BAMBANG MILIANTO
03022681822027
HALAMAN PENGESAHAN
Diusulkan oleh
BAMBANG MILIANTO
03022681822027
Telah disetujui
pada tanggal 2021
Pembimbing I
Pembimbing II
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1. Umum.............................................................................................................5
3.1. Umum...........................................................................................................29
Universitas Sriwijaya
iv
4.2.4. Koreksi Data Satelit TRMM Terhadap Data Pos Hujan Ground............41
4.2.12. Kalibrasi Debit Andalan dengan Debit Tercatat di Pos Duga Air...........57
Universitas Sriwijaya
v
4.3.1. Evapotranspirasi.......................................................................................66
5.1. Kesimpulan..............................................................................................82
5.2. Saran........................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................84
Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Indonesia memiliki potensi sumber daya air (SDA) yang berlimpah,
termasuk lima terbesar di dunia yaitu sekitar 3.200 miliar m3/tahun yang tersebar
dalam 7.956 sungai dan 521 danau, namun ketersediaannya bervariasi antar
wilayah dan antar waktu, sehingga pada wilayah tertentu sering terjadi
kekurangan air atau sebaliknya (Hasan 2012). Potensi SDA yang besar tersebut
belum dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk penyediaan air bagi berbagai
keperluan, seperti penyediaan irigasi, air baku untuk rumah tangga, perkotaan, dan
industri serta penyediaan untuk energi listrik. Secara umum, total ketersediaan air
baru dapat dimanfaatkan sekitar 25% yakni untuk penyediaan irigasi, air baku
untuk rumah tangga, perkotaan, dan industri (Kirmanto 2012).
Ketersediaan air secara kuantitas dan kualitas untuk kesehatan, kehidupan,
ekosistem dan produksi, serta tingkat risiko terkait air yang dapat diterima oleh
manusia, lingkungan, dan ekonomi atau bisa disebut ketahanan air (Grey &
Sadoff, 2007). Menurut Khan (2014) ketahanan air adalah kemampuan
masyarakat, dan penduduk untuk menjaga akses pada jumlah air yang mencukupi
dan kualitas air yang dapat diterima untuk keberlanjutan kesehatan manusia dan
ekosistem pada suatu daerah tangkapan, dan menjamin perlindungan kehidupan
dan harta benda terhadap bencana terkait air yaitu banjir, tanah longsor,
penurunan tanah, dan kekeringan. Air yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pertanian antara lain dapat diketahui melalui neraca ketersediaan (limpasan) dan
kebutuhan air. (Sugiura et al. 2009)
5
Universitas Sriwijaya
6
dan irigasi tambak. Penerapan irigasi sangat bermanfaat dalam kegiatan untuk
mengefisiensikan kebutuhan air.
Kartasapotra (1994) bahwa irigasi bertujuan untuk menambahkan air
kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman, mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga menghilangkan zat-zat yang
ada dalam tanah yang tidak baik bagi tanaman, melunakkan tanah bagi pengerjaan
lahan dan menghindarkan gangguan dalam tanah seperti hama. (Najiyati ; 1987)
menyebutkan irigasi adalah upaya pemberian air dalam bentuk lengas
(kelembaban) tanah sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang bagi
tanaman.
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
pola hujan equatorial (RMSE=97-158) dan lokal (RMSE=173). Hasil koreksi data
satelit TRMM diperoleh faktor koreksi dengan bentuk persamaan geometrik untuk
pola monsun dan equatorial, serta linier untuk pola lokal. Setelah dilakukan
koreksi, diperoleh galat data satelit menurun di Lampung 40.3%, Kalimantan
Selatan 3.17%, dan meningkat di Jawa Timur 18.9%. Demikian di Kalimantan
Barat, galat satelit TRMM menurun 58%, Sumatera Barat 10%, dan Maluku
12.3%. Sedangkan nilai korelasi setelah dilakukan koreksi meningkat di wilayah
pola monsun dan equatorial sebesar 1-2%, dan menurun di wilayah lokal sebesar
1%.
Universitas Sriwijaya
10
berupa peta-peta digital yang nantinya akan digunakan didalam proses analisa dan
perhitungan. HEC-HMS hanya dapat menggunakan input peta digital yang telah
diolah sebelumnya oleh program tambahan tersebut, kemudian diimpor kedalam
program HEC-HMS. Program HEC-HMS didalamnya terdapat fasilitas kalibrasi
maupun simulasi model distribusi, model menerus dan kemampuan membaca data
GIS. Selain itu, program HEC-HMS digunakan untuk simulasi perhitungan
limpasan permukaan serta penelusuran banjir pada suatu daerah aliran sungai,
baik itu dalam kondisi eksisting maupun dalam keadaan terkontrol atau terencana,
perhitungan aliran dasar (baseflow), evaluasi bangunan pengendali air serta
presipitasi air hujan.
Parameter yang digunakan dihasilkan dari pengolahan data spasial yaitu
peta tata guna lahan, peta jenis tanah, peta topografi. Peta tata guna lahan akan
menghasilkan nilai CN, peta jenis tanah & tata guna lahan akan menghasilkan
nilai Hydrology Soil Group. Parameter inilah yang akan diinput kedalam
parameter HMS. Pengolahan parameter ini menggunakan tool pengolah yaitu
menggunakan perangkat HEC-GeoHMS. Hydrologic Soil Group (HSG) dibagi
menjadi empat kelas, yaitu A, B, C, dan D. Kriteria pengelompokan HSG menurut
United States Department of Agriculture (USDA) sebagai berikut :
Universitas Sriwijaya
11
2.3.2.1. Transform
Menghitung lamanya waktu perubahan air hujan yang turun untuk menjadi
limpasan nerupakan fungsi parameter ini. Parameter Lag Time yang tergantung
pada panjang, penampang melintang sungai, kemiringan dan koefisien
kekasarannya yang menentukkan parameter trasform. Jika mempunyai data
pengamatan di pos duga air maka melalui kalibrasi dapat diperkirakan waktu
tenggang parameter ini. Waktu tenggangnya diperkirakan dari waktu konsentrasi
melalui rumus dibawah ini jika tidak dimiliki data pos duga air:
t lag = 0.6 tc.
Rumus waktu konsentrasi:
tc = tsheet + tshallow + tchannel ............................................................................(2.3)
dimana:
t lag : waktu tenggang
tc : waktu konsentrasi
tsheet : jumlah waktu perjalanan segmen aliran lapisan atau sheet di atas
permukaan tanah
tshallow : jumlah waktu perjalanan dari aliran dangkal (shallow) di alur tanah
jalanan, selokan,
tchannel : jumlah waktu perjalanan dari sungai atau saluran. Untuk alur sungai
dibutuhkan data penampang melintang dan perkiraan kecepatan
menggunakan Manning n.
Universitas Sriwijaya
12
Ia=0,2 ( 25.400−254
CN
CN
)………………………………………………………
(2.4)
2.3.2.3. Aliran dasar (Baseflow)
Nilai baseflow menggunakan parameter recesion dan ratio to peak,
parameter ini digunakan untuk mengetahui bentuk hidrograf banjir pada wilayah
kajian. Nilai Recession berbeda sesuai peruntukannya, kisaran ini dapat dilihat
pada Tabel 2.5. Sedangkan nilai Ratio to Peak didapatkan dari trial and error
sesuai dengan bentuk hidrograf yang diinginkan.
2.3.2.4. Routing
Model Muskingum – Cunge Standard Section digunakan untuk
mengkalkulasi routing. parameter model Muskingum agak sulit diperkirakan
karena tidak dapat diukur secara fisik atau ditentukan.
