Anda di halaman 1dari 7

Analisis Morfologi Sungai

Mayang Diva Triyani


Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Ilmu dan Teknologi
Kebumian, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri
Gorontalo
Mayang_s1geologi2019@mahasiswa.ung.ac.id

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah geologi kompleks yang
terletak di tepi tenggara benua Eurasia. Geomorfologi adalah
ilmu tentang suatu gambaran dari bentuk permukaan bumi
dalam bentuk topografi. Sedangkan geomorfologi sungai adalah
ilmu tentang bentuk dan ukuran sungai yang ada di permukaan
bumi. Indonesia memiliki sungai utama sekitar 5.590 sungai dan
65.017 anak sungai yang tersebar di nusantara. Dari jumlah
sungai utama itu, daerah aliran sungai (DAS) mencapai
1.512.466 km2.
Sungai memiliki manfaat yang cukup besar bagi
masyarakat setempatnya yaitu sebagai sumber kebutuhan air
sehar-hari. Tidak hanya itu sungai juga menjadi pemasok
kebutuhan air sebagian besar warga yaitu melalui Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM).

B. Pembahasan
Aluvial adalah jenis tanah yang terbentuk karena
endapan. Daerah endapan terjadi di sungai, danau yang berada
di dataran rendah, ataupun cekungan yang memugkinkan
terjadinya endapan. DAS di Indonesia mempunyai fungsi dan
peran untuk menopang kelangsungan makhluk hidup di
sekitarnya. Baik fungsi hidrologis maupun untuk menjaga
keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi,
pariwisata dan lainnya. Namun, sebagian besar DAS di
Indonesia mengalami kerusakan akibat perubahan tata guna
lahan, pertambahan jumlah penduduk, serta kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap lestarinya lingkungan DAS.

Geomorfologi: Sebuah Ulasan 1


Gejala ini juga bisa dilihat dari penyusutan luas hutan dan
kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar DAS.
Air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan dalam
suatu DAS akan terakumulasi pada suatu sungai yang akan
menyebabkan munculnya aktifitas erosi (pengikisan),
pengangkutan (transportasi), dan pengendapan (sedimentasi).
Selain aliran permukaan, yang menjadi faktor penyebab aktifitas
erosi dan sedimentasi antara lain kondisi topografi DAS, jenis
dan kemampuan tanah, kapasitas angkut sungai, vegetasi, dan
gangguan yang diciptakan manusia. Aktifitas ini jika tidak
dilakukan control yang baik maka akan berdampak pada
perubahan sungai baik dimensi maupun geometric sungai.
Perubahan-perubahan ini dikenal dengan morfologi sungai.
Morfologi sungai merupakan geometri (bentuk dan
ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek dan
perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Proses
perubahan dari morfologi sungai telah terjadi sejak terbentuk
sungai itu sendiri dan berlangsung terus menerus. Perubahan
morfologi ini akan terjadi sangat cepat akibat dari perubahan
tata guna lahan. Perubahan tata guna lahan dapat berdampak
pada berkurangnya fungsi resapan air dan meningkatkan aliran
air permukaan (run off) yang berujung pada meningkatnya debit
aliran sungai. Faktor lain yang menyebabkan laju perubahan
morfologi sungai adalah pasang surut (back water), material
pembentuk tebing sungai serta transportasi. Perubahan
morfologi sungai yang sangat ekstrem akan berbahaya terhadap
asset di wilayah sekitar sungai.
Morfologi sungai merupakan ukuran dan bentuk sungai
sebagai hasil reaksi terhadap perubahan kondisi hidraulik dari
aliran. Sehingga sungai akan leluasa dalam menyesuaikan
ukuran-ukuran dan bentuknya baik bentuk geometri atau
kekasaran dasar sungai. Bagian dasar dan tebing sungai akan
dibentuk oleh material yang diangkut aliran sungai yang berasal
dari pelapukan geologi pada periode yang panjang. Bentuk
sungai selalu berubah mengikuti karakteristik alami yang
merupakan faktor penting dalam proses pembentukan sungai.

