Anda di halaman 1dari 20

KULIAH PENGELOLAAN BENDUNGAN (SA-5053)

PERENCANAAN DAN PENEMPATAN INSTRUMEN PADA


BENDUNGAN URUGAN

Dosen Pengampu:
Ir. Dantje K. Natakusumah, M.Sc., Ph.D

Disusun oleh :
Kelompok 4
15816008 Ahmad Nur Wahid
15816022 Bernadus Sena Pasereng
25819005 Rana Karinta Hapsari
25819006 Lupita Lestari

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SUMBER DAYA AIR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia
dan ridho-Nya, sehingga laporan ujian akhir semester dengan judul “PERENCANAAN
DAN PENEMPATAN INSTRUMEN PADA BENDUNGAN URUGAN” dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan lulus mata kuliah
Pengelolaan Bendungan pada program studi Pengelolaan Sumber Daya Air dari Institut
Teknologi Bandung.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Dantje Kardana Natakusumah, M. Sc., Ph. D selaku dosen mata
kuliah Pengelolaan Bendunngan atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah
diluangkan untuk proses penyelesaian laporan ini.
2. Seluruh rekan mahasiswa MPSDA angkatan 2019 yang telah memberikan
semangat kepada penulis.

Dengan keterbatasan pengalaman dan ilmu, penulis menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan dan pengembangan lebih lanjut agar lebih bermanfaat. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih sempurna serta
sebagai masukan bagi penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah di
masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap laporan ini memberikan manfaat, terutama untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, 29 Desember 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Umum........................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PERENCANAAN DAN PENEMPATAN INSTRUMEN ................... 3
2.1 Perencanaan Lokasi Instrumen .................................................................... 3
2.2 Lokasi Instrumen .......................................................................................... 3
2.3 Penempatan Instrumen ................................................................................. 6
2.4 Sistem Otomatisasi ..................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Lay Out Penempatan Instrumen Pada Suatu Bendungan ...... 4
Gambar 2. 2. Detail lokasi instrumen 1 .................................................................. 5
Gambar 2. 3. Detail lokasi instrumen 2 .................................................................. 6
Gambar 2. 4. Detail lokasi piezometer .................................................................... 6
Gambar 2. 5 Instrumentasi di Bendungan Krenceng, Cilegon, Berupa Pisometer
Pipa Tegak Pada Fondasi dan Tubuh Bendungan dan Garis Freatiknya ................ 8
Gambar 2. 6 Instrumentasi di Bendungan Batutegi, Lampung yang Cukup
Lengkap ................................................................................................................... 9
Gambar 2. 7 Penempatan Kabel/ Tubing Untuk Mengurangi Potensi Rembesan 10
Gambar 2. 8 Penghalang Rembesan yang Dipasang di Beberapa Tempat Untuk
Mengantisipasi Terhadap Rembesan Melalui Bidang Kontak Kabel/Tubing
Dengan Timbunan Tanah ...................................................................................... 10
Gambar 2. 9 Instrumentasi Geoteknik Dengan Sistem Data Akuisisi Otomatik
(Automated Data Acquisition System, ADAS) .................................................... 11
Gambar 2. 10 Konfigurasi Sistem Datalogger Berdiri Sendiri ............................. 12
Gambar 2. 11. Sistem kolaborasi Data Real Timepada Monitoring Instrumen
Bendungan ............................................................................................................ 13
Gambar 2. 12. Penggunaan Spread sheet untuk pengolahan data dan monitoring
real time................................................................................................................. 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Lokasi intrumen .................................................................................... 5