Hasil kalibrasi model HEC-HMS diberbagai studi cukup memuaskan
sebagai model hujan limpasan. Membandingkan debit hasil keluaran HEC-HMS
dengan debit observasi dilakukan untuk memprediksi kebutuhan air pada ruas
jembatan Panus sampai Manggarai di sungai Ciliwung (Suprapto et al, 2016).
Pada parameter Loss yang terdiri initial loss, constant rate, dan impervious
Universitas Sriwijaya
13
dilakukan optimasi dengan trial and error. Menghasilkan selisih kesalahan 21.9%
untuk debit puncak dan 0.34% untuk volume. Pada penelitian yang sering
dilakukan terbukti cukup baik dalam penggunaan parameter model Loses dan
Transform, serta parameter berupa Curve Number yang dihasilkan dari peta tata
guna lahan dan Hydrology Soil Group (Choudhari dkk, 2014).
2.3.4. Debit Andalan
Debit rata-rata bulanan digunakan untuk menetapkan debit andalan dari
suatu ketersediaan air. Debit rata-rata bulanan merupakan nilai yang muncul
bervariasi dan setiap data munculnya relative dalam rentang waktu sesaat
(Soemarto, 1999;130). Debit andalan adalah nilai yang ditetapkan sebagai acuan
jumlah air yang tersedia yang ditetapkan berdasarkan persentase kemungkinan
terpenuhinya / tersedianya nilai tersebut dari rangkaian data historis yang ada.
Penetapan debit andalan dimulai dengan mengurut data dari nialai besar ke nilai
kecil, sehinga diperoleh prosentase kemungkinan muncul atau terpenuhinya atau
tersediannya setiap data. Data nilai kecil memiliki probabilitas ketersediaan lebih
besar dari data nilai besar karena setiap data nilai besar muncul, pada data tersebut
data nilai kecil turut juga muncul. Persamaan yang digunakan untuk menetapkan
prosentase kemungkinan (soemarto, 1999:138).
m
Pr = x 100 % …………………………………………………………......(2.5)
n+ 1
Keterangan :
Pr ¿Probabilitas (%)
m=¿nomor urut data setelah diurut dari besar ke kecil
N = Jumlah data
Prosentase kemungkinan ketersediaan air ditetapkan berdasarkan analisis
resiko dan ekonomi. Untuk keperluan irigasi digunakan prosentase kemungkinan
ketersediaan air 80%, artinya dengan kemungkinan 80% debit terjadi adalah lebih
besar atau sama dengan debit tersebut, atau sistim irigasi boleh gagal sekali dalam
lima tahun.
Tabel 2.8. Besar debit andalan beberapa kebutuhan
No Jenis Kebutuhan Q Andalan
1 Untuk penyediaan air minum 88% - 95%
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Xi = di + ei …………………………..………………………………………..
(2.7)
dengan :
t1 dan t2 = bilangan acak normal
u1,u2,u3 = bilangan acak uniform
Metode lain untuk memperoleh bilangan acak normal dengan persamaan
Box Muller, yaitu :
……
N i = −2 .ln(U i )⋅Cos (2 .π . U i+1 )
√
……...............................................(2.9)
N i+1 = √−2.ln(U i )⋅Sin (2 .π .U i+1 )
Universitas Sriwijaya
16
………….............................................(2.10)
dengan :
N1 dan N2 = bilangan acak normal
u1,u2,u3 = bilangan acak uniform
Sd =
[ 1
∑
n−1 i=1
( Xi − X )2
] ……………….……………...............
(2.12)
Universitas Sriwijaya
17
3. Perhitungan koefisien korelasi antar aliran dalam waktu i. dan waktu i.-1
n
∑ X i,b ,Xi,b−1 − n. X b . X b−1
i=1
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
k
( n−1 ) ∑ n ( x i − x )2
i=1
k n
∑ ∑ ( x ij − x i − x j + x )2
F1 = i=1 j=1 ………………...………….....….…………….
(2.15)
k
( k−1 ) ∑ k ( x j − x )2
i=1
k n
∑ ∑ ( x ij − x i − x j + x )2
F2 = i=1 j=1 …………………..…………..……...……….
(2.16)
Dengan :
XI = harga rata - rata untuk bulan i
Xj = harga rata - rata untuk bulan j
X = harga rata - rata untuk keseluruhan
Xij = pengamatan untuk bulan i pada tahun j
n = banyak pengamatan perbulan (tahun)
k = banyak bulan
b. Uji T
Uji T termasuk jenis uji untuk sampel kecil. Sampel kecil adalah dimana
ukuran sampel n < 30. Untuk mengetahui apakah 2 sampel x1 dan x2 berasal dari
populasi yang sama, maka dihitung t score dengan rumus :
[ x 1−x 2 ]
1 1
t =
σ⋅
√ +
N1 N2 …………….....................................
(2.17)
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (Puddling) bisa diambil 200
mm. Ini meliputi penjenuhan (Presaturation) dan penggenangan sawah, pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat,
cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih
dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm
sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan
lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian (KP-01 2010).
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Efisiensi irigasi
Banyaknya air yang diperlukan oleh tanaman pada suatu petak sawah
dinyatakan dalam persamaan berikut :
Dengan :
P = perkolasi (mm/hari)
Universitas Sriwijaya
25
Dengan :
Etc = Evapotranspirasi (mm)
Kc = Koefisien tanaman
Eto = Evaporasi potensial (mm/hari)
Besar nilai Eto dipengaruhi oleh keadaan iklim yang berkaitan erat dengan
letak lintang daerah.
Menentukan koefisien tanaman padi sesuai dengan grafik periode umur
tanaman (digunakan padi dan jagung)
Tabel 2.10 Nilai Kc (Koefisien) Tanaman Padi
Bulan
0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00
Varietas
Universitas Sriwijaya
26
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
d. Jenis tanah
e. Sosial Ekonomi
Menurut Anonim (1986), Tujuan pola tata tanam adalah untuk
memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif mungkin, sehinga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Sedangkan tujuan dari penerapan pola tata tanam adalah
sebagai berikut :
1. Menghindari ketidakseragaman tanaman
2. Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha
pengelolaan air irigasi
3. Penignkatan efisiensi irigasi
4. Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu
5. Meningkatkan hasil produksi pertanian
Universitas Sriwijaya
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Umum
LOKASI
Metodologi penelitian adalah BENDUNG DAN JARINGAN
merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
D.I.
terorganisasi untuk menyelidiki masalah LEMATANG
tertentu yang memerlukan jawaban. Metodologi
penelitian mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian
untuk memperoleh kajian ilmiah. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan cara
melakukan pengolahan data primer dan data sekunder.
3.2. Lokasi Penelitian
Bendung Lematang terletak di Desa Semidang Alas, Kecamatan Dempo Tengah, Kota
Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan (Lintang Selatan : (Lintang Selatan : 04 0 00' 00 ¿ dan
Bujur Timur : 1030 15' 00 ¿)
Lokasi
Universitas Sriwijaya
30
a. Peta Topografi 1 : 50.000 (Peta Rupa Bumi), peta yang bersumber dari Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
b. Peta DEM (Digital Elevation Model) dari Badan Informasi Geospasial (BIG)
c. Data Hidrologi
a) Data hujan harian dari stasiun hujan diperoleh dari Stasiun Hujan Pagar Alam,
Stasiun Hujan PTPN VII.
b) Data Hujan Satelit TRMM
c) Data Iklim dari stasiun klimatologi kenten palembang
d) Data Tata Guna Lahan dari Bappeda Kota Pagar Alam
Pengumpulan Data
Evaluasi Ketersediaan
Air dengan Kebutuhan
Hasil
Universitas Sriwijaya
31
Dalam tahapan perhitungan Analisa Hidrologi, langkah pertama yang harus dilakukan
dengan mengumpulkan data debit lapangan selama 20 th. Apabila data debit tersebut tidak
ada maka langkah selanjutnya mencari data hujan di stasiun yang terdapat di DAS atau Sub
Das daerah kajian. Data hujan tersebut akan digunakan sebagai analisa untuk mendapatkan
debit hasil perhitungan.