2 Analisis Morfologi Sungai


Karakteristik alami tersebut adalah iklim dan fisiografi daerah di
wilayah, yang secara pembagian besar terdiri dari topografi
DAS, formasi batuan, daerah tangkapan hujan dan vegetasi.
Secara umum bentuk sungai dapat diklasifikasikan menjadi 4
bentuk yanitu meandering, straight (sungai lurus), dan breained
(sungai yang dipisahkan oleh pulau pulau kecil) dan
anastomosing.
Di Gorontalo , muara sungai bone berperan sebagai jalur
penghubung antara tiga sungai (sungai bolango, sungai bone,
dan sungai tamalate) dengan teluk tomini. Jenis material di
sungai bone didominasi oleh sedimen berukuran pasir kasar
sampai pasir halus dengan bentuk berbilah kompak
menggunakan klasifikasi sneed and folk dan spheroid
menggunakan klasifikasi Zingg. DAS bone merupakan yang
terluas di wilayah Gorontalo merupakan masalah yang sangat
serius. , khususnya di sungai Bone. Ekosistem hulu sungai bone
berfungsi sebagai pelindung dan bagian hilir sebagai kawasan
pemanfaatan. (Napu, dkk. 2020).

Gambar 1. Sungai Bone, Gorontalo. Sumber : Google


Earth

Dua sungai besar di kabupaten bone bolango yaitu


sungai bone dan sungai bolango. Sumber air permukaan lainnya
yang ada di daerah bone bolango adalah sumber air permukaan
dari danau perintis. Sungai bone, sungai bolango, dan danau
Geomorfologi: Sebuah Ulasan 3
perintis menurut Tresnadi (2008) merupakan sumber vital
pemenuhan kebutuhan air di Bone bolango. Curah hujan yang
terjadi sepanjang tahun merupakan sumber pasokan air bagi
danau perintis. Selain sumber air permukaan, potensi sumber air
lain di daerah bone bolango adalah air tanah dangkal dan air
tanah dalam. (Manyoe, dkk. 2017).
Bahaya alam adalah peristiwa yang mengancam, yang
dapat menyebabkan kerusakan pada ruang fisik dan social di
mana peristiwa tersebut terjadi tidak hanya pada saat
kejadiannya, tetapi juga dalam jangka panjang karena
konsekuensi yang terkait. Ketika konsekuensi tersebut
berdampak besar pada masyarakat dan atau infrastruktur, maka
akan menjadi bencana alam. Istilah bahaya sering dikaitkan
dengan agen atau proses yang berbeda. Beberapa di antaranya
termasuk atmosfer, hidrologi, geologi, biologi dan teknologi.
Untuk kejadian tertentu, seperti bahaya alam, besaran
dan frekuensi memberikan control yang sangat penting pada
dampak proses geomorfik karena proses tersebut memiliki
pengaruh pada perubahan bentuk lahan dan oleh karena itu, pada
kesetimbangan dinamis dalam system geomorfologi. Konsep
besaran dan frekuensi sangat penting untuk penilaian bahaya
alam. Misalnya, konsekuensi banjir diukur dengan
menggunakan periode ulang, dengan memberikan gambaran
tentang karakteristik banjir (besarnya) dan seberapa sering banjir
akan terjadi (frekuensi). Meskipun banjir dapat dianggap
sebagai contoh tipikal untuk mempresentasikan besaran dan
frekuensi dualitas, hal ini juga dapat dicirikan dengan dengan
baik oleh proses-proses seperti pergerakan massa, aktivitas
vulkanik, neoteknik dan erosi.
Banjir merupakan salah satu bencana yang dapat terjadi
di mana saja, di hampir seluruh permukaan daratan pada
belahan bumi ini. Adapun penyebab utama bencana banjir yang
terjadi pada akhir-akhir ini pada dasarnya lebih banyak
disebabkan oleh perlakuan manusia terhadap lingkungan
sekitarnya. Terutama terkait dengan lingkungan sungai dan
sekitarnya baik di wilayah hulu, wilayah tengah, maupun

