Anda di halaman 1dari 58

IMPLEMENTASI PERIZINAN DOKUMEN AMDAL

PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI


DI KECAMATAN SEKO KABUPATEN LUWU UTARA

PROPOSAL TESIS
Minat Studi Magister Pengelolaan Lingkungan
Program Studi Ilmu Lingkungan

Diajukan oleh:
Andi Muhammad Ilham Pananrangi
21/491174/PMU/11029

Kepada:
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2023
- i -
PROPOSAL TESIS
dengan judul:

IMPLEMENTASI PERIZINAN DOKUMEN AMDAL


PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
DI KECAMATAN SEKO KABUPATEN LUWU UTARA

Diajukan oleh:
Andi Muhammad Ilham Pananrangi
21/491174/PMU/11029

Disetujui oleh Dosen Pembimbing:

1. ............................................................
Dr. Lutfi Muta’ali, S.Si., MT.

Tanggal : .......................................

2. ...........................................................
Dr. Agus Joko Pitoyo, S.Si., MA.

Tanggal : ........................................

- ii -
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .....................................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ..........................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................
1.4. Keaslian Penelitian .............................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Telaah Pustaka: Konsep dan Teori ............................................................. 1
2.1.1. Izin Lingkungan ....................................................................................... 18
2.1.2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ....................................... 23
2.1.3. Hutan Produksi ........................................................................................ 29
2.4.1. Pelaku Usaha ............................................................................................. 33
2.2. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Gambaran Umum Lokasi .................................................................................. 40
3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 41
3.3. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... 41
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 41
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 44
3.6. Analisis Data .......................................................................................................... 45
3.7. Tahap Penelitian .................................................................................................. 47
3.8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

- iii -
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu .............................. 14
Tabel 2.1. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Lingkungan Hidup
dan Kehutanan . ............................................................................................................... .......
33

Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanan Kegiatan ...................................................................................


46

- iv -
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Penyusunan AMDAL ................................................................................. 23

Gambar 2.2 Proses Audit Lingkungan ........................................................................................ 39

- v -
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting dan tidak terpisahkan
dari kehidupan seluruh makhluk hidup termasuk manusia yang menggantungkan
segala pemenuhan kebutuhannya kepada alam dan makhluk hidup lainnya secara
timbal balik. Hal ini dikarenakan lingkungan hidup telah memberikan nature’s
service atau ecosystem service yang sangat vital bagi kehidupan manusia tidak
hanya intergenarasi namun juga manfaat antargenerasi. Kandungan sumber daya
alam termasuk hayati dan non hayati yang terdapat di dalam lingkungan hidup
memberikan peranan yang substansial bagi tumbuh dan kembangnya seluruh
makhluk hidup tanpa terkecuali. Hal ini sejalan dengan konsep yang dibangun
Soerjani dengan mengungkapkan bahwa lingkungan hidup manusia (human
environment) adalah sistem di mana berada perwujudan manusia, atau dimana
terdapat kepentingan manusia di dalamnya (Mohamad Soerjani : 2018).
Setiap aktivitas terhadap suatu objek tertentu pada dasarnya dilarang, maka
izin merupakan sarana yuridis untuk melakukan semua aktivitas yang dilarang.
Seseorang atau badan hukum dapat melakukan usaha atau kegiatan atau objek
tersebut jika mendapat dari pemerintah/pemerintah daerah yang mengikat
perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang
bersangkutan. (Helmi : 2013). Salah satu bentuk aktifitas atau kegiatan yang
membutuhkan pengaturan dengan sistem izin adalah penggunaan Kawasan hutan
kemasyarakatan. Kemakmuran rakyat harus menjadi keharusan dalam setiap
penguasaan dan pengusahaan sumber daya alam di Indonesia (Ahmad Redi :
2014). Sebagaimana hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 yang
pada pokoknya menyatakan bahwa ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki oleh negara
Indonesia, yang didalamnya terdapat berbagai ragam hayati jenis flora dan fauna

- 1 -
yang tersebar diseluruh wilayah nusantara. Indonesia sebagai negara yang kaya
akan flora dan fauna dengan berbagai spesies yang harus dilindungi untuk
kepentingan yang lebih besar. Dalam hal ini Pemerintah berperan penting dalam
memberikan izin penggunaan kawasan hutan untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat desa sebagaimana diatur pasal 3 peraturan Menteri lingkungan hidup
dan kehutanan republik indonesia Nomor 9 tahun 2021 tentang pengelolaan
perhutanan sosial mengenai pengelolaan perhutanan sosial pada hutan produksi
dapat diberikan persetujuan pengelolaan hutan desa, hutan kemasyarakatan,
hutan tanaman rakyat atau kemitraan kehutanan. (Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 tentang
Pengelolaan Perhutanan Sosial)
Hutan produksi di Indonesia sebagian besar berupa hutan alam atau hutan
rimba yang dieksploitasi dalam rangka Hak Pengelolaan Hutan (HPH). Hak
Pengelolaan Hutan (HPH) sendiri berlaku selama 20 tahun dan dapat
diperpanjang. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok
menghasilkan hasil hutan baik itu hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu.
Selain itu, pemanfaatan hutan produksi lainnya berupa pemanfaatan kawasan,
pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan baik kayu maupun non
kayu (Arief. A : 2011). Pemanfaatan hutan diatur dalam Pasal 21 huruf b Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999, yang menjelaskan bahwa pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal
bagi kesejahteraan seluruh masyarakat. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 23
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 dinyatakan bahwa pemanfaatan hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, bertujuan untuk memperoleh
manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan
dengan tetap menjaga kelestariaannya (Muh Saleh : 2021).

Salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan


adalah dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL), dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Standar instrument yang disusun diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
panduan para pemegang izin dalam menyusun dokumen UKL-UPL dan pedoman

- 2 -
penilaian bagi eselon teknis terkait. (Darwati, dkk : 2023). Sebuah aturan hukum
dapat diketahui efektif apabila seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum
berhasil atau gagal tujuannya, maka hal itu biasanya diketahui apakah
pengaruhnya berhasil mengatur sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga
sesuai dengan tujuannya atau tidak (Soekanto : 2007).

Karenanya, mekanisme pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan


dimulai (controle a-priori), ataupun pengawasan selama berlangsungnya kegiatan,
haruslah lebih diutamakan dan lebih diberdayakan daripada pengawasan yang
dilakukan sesudah terjadinya kegiatan (controle a-posteriori) (Effendi : 2002).
Kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menghindari sedini mungkin
terjadinya pelanggaran oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dimulai
dengan instrumen penyusunan dokumen lingkungan (AMDAL dan UKL-UPL) dan
Izin Lingkungan sebagai sarana pengawasan sebelum kegiatan (controle a priori).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk mendirikan suatu usaha dalam
bidang kehutanan yang berwawasan lingkungan, diharuskan adanya izin usaha.
Izin usaha dapat diperoleh jika permohonan izin telah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan, termasuk AMDAL. Dengan demikian AMDAL memiliki peran
yang sangat strategis, karena dengan AMDAL dapat diketahui dampak positif dan
negatif.

1.2. Perumusan Masalah


Perlindungan hutan dalam pengelolaan hutan bertujuan menjaga hutan,
Kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan
fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari (Iskandar : 2011).
Perlindungan hutan bukan saja menjadi tanggung jawab negara (pemerintah),
melainkan juga tanggung jawab seluruh masyarakat, terutama masyarakat yang
bermukim di dalam dan di sekitar hutan serta kelompok masyarakat yang
berkepentingan langsung dengan hutan dan kehutanan, termasuk badan-badan
usaha yang diberi hak pengusahaan hutan. Hutan Produksi sendiri kebanyakan
berada didaerah pegunungan dengan kemiringan yang tidak memungkinkan
melakukan produksi kayu secara besar dan Hutan Produksi yang bisa dikonversi

- 3 -
(HPK) diperuntukan pengusahaan diluar kehutanan, dan salah satunya sekarang
adalah beberapa jenis perkebunan. Namun tidak saja perkebunan, Hutan produksi
konversi juga bisa dijadikan pertambangan, transmigrasi dan juga peternakan
(Arief. A, : 2011).
Problem dalam hal ini Kawasan hutan produksi di jadikan sebagai aktivitas
pertambangan, secara normatif pada peraturan perundang-undangan khususnya
tentang kehutanan sangat bertentangan dengan implementasi tersebut dan
penurunan kualitas status hutan, yang tadinya sebagai status hutan lindung
menjadi status hutan produksi, karena adanya suatu kepentingan. Perubahan
fungsi Kawasan hutan lindung secara illegal yang telah dijadikan sebagai areal
pertambangan, mengakibatkan kerusakan hutan (Zulkarnain Siregar : 2015).
Namun untuk hutan produksi dan hutan lindung di Kabupaten Luwu Utara
dikelola oleh Perum Perhutani. Sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (PERUM). Untuk
dapat mewujudkan pelaksanaan usaha di bidang kehutanan yang berorientasi
pada lingkungan, Pasal 18 ayat (1) UUPLH menyatakan “Setiap usaha dan/atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh
izin melakukan usaha dan/atau kegiatan”
Seko adalah wilayah terpencil di dataran tinggi Tokalekaju yang dikelilingi
gugus Pegunungan Verbeek dan Quarles. Ketinggiannya 1.200-1.800 meter di atas
permukaan laut. Jumlah penduduk di wilayah ini sektar 14.000 jiwa yang tersebar
di 12 desa. Seko berada di jantung Sulawesi dan berbatasan dengan Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Barat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Seko masih
terikat kuat dengan nilai-nilai adat yang mereka anut. Secara karakteristik adat
istiadat dan geografi, wilayah Seko terbagi atas 3 wilayah adat besar, yaitu Seko
Padang, Seko Tengah dan Seko Lemo. Sumber daya alam yang melimpah Seko
sebagai wilayah rebutan para investor. Sudah puluhan tahun masyarakat Seko
dibuat resah oleh kehadiran pelaku usaha (HGU perkebunan) yang secara
administratif menguasai 27.000 ha atau 6 desa yang ada di Wilayah Seko Padang.
(https://perkumpulanwallacea.wordpress.com/2016/05/17/seko-diantara-
harapan-dan-ancaman )

- 4 -
Kerusakan lingkungan akibat pembangunan bisa mempengaruhi
kelangsungan hidup manusia. Sehingga perencanaan pembangunan harus
menggunakan analisis mengenai dampak lingkungan dalam pembangunan. AMDAL
diperlukan agar kegiatan pembangunan tidak berdampak buruk bagi lingkungan
dan masyarakat serta mampu memberikan manfaat yang positif (Rosana : 2018).
Sehingga diperlukannya suatu peraturan untuk memberikan perlindungan dalam
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Sejak awal sebelum
melakukan aktivitas pembangunan diperlukan adanya analisis dampak terhadap
lingkungan. Mengingat selama ini pengelolaan hutan produksi yang dilakukan oleh
pemegang HPH kepentingan masyarakat setempat belum terakomodasi di
dalamnya. Dengan asumsi bahwa keberadaan HPH dapat menciptakan manfaat
(pendapatan) bagi masyarakat setempat. Dalam kenyataan tidak demikian, bahkan
yang terjadi justru sebaliknya, sebagian pemegang HPH telah menyebabkan
berkurangnya penghasilan masyarakat setempat.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan hutan produksi belum
menunjukkan bukti telah memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat
di sekitar hutan. Kendati pemerintah terus mengupayakan perbaikan terhadap
praktik HPH ternyata belum memberikan hasil yang optimal. Fakta ini dapat
dilihat seringnya terjadi pelanggaran oleh pemegang HPH, seperti: penebangan di
luar blok tebangan, illegal logging, penebangan pohon inti dan penebangan
sebelum rencana tahunan (RKT) disahkan.
Namun beberapa kali pemerintah kecolongan dalam mengelola izin Kawasan
hutan tersebut dan mengaibaikan berkurangnya luas Kawasan hutan. Walaupun
pemberian izin kawasan hutan berkurang pada beberapa tahun terakhir, namun
tetap diperlukan ketegasan pemerintah agar tidak terjadi pengurangan jumlah
kawasan hutan di Indonesia. Izin pemanfaatan hutan dan lahan di Indonesia
cenderung masih tumpang tindih, hal tersebut menyebabkan adanya
ketidakjelasan izin pemanfaatan dengan tanah ulayat masyarakat adat. Untuk
dapat mengukur/menilai seberapa besar pemenuhan kewajiban perusahaan Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) dalam melaksanakan upaya keseimbangan dan
pelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya perusakan terhadap
lingkungan hidup akibat kegiatan atau usaha penebangan kayu dan kegiatan

- 5 -
lainnya. Hal tersebut diatur dalam keputusan Menteri kehutanan No
602/Kpts-II/1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan.
Merespon hal tersebut, Pemerintah (Departemen Kehutanan) mengeluarkan
sejumlah kebijakan dan/atau alat yang pro lingkungan dalam mendukung
pengelolaan hutan lestari. Pendekatan yang dilakukan ada yang implementasinya
pada skala kawasan ataupun unit manajemen, baik dalam tahap perencanaan
ataupun operasional. Besar kemungkinan angka pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan AMDAL dengan kriteria dan indikator pengelolaan hutan
lestari, sehingga AMDAL seakan-akan hanya mengisi ruang 30% dari total
keseluruhan kriteria dan indikator. Kenyataannya, pelaksanaan kegiatan
pengelolaan/pemantauan lingkungan serta pemenuhan kriteria dan indikator
saling bersinergi dalam tahap operasional unit manajemen.

