Anda di halaman 1dari 26

VEGETASI PERMUKIMAN TEPIAN SUNGAI MEMPENGARUHI RUNOFF

SEMPADAN SUNGAI (: SEBUAH KAJIAN STRATEGI KONSERVASI


LINGKUNGAN KORIDOR SUNGAI)
(Studi Kasus: Kampung Pulo Jakarta Timur,)

PROPOSAL

Penulisan Ilmiah dan Etika Akademik


Dosen : Dr. Ir. H. Soedarsono. Msi

Sitti Wardiningsih

10201900011

Program Doktor Teknik Sipil


Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

2019

ABSTRAK
Vegetasi permukiman di tepian sungai dapat difungsikan sebagai fungsi ekologis,
penyanggah bagi ekosistem teresterial sempadan tepian sungai. Run off larian air hujan

1
yang turun pada permukaan tanah mengalir masuk kedalam sungai pada setiap tahunnya
semakin lama dapat dapat menimbulkan pencemaran, Air hujan yang turun pada musim
hujan pada permukaan tanah setiap tahun dapat mengerus permukaan tanah tepian sungai
kemudian air hujan mengalir berakhir masuk kedalam sungai . Adanya vegetasi pada
tepian sempadan sungai dapat mengurangi menurunkan kerusakan dan kualitas air
Sungai. Tepian sempadan sungai banyak terdapat vegetasi permukiman yang terdiri dari
tumbuhan vegetasi berkayu atau tidak berkayu, menurut Fakura et.al 1987 vegatasi pada
wilayah perkotaan dapat bermanfaat pada lingkungan jika kegunaanya dimanfaatkan
member manfaat yang sebesar-besar pada penduduk kota terkait dengan proteksi, estetika
dan rekreasi. Tanaman yang tumbuh tersebut merupakan sebuah ekosistem yang secara
ekologis sesuai dengan fungsinya dapat menahan limpasan run off air hujan ke sungai.
Permasalahan adanya perubahan tata guna lahan secara dan Batas wilayah sempadan
tepian sungai diukur dengan cara fisik. Sempadan sungai dengan komunitas vegetasi
berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan permukiman kota atau sekitarnya,
berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru
(menyerupai) hutan alam,membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa
liar dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis (Zoeraini,
1994). Berpegang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 28/Prt/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai
Dan Garis Sempadan Danau. Tujuan dari penelitian ini ialah mengeksplorasi model
perbaikan vegetasi permukiman sebagai adaptasi terhadap lingkungan fisik kawasan
tepian sungai/ pada daerah aliran sungai, dan akibat adanya berbagai jenis vegetasi
permukiman di sempadan tepian sempadan sungai dengan memberikan solusi dan
menentukan Jenis vegetasi dan tumbuhan apa yang dibutuhkan. Metode yang digunakan
ialah metode gabungan (mix-used method) melalui tahapan penelitian antara lain: (1)
tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pasca pelaksanaan. Langkah
penelitian yaitu melalui observasi lapangan (field observation) dan eksplorasi data-data
berdasarkan wawancara dengan narasumber terpilih. Sedangkan Hasil menunjukkan
rekomendasi yang terdiri dari dua aspek fisik yang mempengaruhi permukiman tepian
sungai, yaitu: (1) aspek fisik (physical aspect); dan (2) aspek non-fisik (non- physical
aspect). Kedua aspek tersebut mendukung model perbaikan vegetasi permukiman di
kawasan tepian sungai menuju lingkungan yang berkelanjutan dan berorientasi pada
pelestarian kawasan tepian sungai.