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Perencanaan bendungan urugan dimulai dengan tahap eksplorasi oleh
tenaga ahli geoteknik. Tenaga ahli geoteknik harus mengetahui lokasi yang perlu
mendapat perhatian khusus. Hasil kajian terhadap kondisi geoteknik di lokasi
tersebut merupakan hal penting yang harus ditinjau aspek rembesan, tegangan-
tegangan serta deformasinya. Perencana harus mampu mempelajari kondisi-kondisi
tersebut. Hal ini dikarenakan program instrumentasi harus direncanakan
berdasarkan kondisi geoteknik serta asumsi parameter desain yang telah ditentukan.
Pemilihan instrumen dilakukan berdasarkan perkiraan besaran perubahan
pengukuran. Nilai besaran akan mempengaruhi pemilihan kepekaan dan ketelitian
instrumen. Kesalahan dalam memperkirakan kapasitas instrumen dapat
mempengaruhi ketelitian pembacaan nantinya.
Pada tubuh bendungan selalu dipasang peralatan-peralatan yang
dipergunakan untuk mengamati seluruh kelakuan atau gerak-gerik tubuh
bendungan secara seksama, sehingga dapat diketahui kondisi-kondisi yang
sebenarnya dari tubuh bendungan tersebut sepanjang masa exploitasinya. Dengan
demikian dapat diketahui apakah tubuh bendungan masih dalam kondisi yang
normal sesuai rencana teknisnya, ataukah sudah terjadi kelainan-kelainan yang
mungkin dapat menyebabkan timbulnya kondisi-kondisi yang berbahaya. Jadi
peralatan-peralatan yang terpasang tersebut akan dapat memberikan isyarat-isyarat
kepada petugas penjagaan, apakah bendungan dalam keadaan normal ataukah
terjadi sesuatu kelainan dan dari isyarat-isyarat tersebut, petugas segera dapat
mengambil langkah-langkah pengamanan yang langsung mencapai sasaran yang
tepat, sebelum kondisi bendungan menjadi lebih gawat dan membahayakan atau
memberikan tanda bahaya kepada penduduk di sebelah hilirnya agar segera
menyingkir apabila kondisi yang berbahaya tersebut tidak dapat dicegah lagi.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan laporan ini untuk mengetahui tahapan perencanaan dan
penempatan instrumen pada bendungan khususnya pada bendungan urugan.
Tujuan laporan ini yaitu:
a. Mengidentifikasi perencanaan program lokasi instrumentasi
bendungan urugan
b. Mengetahui lokasi-lokasi penempatan instrumen pada bendungan
urugan

2
BAB II
PERENCANAAN DAN PENEMPATAN INSTRUMEN

2.1 Perencanaan Lokasi Instrumen


Suatu sistim instrumen (jenis dan jumlah instrumen) dapat ditempatkan
pada suatu penampang terdalam dari suatu bendungan dengan pertimbangan bahwa
pada penampang terdalam inilah akan bekerja gaya-gaya, tegangan-tegangan, aliran
rembesan dan terjadinya deformasi yang maksimum yang dapat mempengaruhi
keamanan bendungan. Namun, hipotesis tersebut tidak selalu benar, kondisi kritis
lainnya mungkin justru terjadi pada penampang di dekat kedua bukit tumpuan
(tergantung dari kondisi geologinya, topografi, dll), rembesan yang berpotensi
terjadinya piping juga terbukti terjadi di daerah ini, disamping melalui fondasi
bendungannya sendiri.

2.2 Lokasi Instrumen


Lokasi instrumen harus ditentukan berdasarkan perkiraan perilaku pada
lokasi yang ditentukan. Lokasi harus cocok dengan kondisi geoteknik dan metode
analisis yang akan digunakan untuk interpretasi data. Pertimbangan praktis untuk
memilih lokasi instrumen mencakup:
a) Identifikasi zona-zona bagian khusus misalnya daerah yang strukturnya
lemah yang dibebani sangat berat, harus ditempatkan instrumentasi yang
cocok.
b) Memilih zona yang dapat mewakili penampang melintang tipikal, yang
diperkirakan dapat mewakili perilaku keseluruhan (secara tipikal, satu
penampang melintang akan berada atau mendekati tinggi maksimum
bendungan, dan satu atau dua penampang lainnya akan berada pada lokasi
yang tepat).
c) Identifikasi zona-zona yang mengandung diskontinuitas dalam fondasi atau
ebatmen.
d) Memasang beberapa instrumen tambahan pada lokasi-lokasi lain yang
berpotensi kritis sekunder untuk menunjukkan perilaku pembanding.