Tingkat ketaatan pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan


hidup masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak berjalannya atau tidak
dipatuhinya komitmen yang dimuat dalam dokumen lingkungan secara
keseluruhan. Pihak pemrakarsa kegiatan/usaha memandang penyusunan
dokumen lingkungan hanya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh izin
lingkungan. Mereka menganggap pelaksanaan isi dokumen lingkungan sebagai
beban, bukan sebagai kewajiban pengelolaan lingkungan. Berangkat pada
pemikiran tersebut diatas, penulis mencoba mengangkat penelitian yang berjudul;
“Implementasi Perizinan Dokumen AMDAL Dalam Pengelolaan Hutan
Produksi di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara”

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka


dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian berikut ini.
(1) Bagaimanakah efektifitas peraturan dan kebijakan mengenai pengelolaan
hutan produksi bagi pelaku usaha dan/kegiatan izin pengelolaan hutan
produksi di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara?
(2) Bagaimanakah peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan produksi
yang terdapat di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara?

- 6 -
(3) Bagaimanakah strategi pengelolaan untuk izin pengelolaan hutan produksi
bagi pelaku usaha dan/atau kegiatan di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu
Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di muka, maka tujuan


penelitian ini adalah:
(1) mengkaji pelaksanaan peraturan dan kebijakan mengenai pengelolaan hutan
produksi bagi pelaku usaha dan/kegiatan izin pengelolaan hutan produksi di
Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara;
(2) menganalisis peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan produksi
yang terdapat di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara;
(3) merumuskan strategi pengelolaan untuk izin pengelolaan hutan produksi
bagi pelaku usaha dan/atau kegiatan di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu
Utara;

1.4. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus


sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam
Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu

Peneliti, Tahun,
No. Tujuan Utama Metode Hasil Penelitian
Judul Penelitian
1. Fadhilatun Menganalisis Metode penelitian Penegakan hukum
Ni’mah, 2022 penerapan sanksi hukum diuraikan lingkungan sangat berkaitan
administrasi yang mengenai penalaran, dengan kemampuan para
Penerapan Sanksi diberikan dalil-dalil, postulat- aparatur dan kepatuhan
Administrasi Pemerintah postulat, dan proposi- publik/masyarakat dengan
terhadap Kabupaten proposi untuk menjadi peraturan yang berlaku. Hal
Pelanggaran Temanggung latar belakang setiap tersebut membutuhkan
Hukum terhadap PT langkah dalam proses aparatur yang tegas, dan
Lingkungan PT. Sumber Makmur yang biasa ditempuh dibarengi dengan masyarakat
Sumber Makmur Anugerah Textile dalam kegiatan yang kooperatif dalam
Anugerah TExtile Temanggung. penelitian hukum. menjalankan segala tuntutan
Temanggung yang harus dipenuhi.

Tesis, Program
Magister Ilmu

- 7 -
Hukum,
Universitas Islam
Sultan Agung,
Semarang
2. Nina Herlina, Menelaah Mengkaji perubahan Etika lingkungan dibutuhkan
Ukilah aktivitas yang lingkungan yang dalam seluruh tindakan yang
Supriyatin, 2021 telah dan akan mungkin terjadi dengan kita lakukan. Sebelum
dilakukan untuk menggunakan metode bertindak harus
AMDAL Sebagai mengetahui empiris melalui memperhatikan dampak yang
Instrumen dampak apa yang pelaksanaan studi akan timbul dari tindakan
Pengendalian mungkin AMDAL. tersebut terhadap
Dampak merugikan lingkungan. Selain itu
Lingkungan kegiatan tersebut, pemerintah harus
Dalam kemudian memikirkan dampak yang
Pembangunan mencari usaha akan timbul jika tidak
Berkelanjutan untuk melakukan pengawasan
dan Berwawasan menghindari kualitas lingkungan dan
Lingkungan timbulnya menindak tegas pelaku
dampak negatif. pencemaran
Jurnal Ilmiah
Galuh Justisi,
Fakultas Hukum
UNiversitas Galun,
Volume 9, Nomor
2, September 2021
3. Nursya, 2022 Menganalisis Metode penelitian Dampak kebijakan AMDAL
pelaksanaan menggunakan hukum dalam perspektif hukum
AMDAL dalam AMDAL dalam normative, yaitu suatu lingkungan menurut Undang-
Perspektif Hukum perpektif Undang- penelitian yang mengkaji undang Nomor 32 Tahun
Lingkungan undang Nomor 32 mengenai asas-asas 2009 adalah hal-hal yang
Tahun 2009 huku, taraf sinkronisasi terkait dengan sanksi, yaitu
Jurnal Ilmiah hukum, ketentuan sanksi terhadap orang yang
Keagamaan dan hukum dan doktrin melakukan usaha/kegiatan
Kemasyarakatan, mengenai penegakan tanpa memiliki izin
Volume 16, Nomor hukum lingkungan lingkungan.
6, Desember 2022
4. Rahayu S, Mengetahui Mengnalisis data Partisipasi masyarakat dalam
Amalina G Putri, partisipasi deengan menggunakan proses Analisis Mengenai
2022 masyarakat dan pendekatan kualitatif Dampak Lingkungan Hidup
kendalanya yang yang menghasilkan data (AMDAL) di Kabupaten
Partisipasi dihadapi dalam desktipif, yaitu data yang Sukoharjo belum
Masyarakat dalam penyusunan dinyatakan oleh dilaksanakan secara
Penyusunan AMDAL di responden secara maksimal karena terdapat
AMDAL di Kabupaten tertulis atau lisan, dan salah satu pabrik yang tidak
Kabupaten Sukoharjo. perilaku nyata. menjalanlan prosedur terkait
Sukoharjo melibatkan masyarakat
terkena dampak langsung
Jurnal Pendidikan dalam penyusunan AMDAL.
Kewarganegaraa
n Undiksha,
Volume 10, Nomor
1, Februari 2022

Abdurrakhman Menganalisis Menggunakan tipe Penanganan penyelesaian


5. A, Yoga dampak penelitian deskriptif sengketa lingkungan idup
Pranswara L, kerusakan yaitu memaparkan suatu melalui jalur perdata
2021 lingkungan hidup peristiwa yang terjadi di menitikberatkan pada ganti
serta bentuk masyarakat, dengan kerugian yang harus
Analisis Mengenai tanggung jawab tujuan memperoleh dilakukan oleh para pelaku
Dampak oleh PT. Usaha gambaran seiring usaha yang mengakibatkan
Lingkungan Jaya Karya dengan landasan yuridis terjadinya perusakan
(AMDAL) oleh Makmur menurut yang telah ditentukan. dan/atau pencemaran
Perusahaan di Undang-undang lingkungan, selain itu juga

- 8 -
Kota Batam Nomor 32 Tahun diperlukan upaya untuk
menurut Undang- 2009. melakukan pemulihan pasca
undang Nomor 32 terjadinya perusakan
Tahun 2009 lingkungan hidup yang akan
memakan waktu yang cukup
Jurnal Conference lama.
on Management,
Business,
Inovation,
Education and
Social Science,
Volume 1, Nomor
1, Februari 2021

Sri Subekti, 2023 Menganalisis Metode penelitian yang Menghasilkan bahwa


6. perbedaan terkait digunakan adalah mtode Undang-undang Cipta Kerja
Pentingnya Peran perizinan yuridis normatif dimana terkait dampak lingkungan
Masyarakat dalam lingkungan antara penelitian ini yang ditimbulkan tidak
AMDAL demi peraturan menggunakan memiliki kekuatan hukum
tujuan perundang- pendekatan perundang- mengikat secara bersyarat
Pembangunan undangan undangan dan sepanjang tidak dimaknai,
Berkelanjutan diantarannya UU konseptual. dan tidak dilakukan
Berwawasan Cipta Kerja dan perbaikan dalam waktu 2
Lingkungan UU 32 Tahun tahun sejak diputuskan oleh
2009. MK.
Jurnal Pro Hukum,
Volume 12, Nomor
3, Maret 2023

Irja Tobawan S, Mengetahui Pendekatan lebih Perlunya penegasan bahwa


7. 2022 pemahaman mengembangkan pedoman partisipasi belum
mengenai bentuk pemahaman mengenai memadai untuk mendukung
Keterlibatan keterlibatan pelaksanaan partisipasi keterlibatan masyarakat
Masyarakat Pada masyarakat yang dapat memberikan dalam AMDAL Indonesia,
Proses AMDAL: dalam proses banyak manfaat dengan sehingga dapat memfasilitasi
Potensi AMDAL dan menganalisis sejauh kepentingan masyarakat.
Permasalahan, megembangkan mana proses AMDAL di
Implikasi dan terkait isu-isu Indonesia.
Faktor Penyebab yang akan
muncul.
Jurnal Wilayah,
Kota dan
Lingkungan
Berkelanjutan,
Volume 1, Nomor
1, Juni 2022

Uday ihza M R, Menganalisis Menggunakan metode Analisis mengenai dampak


8. Muhammad penerapan penelitian kualitatif lingkunga atau AMDAL
Rizky F, M. AMDAL sebagai dengan pendekatan merupakan salah satu
Khaiyir R, pengelolan desktiptif melalui persyaratan dalam izin
Abdurrozzaq H, lingkungan hidup pengumpulan data lingkungan merupakan studi
2023 dan sungai. pustaka, membaca dan aktivitas yang tersusun
mencatat serta mengolah secara sistematik dan ilmiah
Penerapan bahan penelitian. dengan menggunakan Teknik
Analisis Mengenai pendekatan yang bersifat
Dampak interdisipliner bahkan
Lingkungan atau multidisipliner.
AMDAL sebagai
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup dan Sungai