2
Kata kunci: Vegetasi permukiman,sempadan Tepian Sungai.run off.

Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jakarta Indonesia memiliki dua musim jaitu musim hujan dan musim panas tidak
seperti pada ribuan dan bahkan jutaan jenis vegetasi yamg tumbuh dan berkembang
dengan suburnya disetiap jengkal tanah ini dapat semua jenis tanaman, yang
memilikki kegunanan yang hampir sama . Demikian pula dengan sempadan tepian

3
sungai dapat pula ditumbuhin dengan berbagai jenis tumbuhan baik berkayu atau
tidak berkayu.
Pertumbuhan perekonomian juga mempengaruhi di segala bidang baik sosial
ekonomi dan budaya, Sehingga akibat dari pertumbuhan tersebut Meningkatkan
kebutuhan akan ruang kota menyebabkan daerah tepian sungai atau tepian daerah
aliran sungai menjadi salah satu alternatif kawasan pengembangan perkotaan.
Kawasan tepian sempadan air merupakan bentuk pengembangan struktur kota yang
berorientasi ke perairan seperti danau, sungai dan laut, yang memaksimalkan potensi
dan karakteristik kota (Zhand, 1999). Pengembangan lanskap perkotaan pada kota
besar berdampak pada wilayah tepian air dan sekitarnya. Salah satunya adalah
Permukiman dengan vegetasi dan tumbuhannya di sekitar tepian sungai tanpa
memperhatikan karakteristik lingkungan. Hidup dan berdiam di suatu tempat secara
tidak langsung menggambarkan hubungan antara manusia dan lingkungannya bahwa
akan selalu terjadi hubungan timbal balik antara penghuni dengan lingkungannya
(Schulz, 1985).
Vegetasi pemukiman yang terbentuk pada tepian sungai tidak sesuai dengan
karakteristik lingkungan. Hal ini menyebabkan wilayah tepian sungai kehilangan
fungsi dan merusak lingkungan sungai. Menurut Dahuri, et al (1996) bentuk
permukiman di wilayah tepian sungai harus terintegrasi dan tidak bertentangan
dengan ekologi lingkungan. Hal ini menggambarkan bahwa permukiman tepian air
sungai memerlukan pengaturan yang terintegrasi secara ekologis dan ramah
lingkungan agar tidak banyak mengalami limpasan air hujan dengan volume yang
tinggi pada musim hujan. Disisi lain, vegetasi pemukiman tepi sungai yang terbentuk
dari pengaruh terhadap konsep penataan lingkungan yang berkelanjutan
mempengaruhi run off aliran sungai . Dasar Teori Waterfront merupakan daerah
dinamis kota, tempat pertemuan daratan dan air (Breen dan Rigby, 1994).
Proses pembentukan wilayah tepian sungai dipengaruhi oleh aspek kondisi
lingkungan, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, aspek populasi penduduk dan
aspek kebijakan pemerintah. Aspek paling berpengaruh dalam pembentukan vegetasi
permukiman tepian air sungai adalah aspek sosial-budaya dan lingkungan pada
bentuk permukiman. Bentuk permukiman tepian air sangat ditentukan oleh kondisi
fisik lingkungan. Menurut Hassan (2010), bahwa aspek topografi menyebabkan tata
letak dan arah perkembangan vegetasi permukiman tepian air berbentuk a) morfologi
arah ke daratan (inland water village), b) morfologi arah ke air (outward water

4
village), c) morfologi arah sejajar (parallel water village), d) morfologi di atas air
(water village) dan e) morfologi muka muara (river mouth water village). Bentuk
dan arah perkembangan vegetasi permukiman di atas tepian air. Pola spasial
permukiman tepiaan sempadan sungai umumnya membentuk pola memanjang, pola
berkelompok dan pola menyebar (Kostof 1991 dan Darjosanjoto, 2007).
Merupakan bagian dari air yang bergerak dipermukaan tanah pada Daerah Aliran
Sungai yang bergerak disebut dengan Surface Runoff dan aliran tersebut adalah
aliran air permukaan tanah yang bergerak .
Siklus hidrologi adalah air yang secara alamiah sebagai aliran air yang mengalami
daaur hidrologi yang mrelalukan perjalanan menuju ke permukaan dan ke atmosfer
dari permukaan laut ke atmosfer dan akan berhenti serta kembali lagi ke laut, dan air
tertahan sementara di danau atau sungai dan dalam tanah sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk berkahir pada laut. hidup. Sebagian Air
hujan yang terserap dalam tanah disebut dengan infiltrasi. Runoff, adalah aliran air
yang dapat diserap oleh tanah sehingga mengalir permukaan sementara ke tendon-
tandon cekungan-cukungan permukaan tanah dengan kata lain adalah surface
detention, kemudian mengalir ketempat yang lebih rendah dan .mengaliar diatas
permukaan tanah, Jika air hujan yang baru masuk kedalam tanah akan bergerak secra
lateral horizontal air akan terus merembes masuk kedalam sungai, peristiwa sebagi
peristiwa akhir. dan keluar lagi kepermukaan disebut dengan subsurface flow .