Jika data hujan tersebut tidak ada maka menggunakan data hujan satelit yang sudah
terkoreksi. Setelah mendapatkan data debit dari hasil perhitungan model, debit tersebut
dikalibrasi dengan data debit yang ada. Apabila hasil kalibrasi debitnya bagus maka dihitung
Debit andalannya.
Universitas Sriwijaya
32
Mulai
Data Debit
Random
Ya
Pembangkitan Data
Tidak
X2<
Uji F
Uji T
Ya
Selesai
Gambar 3.4. Diagram Alir Perhitungan Pembangkitan Data Metode Thomas Fiering
Universitas Sriwijaya
33
Untuk pembangkitan atau perpanjangan data Debit digunakan Metode Thomas Fiering.
Langkah pertama dengan menghitung debit rata-rata, simpangan baku, Koefisien Korelasi dan
koefisien Regresi dari data debit historis. Selanjutnya membuat bilangan random berdistribusi
seragam menggunakan bantuan perangkat lunak microsoft Excel.
Setelah pembangkitan data diperoleh, data tersebut di bandingkan nilai statistiknya.
Nilai pembangkitan data bisa digunakan apabila nilai statistiknya mempunyai kesamaan
dengan nilai statistik dari data historisnya.
Universitas Sriwijaya
34
Mulai
Kebutuhan Air
Kebutuhan Air
Konsumtif
Penyiapan Lahan
Tanaman
Kebutuhan Air
Kotor Tanaman
Ya
Selesai
Universitas Sriwijaya
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam Daerah kajian terdapat 2 pos hujan yang dikelola oleh Badan Meteorologi dan
Geofisika, antara lain Pos Hujan Pagar Alam dan PTPN VII. Sebaran pos hujan yang terdapat
di Daerah lokasi kajian terlihat pada Gambar 4.2. Das kajian mempunyai Luasan 59,8 km2.
Universitas Sriwijaya
36
Berdasarkan identifikasi data yang ada di 2 Pos hujan Ground tersebut datanya kurang
lengkap dan tidak mencukupi untuk digunakan sebagai analisa ketersediaan air karena data
hujan yang diperlukan adalah sepanjang 20 tahun data. Dikarenakan hal tersebut, maka
Universitas Sriwijaya
37
digunakan data hujan satelit TRMM. Layout Stasiun hujan dan Grid TRMM ditunjukkan pada
Gambar 4.3.
Dari Gambar 4.3 diatas menunjukkan bahwa pada Pos Hujan PTPN VII berada pada
Grid TRMM 1, sedangkan Pos Hujan Pagar Alam berada pada Grid TRMM 2.
Universitas Sriwijaya
38
Analisis statistik dilakukan untuk memvalidasi data satelit TRMM dengan data
observasi. Perhitungan terdiri dari nilai korelasi, RMSE, dan MAE yang mempresentasikan
sejauh mana ketepatan data hujan satelit TRMM terhadap data hujan observasi dari stasiun
hujan. Hasil dari analisa statistik antara data satelit TRMM dengan data Observasi dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel. Pos Hujan Vs TRMM
4.1
Nilai
statisti
k data
satelit Grid
Pos Hujan Panjang Data TRM
TRM M Korelasi RMSE MAE
M
denga
n Pos
Hujan
No
1 PTPN VII 2008 - 2017 1 0,69 105,77 82,12
2 Pagar Alam 2008 - 2017 2 0,67 113,81 89,62
Dari hasil perhitungan antara stasiun Pos Hujan PTPN VII dengan Grid TRMM 1
didapatkan hasil korelasi 0,69 dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat, begitu juga korelasi antara stasiun Pos Hujan Pagar Alam dengan Grid TRMM 2
didapatkan hasil korelasi 0,67.
Karena terdapat hubungan yang kuat antara stasiun Pos Hujan dengan Grid TRMM nya
maka data satelit TRMM tersebut bisa dilakukan uji faktor koreksi, agar didapat data hujan
yang mendekati data hujan Observasi.
Uji faktor koreksi yang dilakukan ada 3 cara berdasarkan hasil penelitian terdahulu,
antara lain :
1. Verminnem (2012)
Tabel 4.2 Nilai statistik antara Pos Hujan dengan TRMM terkoreksi Verminnem 2012
Grid
No Pos Hujan Panjang Data Pos Hujan Vs TRMM Terkoreksi
TRM
Universitas Sriwijaya
39
Hasil analisa statistik antara Pos Huja PTPN VII dengan TRMM terkoreksi
menggunakan faktor koreksi hasil penelitian Verminnem (2012) didapat nilai korelasi sebesar
0,7 ini menunjukkan korelasi mengalami kenaikan 0,01 dari data TRMM .
Untuk menghitung debit pada Bendung Lematang menggunakan perangkat lunak HEC
HMS. Sebelum pemodelan debit dilakukan, dengan bantuan GIS membuat batas Catchman
area, denga hasil luasan 59,89 Km2.
Universitas Sriwijaya
40
Berdasarkan hasil dari interprestasi data tata guna lahan di wilayah kajian maka
didapatkan beberapa komponen tataguna lahan antara lain adalah Hutan Sekunder, belukar,
tanah terbuka, pertanian dan hutan primer. Resume penggunaan lahan DAS tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4.
Universitas Sriwijaya
41
Universitas Sriwijaya
42
Jenis Tanah yang ada di DAS Bendung Lematang adalah Loam dan Sandy Clay Loam
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5
4.2.3.3. CN
Model yang digunakan dalam analisis lokal inflow ini adalah dengan software
Hydrologic Engineering Center-Hydrologic Modeling System (HEC-HMS).
Universitas Sriwijaya
43
Universitas Sriwijaya
44
Mengingat dilokasi studi tidak terdapat data pencatat debit, maka data debit historis
diperoleh dari pemodelan data hujan dengan HEC HMS yang dikonversi menjadi data debit.