- 9 -
Jurnal
Pengabdian
Kepada
Masyarakat,
Volume 3, Nomor
1, 2023
Harry Fajar Menganalisis Mengunakan metode Tingkat efektifitas pelaku
9. Insyana, 2022 pengaruh faktor deskriptif dengan usaha/perusahaan di
pemerintah, pendekatan kuantitatif Kabupaten Lampung Selatan
Efektivitas pemrakarsa, dan yang berbentuk studi sebesar 71,6% (baik)
Dokumen AMDAL masyarakat kasus dan bersifat berdasarkan pelaksanaan
dalam terhadap eksplanatoris. RKL-RPL, laporan
Pengelolaan efektivitas pengawasan dan persepsi
Lingkungan dokumen masyarakat.
Hidup di lingkungan dalam
Kabupaten pengelolaan
Lampung Selatan lingkungan hidup
oleh palaku usaha
Tesis Program di Lampung
Strata 2, Program Selatan.
Studi Magister
Ilmu Lingkungan,
Pascasarjana
Universitas
Lampung, Bandar
Lampung
Lutfi Rumkel, Menganalisis izin Pendekatan peraturan Dalam hal permohonan
10 Muhamad Taib atas suatu perundang-undangan Analisis Mengenai Dampak
W, Jaidun pembangunan dengan menimbang Lingkungan (AMDAL) dengan
Samual 2020 terhadap dampak dampak penting untuk didasari beberapa
bagi lingkungan pengambilan keputusan pernyataan langsung bahwa
Tinjauan Yuridis melalui prosedur suatu usaha. tidak adanya TIM Komisi
Mengenai Proses Analisis Mengenai Amdal Kabupaten buru dan
Perijinan tentang Dampak masih minimnya kesadaran
Dampak Lingkungan dari pemrakarsa.
Lingkungan ditinjau dari
(AMDAL) oleh aspek perundang-
Dinas Lingkungan undangan yang
Hidup Kabupaten berlaku.
Buru Menurut UU
No.32 Tahun
2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup

Journal Lentera,
Volume 2, Nomor
2, Desemmber
2022
Zahranissa Putri The Regulation The data analysis used is However, the passage of the
11. Faizal, 2021 regarding of the a qualitative analysis, Job Creation Law, which
Omnibus Law, which in the provisions changes Article 88 of the
Strict Liability in which changed of article 88 of the job omnibus law, which
Environmental Article 88 of Law Creation Law. eliminates strict liability, can
Dispute No. 32 of 2009 result in the release of
Responsibillity becomes article environmental polluters in
Before and After 88 of the restoring compensation.
the Enabling of Omnibus Law,
Omnibus Law which eliminates
the principle of

- 10 -
Journal strict liability
Administrative
and
Environmental
Law Review,
Volume 2 Issue 1,
Universitas
Lampung
Syamsul Rizal, Mengevaluasi dan Data primer yang Proses penilaian dokumen
2018 mengetahui terkumpul melalui lingkungan dapat ditetapkan
12. efektivitas kuesioner dan sementara bahwa
Efektivitas pelaksanaan wawancara dilakukan pelaksanaan AMDAL dan
Pelaksanaan AMDAL dan UKL- pengolahan dengan UKL-UPL belum cukup efektif
Analisis Mengenai UPL pada menggunakan analsa dalam pengelolaan
Dampak beberapa statistika distribusi lingkungan hidu di
Lingkungan kegiatan frekuensi. Kabupaten Aceh Tamiang
Hidup (AMDAL) dan/atau usaha di
dan Upaya Kabupaten Aceh
Pengelolaan Tamiang.
Lingkungan
Hidup di
Kabupaten Aceh
Tamiang

Tesis, Program
Studi Magister
Ilmu Administrasi
Publik, Program
Pasaca Sarjana,
Universitas Medan
Area
Nurpanca Indicators of the The type of data is The legal policy is that laws
13. Sitorus, implementation qualitative data using and reguations related to
Budiman of field research data and environmental management
Ginting, environmentally literature, then analyzed are not enough in terms of
Sunarmi, friendly and by describing or their implementation,
Mahmul Siregar, sustainable conducting indepth including in the supervision
2021 development can interview with research of its implementation there is
be observed from subjects still fraud.
Enviromental the realization of
Management Law environmental
Policy in policies, policies
Indonesia and laws that
Towards People’s have been
Prosperity pursued and
implemented in
Journal of Indonesia.
Advances in Social
Science, Education
and Humanities
Research, Volume
642
Esty Novelina K, Mengetahui dan Menggunakan metode Secara umum kegunaan
14. 2022 menganalisis kepustakaan dengan AMDAL adalah memberikan
terkait analisis sumber berupa dokumen informasi secara jelas
Analisis Mengenai mengenai hukum, baik yang mengenai suatu rencana
Dampak dampak berupa peraturan usaha, menampung aspirasi,
Lingkungan lingkungan perundang-undangan, pengetahuan dan pendapat
(AMDAL) dalam (amdal) dalam peraturan pemerintah, penduduk khususnya dalam
Pengelolaan instrument buku-buku dana masalah lingkungan sewaktu
Lingkungan lingkungan hidup diperkaya dengan data- akan didirikannya suatu
Hidup data lapangan. usaha atau kegiatan
perindustrian

- 11 -
Journal Badamai
LAW, Volume 7,
Nomor 2,
Seprember 2022
Meldi Amijaya, The article aims The method uses a The regulation indirectly
15. La husen Zuada, to describe the qualitative-descriptive opens up opportunities for
Muhammad institutional approach through the investors to bypass loca
Ahsan Samad, structure of the study of documentation, goverments, which have often
dan Muhammad local government observations, and been considered difficult for
Akbar Hairi, and the licensing interviews. Interviews investors to invest in with the
2022 mechanism for data consisting of 3 various regulations they
the mining sector people from government made. At the local
Governance after the element, 2 people from government level, a mining
Mining Licensing amendement to the community element, business permit (IUP) can be
in Central the mineral and and 2 people from the granted by the Governor, or
Sulawesi Post coal law and the NGO element. the Regent/Mayor according
Mining Law issuance of the to their authority
Reform and Law omnibus law in
Job Creation Central Sulawesi

Indonesian
Journal of Social
and
Environmental
Issues, Volume 3,
Issue 2, August
Ratna Nurhayati, The purpose is The type of data is There law a shift in the
Seno Wibowo G, that legal politics qualitative data using direction of environmental
16. I Gusti Ayu Ketut is included in the field research data and law politics from a
R.H, Solikhah, scope of the literature, then analyzed sustainable policy system to a
dan IIs Isnaeni process of making by describing or risk-based licensing policy
N, 2021 and implementing conducting indepth system which can be
a legal rule that interview with research concluded to override the
Implications of leads to future subjects sustainabullity of an
Omnibus Law law environment because the
(Undang-undang sustainability policy
tentang Cipta principles that have been
Kerja) In the Shift instilled now seem tobe
of Sustainability forced to be replaced.
Policy Towards
Indonesian
Environmental
Law Politics
Direction

Journal Natural
Volaties and
Essential Oils

Thomas The remains a The study applies an Further research should


17. Nyahuna, 2022 knowledge gap in exploratory case study employ other research
cotemporary method. In addition, the methods to overcome the
The Choice of literature and hotel sector was chosen challenges of qualitative
environmental creates because is a key pillar in approach possibily in a
Management uneasiness the development of different geographical local.
Accounting among South Africa’s economy
Practices Adopted organizations and
by Managers: policymakers in
Evidence from the tryng to promote
Hotel Sector in EMA
KwaZulu Natal, Implementation
South Africa

- 12 -
Indonesian
Journal of Social
and
Environmental
Issues, Volume 3,
Issue 2
Muhammad Mengkaji Penelusuran data Penghapusan izin lingkungan
18. Bilal, Azhar Nur problematika menggunakananalisis bagi kegiatan usaha dalam
F, Imam Budi S penghapusan izin bahan hukum dengan Undang-undang Omnibus
2021 lingkungan menggunakan artikel Law Cipta Kerja dapat dilihat
mengingat izin gagasn konseptual yang dengan adanya sebutan baik
Analisis Dampak lingkungan lebih mengemukakan terhadap penghapisan izin
Perizinan memiliki fungsi pendekatan perundang- lingkungan, meningat izin
Lingkungan pencegahan undangan. lingkungan itu memili fungsi
dalam Omnibus kerusakan dan pencegahan dan merupakan
Law terhadap pencemaran salah satu dari beberapa
Lingkungan lingkungan instrument yang berfungsi
Kegiatan Usaha berdasarkan untuk mencegah kerusahan
peraturan dan pencemaran lingkungan
Jurnal Analisis Omnibus Law aka nada kewenangan yang
Hukum, Fakultas hilang baik dari pemerintah
Hukum dan Ilmu pusat maupun pemerintah
Sosial Undiknas, daerah.
September 2021
Nelly Marisi Analyze the There types focus on The implementation of
19. Situmeang, regulations and specific methodologies, supervision of companies
Affila, dan R regulatory systematics, and ideas. that cllect hazardous and
Hamdani procedures for The type of research in toxic waste continues to face
Harahap, 2022 the permit for this study is normative traditional challenges and for
management of juridicial law. environmental supervision
Licensing for Hazardous and and the way people are held
Hazardous and Toxic Waste accountable are not yet ideal.
Toxic Waste
Management: A
Study on
Environmental
Administrative
Law

Journal of
Environmental
and Development
Studies, Volume 3,
Nomor 1
Lusia Indrastuti Analyze job The type of data is The degradation of the
20. dan Rian creation qualitative data using authority of local
Saputra, 2022 (hereinafter field research data and governments in mineral and
reffered to as the literature, then analyzed coal mining permits can be
Lost Role of Local Omnibus Law) by describing or seen where the removal of
Governments in which was conducting indepth the authority for mineral and
Coal Mining formed through interview with research coal mining permits by the
Licensing and the omnibus subjects regions in Law No.3 of 2020
Management method. Law, concerning Mineral and Coal
Environment in precisely in Mining
Indonesia Article 21 Jo 22 of
the Omnibus Law,
European Online several
Journal of Natural provisions in Law
and Social Number 32 of
Sciences, Volume 2009 concerning
11, Nomor 2, pp. Environmental
397-408 Protection and

- 13 -
Management.
Maria Natalia Mengetahui Peran Penelitian hukum Peran pemerintah daerah
21. Pengaribuan, Pemerintah Kota empiris yang dilakukan setempat menjadi terabaikan
2021 Yogyakarta dalam di Dinas Lingkungan dengan adanya peraturan
pemberian Hidup dan Dinas baru sebagaimana izin usaha
Peran Pemerintah persetujuan Perizinan Pemerintah yang dijadikan satu guna
Daerah dalam lingkungan Kota Yogyakarta meringkas dan
pemberian setelah menyederhanakan proses
Persetujuan berlakunya administrasi, pengintegrasia
Lingkungan Undang-undang perizinan lingkungan ke
setelah Nomor 11 Tahun prizinan berusaha
berlakunya UU 2020 menyebabkan pelaku usaha
Nomor 11 Tahun tidak perlu mengurus banyak
2020 di Kota perizinan yang kadang sangat
Yogyakarta kompleks dan menyulitkan.

Skripsi, Fakultas
Hukum,
Universitas Atma
Jaya Yogyakarta
Sumber: Telaah Pustaka dan Perumusan (2022)

Berdasarkan telaah pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dapat


dirumuskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, baik
ditinjau dari obyek material maupun formal, sekaligus sebagai batasan terhadap
obyek kajian dan lingkup analisis dalam penelitian ini.

Penelitian Fadhlatun (2022) tentang penerapan sanksi administrasi terhadap


pelanggaran hukum lingkungan yang bertujuan menganalisis penerapan sanksi
admnistrasi yang diberikan pemerintah Kabupaten Temanggung terhadap PT.
Sumber Makmur Anugerah Textile Temanggung. Penelitian Nina dan Ukliah
(2021) menyatakan hasil dari penelitian bahwa etika lingkungan dibutuhkan
dalam seluruh tindakan yang kita lakukan dan pemerintah harus memikirkan
dampak yang akan timbul jika tidak melakukan pengawasan kualitas lingkungan
dan menindak tegas pelaku pencemaran. Penelitian Nursya (2022) tentang AMDAL
dalam perspektif hukum lingkungan yang dimana menggunakan metode penelitian
normatif, yaitu sesuatu penelitian yang mengkaji mengenai asas-asas hukum
mengenai penegakan hukum lingkungan. Penelitian Rahayu dan Amalina (2022)
tentang partisipasi masyarakat dalam penyusunan AMDAL di Kabupaten
Sukoharjo dengan tujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dan
kendalanya yang dihadapi dalam penyusunan AMDAL.

