan atau ditutup dengan papan/plesteran.
22
2.8. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran penelitian ini, merupakan road map (peta jalan)
memberikan gambaran substansi penelitian yang diusulkan, terhadap hasil
kegiatan sebelumnya, baik dari karya sendiri maupun dari referensi yang ada, dan
terhadap kemungkinan pengembangan kegiatan tersebut di masa depan dan
diakhiri dengan tujuan yang ingin dicapai. Rekam jejak penelitian yang sudah
berlangsung selama ini dan hasilnya serta kerangka penelitian terdahulu tersebut
secara garis besar adalah sebagai berikut:
PENELITIAN TERDAHULU
Perencanaan Outlet Plan dan DED Air Limbah Bidang Drainase Kabupaten Boalemo, Anton Kaharu, 2006
Evaluasi Sistem Drainase Dalam Upaya Penanggulangan Banjir Di Kelurahan Lumpue Kecamatan Bacukiki Barat Kota
Pare Pare, Try Ayu Anggraini, 2018
BAIK/CUKUP/BURUK
ARAHAN PERENCANAAN
23
3BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24
lampau yang berhubungan dengan topik penelitian perlu dikumpulkan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
25
Gambar 3.7. Lokasi Penelitian
26
4. GPS Merekam lokasi survai
B. Bahan
1. Lembar Survai Pengumpul data survai
27
a. Seluruh wilayah atau kawasan potensial untuk meninjau sistem saluran
drainase di Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone
Bolango (Gambar 3.1.).
b. Seluruh saluran drainase yang tersedia dan tidak tersedia di Desa Pancuran,
Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
28
1. Batas wilayah administrasi, luas wilayah, tata guna lahan, topografi
(kemiringan lereng), dan curah hujan.
2. Tingkatan sistem drainase, konstruksi saluran drainase, tinggi dan frekwensi
(waktu) banjir/genangan.
3. Perilaku dan partisipasi masyarakat, peran dan penanganan pemerintah.
4. Kondisi kependudukan, ekonomi dan sosial wilayah yang meliputi : jumlah
dan pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan, tingkat PDRB dan PDRB
perkapita, baik skala kabupaten maupun skala kecamatan.
5. Perencanaan Tata Ruang saat ini, meliputi : Kebijakan yang berkaitan dalam
lingkup regional (misalnya RTRWP/RTRWK, Sistem Drainase
Wilayah/Regional/Nasional).
6. Peraturan dan regulasi yang terkait, meliputi; Undang-undang dan peraturan
pelaksanaan di bawahnya yang berkaitan dengan Drainase
29
b. Tahap Proses
Merupakan tahap pengkajian dan analisis terhadap masukan yang diperoleh
dari tahap sebelumnya, yang meliputi:
1. Melakukan inventarisasi berdasarkan analisis kondisi sistem jaringan
drainese meliputi, batas wilayah administrasi, luas wilayah, tata guna lahan
topografi (kemiringan lereng), dan curah hujan.
2. Melakukan inventarisasi berdasarkan analisis kondisi fisik saluran drainase
meliputi, tingkatan sistem drainase, konstruksi saluran drainase, tinggi dan
frekwensi (waktu) banjir/genangan.
3. Melakukan inventarisasi berdasarkan analisis faktor pendukung, meliputi
perilaku dan partisipasi masyarakat, peran dan penanganan pemerintah.
c. Tahap Output
Merupakan tahapan dari penyusunan konsep dan rekomendasi yaitu berisi
tentang hasil peninjauan sistem saluran drainase berdasarkan hasil analisis kondisi
sistem jaringan drainase, kondisi fisik saluran drainase, dan faktor pendukung.
d. Tahap Outcome
Merupakan tahapan akhir dari penelitian ini yaitu berisi tentang naskah
(dokumen) dalam bentuk skripsi lengkap hasil peninjauan sistem saluran drainase
di Desa Pancuran Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango.