3
e) Menempatkan patok-patok tanda survei pada jarak interval dalam arah
memanjang (longitudinal) pada elevasi yang tepat.
f) Jika perilaku dari salah satu atau lebih lokasi sekunder penampang utama
menunjukkan perbedaan yang signifikan, tenaga ahli desain juga harus
menyediakan instrumen tambahan pada lokasi-lokasi sekunder tersebut.
Pemilihan lokasi tersebut harus mempertimbangkan kelangsungan fungsi
instrumen. Kerusakan pada instrumen atau kabel selama konstruksi
berlangsung harus dicegah dengan cara membuat desain yang baik serta
perlindungan sementara dan permanen pada bidang permukaan terbuka.
Perlindungan terhadap kerusakan juga harus merupakan bagian dari desain.

Gambar 2. 1 Contoh Lay Out Penempatan Instrumen Pada Suatu Bendungan

4
Selanjutnya untuk lokasi penempatan instrumen pada bendungan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. 1. Lokasi intrumen

No. Instrumen Lokasi


1 Piezometer Puncak (inti bendungan)
2 Multi-layer settlement Tubuh
gauges
3 Surface settlement survei Tubuh
point
4 Crest settlement survei Puncak
point
5 Inklinometer Puncak
6 Observation well Sekitar bendungan

Gambar 2. 2. Detail lokasi instrumen 1

5
Gambar 2. 3. Detail lokasi instrumen 2

Gambar 2. 4. Detail lokasi piezometer

2.3 Penempatan Instrumen


Penentuan jumlah, jenis dan lokasi instrumen yang diperlukan pada
bendungan hanya dapat dilakukan secara efektif berdasarkan gabungan antara
pengalaman, akal budi dan intuisi. Setiap bendungan urugan mempunyai
permasalahan khusus dan memerlukan solusi tersendiri untuk persyaratan
instrumentasi. Oleh karena itu, dalam mendesain sistem instrumentasi perlu
dipahami dan dipertimbangkan pengaruh kondisi geoteknik tubuh bendungan,

6
fondasi, tumpuan dan tebing waduk. Geoteknik merupakan bagian utama dalam
desain bendungan urugan, seperti desain bendungan di atas kondisi fondasi yang
sulit, tingkat bahaya tinggi di hilir, adanya masalah secara visual, lokasi yang
terpencil, operasi yang tidak terkendali secara normal atau hal lain yang menuntut
penyediaaninstrumentasi. Keadaan alat harus dipahami dan jelas tujuannya,
termasuk sistem struktur tanah atau batuannya. Tenaga yang berkecimpung dalam
pemasangan instrumentasi di lapangan harus mengerti tentang ilmu mekanika dan
fisika dasar yang terkait, dan berbagai instrumen yang cocok supaya dapat
berfungsi dalam kondisi yang dihadapi.

Dalam desain sistem instrumentasi bendungan urugan, perlu


mempertimbangkan banyak faktor. Gabungan tim pendesain (atau mereka yang
bertanggung jawab dalam evaluasi bendungan yang ada) dan personel yang
berpengalaman dalam penggunaan instrumentasi geoteknik merupakan faktor-
faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam desain sistem instrumentasi.

Jenis instrumen dan kapasitasnya harus didesain dan ditempatkan sesuai


dengan kapasitasnya. Kapasitas instrumen yang kecil harus ditempatkan di level
tubuh bendungan di bagian atas dan kapasitas instrumen yang besar ditempatkan
pada level yang lebih bawah.
Jenis dan jumlah instrumen yang direncanakan untuk dipasang juga tergantung dari
hasil investigasi geoteknik yang telah dilakukan. Bertambah banyak aspek-aspek,
asumsi dan parameter tanah yang meragukan, bertambah banyak pula jenis dan
jumlah instrumen yang diperlukan untuk menjawab keraguan-keraguan yang
ditimbulkannya. Sebagai gambaran adalah merencanakan instrumentasi pada suatu
bendungan urugan yang tidak terlalu tinggi yang kondisi geologinya tidak terlalu
kompleks dan investigasi geotekniknya cukup memadai, jenis dan jumlah
instrumentasinya dapat diminimalkan, misalnya :
a) Untuk mengukur tekanan air pori cukup memasang pisometer pipa
tegak, sehingga dapat menggambarkan garis freatik melalui tubuh