Data debit tahun 1998 – 2018 menjadi data debit historis yang akan digunakan untuk
membangkitkan data yang lebih panjang 20 th dengan menggunakan Metode Thomas-Fiering
dengan bantuan perangkat lunak MS Excel. Hasil dari pembangkitan data dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
No Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 2018 1,771 4,197 2,811 5,531 5,124 2,904 2,770 1,598 1,600 2,888 4,102 4,945
2 2019 2,189 3,198 3,426 3,158 5,620 3,492 3,001 2,870 1,604 3,196 5,408 2,818
3 2020 2,288 4,130 3,910 4,144 2,481 3,224 3,042 2,974 3,247 1,623 5,655 5,134
4 2021 2,795 5,204 4,618 4,524 3,686 1,471 2,614 2,435 2,398 4,454 3,006 5,189
5 2022 2,821 3,551 4,483 5,604 2,477 1,920 1,464 2,209 1,404 3,275 7,910 3,444
6 2023 2,378 5,199 4,341 6,603 5,463 1,641 0,918 1,210 1,847 1,652 5,712 8,425
7 2024 3,225 3,867 4,301 5,729 5,420 2,604 1,863 1,197 1,464 2,623 2,509 4,835
8 2025 2,063 4,024 4,143 5,786 4,406 2,940 2,295 1,846 2,146 2,302 3,955 3,685
9 2026 2,410 6,382 0,873 6,152 3,643 2,585 2,553 1,434 2,436 3,155 3,802 3,178
10 2027 1,740 4,132 7,855 0,988 5,221 2,149 2,611 2,267 2,317 3,782 5,172 4,049
11 2028 3,313 2,115 4,517 9,104 -0,094 3,276 1,908 1,878 1,472 3,051 6,312 6,193
12 2029 2,290 6,056 1,608 3,988 7,744 0,431 3,657 1,278 2,243 3,039 3,782 7,457
13 2030 4,056 2,343 4,111 2,731 3,276 4,167 0,051 3,570 1,359 2,979 3,579 3,916
14 2031 1,638 6,923 2,273 5,664 2,374 1,887 3,827 0,185 3,528 3,382 4,664 4,892
15 2032 2,145 2,200 7,878 3,306 5,370 1,269 1,916 2,838 0,325 3,395 6,297 5,121
16 2033 2,999 4,767 2,613 8,663 2,908 3,161 1,018 1,937 3,420 0,586 4,775 6,314
17 2034 3,433 5,533 5,135 3,467 7,260 1,443 3,142 1,877 1,137 4,552 1,468 4,919
18 2035 2,281 6,562 5,814 6,651 2,604 4,022 1,087 2,643 1,841 1,277 4,247 0,290
19 2036 0,776 4,393 5,508 5,784 5,644 1,876 3,470 -0,039 2,628 2,818 4,137 4,177
20 2037 1,264 1,553 5,348 7,942 5,201 3,683 1,832 3,685 -0,266 2,943 5,200 3,631
Jumlah 47,87 86,33 85,57 105,52 85,83 50,15 45,04 39,89 38,15 56,97 91,69 92,61
Rerata (Qj) 2,39 4,32 4,28 5,28 4,29 2,51 2,25 1,99 1,91 2,85 4,58 4,63
Simp. Baku (Sdj) 0,78 1,55 1,78 2,04 1,87 1,01 1,01 0,98 0,95 0,98 1,46 1,74
Koef. Korelasi (rj) 0,15 -0,11 -0,44 -0,31 -0,47 -0,50 -0,50 -0,48 -0,51 -0,31 -0,24 0,04
Koef. Regresi (bj) 0,07 -0,21 -0,51 -0,35 -0,43 -0,27 -0,49 -0,47 -0,50 -0,33 -0,35 0,04
Perhitungan curah hujan efektif sesaui kriteria perencanaan irigasi , dapat dicari dengan
rumus berikut :
Universitas Sriwijaya
45
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
No. P (%)
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 9,1 156,4 199,8 228,9 228,6 282,7 243,8 245,4 268,9 179,0 197,5 92,7 86,2 129,9 131,8 127,7 111,2 108,9 172,6 179,4 158,7 182,2 201,4 168,6 200,7
2 18,2 130,1 198,6 178,9 183,7 213,2 240,1 183,8 194,3 141,9 133,8 75,8 67,2 76,5 104,6 123,2 91,2 82,8 126,5 126,7 126,2 163,5 196,2 165,8 184,4
3 27,3 124,5 197,4 144,8 139,7 157,8 201,3 166,5 149,0 122,9 116,7 70,9 63,4 63,9 96,7 61,2 80,2 81,0 104,5 115,5 121,8 163,4 194,4 152,3 178,1
4 36,4 115,3 130,3 108,1 138,2 121,2 136,0 153,4 147,5 115,5 114,6 66,6 58,4 56,4 58,7 51,5 73,7 71,3 70,0 110,6 120,7 161,8 152,4 141,6 139,0
5 45,5 109,8 117,0 98,4 121,1 101,2 107,7 149,5 131,3 102,9 99,0 63,3 57,2 52,4 34,0 43,6 69,3 47,8 66,6 51,6 106,2 158,9 135,6 107,3 95,6
6 54,5 103,9 113,1 95,2 93,0 79,2 102,8 147,4 127,6 101,4 75,5 59,6 46,1 43,2 34,0 41,8 40,3 36,6 55,7 49,4 88,7 157,0 133,2 93,9 85,5
7 63,6 44,7 70,9 91,6 77,0 75,6 81,9 142,0 115,8 89,1 74,6 49,7 41,1 36,6 29,3 35,8 29,9 18,7 44,8 48,2 82,1 137,8 120,4 82,0 79,2
8 72,7 41,9 67,9 54,4 67,7 71,6 60,8 138,0 115,7 87,9 70,2 41,2 30,9 28,1 23,4 28,1 22,9 13,4 28,2 47,2 80,2 114,3 118,5 74,8 77,4
9 81,8 39,0 59,5 36,2 48,5 71,0 53,0 115,9 115,2 50,8 22,8 30,3 26,4 26,4 18,9 9,6 15,7 5,2 19,4 10,5 20,1 108,7 110,3 65,9 62,3
10 90,9 9,9 41,8 9,1 21,1 60,1 43,9 106,9 64,4 35,9 6,7 27,3 5,2 11,6 0,0 9,5 0,0 0,0 13,2 0,0 3,6 105,4 67,8 59,8 51,8
Max 156,4 199,8 228,9 228,6 282,7 243,8 245,4 268,9 179,0 197,5 92,7 86,2 129,9 131,8 127,7 111,2 108,9 172,6 179,4 158,7 182,2 201,4 168,6 200,7
R 50 106,9 115,0 96,8 107,1 90,2 105,3 148,4 129,5 102,1 87,2 61,4 51,7 47,8 34,0 42,7 54,8 42,2 61,2 50,5 97,5 157,9 134,4 100,6 90,6
R 80 39,6 61,2 39,8 52,3 71,1 54,5 120,3 115,3 58,2 32,3 32,5 27,3 26,8 19,8 13,3 17,1 6,8 21,2 17,8 32,1 109,8 111,9 67,7 65,4
Universitas Sriwijaya
46
Universitas Sriwijaya
47
Universitas Sriwijaya
48
Universitas Sriwijaya
49
Jumlah 47,567 50,669 48,740 50,173 49,440 47,825 53,673 60,240 54,720 40,881 32,747 24,487 22,360 24,638 20,727 25,663 23,313 24,267 28,680 36,063 48,000 52,533 56,347 54,938
Rerata (Qj) 2,265 2,413 2,321 2,389 2,354 2,277 2,556 2,869 2,606 1,947 1,559 1,166 1,065 1,173 0,987 1,222 1,110 1,156 1,366 1,717 2,286 2,502 2,683 2,616
Simp. Baku (Sdj) 1,162 1,042 0,907 0,604 0,725 0,928 0,673 0,547 0,652 0,513 0,499 0,333 0,391 0,646 0,585 0,882 0,587 0,658 0,875 0,897 0,857 0,585 0,676 0,644
Koef. Korelasi (rj) 0,113 0,622 0,391 0,363 0,368 0,651 0,452 0,218 0,265 0,514 0,557 0,765 0,563 0,703 0,725 0,557 0,713 0,824 0,778 0,720 0,905 0,407 0,214 0,290
Koef. Regresi (bj) 0,204 0,557 0,340 0,242 0,442 0,834 0,328 0,177 0,316 0,405 0,542 0,511 0,660 1,162 0,657 0,839 0,475 0,924 1,034 0,739 0,864 0,278 0,247 0,277
Universitas Sriwijaya
50
Universitas Sriwijaya
51
Proyeksi data dapat digunakan untuk mengkaji Data yang akan datang dengan syarat,
hasil stasistik bangkitan memiliki kesamaan dengan hasil statistik histori. Hasil