I.2. Identifiksi Masalah


Terkait dengan perkembangan di atas dapat kami identifikasi permasalahan sebagai
berikut:
1. Terjadinya perubahan fisik sempadan sungai
2. Terjadinya penyempitan tepian sungai karena tergerus air limpasan hujan.
3. Terjadinya limpasan air runoff dan Pengaruh vegetasi tepian sungai
4. Terjadinya perubahan pasang surut muka air sungai
5. Terjadinya pendangkalan sungai akibat dari besar limpasan air hujan yang masuk
kedalam sungai, akibat adanya kurangnya vegetasi permukiman di sempadan tepian
sungai.

5
6. Terjadinya pengelompokkan bagaikan hutan alami terdiri dan berbagai jenis
vegetasi terdiri dari kelompok-kelompok berdasarkan karakter dan jenis nya yaitu:
vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh liar tersebut kadang-kadang
tidak sesuai fungsi, kelompok kadang menyebar, kadang berkelompok, berbentuk
jalur.
7. Terjadinya Penutupan perubahan fisik tepian sempadan sungai
8. Terjadinya masalah sosial kekumuhan dikawasan tepi sungai.
9. Terjadinya sistem Pengelolaan tepian sempadan sungai tidak terealisasi.

1.3. Pembatasan Masalah


Cakupan permasalahan dan keterbatasan waktu serta sumber daya dana yang
terbatas, maka penulis membatasi penelitian ini pada:
1. Pengaruh vegetasi permukiman disempadan sungai Ciliwung Jakarta Timur, lokasi
studi kasus adalah penggal kampung pulo sampai dengan Bukit Duri Jakarta Timur.
2. Penggunaan lahan tepian sungai dibatasi oleh zona-zona yang terkait dengan
kebijakan dan peraturan pemerintah tentang Sempadan area tepian sungai.
3. Peruntukkan penggunaan lahan difokuskan pada tepian sempadan sungai sebagai
area bebas bangunan difungsikan sebagai lahan pertanian, permukiman, dan lahan
kosong yang diukur berdasarkan luas kawasan.
4. Pekerjaan analisis data dilakukan berdasarkan instasional dan data survey, serta
wawancara.

1.4. Rumusan Masalah


Pengaruh perkembangan penggunaan lahan di sekitar sempadan tepian sungai yang
ditumbuhi vegetasi dan permukiman akan memberikan dampak terhadap besarnya
limpasan larian air permukaan dapat mempengaruhi air yang mengalir kesungai akibat
adanya vegetasi permukiman sempadan tepian sungai .
Berdasarkan pengaruh tersebut dari adanya vegetasi permukiman maka dilakukan
pembatasan masalah pada penelitian ini dengan pertanyaan penelitian (research
question) maka penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada keterkaitannya hubungan antara vegetasi permukiman dengan tata guna
lahan dengan limpasan air hujan disepanjang tepian sempadan sungai tersebut.
2. Apakah ada keterkaitannya hubungan antara kerapatan vegetasi disepanjang tepian
sempadan sungai tersebut.?
3. Bagaiamana agar sempadan Tepian Sungai tetap.