7
bendungan, jumlahnya disesuaikan dengan bentuk geometri
bendungannya.
b) Untuk mengukur muka air tanah, dapat memasang pipa pengamatan/
pantau (observation well) di dekat bukit tumpuan dan hilir kaki
bendungan, jumlahnya disesuaikan dengan kondisi geologi dan
topografinya.
c) Untuk mengukur rembesan, dapat memasang alat ukur V-notch di hilir
kaki bendungan, jumlahnya disesuaikan dengan topografinya.
d) Untuk mengukur pergerakannya dapat memasang patok-patok geser
yang dipasang di bagian puncak dan lereng hilir bendungan, jumlahnya
tergantung dari topografinya.

Karena pelaksanaan penimbunan yakin akan dilakukan dengan baik serta


tidak ada keraguan mengenai masalah adanya pengaruh “arching action”, maka
tidak perlu dipasang instrumen tekanan tanah total, inklinometer dan lain-lain
instrumen yang canggih dan mahal. Di bawah adalah gambar instrumentasi
bendungan yang minimal (sederhana) dan bendungan lain yang dipasangi
instrumen cukup lengkap, sebagai perbandingan, karena masalah- masalah dan
kondisi geoteknik yang berlainan.

Gambar 2. 5 Instrumentasi di Bendungan Krenceng, Cilegon, Berupa Pisometer


Pipa Tegak Pada Fondasi dan Tubuh Bendungan dan Garis Freatiknya

8
Gambar 2. 6 Instrumentasi di Bendungan Batutegi, Lampung yang Cukup
Lengkap

Perlindungan instrumentasi dalam jangka panjang juga harus


diperhitungkan dengan matang. Keberhasilannya termasuk penentuan lokasi awal
semua instrumen seiring dengan pola lalu-lintas, operasi alat pemeliharaan proyek,
serta jalan masuk untuk kunjungan resmi proyek. Jika perlu, pemasangan harus
ditanam dalam kotak kedap sehingga tidak terlihat atau diberikan perlindungan
yang cocok pada bidang permukaan. Lokasi kabel yang tertanam, dan lokasi lapisan
di bawah permukaan lainnya harus benar-benar didokumentasi dalam gambar
pelaksanaan (as built drawing) untuk menjaga kerusakan selanjutnya. Kabel dan
tubing instrumen sistim tertutup harus direncanakan dan ditempatkan sedemikian
rupa, sehingga tidak mempengaruhi keamanan bendungan. Bidang kontak antara
kabel atau tubing instrumen sistim tertutup dengan timbunan tanah adalah
merupakan bagian kritis yang berpotensi sebagai alur rembesan air. Gambar-
gambar di bawah menjelaskan hal-hal tersebut di atas.

9
Gambar 2. 7 Penempatan Kabel/ Tubing Untuk Mengurangi Potensi Rembesan

Gambar 2. 8 Penghalang Rembesan yang Dipasang di Beberapa Tempat Untuk


Mengantisipasi Terhadap Rembesan Melalui Bidang Kontak Kabel/Tubing
Dengan Timbunan Tanah

10
2.4 Sistem Otomatisasi
Sistem Akuisisi Data Otomatisasi (automated data acquisition system,
ADAS) merupakan cara pengumpulan data instrumentasi geoteknik yang penting
dan perlu dipertimbangkan. Pengembangan alat elektronik lapangan telah
memungkinkan untuk memasang, dan mengoperasikan sistem ADAS jarak jauh
sehingga menghasilkan pembacaan data sebenarnya (real time) yang akurat,
terpercaya dan efektif. Dengan meningkatnya kebutuhan untuk melakukan evaluasi
keamanan bendungan, dan kekurangan tenaga kerja ahli, banyak sekali keuntungan
dalam penggunaan sistem akuisisi data otomatisasi. Pertimbangan yang matang
harus dilakukan dalam menggunakan ADAS pada bendungan baru, dan
menyelaraskan kembali dengan bendungan yang ada. Walaupun sistem otomatisasi
(ADAS) dapat menghasilkan data penting secara tepat waktu, sistem itu hanya
merupakan bagian integral dari program keseluruhan keamanan bendungan. Sistem
ADAS tidak dapat menggantikan sistem pengamatan visual, dan evaluasi data
instrumentasi.