Kemudian penelitian Abdurrakhman dan Yoga (2021) mengenai AMDAL


penanganan penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui jalur perdata

- 14 -
menitikberatkan pada ganti kerugian yang harus dilakukan oleh para pelaku usaha
yang mengakibatkan terjadinya perusakan dan/atau pencemaran lingkungan.
Penelitian Sri Subekti (2023) mengenai pentingnya peran masyarakat dalam
AMDAL yang berisi analisis perbedaan terkait perizinan lingkungan antara
peraturan perundang-undangan diantaranya UU Cipta Kerja dan UU 32 Tahun
2009. Penelitian Irja Tobawan (2022) tentang keterlibatan masyarakat pada
proses AMDAL: potensi permasalahan, implikasi, dan faktor penyebab melalui
pendekatan yang lebih mengembangkan pemahaman mengenai pelaksanaan
partisipasi yang dapat memberikan banyak manfaat dengan menganalisis sejauh
mana proses AMDAL di Indonesia. Penelitian Uday, dkk (2023) tentang penerapan
analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL sebagai pengelolaan
lingkungan hidup dan sungai. Penelitian Harry Fajar (2022) tentang efektivitas
dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup, hasilnya menciptakan
tigkat efektivitas pelaku usaha/perusahaan di Kabupaten Lampung Selatan
sebesar 71,6% (baik) berdasarkan pelaksanaan RKL-RPL, laporan pengawasan dan
presensi masyarakat.

Selanjutnya, penelitian Lutfi Rumkel, dkk (2020) menganalisis izin atas suatu
pembangunan terhadap dampak bagi lingkungan melalui prosedur Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan ditinjau aspek perundang-undangan yang berlaku
dengan menimbang dampak penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha.
Penelitian Zahranisa dan Faiza (2021) to the regulation regarding of the Omnibus
Law which changed Article 88 of Law No.32 of 2009 becomes article 88 of the
Omnibus Law. Penelitian Syamsul Rizal (2018) Pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL
belum cukup efektif dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Aceh
Tamiang, hal ini dilihat dari kurang disiplinnya perusahaan terhadap kewajiban
melakukan pelaporan kualitas lingkungan. Penelitian Nurpanca Sitorus dkk (2021)
The legal policy is that laws and regulations related to environmental management
are not enough in terms of their implementation including in the supervision.
Penelitian Esty Novelina (2022) tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dalam pengelolaan lingkungan hidup yang secara umum kegunaan
AMDAL adalah memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha,

- 15 -
menampung aspirasi pengetahuan dan pendapat penduduk khususnya dalam
masalah lingkungan sewaktu akan didirikannya suatu usaha atau kegiatan
perindustrian.

Penelitian Meldi Amijaya dkk (2022) describe the institutional structure of


the local government and the licensing mechanism for the mining sector after the
amandement to the mineral and coal law in Central Sulawesi. Penelitian Ratna
Nurhayati dkk (2021) There law a shift in the direction of environmental law
politics from a sustainable policy system to a risk-based licensing policy system.
Penelitian Thomas Nyahuna (2022) The Choice environmental management
accounting practices adopted, further research should employ other research
methods to overcome the challenges of qualitative approach possibily in a different
geographical local. Penelitian Muhmmmad Bilal dkk (2021) mengkaji problematika
penghapusan izin lingkungan mengingat izin lingkungan memiliki fungsi
pencegahan kerusakan dan pencemaran lingkungan berdasarkan peraturan
Omnibus Law. Penelitian Nelly Marisi dkk (2022) Licensing for hazardous and toxic
waste management to analyze the regulations and regulatory procedures for the
permit for management of hazardeous and toxic waste. Penelitian Lusia Indrastuti
dkk (2022) lost role of local governments in coal mining licensing and
management environmental, the analyze job creation (here in after reffered to as
the Omnibus Law) which was formed through the omnibus method. Penelitian
Maria Natalia (2021) kewenangan pemerintah daerah dalam pemberian
persetujuan lingkungan yang menggunakan metode penelitian hukum empiris di
Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini dipandang lebih
komprehensif, baik dari sisi obyek material sebagai sasaran penelitian maupun
obyek formal penelitian yang berupa metode analisisnya.

(1) Obyek material yang menjadi tujuan dan sasaran penelitian ini, di samping
untuk mengkaji Analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL
merupakan salah satu persyaratan dalam izin lingkungan merupakan studi
aktivitas yang tersusun secara sistematik dan ilmiah dengan menggunakan
Teknik pendekatan yang bersifat interdisipliner bahkan multidisipliner

- 16 -
(2) Kelebihan penelitian ini dari penelitian sebelumnya terletak pada metode
analisis dalam perumusan strategi pengendalian yang telah terjadi akibat
dari belum lengkapnya dokumen-dokumen pelaku usaha, yaitu dengan cara
mengintegrasikan antara tinjauan akademik faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakberlangsungan penyelenggaraan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari aspek akademik maupun praktis
implementatif, seperti diuraikan berikut ini.

(1) Kegunaan Akademik memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu


lingkungan pada umumnya dan bagi pengembangan ilmu pengelolaan
lingkungan, khususnya dalam membangun terapan keilmuan hukum di
bidang penyelenggaran perizinan pengelolaan hutan produksi dengan
menggunakan pendekatan interdisipliner sebagai ilmu bantu analisis hukum
dalam pengendalian kerusakan lingkungan yang telah terjadi.

(2) Kegunaan Praktis Implementatif diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat
memberikan kerangka dasar dalam merumuskan strategi dan kebijakan
penyelenggaraan perizinan yang memenuhi kaidah-kaidah dan asas
keterpaduan dan keberlanjutan, baik dari segi multidisiplin maupun
interdisipliner. Pembaca dapat mengetahui bagaimana penerapan hukum
untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan akibat adanya pelanggaran
terhadap penyelenggaraan perizinan yang dilakukan baik oleh pelaku usaha
ataupun pemerintah sebagai pihak yang melakukan pengawasan lingkungan
di Indonesia dan pada hasil penelitian ini, dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi masyarakat dan pelaku usaha tentang arti pentingnya
lingkungan yang baik dan sehat.

- 17 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Pustaka: Konsep dan Teori

2.1.1. Izin Lingkungan


Salah satu instrumen hukum kebijaksanaan lingkungan yang berfungsi
sebagai sarana pencegahan pencemaran lingkungan adalah izin lingkungan. Jenis
perizinan yang umumnya mengenai kegiatan yang mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan dikenal dengan istilah izin lingkungan (environmental license
atau milieuvergunning) (Siti Sundari Rangkuti : 1996). Perizinan merupakan
kategori penting keputusan-keputusan dalam rangka ketentuan-ketentuan
larangan dan/atau keputusan-keputusan perintah. Sistemnya adalah bahwa
undang-undang melarang suatu tindakan tertentu atau tindakan-tindakan tertentu
yang saling berhubungan. Larangan ini tidak dimaksudkan secara mutlak, namun
untuk dapat bertindak dan mengendalikan masyarakat dengan cara mengeluarkan
izin (Philipus M Hadjon dkk : 1994).
Izin lingkungan difungsikan sebagai instrumen dalam pengelolaan lingkungan
yang dibutuhkan untuk pencegahan pencemaran lingkungan. Perizinan lingkungan
sebagai instrumen pencegahan pencemaran lingkungan tidak berfungsi secara
efektif. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus-kasus pencemaran lingkungan.
Izin lingkungan bersifat sektoral dengan prosedur dan pejabat berwenang yang
berbeda, tidak ada sistem perizinan lingkungan secara terpadu. Jenis perizinan
lingkungan di Indonesia sedemikian banyaknya sehingga Indonesia sebagai negara
perizinan (een vergunningen land) (Siti Sundari Rangkuti : 2005). AMDAL dalam
sistem perizinan berdasarkan UUPPLH:
1) AMDAL sebagai informasi yang harus terbuka bagi masyarakat;
2) AMDAL sebagai alat prediksi kemungkinan terjadinya dampak/ongkos;
3) AMDAL sebagai alat pemantauan/RPL dan pengelolaan/RKL kegiatan; dan

- 18 -
4) AMDAL sebagai legal evidence.

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 Pasal 1 Angka 35 Persetujuan


Lingkungan adalah keputusan kelayakan lingkungan hidup atau pernyataan
kesanggupan pengelolaan lingkungan hidup yang telah mendapatkan persetujuan
dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Persetujuan Lingkungan yang
dimaksud. Adapun tahapan perizinan berbasis risiko meliputi:
1) Persiapan
2) Identifikasi bahaya dan probabilitas
3) Penentuan tingkat risiko
4) Perizinan Berusaha

Perbedaan izin lingkungan dengan persetujuan lingkungan pada skala


kehutanan ialah izin lingkungan sudah diintegrasikan ke dalam perizinan
berusaha. Adapun jenis dokumen lingkungan seperti analisis mengenai dampak
lingkungan (Amdal), Upaya kelola lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL-UPL), dan Surat Pernyataan lingkungan seperti Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan (SKKL), Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PKPLH), dan Nomor Induk Berusaha (NIB) sesuai dengan tingkat risiko tinggi,
menengah, dan rendah.
Izin merupakan legalitas usaha dalam bentuk persetujuan pemerintah kepada
pelaku usaha untuk melakukan operasional dan komersial kegiatan usahanya.
Persetujuan pemerintah diterbitkan setelah pelaku usaha memenuhi semua
persyaratan pelaksanaan kegiatan usaha dimaksud. Sistem perizinan lingkungan
dalam sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup telah diamanatkan
dengan jelas dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada Pasal 36 disebutkan bahwa :
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan;
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
atau rekomendasi UKL-UPL;

- 19 -
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL; dan
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya.

Dari bunyi pasal diatas, maka lingkup perizinan lingkungan sejatinya bersifat
kompleks dan holistik. Banyak berbagai permasalahan yang menjadi bagian di
dalam masyarakat yang berkembang, baik bagian secara proses internal maupun
eksternal. Secara umum kompleksitas berbagai permasalahan seputar
pertambangan dan lingkungan tersebut memiliki penjabaran-penjabaran khusus
(spesifik) masing-masing. Lingkungan hidup yang menjadi titik perhatian dan
dibahas pada tulisan ini, yaitu mengenai izin lingkungan pada peruntukan wilayah
kegiatan pertambangan.

2.1.1.1. Penyusunan Persetujuan Teknis dan Dokumen Lingkungan


Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, sebagai aturan
turunan pelaksanaan UU Cipta Kerja di sektor penanaman modal. Penyelenggaraan
perizinan berusaha berbasis risiko bertujuan untuk meningkatkan ekosistem
investasi dan kegiatan berusaha, melalui pelaksanaan penerbitan Perizinan
berusaha secara lebih efektif dan sederhana. Aturan ini menjelaskan perizinan
berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan
menjalankan usaha dan/atau kegiatannya. Sementara itu, risiko adalah potensi
terjadinya cedera atau kerugian dari suatu bahaya atau kombinasi kemungkinan
dan akibat bahaya. Sedangkan perizinan berusaha berbasis risiko adalah perizinan
berusaha berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha.
Masih terkait dengan peraturan lama yang memiliki beberapa kendala salah
satunya yaitu terkait dengan pengajuan izin lingkungan yang harus didahului
dengan AMDAL, guna mendapatkan izin tersebut. AMDAL sendiri diterbitkan oleh
Komisi Penilai Amdal (KPA) yang dimana sebelumnya tiap Provinsi atau
Kabupten/Kota hanya dimungkinkan untuk dapat membentuk suatu KPA saja. Hal

- 20 -
ini menjadi salah satu alasan lambatnya pengurusan Izin Lingkungan yang
memperlambat pengurusan izin berusaha di Indonesia, melalui UU Cipta Kerja hal
tersebut diatur ulang dengan pembentukan Lembaga baru yang disebut dengan
Lembaga Uji Kelayakan (LUK), Lembaga ini nantinya yang akan mengganti fungsi
KPA dimana dalam pelaksanaan tugasnya LUK menunjuk Tim Uji Kelayakan yang
terdiri:
1) Unsur Pemerintah pusat, pemerintah daerah
2) Pakar bersertifikat yang kompeten di bidangnya
3) Masyarakat yang terkena dampak langsung
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 11
Tahun 2020 menyatakan tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyebutkan bahwa kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
a) Pengubahan Bentuk Lahan dan Bentang Alam;
b) Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
c) Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e) Proses dan kegiatan yang hasilnnya akan mempengaruhi pelestarian Kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f) Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik;
g) Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h) Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
i) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

Permohonan melalui penyusunan dan penilaian AMDAL dan formulir UKL


UPL, terutama yang kewenangan penilaiannya berada di KLHK. Kewenangan

- 21 -
penilaian dokumen lingkungan hidup serta penerbitan Persetujuan Lingkungan
(dan juga Persetujuan Teknis) mengikuti tingkatan kewenangan Penerbitan
Perizinan Berusaha (Pusat, Provinsi atau Kabupaten/Kota) bagi Pelaku Usaha
berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko. Selain mengikuti tingkat kewenangan perizinan
berusaha, juga terdapat ketentuan lain seperti lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di lintas provinsi atau berlokasi di lintas daerah
kabupaten/kota yang berada dalam 1 (satu) provinsi dan/atau berlokasi di
wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut merupakan kewenangan Gubernur.