Rincian tahapan penelitian ini secara skematis ditampilkan dalam gambar
bagan alir sebagai berikut:
30
INPUT PROSES OTPUT OUTCOME
Deskriptif Karakteristik:
Batas Wilayah Administrasi
Luas Wilayah
Sistem Jaringan Tata Guna Lahan
Drainase Topografi (Kemiringan
Lereng)
Curah Hujan
Deskriptif Karateristik:
Tingkatan Sistem Drainase
Fisik Saluran Drainase Faktor Penyebab
Konstruksi Saluran Drainase
Eksisting Tinggi dan Frekwensi
Banjir dan Genangan
(waktu) banjir/genangan
Deskriptif Karateristik:
Perilaku dan Partisipasi
Faktor Pendukung Masyarakat
Peran dan Penanganan
Pemerintah
Model Evaluasi
Pengujian Variabel dengan
Faktor Utama Penyebab
Model Statistik
Banjir dan Genangan
Naskah akademis dalam
bentuk skripsi lengkap, hasil
Kajian mendalam tinjauan sistem drainase
masing-masing Faktor disertai dengan rekomendasi
Kebijakan Teknis yang dapat
diterapakan oleh pihak
Rekomendasi Langkah Pemangku Kepentingan
Penyusunan dan pengujian
Strategis Pengurangan Resiko (stakeholder) seperti Dinas
berbagai alternatif solusi
Banjir/Genangan Perhubungan, Dinas Pekerjaan
Umum Bidang Pengairan,
Seleksi Alternatif Solusi untuk mengurangi resiko
Dengan S.W.O.T terjadinya Banjir/Genangan
31
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber asli atau sumber pertama
atau melalui observasi langsung di lapangan.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh berbagai informasi yang telah ada
sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti untuk digunakan
dalam melengkapi kebutuhan data penelitian. Data ini dilakukan melalui
kunjungan instansional.
Data-data yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut atara lain dapat dilihat
pada Tabel berikut:
32
3.8.2. Metode Analisis Data
A. Metode analisis deskriptif statistik kuantitatif
Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif statistik kuantitatif.
Analisis deskriptif statistik kuantitatif dibuat dalam bentuk kuisoner yang
difokuskan pada variabel-variabel tertentu. Penelitian kuantitatif merupakan
penelitian matematis dengan proses menghasilkan data-data dari hasil temuan
berupa pengamatan, observasi, survei maupun wawancara, terhadap Dinas terkait
dan masyarakat Desa Pancuran, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone
Bolango, dan studi studi terdahulu sebagai bahan dalam evaluasi pengelolaan dan
operasional saluran drainase serta kesesuaian saluran drainase di lokasi penelitian.
Dalam hal ini lingkup pertanyaan yang terdapat pada kuisoner berdasarkan
variabel-variabel berikut ialah:
1. Kondisi tata guna lahan
a. Berapakah luas tanah anda di daerah ini ?
o < 250 m2
o 250 m2 – 500 m2
o 500 m2 – 1.000 m2
o > 1.000 m2
b. Digunakan untuk apa lahan tersebut ?
o Lahan kosong, ( m2)
o Pertanian lahan kering, ( m2)
o Pemukiman, ( m2)
o Hutan, ( m2)
o Pertanian lahan basah, ( m2)
o Lainnya, .................................................., ( m2) (sebutkan)
33
2. Kondisi topografi (kemiringan lereng)
No Interval Kemiringan
Klasifikasi
. (%)
1 0–2 Datar
2 2–8 Landai
3 8 – 15 Agak Curam
4 15 – 40 Curam
5 > 40 Sangat Curam
3. Curah hujan
No Kelas
Deskripsi Indikator Klasifikasi
. Kriteria
Saluran Primer, Sekunder, Tersier,
1 I Sangat Baik
& Kwarter Terhubung >80%
Saluran Primer, Sekunder, Tersier,
2 II Baik
& Kwarter Terhubung 71 s/d 80%
Saluran Primer, Sekunder, Tersier,
3 III Sedang
& Kwarter Terhubung 61 s/d 70%
Saluran Primer, Sekunder, Tersier,
4 IV Buruk
& Kwarter Terhubung 50 s/d 60%
Saluran Primer, Sekunder, Tersier,
5 V Sangat Buruk
& Kwarter Terhubung <50%
34
5. Konstruksi saluran drainase
No Kelas
Deskripsi Indikator Klasifikasi
. Kriteria
1 I Kondisi Konstruksi >80% Sangat Baik
2 II Kondisi Konstruksi 71 s/d 80% Baik
3 III Kondisi Konstruksi 61 s/d 70% Sedang
4 IV Kondisi Konstruksi 50 s/d 60% Buruk
5 V Kondisi Konstruksi <50% Sangat Buruk
35
36
7. Perilaku dan partisipasi masyarakat
a. Sumber air untuk minum keluarga ?