perbandingan statistik ditampilkan pada Tabel 4.19 dan Gambar 4. 16 – 4. 17
Tabel 4. 19 Data Perbandingan Parameter Statistik Data Historis dan Data Proyeksi
Universitas Sriwijaya
52
Universitas Sriwijaya
53
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
n n b b r r r r y y n n l l s s p p t t v v s s
ja ja fe fe ma ma ap ap ma ma ju ju ju ju ag ag se se oc oc no no de de
Dari hasil Gambar 4.16 dan 4.17, antara Data Historis dan Data Proyeksi
memiliki karakteristik yang sama. Sehingga data proyeksi tersebut bisa digunakan
4.3.1. Evapotranspirasi
Universitas Sriwijaya
54
Universitas Sriwijaya
55
t ea RH ed Ra Rs u ET0* ET0
No. Bulan Letak Lintang w 1-w f(t) f(εd) n/N (%) f(n/N) f(u) Rn-1 c
(˚C) mbar % mbar mm/hr mm/hr m/dt mm/hari mm/hari
1 Jan 4˚LS 23,25 27,90 0,73 0,27 15,23 0,84 23,40 0,13 15,20 0,35 4,83 0,42 1,16 0,54 0,81 2,86 1,10 3,14
2 Feb 4˚LS 23,37 28,15 0,73 0,27 15,26 0,85 23,92 0,12 15,60 0,38 5,11 0,44 1,08 0,52 0,84 2,93 1,10 3,22
3 Mar 4˚LS 24,56 30,65 0,74 0,26 15,53 0,83 25,53 0,12 15,60 0,44 5,94 0,50 0,75 0,45 0,91 3,38 1,00 3,38
4 Apr 4˚LS 24,50 30,53 0,74 0,26 15,51 0,83 25,31 0,12 15,10 0,53 6,29 0,57 0,51 0,39 1,06 3,43 1,00 3,43
5 Mei 4˚LS 24,68 30,92 0,74 0,26 15,56 0,81 25,08 0,12 14,20 0,57 6,26 0,61 0,73 0,44 1,14 3,51 0,95 3,34
6 Juni 4˚LS 25,11 31,82 0,75 0,25 15,65 0,80 25,37 0,12 13,60 0,56 5,66 0,60 0,43 0,37 1,11 3,15 0,95 2,99
7 Juli 4˚LS 24,44 30,41 0,74 0,26 15,50 0,78 23,61 0,13 13,70 0,62 5,71 0,66 0,73 0,44 1,28 3,24 1,00 3,24
8 Agst 4˚LS 24,55 30,64 0,74 0,26 15,53 0,75 22,93 0,13 14,60 0,62 6,03 0,66 1,02 0,51 1,33 3,63 1,00 3,63
9 Sept 4˚LS 24,94 31,45 0,74 0,26 15,61 0,75 23,53 0,13 15,20 0,54 5,48 0,58 0,91 0,48 1,15 3,39 1,10 3,73
10 Okt 4˚LS 25,13 31,86 0,75 0,25 15,66 0,77 24,47 0,12 15,50 0,50 5,07 0,55 0,93 0,49 1,05 3,16 1,10 3,48
11 Nov 4˚LS 24,49 30,50 0,74 0,26 15,51 0,82 24,86 0,12 15,20 0,41 4,87 0,47 0,65 0,42 0,88 2,83 1,15 3,26
12 Des 4˚LS 24,35 30,21 0,74 0,26 15,48 0,83 25,22 0,12 15,10 0,33 4,56 0,40 0,60 0,41 0,74 2,65 1,15 3,05
Dari hasil perhitungan evapotranspirasi diatas perlu dilakukan perhitungan Evapotranspirasi Terbuka untuk sebagai parameter pada
perhitungan kebutuhan air penyiapan lahan.
Universitas Sriwijaya
56
Universitas Sriwijaya
57
Universitas Sriwijaya
58
6. Perkolasi dapat diketahui berdasarkan jenis tanah, yaitu : liat berdebu dengan
perkolasi sebesar 2,0 mm/hari.
7. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan didapat dari Tabel Kebutuhan Air
untuk Penyiapan Lahan tabel 4.16. bulan Oktober periode 1 sebesar 11,37
mm/hr
Dari PTT didapat Rasio Luas Penyiapan lahan = 0,50
8. PL dengan Rasio Luas = PL x Rasio Luas PL
= 11,22 x 0,50
= 5,68 mm/hr
9. Penggantian Lapisan Air (WLR) sebesar 50 mm dalam 30 hari,sejak hari ke
45. Namun pada Oktober periode ke 1 belum ada penggantian lapisan air
(WLR). Penggantian Lapisan air untuk MT 1 dimulai bulan November 2.
WLR = 50 mm/30 hari
= 1,67 mm/hr
Dari PTT didapat Rasio Luas WLR (Oktober Periode I) = 0
10. WLR dengan Rasio Luas (Oktober Periode II) = WLR x Rasio Luas WLR
= 1,67 x 0
= 0 mm/hr
11. Kebutuhan Air Kotor = Keb. Air Tanaman + PL dengan Rasio Luas + WLR
dengan rasio luas
= 1,91 + 5,68 + 1,00
= 8,60 mm/hr
12. Curah Hujan Efektif (Reff) didapat dari tabel 4.25 . untuk Oktober Periode I
sebesar 0,83 mm/hr untuk tanaman padi dan 3,37 mm/hr untuk tanaman
Palawija.
13. Kebutuhan Air Bersih di Sawah (NFR)
10000
Keb. Air bersih = (Keb. Air kotor - Reff) x ( 24×60×60 )
10000
= (8,60 – 0,83) x ( 24×60×60 )
= 0,90 l/dt/ha
14. Efisiensi Saluran Irigasi
Ef. Sal. Primer = 90%
Universitas Sriwijaya
59
Universitas Sriwijaya
60
Tabel 4. 23 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi (NFR) dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija dengan awal MT. 1 Bulan Oktober
Universitas Sriwijaya
61
Dari Tabel 4.23 awal musim tanam 1 di bulan Oktober 1 dengan total kebutuhan air kotor
padi 8,60 mm/hr, akan tetapi karena masih adanya Curah Hujan Efektif di Oktober 1 sebesar
0,83 mm/hr maka Kebutuhan bersih tanaman padi dilahan menjadi 0,90 mm/hr.
Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan
irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan
utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari bangunan pembagi sampai petak sawah).
Pengertian Efisiensi Irigasi timbul karena terjadi kehilangan air selama proses penyaluran dan
pemakaian air irigasi di petak sawah. Jadi Efisiensi Irigasi dapat didefinisikan perbandingan
antara jumlah air yg diberikan dikurangi kehilangan air dengan jumlah yang diberikan. Efisiensi
Irigasi dari Saluran Induk sampai ke petak sawah kurang lebih 0,65 %. Sehingga total
kebutuhan air di intake pada bulan Oktober 1 untuk pengolahan lahan menjadi 1,39 l/dt/ha.
Tabel 4.24 dan Gambar 4.18 dibawah ini menunjukkan perbandingan antara Debit
Kebutuhan di Intake dan Debit ketersediaan apabila Musim tanam I untuk tanaman padi di
mulai pada bulan Oktober pada Daerah Irigasi Lematang. Debit Kebutuhan di Intake pada
penyiapan lahan awal bulan Oktober 1 sebesar 4,160 m3/dt untuk areal 3.000 Ha area yang
direncanakan, sedangkan untuk Debit ketersediaan yang ada disungai Lematang 0,601 m3/dt.
Maka dari itu rencana areal yang diairi tidak dapat terpenuhi secara maksimal.
Begitu juga di Musim Tanam 2 untuk tanaman padi, pada Februari 1 penyiapan lahan
semua areal tidak dapat tepenuhi ketersediaan airnya. Debit kebutuhan di intake pada Februari I
sebesar 3,495 m3/dt sedangkan untuk Debit ketersediaannya 1,633 m3/dt sehingga luas sawah
maksimum yang direncanakan tidak dapat terairi secara serentak.