Tabel 2.1.1. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Lingkungan Hidup dan
Kehutanan

Bidang Usaha Risiko

Parameter Kewenangan Pemerintah


Jangk Masa
No Ruang Resiko Tingka Perizinan
Kode a Berlak
. Judul KBLI Lingkup Luas t Berusaha
KBLI Skala Waktu u Pusat/Provinsi/
Kegiatan Laha Resiko Parameter
Usaha Kabupaten Kota
n

1. 0220 Usaha 1.Pemanfaatan Seluru N/A Tinggi NIB + Izin 10 90 Seluruh Menteri
9 Kehutanan Hasil Hutan; h Hari Tahun
Lainnya 2. Kayu Pada Pemanfaata

0212 Pemanfaatan Hutan n Hutan

2 Kayu Hasil Produksi; Produksi

Restorasi 3.Pemanfaata

ekosistem n Jasa

pada hutan Lingkungan

alam

0211 Pemanfaatan
1 Kayu Hutan
tanaman
pada hutan
alam

Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


2. 3812 Pengumpulan Pengelolaan Seluru N/A Tinggi NIB + Izin 10 5 Seluruh Menteri
0 limbah Limbah Bahan h Hari Tahun
berbahaya Berbahaya Pengelolaan

3822 Treatment dan Beracun Limbah Kegiatan Gubernur


0 dan meliputi Bahan Pengumpula
pembuanaga kegiatan Berbahaya n Limbah B3
n limbah pengumpulan dan Beracun skala
berbahaya limbah Provinsi

- 22 -
Kegiatan Bupati/Walikota
Pengumpula
n Limbah B3

2.1.2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


Amdal adalah instrument hukum lingkungan yang berfungsi untuk
mencegah pecemaran lingkungan. Dengan diberlakukannnya UUPPLH dasar
hukum AMDAL tertuang dalam ketentuan Pasal 20 sampai dengan Pasal 33.
Menurut Pasal 20 ayat (1) UUPPLH mewajibkan setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib AMDAL. Oleh pasal 20
ayat (2) UUPPLH kriteria dampak penting ditentukan sebagai berikut:
a) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b) Luas wilayah penyebaran dampak;
c) Intensitas berlangsung, dan lainnya dampak;
d) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak;
e) Sifat kumulatif dampak;
f) Berbalik dan/atau tidak berbaliknya dampak;
g) Kriteria lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selanjutnya kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan Amdal telah ditentukan oleh Pasal 23 ayat (1) sebagai berikut;
a) Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b) Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
c) Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

- 23 -
e) Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian Kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f) Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g) Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h) Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
i) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

AMDAL adalah suatu kegiatan (studi) yang dilakukan untuk


mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan suatu
rencana kegiatan (proyek) terhadap lingkungan (Daud silalahi : 1995). Pasal 1 ayat
(1) PP AMDAL merumuskan pengertian AMDAL, yakni: kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL adalah salah satu instrumen
penting hukum lingkungan, AMDAL pada hakekatnya merupakan upaya
prosedural guna melakukan pencegahan pencemaran lingkungan yang
terinternalisir dalam tata laksana perizinan lingkungan (Siti Sundari Rangkuti,
2005). Secara teoritik, AMDAL adalah bagian dari prosedur perizinan lingkungan
yang bertujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan melalui mekanisme
administrasi.

2.1.2.1. Fungsi AMDAL


Amdal menjadi salah satu komponen instrumen didalam pengelolaan
lingkungan hidup. Serta peranan dan fungsinya sebagai upaya pencegahan dan
pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Umumnya fungsi dan kegunaan dari
AMDAL ialah : (Sari Mutiara : 2023)
a) Menyediakan informasi yang jelas tentang sebuah rencana kegiatan atau
usaha, disertai dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya atas aktivitas
tersebut;

- 24 -
b) Berisi pendapat, pengetahuan beserta aspirasi penduduk terutama dalam
perkara lingkungan sewaktu akan berdirinya suatu usaha atau kegiatan
industri;
c) Menyediakan dan menampung informasi setempat yang bermanfaat bagi
pemilik atau pendiri beserta masyarakat sekitar maupun luas didalam langkah
antisipasi dampak dan pengelolaan lingkungan.

Tujuan utama dari adanya AMDAL ini ialah untuk menyeleksi perubahan
yang ada disebabkan oleh aktivitas pembangunan yang ditawarkan agar menjadi
bagian dari siklus alam yang berkelanjutan. Satu eksperimen yang terkontrol dapat
dilakukan untuk dapat membandingkan perubahan didalam parameter kualitas
lingkungan. Satu sistem disiapkan sebagai pengontrol. Fungsi ini dapat dibebankan
kepada Kawasan lindung, Sedangkan sistem alam lainnya yaitu di kawasan budi
daya berlangsung kegiatan pembangunan. Pengkajian AMDAL yang terpisah-pisah
atau menghiraukan salah satu komponen tertentu dapat menyebabkan
terganggunya kestabilan komponen yang lain (Sari Mutiara: 2023).
AMDAL bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
pembangunan. AMDAL merupakan keputusan pada tingkat pelaksanaan usaha.
Seharusnya AMDAL sebagai salah satu motor pembangunan, namun jika dalam
pelaksanaannya salah langkah maka proses AMDAL bisa menjadi beban (Ninik
Suparni, 1994). AMDAL sebagai salah satu persyaratan dalam izin lingkungan
merupakan studi aktivias yang tersusun secara sistematik dan ilmiah dengan
menggunakan Teknik pendekatan yang bersifat interdisipliner bahkan
multidisipliner, maka studi tersebut haruslah tersusun secara runtut dan
komprehensif-integral (terpadu-lintas sektoral) (Muhammad Erwin : 2007).
Tugas utama dari AMDAL adalah memilah perubahan-perubahan yang
ditimbulkan oleh aktifitas pembangunan yang ditawarkan agar menjadi bagian
dari siklus alam. Satu eksperimen yang terkendali dapat dilakukan untuk
membandingkan perubahan dalam parameter kualitas lingkungan. AMDAL
dimaksudkan untuk pembangunan, perbaikan pembangunan diidentifikasi dengan
AMDAL. AMDAL merupakan salah satu pembangunan berkelanjutan sebagai
sarana pengambilan keputusan di tingkat proyek. Seharusnya AMDAL sebagai

- 25 -
salah satu motor pembangunan, namun memang jika salah langkah proses AMDAL
bisa jadi beban (Niniek Suparni : 1994).

2.1.2.2. Proses Dasar Penyusunan Dokumen AMDAL


Secara umum proses penyusunan kelayakan lingkungan dimulai dari proses
penapisan untuk menentukan studi yang akan dilaksanakan menurut jenis
kegiatan menyusun AMDAL. Proses penapisan ini mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Penyusunan dokumen AMDAL bukan hanya untuk
memperkirakan dampak besar dan penting yang akan muncul ke permukaan dan
merusak eksistensi kelestarian fungsi lingkungan hidup, tetapi pada tataran
filosofis atau praktis-pragmatis, AMDAL memiliki fungsi sebagai instrument vital
pengendalian dampak lingkungan hidup secara berkesinambungan, seiring dengan
dinamika dan aktivitas perusahaan-perusahaan di Indonesia
Manfaat penyusunan AMDAL antara lain mengidentifikasi, memprediksi,
dan menilai kemungkinan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan yang
direncanakan dan dampak positif yang meningkat dan dampak negatif yang lebih
kecil terjadi dengan menerapkan RKL-RPL yang sesuai dan bertujuan untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan. Penyusunan AMDAL melibatkan beberapa
langkah, antara lain:
1) Penapisan
Bentuk metodologi untuk menentukan apakah suatu proyek memerlukan
AMDAL dan untuk menentukan tolok ukur jika bisnis dan/atau operasi memiliki
dampak yang signifikan dan signifikan terhadap lingkungan. Pada tahap ini
telah ditentukan jumlah penduduk yang terkena dampak, luas daerah sebaran
dampak, durasi dampak, intensitas dampak, jumlah komponen lingkungan yang
terkena dampak, sifat kumulatif dampak dan inversi serta tidak inversi.
2) Scoping
Proses awal untuk menentukan ruang lingkup masalah dan menentukan
dampak signifikan (diasumsikan) terkait dengan komitmen/kegiatan yang
direncanakan. Secara umum, pelingkupan dilakukan dalam 3 (tiga) langkah,
yaitu identifikasi dampak, penilaian dampak, pemeringkatan dan penentuan

- 26 -
prioritas. Penyusunan Kerangka Acuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(KA-ANDAL)
3) Penyusunan KA-ANDAL
Lingkup analisis dampak lingkungan merupakan hasil dari pelingkupan. KA-
ANDAL disusun dalam tiga cara, yaitu:
a) Kerangka acuan yang disiapkan oleh panitia yang bertanggungjawab untuk
berkoordinasi dengan promotor proyek;
b) Kerangka acuan yang disiapkan bersama oleh komite yang
bertanggungjawab, promotor proyek dan kontraktor AMDAL atau konsultan
AMDAL;
c) Kerangka acuan yang disiapkan oleh kontraktor utama AMDAL untuk
pemrakarsa proyek, kemudian dibahas dengan otoritas terkait tanggung
jawab.
4) Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (ANDAL)
Studi yang cermat dan mendalam tentang dampak signifikan dari rencana bisnis
dan/atau kegiatan. Pedoman Umum Penyusunan ANDAL menjadi acuan sebagai
dasar penyusunan ANDAL apabila belum ditetapkan petunjuk teknis
penyusunan ANDAL untuk usaha atau kegiatan yang terkait.
5) Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Dokumen yang memuat upaya untuk mencegah, mengendalikan, dan
memperbaiki dampak lingkungan penting yang ditimbulkan oleh suatu rencana
usaha atau kegiatan mengembangkan rencana pemantauan lingkungan
6) Pengembangan Rencana Pemantauan Lingkungan (EPR)
Rencana yang melibatkan pengukuran berulang komponen atau parameter
lingkungan pada waktu tertentu untuk mengetahui apakah ada perubahan
lingkungan akibat pengaruh kegiatan atau proyeksi penilaian. Inti dari
pemantauan adalah untuk memantau sejauh mana kegiatan proyek
menyebabkan perubahan lingkungan untuk menentukan efektivitas peralatan
pegendalian pencemaran yang digunakan.
7) Pengumpulan Seluruh Dokumen AMDAL
Menjadi rumus yang dihasilkan dari barisan bilangan pada langkah-langkah
sebelumnya. Laporan tersebut terdiri dari tiga bagian agar dapat mencapai

- 27 -
sasaran, yaitu para pengambil keputusan dari pemrakarsa dan pemerintah yang
berkepentingan dengan proyek tersebut. Laporan harus konsisten dan
penyusunan AMDAL yang melibatkan beberapa tahapan selalu melibatkan
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.2.3. Dokumen AMDAL


Setiap recana Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki; AMDAL, UKL-UPL dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL). AMDAL
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan
yang menimbulkan dampak, AMDAL bagian dari kegiatan studi kelayakan rencana
usaha/kegiatan, komponen AMDAL meliputi Kerangka Acuan (KA), ANDAL RKL,
RPL.
Ada beberapa jenis usaha dan/atau kegiatan yang digunakan pada berbagai
bidang lingkungan hidup dan kehutanan rebuplik Indonesia, usaha dan/atau
kegiatan yang tidak masuk kriteria menyusun AMDAL, maka diwajibkan menyusun
UKL-UPL. Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen terdiri dari lima dokumen,
yaitu:
1) Dokumen Kerangka Acuan Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan
dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam
ANDAL dan batas-batas studi ANDAL, sedangkan kedalaman studi berkaitan
dengan penentuan metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak.
Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan
antara Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang
disebut dengan proses pelingkupan.
2) Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaah secara cermat terhadap dampak
penting dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dampak-dampak penting
yang telah diidentifikasikan didalam dokumen KA-ANDAL, kemudian ditelaah
secara lebih cermat dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati.