Gambar 2. 9 Instrumentasi Geoteknik Dengan Sistem Data Akuisisi Otomatik


(Automated Data Acquisition System, ADAS)

11
Gambar 2. 10 Konfigurasi Sistem Datalogger Berdiri Sendiri

Untuk dapat mengetahui lebih rinci kondisi geoteknik pada bendungan tipe
urugan pada tahap desain diperlukan sejumlah investigasi lapangan (pengeboran),
dan laboratorium. Hasil investigasi ini digunakan untuk mengevaluasi kondisi
perlapisan tanah, dan batuan secara lebih rinci dengan membuat profil-profil
memanjang dan melintang pada sumbu bendungan, serta dilengkapi dengan
parameter geoteknik. Hasil interpretasi ini digunakan oleh pendesain sebagai dasar
untuk menentukan letak fondasi bendungan, dan program penggalian pada tahap
konstruksi.

Material tanah dan batu terbentuk melalui proses alamiah sehingga bersifat
heterogen; hal ini berbeda dengan material baja dan beton yang dapat dikontrol
tingkat keseragamannya dengan uji mutu.

Kadang-kadang dalam program eksplorasi, pendesain tidak mampu untuk


mendeteksi sifat-sifat, dan kondisi endapan alami sehingga harus melakukan
asumsi dan generalisasi dalam melakukan interpretasi kondisi geoteknik yang
mungkin berbeda dengan kondisi lapangan sebenarnya. Meskipun desain
bendungan urugan didasarkan atas aspek keraguan tersebut, pengamatan visual
yang didukung oleh pengukuran kuantitatif dari hasil instrumentasi akan
memberikan informasi bagi tenaga ahli teknik untuk dapat memeriksa dan proses
verifikasi asumsi desain. Pengamatan secara visual yang digabungkan dengan data
instrumentasi akan memberikan dasar untuk penilaian kinerja bendungan dan
fondasi serta keamanan bendungan selama pengoperasian di lapangan.

12
Ada beberapa poin penting mengenai sistem atomisasi yang berkaitan juga
dengan perencanaan dan pengolahan data yaitu:

a. Prosedur pengumpulan, pemrosesan, presentasi, interpretasi, dan pelaporan


data instrumentasi harus dikembangkan terlebih dahulu sebelum
pemasangan sistem alat dilaksanakan.
b. Perkembangan pengumpulan data, pemrosesan, dan prosedur presentasi
secara komputer dapat mengurangi pekerjaan manual sehingga proses lebih
cepat
c. Kelemahan sistem komputer yaitu tidak mampu menggantikan keputusan
teknik (judgement). Pekerjaan interpretasi, pengambilan keputusan, dan
pelaksanaan sebaiknya dilakukan oleh personel yang kompeten daripada
dengan komputer. Sehingga, dibutuhkan kolaborasi antara tenaga
ahli/manusianya dan computer sebagai alat

Berikut ini contoh sistem kolaborasi yang digunakan pada Bendungan


Margatiga untuk monitoring instrumen bendungan.

Gambar 2. 11. Sistem kolaborasi Data Real Timepada Monitoring Instrumen


Bendungan

Selain itu juga digunakan spreadsheet online sebagai pengolahan data dan
dapat menampilkan informasi real time saat petugas memonitoring atau mengambil
data.

13
Gambar 2. 12. Penggunaan Spread sheet untuk pengolahan data dan monitoring
real time

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam menetapkan program instrumentasi perlu direncanakan sesederhana
mungkin serta tersedia di pasaran. Semakin kompleks semakin besar biaya dan
fungsi instrumen. Setiap percobaan harus dibuat untuk melengkapi fasilitas yang
ada sehingga dapat melayani lebih dari satu tujuan. Kesimpulannya adalah
pemasangan instrumen pada bendungan urugan harus dirancang dan direncanakan
sebaik mungkin dengan tujuan dan manfaat yang jelas agar dapat diketahui kondisi
dan perilaku bendungan.

15

Anda mungkin juga menyukai