Universitas Sriwijaya
Tabel 4. 24 Neraca Air dengan Awal Tanam MT.1 Oktober
Bulan
No. KETERANGAN Musim Tanam 1 Musim Tanam 2 Musim Tanam 3
Okt 1 Okt 2 Nop 1 Nop 2 Des 1 Des 2 Jan 1 Jan 2 Peb 1 Peb 2 Mar 1 Mar 2 Apr 1 Apr 2 Mei 1 Mei 2 Jun 1 Jun 2 Jul 1 Jul 2 Agu 1 Agu 2 Sep 1 Sep 2
3
1 Debit Kebutuhan di Intake (m /det) 4,160 8,460 3,256 0,415 1,844 1,965 1,988 1,236 3,495 5,987 4,318 2,011 0,755 0,833 1,627 2,014 0,000 0,000 0,000 0,170 0,000 0,000 0,000 0,000
2 Debit Ketersediaan (m3/det) 0,601 0,954 1,407 2,170 2,471 2,250 1,664 1,553 1,633 2,212 1,777 1,268 1,638 2,406 1,941 1,222 0,825 0,659 0,811 0,592 0,496 0,531 0,421 0,592
3
3 Water Balance (m /det) -3,560 -7,506 -1,848 1,755 0,627 0,286 -0,324 0,317 -1,863 -3,775 -2,541 -0,743 0,883 1,573 0,314 -0,791 0,825 0,659 0,811 0,422 0,496 0,531 0,421 0,592
4 Luas Terlayani (Ha) 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
Tabel 4. 25 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi (NFR) dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija dengan awal MT. 1 Bulan November
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
NO UR AIAN Satuan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 Jumlah hari 15 16 15 16 15 16 15 13 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16
1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95
2 Koefisien Tanaman Padi
1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95
0,50 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95
3 Koefisien Tanaman Palawija
0,50 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95
Rerata Koefisien Tanaman Padi 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,08 1,00 0,95 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,08 1,00 0,95
4
Rerata Koefisien Tanaman Palawija 0,50 0,55 0,78 1,01 1,04 0,99 0,95
5 Evaporasi potensial (ET0) mm/hr 3,26 3,26 3,05 3,05 3,14 3,14 3,22 3,22 3,38 3,38 3,43 3,43 3,34 3,34 2,99 2,99 3,24 3,24 3,63 3,63 3,73 3,73 3,48 3,48
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) Padi mm/hr 3,58 3,58 3,35 3,35 3,46 3,38 3,22 3,06 3,72 3,72 3,77 3,77 3,67 3,59 2,99 2,84
6
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) Palawija mm/hr 1,62 1,76 2,81 3,64 3,86 3,68 3,30 0,00
Rasio Luas PAK Padi 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
7 Rasio Luas PAK Palawija 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,00
Rasio Luas PAK total 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,00
PAK dengan Rasio Luas Padi mm/hr 1,79 3,58 3,35 3,35 3,46 3,38 3,22 3,06 1,86 1,86 3,77 3,77 3,67 3,59 2,99 2,84
8
PAK dengan Rasio Luas Palawija mm/hr 1,62 1,76 2,81 3,64 3,86 3,68 1,65 0,00
9 Penyiapan Lahan (LP) mm/hr 11,24 11,24 11,11 11,31 11,31 11,34
10 Rasio Luas Penyiapan Lahan 0,50 1,00 0,50 0,5 1,00 0,50
11 Penyiapan Lahan dengan Rasio Luas mm/hr 5,62 11,24 5,56 5,66 11,31 5,67
12 Perkolasi mm/hr 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
13 Rasio Luas Perkolasi 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
14 Perkolasi Dengan Rasio Luas mm/hr 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
15 Penggantian Lapisan Air (WLR) mm/hr 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67
16 Rasio Luas WLR 0,25 0,75 0,75 0,25 0,25 0,75 0,75 0,25
17 WLR dan Rasio Luas mm/hr 0,42 1,25 1,25 0,42 0,42 1,25 1,25 0,42
Kebutuhan Air Kotor Padi mm/hr 8,41 16,82 10,91 5,77 6,71 6,63 5,64 5,06 8,52 14,17 11,86 7,02 6,92 6,00 4,99 4,84
18
Kebutuhan Air Kotor Palawija mm/hr 1,62 1,76 2,81 3,64 3,86 3,68 1,65 0,00
Curah Hujan Efektif Padi mm/hr 5,12 5,22 3,16 2,86 1,85 2,68 1,86 2,82 3,32 2,39 5,61 5,38 2,72 1,41 1,51 1,27 1,25 0,87 0,62 0,75 0,32 0,99 0,83 1,41
19
Curah Hujan Efektif Palawija mm/hr 10,53 8,96 6,71 5,66 7,12 7,19 6,45 8,24 6,01 6,58 9,90 8,63 6,81 5,45 4,10 3,44 3,19 2,13 2,85 3,43 2,81 4,08 3,37 6,09
Kebutuhan Air Bersih (NFR) Padi l/dt/ha 0,38 1,34 0,90 0,34 0,56 0,46 0,44 0,26 0,60 1,36 0,72 0,19 0,49 0,53 0,40 0,41 0 0
20
Kebutuhan Air Bersih (NFR) Palawija l/dt/ha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,03 0,12 0 0 0
21 Total Kebutuhan Air Bersih di lahan (NFR) l/dt/ha 0,38 1,34 0,90 0,34 0,56 0,46 0,44 0,26 0,60 1,36 0,72 0,19 0,49 0,53 0,40 0,41 0,00 0,00 0,00 0,03 0,12 0,00 0,00 0,00
22 Efisiensi Irigasi 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
23 Total Kebutuhan Air di Intake l/dt/ha 0,59 2,07 1,38 0,52 0,87 0,71 0,68 0,40 0,93 2,11 1,12 0,29 0,75 0,82 0,62 0,64 0,00 0,00 0,00 0,04 0,19 0,00 0,00 0,00
Universitas Sriwijaya
Dari Tabel 4.25 awal musim tanam 1 di bulan November 1 dengan total kebutuhan
air kotor padi 8,41 mm/hr, akan tetapi karena masih adanya Curah Hujan Efektif di
November 1 sebesar 5,12 mm/hr maka Kebutuhan bersih tanaman padi dilahan menjadi
0,38 mm/hr.
Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem
jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya
terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari bangunan pembagi
sampai petak sawah). Pengertian Efisiensi Irigasi timbul karena terjadi kehilangan air
selama proses penyaluran dan pemakaian air irigasi di petak sawah. Jadi Efisiensi Irigasi
dapat didefinisikan perbandingan antara jumlah air yg diberikan dikurangi kehilangan air
dengan jumlah yang diberikan. Efisiensi Irigasi dari Saluran Induk sampai ke petak
sawah kurang lebih 0,65 %. Sehingga total kebutuhan air di intake pada bulan November
1 untuk pengolahan lahan menjadi 0,59 l/dt/ha.
Tabel 4.26 dan Gambar 4.19 dibawah ini menunjukkan perbandingan antara Debit
Kebutuhan di Intake dan Debit ketersediaan apabila Musim tanam I untuk tanaman padi
di mulai pada bulan November pada Daerah Irigasi Lematang. Debit Kebutuhan di Intake
pada penyiapan lahan awal bulan November 1 sebesar 1,760 m3/dt untuk areal 3.000 Ha
area yang direncanakan, sedangkan untuk Debit ketersediaan yang ada disungai
Lematang 1,407 m3/dt. Maka dari itu rencana areal yang diairi tidak dapat terpenuhi
secara maksimal.