o PDAM
o Hidran umum
o Galon air / air isi ulang
o Sumur
o Sungai/kali/waduk
o PAH (Reservoir Air Hujan)
o Lainnya ............................................................. (sebutkan)
b. Sumber air untuk memasak keluarga ?
o PDAM
o Hidran umum
o Galon air / air isi ulang
o Sumur
o Sungai/kali/waduk
o PAH (Reservoir Air Hujan)
o Lainnya ............................................................. (sebutkan)
c. Sumber air untuk mandi/mencuci keluarga ?
o PDAM
o Hidran umum
o Galon air / air isi ulang
o Sumur
o Sungai/kali/waduk
o PAH (Reservoir Air Hujan)
o Lainnya ............................................................. (sebutkan)
d. Di mana keluarga anda buang air kecil atau besar ?
o WC dengan septic tank di rumah
o WC di rumah (di atas sungai atau waduk)
o Toilet umum dengan septic tank
37
o Toilet umum tanpa septick tank
o WC umum (di atas sungai atau waduk)
o Lainnya ............................................................. (sebutkan)
e. Di mana keluarga anda mandi atau mencuci pakaian ?
o Di rumah
o Toilet umum
o Di sungai atau waduk
o Lainnya ............................................................. (sebutkan)
f. Bagaimana anda membuang sisa air mencuci pakaian ?
o Dibuang langsung ke tanah
o Tampung di lubang
o Sambung di saluran terdekat
o Langsung ke sungai
o Lainnya ............................................................. (sebutkan)
g. Di mana anda membuang sampah ?
o Tong / tong sampah / ember
o Gerobak sampah lewat
o Tempat pembuangan sementara
o Ke dalam tanah
o Dibakar
o Ke sungai atau saluran
h. Apakah anda sering membersihkan saluran di dekat rumah anda ?
o Iya, ( kali)
o Tidak
i. Apakah ada kegiatan gotong royong rutin untuk membersihkan
lingkungan khususnya saluran di daerah anda ?
o Iya
o Tidak
38
8. Peran dan penanganan pemerintah
a. Apakah ada sistem peringatan dini banjir/genangan di daerah anda ?
o Iya, .................................................................... (sebutkan)
o Tidak
b. Adakah himbauan pemerintah setempat dalam menjaga lingkungan
khususnya di saluran ?
o Iya, .................................................................... (sebutkan)
o Tidak
c. Adakah petugas secara teratur mengumpul sampah dari penduduk ?
o Ada (.................................................................. kali per minggu)
o Tidak ada
d. Apakah anda membayar retribusi untuk membuang sampah ?
o Iya (Rp. ............................................................. )
o Tidak
Opportunities/Peluang
S + O Strategi W+O
(O)
Threats/Ancaman
S + T Strategi W+T
(T)
Berdasarkan pada gambar 3.3. terdapat keterkaitan antara faktor internal dan
eksternal yang dijelaskan sebagai berikut:
39
a. Strength – Opportunities strategi merupakan strategi yang disusun dengan
cara menggunakan semua kekuatan untuk merebut peluang dalam membuat
arahan perencanaan peningkatan kapasitas dan fungsi serta pemeliharaan
saluran drainase.
b. Weakness – Opportunities strategi merupakan strategi yang disusun dengan
cara meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dalam
membuat arahan perencanaan peningkatan kapasitas dan fungsi serta
pemeliharaan saluran drainase.
c. Strength – Threats strategi merupakan strategi yang disusun dengan cara
menggunakan semua kekuatan untuk mengatasi ancaman dalam membuat
arahan perencanaan peningkatan kapasitas dan fungsi serta pemeliharaan
saluran drainase.
d. Weakness – Threats strategi merupakan strategi yang disusun dengan cara
meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman dalam membuat
arahan perencanaan peningkatan kapasitas dan fungsi serta pemeliharaan
saluran drainase.
e.