4 Analisis Morfologi Sungai


wilayah hilirnya. Keseluruhan wilayah sungai tersebut lebih
dikenal dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu wilayah yang
merupakan satu kesatuan sistem hidrologi yang mempunyai
sistem pengeluaran (outlet) tunggal.
Erosi adalah pengangkatan hasil-hasil pelapukan
permukaan bumi yang diakibatkan oleh gerakan air (water
movement). Dengan kata lain hasil erosi diangkut oleh air atau
oleh angin. Akibat erosi, kemiringan dari tanah asli akan
berubah. Tanah atas terkikis dajn hasil pelapukan (debris) di
bawa oleh arus air atau yang halus oleh angin dan diendapkan
dibagian bawah. (Oehadijono, 1993).
Umtuk mengetahui besaran erosi di permukaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) dapat dilakukan secara kuantitatif dengan
beberapa cara salah satunya dengan menggunakan metode
empiris USLE. Metode ini paling umum digunakan untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (sheet
erosion) dan erosi alur dengan kondisi tertentu (Supirin, 2001
dalam Sutapa I Wayan 2010).

C. Penutup
Morfologi sungai merupakan geometri (bentuk dan
ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek dan
perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Perubahan
morfologi sungai bias terjadi akibat adanya erosi. Jika tidak
ditangani dengan baik maka erosi itu akan memberikan dampak
negatife seperti bencana banjir di daerah sekitaran aliran sungai.

Geomorfologi: Sebuah Ulasan 5


Referensi

Ayala Irasema Arcantala. (2001). Geomorphology, Natural


Hazards, Vulnerability and Prevention of Natural Disasters In
Developing Countries. Geomorphology 47 (2002) 107-124.

Badaru Alifia Widya Warapsari, Lihawa Fitriyane, Manyoe


Intan Noviantari. (2019). Geologi Daerah Dimito dan Sekitarnya
Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Jambura Geoscience
Review. Vol 1(1) : 13-21 .

Kurniawan Randa, Sutikno Sigit, Sujatmoko Bmbang. (2017).


Analisis Perubahan Morfologi Sungai Rokan Berbasis Sistem
Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Jom FTEKNIK.
Vol 4 (1).

Manyoe Intan Noviantari, Bahutalaa Irsan. (2017). Kajian


Geologi Daerah Panas Bumi Lombongo Kabupaten Bone
Bolango Provinsi Gorontalo. Jurnal Geomine, Vol 5 (1).

Napu S S S, Salama T H, Manyoe I N, Usman F C A, Samir I,


Badaru A W W, Sugianti K. (2018). Sediment Material
Potential of Bone River as a Prevention of Silting and flood of
Bone River Estuary, Gorontalo. IOP Conf Series : Earth and
Environtmental Science 589 (2020) 012003. DOI:
10.1088/1755-1315/589/1/01/2003.

Oehadijono. (1993). Dasar-dasar Teknik Sungai Jakarta.


Universitas Hasanudin.

Suharjo. Anna Alif Noor, Cholil Munawar, Rudiyanto. (2015).


Analisis Morfologi dan Morfostruktur Serta Pengaruhnya
Terhadap Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo Hulu Tengah.

6 Analisis Morfologi Sungai


Sutapa I Wayan. (2010). Analisis Potensi Erosi Pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) di Sulawesi Tengah. Jurnal SMARTek.
Vol 8 (3) : 169-181.

Yuanfu Zhang, Xin Dai, Min Wang, Xinxin LI. (2020). The
Concept, Characteristics and Significance of Fluvial Fans.
Petroleum Exploration and Development. Vol 47(5): 1014-
1026.

Glosarium

Topografi : secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk


permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit, dan
steroid.

Riwayat Hidup Penulis

Mayang Diva Triyani merupakan


mahasiswi aktif Teknik Geologi
semester 4. Lahir pada tanggal 15 juli
2001 di Kota Baubau Sulawesi
Tenggara.Mayang menempuh jenjang
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1
Bone-Bone pada tahun 2007, Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 4
Baubau pada tahun 2013, dan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 2 Baubau
pada tahun 2016. Sejak duduk di
bangku Sekolah Menengah Pertama Mayang aktif di kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka.

Geomorfologi: Sebuah Ulasan 7

Anda mungkin juga menyukai