Begitu juga di Musim Tanam 2 untuk tanaman padi, pada Maret 1 penyiapan lahan
semua areal tidak dapat tepenuhi ketersediaan airnya. Debit kebutuhan di intake pada
Maret I sebesar 2,785 m3/dt sedangkan untuk Debit ketersediaannya 1,777 m3/dt
sehingga luas sawah maksimum yang direncanakan tidak dapat terairi secara serentak.
Tabel 4. 26 Neraca Air dengan Awal Tanam MT.1 November
Bulan
No. KETERANGAN Musim Tanam 1 Musim Tanam 2 Musim Tanam 3
Nop 1 Nop 2 Des 1 Des 2 Jan 1 Jan 2 Peb 1 Peb 2 Mar 1 Mar 2 Apr 1 Apr 2 Mei 1 Mei 2 Jun 1 Jun 2 Jul 1 Jul 2 Agu 1 Agu 2 Sep 1 Sep 2 Okt 1 Okt 2
1 Debit Kebutuhan di Intake (m3/det) 1,760 6,213 4,151 1,559 2,603 2,116 2,027 1,203 2,785 6,317 3,347 0,879 2,252 2,460 1,863 1,912 0,000 0,000 0,000 0,116 0,562 0,000 0,000 0,000
2 Debit Ketersediaan (m3/det) 1,407 2,170 2,471 2,250 1,664 1,553 1,633 2,212 1,777 1,268 1,638 2,406 1,941 1,222 0,825 0,659 0,811 0,592 0,496 0,531 0,421 0,592 0,601 0,954
3 Water Balance (m3/det) -0,353 -4,043 -1,680 0,691 -0,939 -0,563 -0,394 1,009 -1,008 -5,048 -1,709 1,527 -0,311 -1,238 -1,038 -1,253 0,811 0,592 0,496 0,415 -0,142 0,592 0,601 0,954
4 Luas Terlayani (Ha) 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
Tabel 4. 27 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi (NFR) dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija dengan awal MT. 1 Bulan Desember
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
NO URAIAN Satuan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 Jumlah hari 15 16 15 16 15 13 15 16 15 13 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16
1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95
2 Koefisien Tanaman Padi
1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95
0,50 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95
3 Koefisien Tanaman Palawija
0,50 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95
Rerata Koefisien Tanaman Padi 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,08 1,00 0,95 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,08 1,00 0,95
4
Rerata Koefisien Tanaman Palawija 0,50 0,55 0,78 1,01 1,04 0,99 0,95
5 Evaporasi potensial (ET0) mm/hr 3,05 3,05 3,14 3,14 3,22 3,22 3,38 3,38 3,43 3,43 3,34 3,34 2,99 2,99 3,24 3,24 3,63 3,63 3,73 3,73 3,48 3,48 3,26 3,26
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) Padi mm/hr 3,35 3,35 3,46 3,46 3,55 3,47 3,38 3,21 3,77 3,77 3,67 3,67 3,29 3,22 3,24 3,07
6
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) Palawija mm/hr 1,81 1,98 2,89 3,75 3,60 3,42 3,09
Rasio Luas PAK Padi 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
7 Rasio Luas PAK Palawija 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,00
Rasio Luas PAK total 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,00
PAK dengan Rasio Luas Padi mm/hr 1,68 3,35 3,46 3,46 3,55 3,47 3,38 3,21 1,89 1,89 3,67 3,67 3,29 3,22 3,24 3,07
8
PAK dengan Rasio Luas Palawija mm/hr 1,81 1,98 2,89 3,75 3,60 1,71 1,55 0,00
9 Penyiapan Lahan (LP) mm/hr 11,11 11,11 11,17 11,34 11,34 11,28
10 Rasio Luas Penyiapan Lahan 0,50 1,00 0,50 0,50 1,00 0,5
11 Penyiapan Lahan dengan Rasio Luas mm/hr 5,56 11,11 5,58 5,67 11,34 5,64
12 Perkolasi mm/hr 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
13 Rasio Luas Perkolasi 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
14 Perkolasi Dengan Rasio Luas mm/hr 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
15 Penggantian Lapisan Air (WLR) mm/hr 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67 1,67
16 Rasio Luas WLR 0,25 0,75 0,75 0,25 0,25 0,75 0,75 0,25
17 WLR dan Rasio Luas mm/hr 0,42 1,25 1,25 0,42 0,42 1,25 1,25 0,42
Kebutuhan Air Kotor Padi mm/hr 8,23 16,46 11,04 5,87 6,80 6,72 5,80 5,21 8,56 14,23 11,31 6,09 6,54 6,47 5,65 5,07
18
Kebutuhan Air Kotor Palawija mm/hr 1,81 1,98 2,89 3,75 3,60 3,42 3,09
Curah Hujan Efektif Padi mm/hr 3,16 2,86 1,85 2,68 1,86 2,82 3,32 2,39 5,61 5,38 2,72 1,41 1,51 1,27 1,25 0,87 0,62 0,75 0,32 0,99 0,83 1,41 5,12 5,22
19
Curah Hujan Efektif Palawija mm/hr 6,71 5,66 7,12 7,19 6,45 8,24 6,01 6,58 9,90 8,63 6,81 5,45 4,10 3,44 3,19 2,13 2,85 3,43 2,81 4,08 3,37 6,09 10,53 8,96
Kebutuhan Air Bersih (NFR) Padi l/dt/ha 0,59 1,57 1,06 0,37 0,57 0,45 0,29 0,33 0,34 1,02 0,99 0,54 0,58 0,60 0,51 0,49
20
Kebutuhan Air Bersih (NFR) Palawija l/dt/ha 0 0 0,01 0 0,03 0 0 0
21 Total Kebutuhan Air Bersih di lahan (NFR) l/dt/ha 0,59 1,57 1,06 0,37 0,57 0,45 0,29 0,33 0,34 1,02 0,99 0,54 0,58 0,60 0,51 0,49 0,00 0,00 0,01 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00
22 Efisiensi Irigasi 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
23 Total Kebutuhan Air di Intake l/dt/ha 0,91 2,43 1,64 0,57 0,88 0,70 0,44 0,51 0,53 1,58 1,54 0,84 0,90 0,93 0,79 0,75 0,00 0,00 0,01 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00
Universitas Sriwijaya
Dari Tabel 4.27 awal musim tanam 1 di bulan Desember 1 dengan total kebutuhan
air kotor padi 8,23 mm/hr, akan tetapi karena masih adanya Curah Hujan Efektif di
Desember 1 sebesar 3,16 mm/hr maka Kebutuhan bersih tanaman padi dilahan menjadi
0,59 mm/hr.
Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem
jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya
terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari bangunan pembagi
sampai petak sawah). Pengertian Efisiensi Irigasi timbul karena terjadi kehilangan air
selama proses penyaluran dan pemakaian air irigasi di petak sawah. Jadi Efisiensi Irigasi
dapat didefinisikan perbandingan antara jumlah air yg diberikan dikurangi kehilangan air
dengan jumlah yang diberikan. Efisiensi Irigasi dari Saluran Induk sampai ke petak
sawah kurang lebih 0,65 %. Sehingga total kebutuhan air di intake pada bulan Desember
1 untuk pengolahan lahan menjadi 0,91 l/dt/ha.
Tabel 4.28 dan Gambar 4.20 dibawah ini menunjukkan perbandingan antara Debit
Kebutuhan di Intake dan Debit ketersediaan apabila Musim tanam I untuk tanaman padi
di mulai pada bulan Desember pada Daerah Irigasi Lematang. Debit Kebutuhan di Intake
pada penyiapan lahan awal bulan Desember 1 sebesar 2,717 m3/dt untuk areal 3.000 Ha
area yang direncanakan, sedangkan untuk Debit ketersediaan yang ada disungai
Lematang 2,471 m3/dt. Maka dari itu rencana areal yang diairi tidak dapat terpenuhi
secara maksimal.