40
4BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
41
4.2. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian diuraikan dalam daftar rencana jadwal penelitian sebagai
berikut:
MINGGU
NO. KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Survai Pendahuluan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan
6 Seminar Hasil
7 Pemasukan Laporan
42
DAFTAR PUSTAKA
Adi Irawan, Bagus dan Dwijtahja, Albertus, 2006. Tugas Akhir “Perencanaan
Embung Cakaran Kabupaten Blora” (tidak dipubilkasikan)
Ditjen Pengairan, 1985. Perihal Rumus – Rumus Untuk Merencanakan Irigasi.
Jakarta.
Edisono, Sutarto, dkk, 1997. Drainase Perkotaan. Gunadarma. Jakarta
Hardihardjaja dkk., 1997. Bangunan Air. Gunadarma, Yogyakarta.
Kaharu, Anton, 2006. Laporan Akhir Penyusunan Outlet Plan dan DED Air
Limbah Bidang Drainase Kabupaten Boalemo tahun 2006, PUPR
Kabupaten Boalemo
Kaharu, Anton, 2014, “Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan Daya Dukung
Wilayah Di Provinsi Gorontalo”. Disertasi. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Kodoatie, R. J. dan Sjarief, Rustam, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Andi, Yogyakarta.
Kodoatie, R. J. dan Sugiyanto, 2000. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Andi, Yogyakarta.
Lubis, F., 2016. “Analisa Frekuensi Curah Hujan Terhadap Kemampuan Drainase
Permukiman Di Kecamatan Kandis”. Jurnal Teknik Sipil Universitas
Lancang Kuning, Vol. 2 No. 1, April 2016
Loebis, Joesron, 1984. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen
Pekerjaan Umum, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
M. Das, Braja, 1998. Mekanika Tanah. Erlangga, Jakarta
Maizir, 2017. Evaluasi Kegagalan Pembangunan Drainase Dalam. Jurnal Teknik
Sipil ITP. Vol. 4 No. 2, 2017
Novrianti. 2017. Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan
sekitar Pasar Kahayan. Media Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol. 2 No.1, 2017
43
Nurdiyanto, I. A. dan Primawan, B. A., 2020. “Monitoring Data Curah Hujan
Berbasis Internet of Things (IoT)”. Jurnal Teknik Elektro Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.
Pemerintah Indonesia. 2016. Undang- Undang Nomor 14 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Lembaran RI.
Tahun 2016, No. 101. Sekretariat Negara. Jakarta
Purnomo, Catur dan Sugito, Eko, 2008. Tugas Akhir “Perencanaan Embung Paras
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah” (tdak dipublikasikan)
Risnawati. 2016. Perencanaan Dan Desain Saluran Drainase Kawasan Perumahan
Mulawarman Residence Kota Samarinda Pada Segmen II. Jurnal Teknik
Sipil UNTAG Samarinda, Vol. 53 No. 9, 2013
Soemarto, C.D., 1999. Hidrologi Teknik (cetakan kedua). Erlangga, Jakarta.
Subarkah, Imam, 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea
Dharma, Bandung.
Suripin, 2004. “Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan“. Yogyakarta:
Andi
Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data. Nova,
Bandung.
Soedibyo, 1993. Teknik Bendungan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku, 1993. Bendungan Type Urugan.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sosrodarsono, Suyono, 1989. Bendungan Type Urugan. Pradnya Paramita,
Jakarta.
44
LAMPIRAN 1 Justitifikasi Anggaran Penelitian
45
LAMPIRAN 2 Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas Tim Peneliti
46
LAMPIRAN 3 Boidata Ketua dan Anggota Peneliti
B. Riwayat pendidikan
47
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,
maupun Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Jumlah
Sumber (juta Rp.)