6
1.5. Penelitian ini bertujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi model perbaikan tepian sempadan sungai
terhadap adaptasi di lingkungan fisik kawasan tepian sempadan sungai yang terukur
dengan waktu dan biaya, rekomendasi dengan beberapa permodelan sebagai berikut :
1. Membuat Permodelan hubungan vegetasi permukiman dengan limpasan run off
permukaan tanah
2. Membuat Permodelan hubungan penggunaan lahan tepian sempadan sungai
sebagai area vegetasi permukiman
3. Membuat Permodelan hubungan volume hubungan limpasan air tepian sempadan
sungai yang menuju sungai
4. Membuat Permodelan hubungan kerapatan jenis vegetasi permukiman di
sempadan tepian sungai.
5. Membuat Permodelan hubungan vegetasi permukiman dengan tepian sungai dan
konservasi sungai.

1.6. Manfaat Penelitian


Secara teoritis penelitian akan memberikan hasil yang dapat dimanfaatkan bagi
orang lain. Secara teoritis menghasilkan suatu “Model Hubungan vegetasi permukiman
dan kerapatnnya di sempadan tepian sungai dengan limpasan run off air permukaan .
untuk konservasi. Secara praktis penelitian ini akan berguna untuk: Sebagai alat untuk
menyusun peraturan terkait tentang mendirikan bangunan di tepian sempadan sungai
untuk kepentingan konservasi sungai dan rekomendi jenis-jenis tumbuhan akibatnya
untuk mencegah run off “ yang berlebihan

7
.

Bab 2. Kajian Teoritik

2. Kajian Teoritik

2.1. Posisi Penelitian

Posisi penelitian yang akan dilakukan bukan merupakan penelitian pertama namun
ada beberapa peneliti terdahulu yang sudah melakukannya, untuk penelitian ini peneliti
menggunakan metode. Metode yang digunakan ialah metode gabungan (mix-used
method) melalui tahapan penelitian antara lain: (1) tahap persiapan; (2) tahap
pelaksanaan; dan (3) tahap pasca pelaksanaan. Langkah penelitian yaitu melalui observasi
lapangan (field observation) dan eksplorasi data-data berdasarkan wawancara dengan
narasumber terpilih. Sedangkan Hasil menunjukkan rekomendasi yang terdiri dari dua
aspek fisik yang mempengaruhi permukiman tepian sungai, yaitu: (1) aspek fisik
(physical aspect); dan (2) aspek non-fisik (non- physical aspect).
Penelitian ini didukung dengan Junal – jurnal menyatakan hubungan atau
keterkaitannya dengan judul penelitian penulis tentang vegetasi permukiman di
sempadan sungai, seperti yang dilakukan oleh Ratna Siahaan dan Nio Song A 2010 telah

8
melakukan penelitian tentang jenis jenis vegetasi untuk tepian sungai, Sitti Wardiningsih,
Volume 18 Nomor 1 edisi Januari 2019, Konsep Penataan Sempadan Ciliwung. (2016).
Peta lokasi Ciliwung penggal Kampung Pulo sampai dengan Bukit Duri seperti pada
gambar 2 dibawah ini:

Lokasi Jakrta

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Sedangkan untuk contoh-contoh penataan sempadan tepi sungai, menurut Sitti