- 28 -
Telaah ini bertujuan untuk menentukan besaran dampak, setelah besaran
dampak diketahui selanjutnya dilakukan penentuan sifat penting dampak
dengan cara membandingkan besaran dampak dengan kriteria dampak
penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap kajian selanjutnya
adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang satu dengan yang
lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-dasar
pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak
negatif dan mamaksimalkan dampak positif.
3) Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
RKL mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup
yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat
rencana suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil
arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
4) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk
melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang
berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan
dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang
digunakan dalam kajian ANDAL.
5) Dokumen Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas
kajian ANDAL. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif
biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat
penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk mengelola
dampak-dampak tersebut. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL adalah
aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan
masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.

- 29 -
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup disatu sisi merupakan bagian
studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di
sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkn izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih
jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif
maupun dampak positif yang akan timbul.

2.1.3. Hutan Produksi


Pengertian Hutan Produksi adalah suatu areal hutan yang sengaja
dipertahankan sebagai Kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan atau
memproduksi hasil hutan bagi kepentingan masyarakat, dibidang industri dan
ekspor (Arief A. : 2011). Hutan ini ditentukan dengan batas-batas suatu HPH (Hak
Penguasaan Hutan) dan dikelola untuk menghasilkan kayu. Dengan pengelolaan
yang baik, tingkat penebangan diimbangi dengan penanaman kembali dan
pertumbuhan ulang sehingga hutan terus menghasilkan kayu secara lestari. Secara
praktis, hutan-hutan di Kawasan HPH sering dibalak secara berlebihan dan kadang
ditebang habis. Hutan produksi merupakan Kawasan hutan yang dimanfaatkan
untuk menghasilkan produk hasil hutan. Produk yang dihasilkan dapat berupa
hasil hutan berupa kayu atau hasil hutan non kayu. Secara lebih luas, hutan jenis
produksi juga meliputi pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan
pengambilan hasil hutan, baik kayu serta non kayu.

Secara keseluruhan, Indonesia memiliki 129 juta hektar kawasan hutan dan
72 diantaranya adalah kawasan hutan produksi, sedangkan jumlah lainnya berupa
hutan konservasi dan hutan lindung. Kebutuhan masyarakat akan bahan baku
yang bersumber dari hutan dapat dipenuhi dari pengelolaan hasil hutan produksi.
Hutan jenis ini memiliki luas area yang besar dan umumnya dikelola oleh
perusahaan swasta atau pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, fungsi
hutan produksi merupakan Kawasan hutan terluas dibanding jenis hutan lainnya.
Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat nyata bagi
kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial,
budaya maupun ekonomi secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus

- 30 -
diurus, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia dan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang (Sita
Lusiah : 2015).

2.1.3.1. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) adalah skema sertifikasi hutan


untuk memastikan bahwa Unit Manajemen Hutan telah melakukan pengelolaan
hutan fungsi produksi secara lestari dan menghasilkan hasil hutan yang legal.
Aspek pokok dalam pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) adalah:
(Wrtiningsih : 2014)
a. Aspek kepastian dan keamanaan sumber daya hutan, yakni kemantapan dan
kepastian hukum, perencanaan pengelolaan yang disahkan, pengendalian
pelaksanaan secara operasional yang disahkan, penetapan dan penataan
Kawasan dengan pemancangan tata batas yang jelas dan dikukuhkan secara
hukum;
b. Aspek kesinambungan produksi – Penetapan sistem silvikultur harus sesuai
dengan kondisi hutan yang dikelola agar kelangsungan produksi kayu dari
suatu Kawasan HPH berjalan dengan baik dan lestari;
c. Aspek konservasi flora fauna dan keanekaragaman hayati serta fungsi hutan
bagi lingkungan – Program konservasi harus dilakukan agar plasma nutfah,
zona penyangga antara hutan produksi dengan hutan lindung atau hutan
konservasi tetap tersedia. Selain itu, sebagai upaya inventarisasi flora fauna
yang dilindungi, pencegahan perburuan binatang yang dilindungi, pencegahan
penebangan pohon yang dilindungi, pencegahan kebakaran, dan perlindungan
sungai, mata air, pantai dan lainnya; dan
d. Aspek manfat ekonomi bagi pembangunan dan partisipasi masyarakat, antara
lain tenaga kerja profesional, kesejahteraan karyawan, pendidikan dan
kesehatan masyarakat sekitar hutan, aspek kelembagaan.

Penilaian mengenai pengelolaan hutan fungsi produksi lestari dilakukan oleh


Lembaga yang bernama Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
(LPPHPL). Lembaga ini harus diakreditasi oleh komite akreditasi Nasional (KAN).

- 31 -
Contoh dari LPPHPL, antara lain Lembaga ecolabel Indonesia (LEI) dan Forest
Stewardship Council (FSC). Persyaratan teknis ialah sebagai berikut:
a) Peta skala paling kecil 1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) atau lebih
besar yang ditandatangani pemohon dan peta dalam bentuk softcopy format
shapefile (SHP) dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84 yang
menggambarkan lokasi, luas areal, dan rincian penggunaan Kawasan hutan
yag dimohon;
b) Peta citra penginderaan jauh dengan resolusi kecil 5 lima meter liputan 1
(satu);
c) Rekomendasi gubernur tentang penggunaan Kawasan hutan berdasarkan
pertimbangan teknis dinas provinsi yang membidangi kehutanan dan analisis
status dan fungsi Kawasan hutan dari balai pemantapan Kawasan hutan;
d) Pertimbangan teknis perum perhutani dalam hal permohonan berada dalam
wilaya kerja perum perhutani;
e) Perizinan/perjanjian atau perizinan berusaha atau kegiatan yang berlaku
efekttif yang diterbitkan oleh pejabat sesuai kewenangannnya bagi pemohon
persetujuan penggunaan kawasan hutan berusaha yang sudah memiliki
perizinan/perjanjian/perizinan berusaha antara lain perizinan berusaha
pertambangan mineral dan batu bara yang berstatus clear and clean yang
masih berlaku dengan jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan, kecuali
untuk usaha yang belum memiliki perizinan berusaha atau kegiatan yang tidak
wajib memiliki perizinan berusaha;
f) Dalam hal permohonan persetujuan penggunaan Kawasan hutan untuk
berusaha yang belum memiliki perizinan berusaha dilengkapi
keputusan/penetapan pemenang lelang wilayah pertambangan untuk
permohonan persetujuan penggunaan Kawasan hutan kegiatan pertambangan
atau penetapan/penugasan sebagai pelaksana pengembangan panas bumi
untuk permohonan penggunaan Kawasan hutan kegiatan panas bumi;
g) Surat keterangan dari direktorat jenderal yang membidangi mineral dan batu
bara terkait kegaiatan eksplorasi lanjutan pada tahap operasi produksi yang
dilengkapi peta yang menggambarkan areal yang akan dilakukan kegiatan
eksplorasi lanjutan dan kegiatan operasi produksi bagi pemohon persetujuan

- 32 -
penggunaan Kawasan hutan untuk kegiatan eksplorasi lanjutan pada tahap
operasi produksi; dan/atau
h) Dokumen lingkungan dan persetujuan lingkungan bagi usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL, bagi pemohon perstujuan
penggunaan kawsan hutan yang telah memiliki perzinan berusaha. Tahun
terakhir dilampiri dengan softcopy dangan koordinat system UTM Datum WGS
84.

Hasil penilaian kesesuian persyaratan permohonan berupa permohonan; a)


telah memenuhi kelengkapan persyaratan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau b) telah memenuhi kelengkapan persyaratan namun
substansinya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan apabila memenuhi: a) kelengkapan persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis; dan b) ketentuan teknis. Berdasarkan hasil
penilaian : a) apabila tidak memenuhi ketentuan teknis, direktur jenderal atas
nama menteri menyampaikan penolakan kepada permohonan; atau b) apabila
memenuhi ketentuan teknis, direktur jenderal menyampaikan telaah teknis dan
peta lampiran persetujuan penggunaan Kawasan hutan kepada Sekretaris Jenderal
(Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan, Pasal 30.

2.1.4. Pelaku Usaha


Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa pelaku usaha adalah setiap orang
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Dalam penjelasannya menyatakan bahwa pelaku usaha yang termaksud dalam
pengertian ini adalah perusahaan, koperasi, BUMN, korporasi, importer, pedagang,

- 33 -
distributor dan lain-lain. Dalam definisi pelaku usaha yang dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1
angka 3 sama dengan cakupan yang diklaim oleh negara-negara Eropa khususnya
Belanda, karena pelaku usaha dapat berupa badan hukum atau orang perorangan.
Dalam Pasal 3 Directive Product Liabiliti Directive (selanjutnya disebut Directive)
sebagai pedoman bagi negara Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) mendefinisikan
pelaku usaha/produsen adalah:
1) Produsen berarti pembuat akhir, produsen dari setiap bahan mentah, atau
pembuat dari suatu suku cabang dan setiap orang yang memasang nama, merek
atau suatu tanda pembedaan yang lain pada produk, menjadikan dirinya sebagai
produsen;
2) Tanpa mengurangi tanggung gugat produsen, maka setiap orang yang
mengimpor suatu produk untuk dijual, dipersewakan, atau leasing, atau setiap
bentuk pengedaran dalam usaha perdagangannya dalam Masyarakat Eropa,
akan dipandang dalam arti produsen dalam arti Directive ini, dan akan
bertanggung gugat sebagai produsen;
3) Dalam hal suatu produsen tidak dikenal identitasnya, maka setiap
leaveransi/supplier akan bertanggung gugat sebagai produsen, kecuali ia
memberitahukan orang yang menderita kerugian dalam waktu yang tidak
terlalu lama mengenai identitas produsen atau orang yang menyerahkan
produk itu kepadanya. Hal yang sama akan berlaku dalam kasus barang/produk
yang diimpor, jika produk yang bersangkutan tidak menunjukkan identitas
importir sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, sekalipun nama produsen
dicantumkan.

2.1.4.1. Kewajiban Pelaku Usaha


Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh mereka yang
mengembannya, dalam hal ini kewajiban pelaku usaha beritikad baik dalam
melakukan kegiatan usaha merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum
perikatan. Untuk itu, dalam menjalin terciptanya upaya perlindungan konsumen
yang efektif maka, Undang-undang Perlindungan Konsumen secara eksplisit

- 34 -
menentukan dalam BAB III Pasal 7 terkait kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh Pelaku Usaha diantaranya:
1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaan;
3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau barang yang
dibuat dan/atau diperdagangkan;
6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.