Begitu juga di Musim Tanam 2 untuk tanaman padi, pada April 1 penyiapan lahan
semua areal dapat tepenuhi ketersediaan airnya. Debit kebutuhan di intake pada April I
sebesar 1,577 m3/dt sedangkan untuk Debit ketersediaannya 1,638 m3/dt sehingga pada
bulan awal ini terjadi surplus air 0,061 m3/dt, akan tetapi di April 2 Kebutuhan air di
Intake sebesar 4,739 m3/dt sedangkan ketersediaan debitnya sebasar 2,406 m3/dt ini
mengakibatkan luasan sawah maksimum yang direncanakan yaitu 3.000 Ha tidak dapat
terairi secara serentak.
Tabel 4. 28 Neraca Air dengan Awal Tanam MT.1 Desember
Bulan
No. KETERANGAN Musim Tanam 1 Musim Tanam 2 Musim Tanam 3
Des 1 Des 2 Jan 1 Jan 2 Peb 1 Peb 2 Mar 1 Mar 2 Apr 1 Apr 2 Mei 1 Mei 2 Jun 1 Jun 2 Jul 1 Jul 2 Agu 1 Agu 2 Sep 1 Sep 2 Okt 1 Okt 2 Nov 1 Nov 2
1 Debit Kebutuhan di Intake (m3/det) 2,717 7,289 4,925 1,712 2,646 2,089 1,329 1,516 1,577 4,739 4,606 2,505 2,693 2,782 2,359 2,254 0,000 0,000 0,042 0,000 0,124 0,000 0,000 0,000
2 Debit Ketersediaan (m3/det) 2,471 2,250 1,664 1,553 1,633 2,212 1,777 1,268 1,638 2,406 1,941 1,222 0,825 0,659 0,811 0,592 0,496 0,531 0,421 0,592 0,601 0,954 1,407 2,170
3
3 Water Balance (m /det) -0,246 -5,038 -3,261 -0,159 -1,013 0,123 0,448 -0,247 0,061 -2,333 -2,665 -1,283 -1,868 -2,124 -1,548 -1,662 0,496 0,531 0,378 0,592 0,477 0,954 1,407 2,170
4 Luas Terlayani (Ha) 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa dari data tahun 2008 – 2018, debit andalan untuk Sungai
Lematang yang berada di titik Bendung Lematang berkisar antara 0,45 m3/dt
sampai dengan 2,29 m3/dt.
2. Dari hasil perpanjangan data debit dari tahun 2019 – 2039 dengan
menggunakan methode Thomas Fiering, didapatkan debit andalan untuk
sungai Lematang yang berada di titik Bendung Lematang berkisar antara
0,421m3/dt sampai dengan 2,471 m3/dt.
3. Total Kebutuhan Air di Intake Bendung Lematang untuk lahan dari hasil
perhitungan kebutuhan air irigasi dengan Pola tanam Padi-padi-palawija
apabila musim tanam I dimulai bulan Oktober dibutuhkan air 4,160 m3/dt
guna mengairi sawah rencana seluas 3.000 Ha, sedangkan musim tanam II di
bulan Februari dibutuhkan air untuk pengolahan Lahan 3,495 m3/dt.
4. Total Kebutuhan Air di Intake Bendung Lematang dari hasil perhitungan
kebutuhan air irigasi dengan Pola tanam Padi-padi-palawija apabila musim
tanam I dimulai bulan November dibutuhkan air 1,760 m3/dt untuk rencana
sawah 3.000 Ha, sedangkan musim tanam II di bulan Maret dibutuhkan air
untuk pengolahan Lahan 2,785 m3/dt.
5. Total Kebutuhan Air di Intake Bendung Lematang dari hasil perhitungan
kebutuhan air irigasi dengan Pola tanam Padi-padi-palawija apabila musim
tanam I dimulai bulan Desember dibutuhkan air 2,717 m3/dt untuk mengairi
sawah seluas 3.000 Ha, sedangkan musim tanam II di bulan April dibutuhkan
air untuk pengolahan Lahan 1,577 m3/dt.
6. Setelah melihat neraca air eksisting dengan beberapa pola tanam dan
dilaksanakan serentak terlihat bahwa Neraca air terjadi defisit yang artinya
ketersediaan air kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air untuk luas
areal 3.000 Ha.
70
5.2. Saran
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 1998. Fresh Water for the Future. A Supporting Document. Ministry for the
Environment. The State Government of New South Wales.
Asdak, Chay. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai: Edisi Revisi
Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Brooksbank K, Veneklaas EJ, White DA, Carter JL (2011) Water availability determines
hydrological impact of tree belts in dryland cropping systems. Agric Water Manag
100:76–83
Chen, YN; Li, Z .; Fan, YT; Wang, HJ; Fang, kemajuan GH Penelitian tentang dampak
iklim mengubah sumber daya air di wilayah gersang Northwest China. Acta
geogr. Dosa. 2014, 69,1295-1304.
Fischer et al. 2007. Climate change impacts on irrigation water requirements effects of
mitigation, 1990-2080. J. Science Direct 74:1083-1107.
Grey, D., & Sadoff, C. W. (2007). Sink or Swim? Water security for growth and
development, Water Policy, 9(6), 545–571. https://doi.org/10.2166/ wp.2007.021.
Harker, D.B., P.A. Chambers, A.S. Crowe, G.L. Fairchild, and E. Kienholz, 2000.
Understanding Water Quality. In The health of Our Water Toward Sustainable
Agriculture in Canada. Ed. Coote, D.R. and Gregorich, L.J.Research Branch
Agriculture and Agri-Food Canada. Publ. 2020/E.
Kartasapoetra, A.G., dan M. Sutedjo, 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Bumi
Aksara : Jakarta.
Khan, S. (2014). Water Security: Responses to Lokal, Regional, and Global Challenges
with Special Reference to Asia-Pacific Region. Dalam APAN 37, Masterclass on
Network-enabled Collaboration on Flood Mitigation and Water Security.
Bandung: UNESCO.
Linsley Jr, R. K., Kohler, M. A., Paulhus, J.LH., 1989, Hidrologi untuk insinyur, Terj.
Hermawan, Y., Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
72
Mamenun dkk. 2014. Validasi dan Koreksi Data Satelit TRMM Pada Tiga Pola Hujan Di
Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisikia, Vol. 15 No. 1 Tahun 2014 : 13-23.
Marek et al. 2006. Weighing lysimeters for the determination of crop water requirements
and crop coefficients. J. Applied Engineering in Agriculture 22(6):851-856.
Norman, D., R. Janke, S. Freyenberger, B. Schurle and H. Kok. 2008. Defining and
implementing sustainable agriculture. Publications KSA-Series Paper 1.
http://www.kansassustajnableag.org/Library/ksas1.html
Sosrodarsono, S., & Takeda, K. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
SNI 19-6728.1-2002. 2002. Penyusunan neraca sumber daya – Bagian 1: Sumber daya air
spasial.
SNI 03-2414-1991. (SNI 8066 : 2015). Tata cara pengukuran debit sungai dan saluran
terbuka
Vernimmen, R.R.E., Hooijer, A., Mamenun, Aldrian, E., & Van Dijk, A.I.J.M. (2012).
Evaluation and Bias Correction of Sattellite Rainfall Data for Drought Monitoring
in Indonesia. Hydrology and Earth System Science, 16, 133-146
Universitas Sriwijaya