Wardiningsih Konsep Ruang tepian sempadan Sungai Ciliwung sebagai sungai besar
yang mengalir di tengah Kota dan memiliki fungsi baik bagi ekosistem lingkungan
maupun bagi masyarakat secara ekologi maupun estetika. Fungsi ekologi berkaitan erat
dengan hubungan sungai dengan makhluk hidup sebagai penunjang kehidupan. Fungsi
ekologi juga berkenaan dengan upaya konservasi, area resapan atau drainase pembuangan
air hujan, dan menjadi habitat bagai vegetasi lokal dan non-lokal. Fungsi Estetika
berkaitan dengan keindahan yang ditampilkan dari muka sungai yaitu kebersihan dan
kejernihan air sungai serta keindahan sempadan sungai dilihat dari bentukan alami
sempadan serta elemen pendukung.
Vegetasi permukiman tepian sempadan Sungai Ciliwung secara umum dapat
dikombinasikan dengan pemanfaatan yang berbeda pada tiap segmennya. Pada sungai
bagian hilir dapat difungsikan secara ekologi untuk menangkap air selama musim hujan
(Noviandi et al. 2017). Supaya berfungsi secara maksimal, perlindungan fungsi sungai
dilakukan dengan penataan jalur sempadan sungai, yaitu dengan cara menetapkan
sempadan sejauh 50 meter dari sungai dan tidak boleh terdapat bangunan masif. Vegetasi
sempadan sungpat ai dadikembangkan dengan pendekatan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sempadan tepian sungai sebagai pengendali run oof , banjir dan resapan

9
luapan banjir. Pengendalian banjir dengan penataan sempadan yang memiliki
kemampuan penyerap air dan menahan erosi.
Konsep ruang tepian sungai ini terdiri dari Ruang mempertimbangkan fungsi
ekologi dan estetika. Area penyangga dan konservasi, tepian sungai dengan tujuan
sebagai area perlindungan sempadan sungai. Sehingga dapat disimpulkan terdapat tiga
zona pada kawasan sempadan Sungai Ciliwung yaitu zona penyangga konservasi dan
zona estetika. Konsep ruang tersebut seperti tersaji pada Gambar : 3, sedangkan tabel 2
konsep Rencana Vegetasi Tepian Sempadan Sungai, Konsep ruang terdapat pada skema
1, contoh tanaman sebagai konservasi sungai terdapat pada Gambar 4.

Gambar 3. Penataan Tepi Sungai Kampung Pulo

Tabel 2.RencanaVegetasi pada Sempadan


Fungsi Lokasi Vegetasi
Penyangga Tepi sungai Bambu apus (Gigantochion apus)
Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Mahoni (Switenia mahagoni)
Tanjung (Mimusops elengi)
Pengarah Tepi Jalan inspeksi Tanjung (Mimusops elengi)
Dadap Merah (Erythrinacristagalli)
Bintaro (Cerbera sp.)
Tepi jalan Trembesi (Samanea saman)
Flamboyan (Delonix regia)
Mahoni (Switenia mahagoni)
Bunga Merak (Caesalpinia pulcherrima)
Tanjung (Mimusops elengi)
Bintaro (Cerbera sp.)
Cassia Kuning (Cassia suratensis)
Bakung air mancur (crinum asiaticum)
Hanjuang merah (Cordyline terminalis)
Bungur (Lagerstromia speciosa)
Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Estetika Jalur hijau diantara jalan inspeksi Dadap Merah (Erythrinacristagalli)
dan jalan raya Cassia Kuning (Cassia suratensis)
Bunga Merak (Caesalpinia pulcherrima)
Soka (Ixora sp.)
Bakung air mancur (crinum asiaticum)

10
Penahan angin Tepi jalan raya dan jalan inspeksi Mahoni (Switenia mahagoni)
Tanjung (Mimusops elengi)
Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Identitas lokal Sempadan sungai Gondang (Ficus racemosa)
Buni (Antidesma bunius)
Pemikat burung Sempadan sungai Tanjung (Mimusops elengi)
Flamboyan (Delonix regia)
Gondang (Ficus racemosa)
Penutup tanah Sempadan sungai, tepi jalan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum ‘
raya,tepi jalan inspeksi vertigo’)
Rumput gajah mini (axonopus compressus)