Survey dan Identifikasi Daerah
Rawan Kecelakaan di Provinsi Dishubparpostel
1 2010
Gorontalo Provinsi Gorontalo 350
Identifikasi dan Pemetaan Daerah BPBD
Rawan Bencana di Kabupaten KabupatenGorontalo
2 2011 100
Gorontalo Utara, Utara
Pendataan Infrastruktur Dasar Dinas PU Provinsi
3 2013 Kota Gorontalo Gorontalo 25
Pemetaan Rencana Rinci Kawasan
Keselamatan Operasional Dishubparpostel
4 2014 Penerbangan (KKOP) Bandara Provinsi Gorontalo 349
Djalaluddin Gorontalo
48
Priority Determination of Underwater
Tourism Site Development in Gorontalo Prosiding MS&E 306
3 2018
Province using Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Prosiding
4 Feasibility Study on Type-B Terminal International
Location of Gorontalo City Using 2019 Conference on
Analytical Hierarchy Process Education, Science
and Technology
5 Analysis of Causes and Impact of 2020 Prosiding 5th AASEC
Variation Order in The Education
Building Project in Gorontalo Province
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan apat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun
Anggaran 2021.
49
A. Biodata Anggota Tim Peneliti 1
B. Riwayat pendidikan
50
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,
maupun Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (Rp)
Benefit Analysis on Speed, Distance,
Time, and Fare of Becak Motor as
Main Paratransit in Gorontalo Biaya
Province, Indonesia, International Sendiri
1 2020 Rp. 25.000.000
Journal of Advanced Science and
Technology (IJAST), Vol. 29, No.
5,
(2020), pp. 2687 – 2699, ISSN:
2207-
6360 (Online), 2005-4238 (print)
Menghadapi Era Abad 21: Tantangan
Guru Pendidikn Anak Usia Dini di
2 2020 Kabupaten Bone Bolango, Jurnal Rp. 15.000.000
Biaya
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Sendiri
Usia Dini, Volume 5, Issue 1 (2021),
pp. 85 – 92, ISSN: 2549-8956
(Online), 2356-1327 (Print)
Feasibility Study on Type-B
Terminal Location of Gorontalo City
Using Analytical Hierarchy Process, Biaya
International Conference on Sendiri
3 2019 Rp. 25.000.000
Education, Sciences and
Technology (CESTech), Volume 2,
2019, DOI:
https://doi.org/10.32698//tech131511
8, https://series.gci.or.id
Model Kecelakaan Lalu Lintas
Becak Bermotor (Bentor) Di Kota
Biaya
4 2016 Gorontalo, Prosiding Nasional Art, Rp. 15.000.000
Sendiri
Sains dan Teknologi, Gorontalo 23
November
2016, ISBN: 978-602-6204-06-6
Model Antrian Becak Bermotor Pada
Ruas Jalan Kolektor Primer
Berbasis Distribusi Probabilitas Biaya
5 2016 Rp. 15.000.000
Poisson dan Eksponsnsial, Jurnal Sendiri
Teknik, Volume 14, No.1, Juni
2016, Fakultas Teknik
UNG, ISSN : 1693-6191
51
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
Judul Pengabdian Pendanaan
No. Tahun
Kepada Masyarakat Sumber Jumlah (Rp)
Ketua tim ahli dalam
penyusunan Sistem DISPUPR Kabupaten
1 2020 600.000.000
Informasi/Data Base Jalan Gorontalo
Kabupaten Gorontalo
Ketua Tim Ahli dalam
“Pendampingan Review
Dokumen Rencana
DISPERKIM
Pembangunan Dan
2 2020 Kabupaten Bone 175.000.000
Pengembangan Perumahan
Bolango
Dan Kawasan Permukiman
(RP3KP)”, Kabupaten
Bone Bolango
Ketua Tim Ahli dalam
“Studi Pelayanan BUS
Rapid Transit (BRT) DISHUB Provinsi
3 2020 350.000.000
Koridor 2 dan 3 Provinsi Gorontalo
Gorontalo”, Provinsi
Gorontalo