Secara garis besar kewajiban pemegang Hak Pengusahaan Hutan, dapat


dikelompokkan menjadi 13 kewajiban : (Nurman Tasman : Aspek Hukum
Penerapan Ekolabel di Hutan Produksi)
a) membuat rencana karya pengusahaan hutan;
b) melaksanakan penataan batas HPH;
c) melaksanakan sendiri kegiatan pengusahaan hutan;
d) melakukan kegiatan secara nyata di lapangan;
e) membangun sarana dan prasarana sosial;
f) mempekerjakan tenaga ahli dan tenaga teknis kehutanan;
g) membayar IHPH, IHH, DR dan kewajiban lain yang ditetapkan oleh
pemerintah;
h) mendirikan industri hasil hutan atau terkait dengan industri lain;
i) melakukan pembinaan hutan dengan melaksanakan TPTI secara lengkap dan
benar, serta melakukan penanaman pada areal yang kosong;
j) melakukan usaha perlindungan dan pengamanan hutan pada areal kerjanya;

- 35 -
k) melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan
sesuai dengan AMDAL, RKL, dan RPL;
l) tidak memindah tangankan HPH kepada pihak lain tanpa izin Menteri
Kehutanan; dan
m) melakukan HPH Bina Desa Hutan.

Pada prakteknya audit lingkungan tidak dilakukan oleh pemilik usaha yang
bersangkutan. Umumnya pemilik usaha menggunakan konsultan auditor dari
perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan hidup merupakan persyaratan
yang utama. Secara skematis proses keterlaksanaan audit lingkungan berdasarkan
SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2001. Berikut tabel
prosedur AMDAL bagi pelaku dan/atau kegiatan usaha:

Kegiatan Usaha

Telah Ada AMDAL Belum Memiliki AMDAL

Dokumen
1. KA Andal
2. ANDAL Kinerja Masalah
3. RKL Kegiatan Lingkungan
4. RPL Usaha

1. Mobilisasi Auditor
2. Konsultasi/Informasi

Pemeriksaan/Penelitian

1. Check List
2. Sampling
3. Pengamatan
- 36 -
4. Kuesioner
Penilaian dan Evaluasi

1. Penetapan Skala Parameter Lingkungan


2. Pemberian Skor Parameter Lingkungan
3. Analisis Kondisi Parameter Lingkungan
4. Analisis Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Mitigasi

1. Kembangkan Kinerja Positif


2. Cegah dan Tanggulangi Kinerja Negatif

Gambar 2.2 Proses Audit Lingkungan


(Sumber: Chafid Fandeli, dkk., 2008)

2.1.4.2. Kewajiban Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan Produksi Berkaitan


dengan Pemeliharaan Hutan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan


pemberantasan perusakan memberikan kewajiban kepada masyarakat, badan,
hukum dan/atau korporasi yang memperoleh izin pemanfaatan hutan untuk
melakukan pencegahan kerusakan hutan. Undang-undang tersebut telah jelas
menyebutkan, salah satu subjek yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pencegahan kerusakan hutan adalah pemegang izin pemanfaatan hutan. Kemudian
lebih lanjut, Pasal 71 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan menyebutkan bahwa setiap
pemegang izin usaha pemanfaatan hutan wajib melaksanakan perlindungan hutan
di areal kerjanya. Beberapa kewajiban yang diberikan kepada pemegang izin
pemanfaatan hutan dijabarkan sebagai berikut:

- 37 -
a) Pembatasan Luasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)
dalam Hutan Alam atau IUPHHK Hutan Tanaman Pada Hutan Produksi
b) Sistem Silvikultur
c) Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
d) Membayar dana Reboisasi
e) Pengendalian Kebakaran Hutan

2.2. Kerangka Pikir Penelitian


Pengelolaan ditentukan oleh tujuan yang ditetapkan bagi kawasan
tertentu. Unsur-unsur yang ingin dilestarikan oleh para pengelola dalam
Kawasan yang telah memiliki izin maupun belum memiliki izin pada
Kawasan hutan produksi sangat diperlukan untuk memelihara kualitas yang
ingin dikelola dalam Kawasan hutan produksi di Kecamatan Seko Kabupaten
Luwu Utara. Tetapi perlu ditekankan bahwa campur tangan terhadap proses
alam penuh dengan risiko. Pengelolaan yang keliru dapat berakibat lebih
buruk dibandingkan tanpa pengelolaan. Kerangka pemikiran yang telah
diuraikan diatas, dapat dirangkum dalam skema sebagai berikut:
Bagan Kerangka Pikir 2.2.

Relasi Pemerintah dan Masyarakat

- 38 -
Pelaksanaan
Perencanan Pemantauan dan
1. Administrasi
1. Landasan Kerja Evaluasi
(AMDAL)
2. Landasan Hukum 1. Pengelolaan Kawasan
2. Kegiatan dan
Perlindungan
3. Pengembangan

Strategi Pengelolaan Hutan Produksi di


Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara

Berdasarkan bagan skema kerangka pikir tersebut pengelolaan hutan


itu sendiri sebenarnya masih kurang optimal, hal ini disebabkan karena
sangat tertutupnya sistem pengelolaan hutan Negara, sehingga proses
perizinan yang terjadi telah mereduksi kepentingan masyarakat luas.
Pemerintah selaku yang berwenang dalam pengambilan keputusan yang
mempunyai kekuasaan dan Lembaga yang mengurus masalah kenegaraan
dan kesejahteraan rakyat dan negara. Terdapat beberapa tahapan
diantaranya: (1) Tahap perencanaan hutan adalah suatu bagian proses
pengelolaan hutan untuk memperoleh landasan kerja dan landasan hukum
yang terwujud ketertiban dan kepastian hukum dalam pemanfaatan hutan
sehingga menunjang diperolehnya manfaat hutan yang optimal, (2) Tahap
pelaksanaan meliputi berbagai kegiatan dalam proses penilaian AMDAL
sebagai pengembangan administrasi izin yang memerlukan komitmen
pengelolaan dan pihak-pihak yang berwenang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bagi Kawasan tersebut, (3) Tahap pemantauan dan evaluasi
dilakukan terhadap seluruh tahap pengelolaan Kawasan yaitu sejak kegiatan
perencanaan sampai dengan tahap pengembangan potensinya. Evaluasi
pengelolaan harus menjadi proses sadar yang bertujuan menilai kemajuan

- 39 -
yang diarahkan untuk mencapai pengelolaan jangka pendek dan jangka
panjang Kawasan dilindungi. Setelah tercapai beberapa tahap maka hutan
akan lestari dengan sumber daya alamnya tetap tersedia secara terus
menerus atau berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan manusia untuk saat
ini dan generasi masa depan.

BAB III
Metode Peneltian
3.1. Gambaran Umum Lokasi
Seko dalam bahasa setempat berarti saudara, atau sahabat/teman,
pengertian ini didasarkan oleh cerita masyarakat. Secara geografis, Seko adalah
satu daerah Dataran Tinggi yang secara administratif masuk dalam wilayah
Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Seko merupakan kecamatan terluas dan
terjauh dari sekian kecamatan di Kabupaten Luwu Utara. Masyarakat Adat Seko
menempati Daerah Dataran Tinggi yang masuk dalam wilayah administratif
Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Tana Seko terbagi atas
3 (tiga) wilayah besar yaitu; Seko Padang, Seko Tengah dan Seko Lemo dan 9
(sembilan) wilayah hukum adat yaitu; Hono’, Turong, Lodang, Seko Rampi,

- 40 -
Pohoneang, Amballong, Hoyyane, Kariango dan Beroppa’. Luas Seko mencapai
2.109,19 Km2, wilayahnya berada di ketinggian antara 1.113 sampai 1.485 meter
di atas permukaan laut, dengan topografi sebagian besar wilayahnya berbukit-
bukit. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Rampi, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Toraja, bagian selatan berbatasan dengan
Kecamatan Sabbang, Masamba serta Limbong dan bagian utara berbatasan dengan
Kabupaten Mamuju.

Gambar. 3. Peta Batas Administrasi Kecamatan Seko


3.2. Jenis dan Sumber Data
Pengkajian ini lebih menitikberatkan pada penelitian hukum normatif.
Namun demikian tetap menggunakan data penelitian empiris meskipun hanya
berfungsi sebagai pendukung. Dengan metode yuridis normatif dimaksudkan
untuk menjelaskan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan mekanisme pengakuan masyarakat (Soekanto:1990). Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
(Cresswell, 2010). Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya.

- 41 -
Penelitan ini berbentuk studi kasus dan bersifat eksplanatoris karena
penelitian ini berusaha menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan izin berupa AMDAL. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian
yuridis normatif terbagi menjadi dua, yakni data primer berupa data-data aturan
hukum yang berlaku atau yang pernah diterbitkan oleh pemerintah. Sedangkan
jenis data sekunder yaitu data-data pendukung lainnya. Bisa juga berupa angka-
angka atau data-data lainnya, misalnya data penginderaan jauh, data perubahan
Kawasan hutan, data pemasukan ekonomi atau keuangan, dan lain sebagainya.

3.3. Bahan dan Alat Penelitian


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi;
1) Komputer;
2) Software SPSS versi 26 MS Excel 2007;
3) Alat Tulis;
4) Kuesioner (daftar pertanyaan);
5) Alat Perekam;
6) Kamera.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Sumber data penelitian adalah sumber dimana data diperoleh (Moleong
2009). Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi:

a. Data Primer
Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya atau objek yang diteliti baik melalui observasi, wawancara maupun
laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang selanjutnya diolah oleh peneliti.
Pada penelitian ini, data peneliti akan diperoleh penulis melakukan pengamatan ke
lapangan, studi dokumen dan wawancara informan dan responden yaitu:
a. Pemrakarsa usaha atau kegiatan yang mempunyai kewajiban menyusun
dokumen AMDAL

- 42 -
Responden dari unsur pemrakarsa baik yang terkait langsung dengan
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan maupun yang tidak
terkait langsung dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yaitu pihak
pengambil kebijakan atau manajemen. Faktor-faktor yang dikaji dari sisi
pengusaha/industri antara lain adalah;
a) Tingkat ketaatan pengusaha/industri untuk menyususn dokumen AMDAL
sebelum memulai usahanya;
b) Tingkat ketaatan pengusaha/industri untuk melaksanakan kewajibannya
dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan
dokumen AMDAL yang telah disusunnya;
c) Kendala yang dihadapi pengusaha/industri untuk melaksanakan
kewajibannya melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai
dengan dokumen AMDAL yang telah disusunnya.
b. Instansi terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perizinan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) sebagai
institusi yang membidangi masalah lingkungan hidup dan instansi lain yang
terkait dalam pengawasan pengelolaan maupun pemantauan lingkungan
sesuai dengan dokumen AMDAL (sebagai instansi pembina). Dari sisi
pemerintah faktor-faktor yang dikaji antara lain;
a) Kesiapan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) untuk melakukan pengawasan
terhadap ketaatan pengusaha/industri dalam melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sesuai studi AMDAL baik dari segi peraturan
perundangan, personil maupun pendanaan;
b) Kordinasi instansi terkait dalam pelaksanaan pengawasan terhadap
ketaatan pengusaha/industri dalam melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sesuai dengan studi AMDAL.

b. Data Sekunder
Data Sekunder yang merupakan data yang diperoleh melalui bahan
kepustakaan. Kemudian data sekunder di bidang hukum (dipandang dari sudut

- 43 -
kekuatan mengikatnya) dibedakan menjadi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier.
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat, dan
terdiri dari:
a) Norma atau kaidah dasar yaitu pembukaan UUD 1945;
b) Peraturan dasar: batang tubuh UUD 1945, ketetapan-ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat;
c) Peraturan Perundang-undangan;
d) Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, seperti hukum adat;
e) Yurisprudensi;
f) Traktat;
Bahan hukum primer yang digunakan oleh penulis yaitu:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
b) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal, UKL-UPL atau
SPPLH;
c) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Sertifikasi Kompetensi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup,
Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, dan Iji Kelayakan Lingkungan Hidup.
d) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
e) Peratutan Bupati Luwu Utara Nomor 56 Tahun 2012 tentang Pelimpahan
Kewenangan Perizinan, Non Perizinan dan Penanaman Modal Kepada
Badan Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal.