Skema 1. Konsep Ruang Vegetasi

Penelitian terdahulu sebagai dasar dari penelitian ini, pada disertasi ini penulis
akan melakukan menghitung run oof muka tanah dan menganalisa vegetasi permukiman
dengan out put pengelolaan sempadan tepian sungai. Berkaitan dengan dan perubahan
penggunaan lahan dan material penutup muka tanah dan pemilihan jenis vegetasi pada
tepian sungai agar debit dan volume air limpasan hujan yang turun pada musim nya.
Vegetasi dapat memberikan dampak positif bagi sungai dan lingkungan permukiman

11
Gambar 4 Vegetasi yang tertata di Sempada Tepian Sungai
Posisi penelitian secara skematik tersaji pada Gambar 2 dibawah ini:

Pengelolaan Vegetasi Permukiman


Tepian Sempadan Sungai

Variabel Identifikasi Variabel

Pengaruh Run Off Permasalahan Batasan Masalah Pengaruh Vegetasi Permukiman Off,
Rumusan Masalah Run Off, Konservasi

Hubungan Curah Hujan Hubungan Peraturan, Kebijakkan Hubungan Vegetasi dan Permukiman

Analisa Kondisi Permukaan Tanah Analisa Analisa Karakter Vegetasi


Karakter Permukaan Hubungan Pengaruh -Berkayu -Berakar Tunggal
-Jenis Tanah Pengunaan Lahan -Tidak Berkayu - Berakar Serabut
Tepian Sungai - Berakar Papan

Hubungan Kondisi Fisik Sungai


-Lebar -Kedalamam Hubungan Kondisi Sosial Budaya Hubungan Kelompok Vegetasi
-Muka Air Sungai lingkungan -Jenis - Jarak Tanam
- -Karakter Masyarakat -Fungsi - Pola Tanam
-Permukiman -Lokasi

ANALISA -ANALISA -F
Perumusan Konsep PengelolaanTepian
Sempadan Hubungan Fisik Permukiman
Konservasi

OUT PUT RENCANA DISERTASI

12
Gambar 2. Posisi Penelitian Secara Skematik

2.2. Definisi dan Pengertian


2.2.1. Sevara umum pengertian vegetasi adalah berbagai jenis tumbuhan yang
hidup dan menempati suatu tempat / tanah yang secara ekosistem tumbuh-tumbuhan yang
berhubungan dengan kehidupan, atau vegetasi adalah bermacam-macam jenis tumbuhan
atau tanaman yang hidup di ruang luar dan yang berkaitan dengan kehidupan.

2.1.2. Definisi Permukiman


Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tenpat
tinggal / lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan dan
penghidupan.

2.1.3. Definisi Sungai


Sungai atau kali adalah aliran air yang besar dan dari sklus memanjang yang
mengalir secara terus-menerus dari tempat yang tinggi disebut dengan hulu sebagai
sumber dan menuju ketempat yang rendah disebut dengan hilir sebagai muara. Tetapi
ada juga yang sungai yang terletak di bawah tanah dapat disebut dengan
“underground river”,

2.1.4. Definisi Run Off


Air aliran permukaan atau run off adalah bagian dari curah hujan yang mengalir
diatas permukaan tanah yang menuju ke sungai, danau dan lautan. Dari aliran
tersebut sebagian dari air tidak sempat meresap ke dalam tanah dan oleh karena itu
mengalir menuju kedareah Yang rendah. Run Off juga merupakan bagian dari siklus
hidrologi yaitu air limpasan yang berasal dari air hujan didalam air sungai karena
gaya gravitasi .

2.1.5. Defenisi Konservasi

13
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan dan secara harfiah,
konservasi berasal dari bahasa Inggris, conservation yang artinya pelestarian atau
perlindungan, Adapun menurut ilmu biologi, konservasi diantaranya adalah:

Pelestarian dan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam secara bijaksana;
Pelestarian dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan memastikan
bahwa habitat alami suatu area dapat dipertahankan, sementara, keanekaragaman
genetik dari suatu spesies dapat tetap ada dengan mempertahankan lingkungan
alaminya. Gambar 5 salah satu contoh tanaman untuk Konservasi tepi jalan.