Ketua Tim Ahli dalam
“Studi Kebutuhan
Jaringan Trayek DISPERKIMHUBTAN
4 2020 100.000.000
Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Boalemo
Kabupaten Boalemo”
Provinsi
Gorontalo
Ketua Tim Ahli dalam
“Feasibility Studi (FS)
5 2019 Tambahan Lahan Lanjutan
DISPUPR PROVINSI 100.000.000
Penghubung Jalan
GORONTALO
Gorontalo Outer Ring
Road (GORR)”, Provinsi
Gorontalo
52
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
Volume/
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
Nomor/Tahun
Benefit Analysis on Speed, Vol. 29, No. 5, International
Distance, Time, and Fare of Becak (2020), pp. 2687 – Journal of
1 Motor as Main Paratransit in 2699, ISSN: 2207- Advanced Science
Gorontalo Province, Indonesia 6360 (Online), 2005- and Technology
4238 (print) (IJAST)
Menghadapi Era Abad 21: Volume 5, Issue 1
Tantangan Guru Pendidikn Anak (2021), pp. 85 – 92, Jurnal Obsesi:
2 Usia Dini di Kabupaten Bone ISSN: 2549-8956 Jurnal Pendidikan
Bolango, (Online), 2356-1327 Anak Usia Dini
(Print)
Feasibility Study on Type-B Volume 2, 2019, International
Terminal Location of Gorontalo DOI: Conference on
3
City Using Analytical Hierarchy https://doi.org/10.326 Education,
Process 98//tech1315118, Sciences and
https://series.gci.or.id Technology
(CESTech)
Gorontalo 23
Model Kecelakaan Lalu Lintas Prosiding Nasional
November 2016,
4 Becak Bermotor (Bentor) Di Kota Art, Sains dan
ISBN: 978-602-6204-
Gorontalo Teknologi,
06-6
Model Antrian Becak Bermotor Volume 14, No.1,
Pada Ruas Jalan Kolektor Primer Juni 2016, Fakultas
5 Jurnal Teknik
Berbasis Distribusi Probabilitas Teknik UNG, ISSN :
Poisson dan Eksponsnsial 1693-6191
53
Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
“Perubahan Iklim di
4 Seminar Nasional Bekerjasama dengan
Indonesia”
Program Magister
Manajemen Bencana,
2012
Peran dan Prospek
Pembangunan infrastruktur
Seminar Nasional Fakultas Teknik
5 Transportasi Dalam
Keteknikan Universitas Negeri
Pembangunan
Gorontalo, 2013
Wilayah Di Indonesia
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
54
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Kolaboratif Dosen Dan Mahasiswa
(PKDM) Tahun Anggaran 2021.
55
Anggota Tim Peneliti 3
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Setiawan Koniyo
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Jabatan Fungsional -
4. NIP/NIK/Identitas lainnya 511414034
5. NIDN -
6. Tempat dan Tanggal Lahir Gorontalo
7. Alamat Rumah -
8. Nomor Telepon/Faks/ HP -
Jl. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Desa
9. Alamat Kantor Moutong, Kecamatan Tilongkabila,
Kabupaten Bone Bolango
10. Nomor Telepon/Faks 0435 821752
11. Alamat e-mail -
Setiawan Koniyo
NIM. 511414034
56
Anggota Tim Peneliti 3
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Moh. Taufiq Hamzah
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Jabatan Fungsional -
4. NIP/NIK/Identitas lainnya 511414015
5. NIDN -
6. Tempat dan Tanggal Lahir Gorontalo
7. Alamat Rumah -
8. Nomor Telepon/Faks/ HP -
Jl. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Desa
9. Alamat Kantor Moutong, Kecamatan Tilongkabila,
Kabupaten Bone Bolango
10. Nomor Telepon/Faks 0435 821752
11. Alamat e-mail -
57
LAMPIRAN 4 Surat Pernyataan Ketua Peneliti
58