2) Bahan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder didapatkan dari instansi meliputi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sulawesi Selatan,
Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Dinas

- 44 -
Penanamana Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kabupaten
Luwu Utara. Setelah data terkumpul akan dilakukan untuk menentukan awal
kebutuhan pelaksanan izin berupa Dokumen AMDAL yang telah terpenuhi
atau belum terpenuhi.

3) Bahan Hukum Tersier


Ruang lingkup penelitian pelaksanaan dokumen AMDAL dalam pengelolaan
lingkungan di Kabupaten Luwu Utara meliputi:
1. Pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan dalam dokumen AMDAL di
suatu perusahaan yang telah memiliki izin lingkungan;
2. Keterlibatan masyarakat sekitar industri dalam pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan;
3. Pengawasan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara
dalam pelaksanaan Dokumen AMDAL bagi pelaku dan/atau kegiatan usaha.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa Teknik sesuai
jenis data yang dibutuhkan, yaitu:
1) Studi Pustaka
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan teknik pencatatan atau
perekaman terhadap laporan AMDAL serta laporan-laporan lain yang
berkaitan dengan penelitian.
2) Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan
langsung di lapangan. Observasi ini bisa di lakukan bersamaan dengan waktu
wawancara dilapangan atau dilakukan sebelumnya. Observasi merupakan cara
efektif dalam pengumpulan data dikarenakan kita tahu kenyataan apa yang
ada di lokasi/objek penelitian
3) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer dan informan dengan
menggunakan Teknik wawancara semi struktur, yaitu mengajukan pertanyaan
berdasarkan pedoman wawancara yang telah ada dan sebelumnya informan

- 45 -
bebas dan terbuka dalam mengemukakan pendapat dan idenya terhadap
peneliti sehingga diharapkan masalah penelitian dapat tergali secara langsung
maupun tidak langsung
4) Kuesioner
Kuesioner berisi pertanyaan tertulis untuk mengumpulkan data primer dari
responden terpilih. Pertanyaan kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
terstruktur (memilik salah satu jawaban yang tersedia).
Untuk menggali sikap, minat dan opini serta persepsi dengan wawancara
secara langsung dari masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi
penelitian, peneliti menggunakan pula teknik pengumpulan data Forum Group
Discussion (FGD). Teknik ini juga sangat bermanfaat dalam menggali data
mengenai keinginan serta kebutuhan dari suatu kelompok masyarakat. Pada
dasarnya diskusi ini merupakan cara wawancara kelompok, dan data yang
diperoleh sekaligus sudah merupakan data yang lebih mantap karena sudah
dibahas oleh banyak narasumber sebagai anggota diskusi kelompok. Untuk
melakukan teknik ini peneliti sudah menentukan fokus bahasan yang akan menjadi
topik utama dalam diskusi. Topik tersebut bisa diperoleh lewat wawancara
individual, maupun dari hasil kuesioner yang mungkin telah dilakukan
sebelumnya.

3.6. Analisis Data


Metode analisis yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode
kualitatif. (Moleong : 1989). Seluruh data yang berhasil dikumpulkan kemudian
disortir dan diklasifikasikan, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk uraian
secara sistematis. Data primer yang terkumpul melalui kuesioner dan wawancara
dilakukan pengolahan dengan menggunakan Analisa statistika distribusi frekuensi.
Sedangkan data yang berupa deskripsi narasi akan dikelompokkan tersendiri
sebagai data pendukung dalam penyusunan laporan.

Implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan


untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi kebijaksanaan sesungguhnya
bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-

- 46 -
keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran
birokrasi, melainkan lebih dari itu menyangkut masalah konflik, keputusan dan
siapa memperoleh apa dari suatu kebijaksanaan (Bagong, 2010). Dalam
pelaksanaan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Luwu
Utara, kriteria implementasi pengelolaan lingkungan yang dipakai yaitu:
0 – 40% : belum efektif
41 – 75% : cukup efektif
76 – 100% : sudah efektif
Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini, teknik pengembangan validitas data yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Macam teknik
trianggulasi yang ada hanya akan digunakan dua macam (Patton: 1980) yaitu: a)
trianggulasi data (sumber) yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber
data yang berbeda, misalnya mengenai pelaksanaan AMDAL yang digali dari
sumber data yang berupa informan, arsip dan peristiwa, demikian juga data
keterlibatan kegiatannya; dan b) trianggulasi penelitian yaitu mendiskusikan data
yang diperoleh dengan camat, kepala kelurahan, DPMPTSP dan DPLH. Selain itu
data yang telah terkumpul akan dikembangkan dan disimpan agar sewaktu-waktu
dapat ditelusuri kembali bila dikehendaki adanya verifikasi.
Untuk mengkaji apakah data yang diperoleh telah sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan kelompok, maka diadakan diskusi kelompok. Pada dasarnya
diskusi ini merupakan cara wawancara kelompok dan data yang diperoleh
sekaligus sudah merupakan data yang lebih mantap karena sudah dibahas oleh
banyak sumber sebagai anggota diskusi kelompok. Data yang diperoleh sudah
merupakan data sebagai hasil dialog antar peserta diskusi teknik pengumpulan
data ini dinamakan Forum Grup Discussion (FGD) (HB Sutopo, 2002).

3.7. Tahapan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu: tahap persiapan, survei
lapangan, serta tahap analisis data dan perumusan hasil.
Tahap persiapan, meliputi:

- 47 -
(a) pengumpulan litertaur untuk menelaah konsep, teori, dan hasil-hasil kajian
terdahulu yang terkait dengan persetujuan izin lingkungan, terfokus pada
peran masyarakat terhadap penerapan izin lingkungan dan pemanfaatan hasil
hutan;
(b) Pengumpulan bahan dan data sekunder yang terkait dengan tema penelitian,
seperti: luas kecamatan seko, luas hutan, jumlah penduduk, status hutan hasil
produksi dan beberapa vegetasi di Kecamatan Seko;
(c) Melakukan orientasi atau checking lapangan untuk mencocokkan interpretasi
dengan kondisi lapangan.

Tahap survei (verifikasi) lapangan, meliputi:


(a) Mengidentifikasi kondisi lahan hasil hutan produksi dan kondisi masyarakat di
wilayah kecamatan seko; dan
(b) Mendokumentasikan hasil pengamatan dengan kamera atau video handycam
terhadap semua fenomena yang dijumpai di lapangan.

Tahap analisis dan perumusan, meliputi;


(a) setelah mengumpulkan semua data sekunder dan mencocokkan dengan
lapangan maka mengkaji izin lingkungan lebih lanjut;
(b) melakukan analisis perhitungan jumlah kebutuhan masyarakat;
(c) membuat strategi untuk memberikan rekomendasi potensi pengembangan
kecamatan seko, yang terdiri dari masing-masing pihak yang berperan pada
pengelolaan hutan produksi di kecamatan seko.

3.8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pengkajian ini dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan dalam tahun


anggaran 2022, dimulai dari bulan Desember sampai dengan Agustus 2023,
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No. Bulan Kegiatan
1. Maret – Juni Studi Literature

- 48 -
2. Juli - September Penyusunan Proposal
3. Oktober – November Seminar Proposal
4. Desember Penelitian
5. Januari Focus Group Discussion
6. Februari Analisis Data
7. Maret Penyusunan Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers
Abubakar M. Lahije. 2005. Ekoforestri dalam Panduan Manajemen Hutan Lestari.
Samarinda. Universitas Mulawarman.
Ahyani M. “Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas terhadap Kondisi Kerusakan
Tanah pada Wilayah Pertambangan Rakyat di Bombana Provinsi Sulawesi

- 49 -
Tenggara”. (Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro Program Magister
Ilmu Lingkungan: 2011)
Akib, Muhammad, 2016. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional Ed.
Revisi, Jakarta: Rajawali Pers
Agung, F dan A. Hinrichs. 2000. Self-Scoping Handbook. Kerjasama Teknik
Indonesia-Jerman, Departemen Kehtanan dan Perkebunan bekerja sama
dengan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ),
Jakarta.
Bagong Suyanto, 2010, Masalah Sosial Anak, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Hamzah, Jur Andi, 2005. Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta.
H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta : UNS Press.
Indroharto, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2019), hlm.183 Lebih
Koes. Irianto. 2014. Ekologi Kesehatan (Health Ecology), hlm 101. Bandung.
Alfabeta.
Koesnadi Hardjasoemantri. Hukum Tata Lingkungan. edisi keenam cetakan
keduabelas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1996, hal. 3
Odum Eugene P, 1993, Dasar-dasar Ekologi, Gadjah Mada University Press, UGM
Press, Gadjah Mada University.
Pande Made Kutanegara, 2004, Membangun Masyrakat Indonesia Peduli
Lingkungan, hlm. 100. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Patton, 1980, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda Karya.
Rahmadi, Takdir, 2013 Hukum Lingkungan di Indonesia, Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Rambo. A. Terry, 1981 Conceptual Approaches to Human Ecology: A Sourcebook
on Alternative Parad/gms for The Study of Human Interaction With. The
Environment. East-West Environment and Policy Institute. Honolulu.
Hawaii. USA.
Rosana, M, 2018, Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan di Indonesia. Jurnal KELOLA : Jurnla Ilmu Sosial Vol 1 No 1)

- 50 -
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1990, Penelitian Hukum Normatif, CV.Rajawali,
Jakarta
Soetandyo Wignyosoebroto, 2002, Hukum Paradigma Metode dan Dinamika
Masalahnya, Elsa Huma, Jakarta
Silalahi, M Daud, 2003. Pengaturan Hukum Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup
di Indonesia, Alumni, Bandung,
Simon, Hasanu. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sumardi, S. M. Widya Astuti. 2007. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Tandjung, S.D., Gunawan, T. 2006. Ekologi dan Ilmu Lingkungan, Yogyakarta: Prodi
Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjan Universitas Gadjah Mada.
Iskandar, 2013, Implementasi Kebijakan Hutan Tanaman Rakyat Di Kabupaten
Bulungan, Kalimantan Timur, e-Journal Administratif Reform, 2013, 1
(2):525 – 537, ISSN 2338-7637
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pemerintah Pusat di
Jakarta
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pemerintah Pusat di Jakarta
Undang-undaang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi
Undang-undang, Pemerintah Pusat di Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Serta Pemanfatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat
Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan

- 51 -
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Pengakuan Masyarakat Hukum Adat
Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomot 2 Tahun 2021 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Utara
Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2005-
2025
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Hutan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pengusahaan Hutan dan
Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi.
Rexy J Moleong, 1989, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosda Karya,
Bandung
Rais Selle, Sekilas tentang Seko
https://perkumpulanwallacea.wordpress.com/2014/05/07/sekilas-
tentang-kecamatan-seko/ diakses pada tanggal 6 Maret 2022 pukul 16.00
WITA
Kurniawan Arisyandi, Resensi Buku: Rumah Peradaban Seko dan Rampi
https://balarsulsel.kemdikbud.go.id/pameran/2020/10/13/resensi-buku-
rumah-peradaban-seko-dan-rampi 2/, diakses pada tanggal 6 Maret 2022
pukul 18.00 WITA
Jurnal Ekonomika dan Manajemen Volume 9 Nomor 1 April 2020 Halaman 39-40

Jurnal, Muhammad Suparmoko, “Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam


Perencanaan Pembangunan Nasional dan Regional”, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Budi Luhur

- 52 -
Skripsi, Elza Hamidah, “Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Untuk Menjamin
Kelestarian Hutan di Kabupaten Pacitan”, Fakultas Hukum, Universitas
Negeri Semaranag, 2019

Skripsi, Herman Budi Leksono, Tinjauan YuridisPerlindungan Hutan Oleh


Pemegang Izin di Kawasana Hutan Produksi, Fakultas Hukum, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 2020

- 53 -

Anda mungkin juga menyukai