Gambar 5 salah satu contoh tanaman untuk Konservasi tepi jalan.

(Sumber: Ayer_Hitam_Forest_Reserve 2019).

2.1.6. Pengertian Vegetasi Permukiman Tepian Sungai.


Vegetasi permukiman tepian sempadan adalah tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang secara alami dan buatan.di tepian sempadan Sungai .Menurut Gem
(1996) vegetasi adalah kumpulan tumbuhan yang hidup bersama pada tempat
yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda. Kumpulan yang tergabung dalam
populasi yang hidup dan dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu dengan
yang lainnyadalam komunitas yang sama. Sedangkan menurut Mucller-Dombois
dan Ellenberg (1974), bahwa pengorganisasian ruang individu-individu yang
tersusun menjadi tegakkan, karena elemen struktur yang utama adalah growit
form. Stratifikasi dan penumpukkan tajuk (coverage). Atau juga dapat diartikan
secara meluas struktur vegetasi termasuk juga tentang polapola penyebaran dan
banyaknya jenis dan diversitas jenis, berdasarkan pendapat Odum (1993), struktur

14
alamiah tergantung pada cara dan dimana tumbuhan tersebut tersebar dalam
komunitasnya.

2.1.7. Pengertian permukiman


Pengertian permukiman memiliki arti lebih luas dalam UU No: 1 tahun 2011
adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari satu kesatuan
Menurut Finch 1975 permukiman adalah kelompok satuan- satuan tempat tinggal
atau kediaman manusia, mencangkup fasilitas bangunan seperti bangunan rumah, serta
jalur jalan dan fasilitas yang lain yang digunakan sebagai sarana pelayanan manusia
tersebut. Batasan ini mengarah pada arti permukiman sebagai kelompok satuan
kediaman orang atau manusia pada suatu wilayah tidak hanya bangunan rumah tetapi
mencangkup segala fasilitas yang diperlukan untuk menunjang penghuninya.

Gambar 6 .Pola Permukiman Tepian Sungai/ Daerah Aliran Sungai

Sedangkan untuk sosial ekonomi dan budaya dapat dilihat dari pendidikannya pendapatan
jumlah anggota keluarga dan sebagainya. Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus
dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih
tinggi tidak menjadi rusak. Sebab kalau kerusakan terjadi, bukan kebaikan mutu hidup
yang akan dicapai, melainkan justru kemerosotan. Gambar 6 diatas adalah pola
permukiman tepian sempadan sungai.

2.1.8. Pengertian Sungai


Pengertian sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Undang- undang No. 11/74 Mengenai

15
Perairan). Pengendalian aliran dan pengamanan sungai adalah salah satu masalah yang
banyak dijumpai oleh para pengelola sungai dalam usahanya untuk memanfaatkan
sumberdaya alam untuk kepentingan manusia dan pengamanan sungai adalah salah satu
masalah yang banyak dijumpai oleh para pengelola sungai dalam usahanya untuk
memanfaatkan sumberdaya alam untuk kepentingan manusia.

2.1.9. Pengertian Run off


Pengertian run off secara umum adalah sebagai berikut:
Run off Air aliran atau permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukuaan tanah yang menuju ke sungai danau dan lautan.Tidak semua air tidak
sempat meresap kedalam tanah, maka air tersebut mengalir kearah bagian yang lebih
rendah.
Run off adalah peristiwa air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah,
sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak
terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan
permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan
tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air
infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan
membentuk kelembaban tanah atau dapat pula dikatakan secara teori adalah
aliran air ke masuk kedalam tanah melalui permukaan tanah itu
sendiri.dalam tanah, air mengalir ke arah pinggir, sebagai aliran perantara menuju
mata air, danau, dan sungai atau secara vertikal yang dikenal dengan penyaringan
menuju air tanah. Aliran air yang mengalir pada permukaan tanah (surface runoff)
karena bergerak di permukaan, sungai, danau, penguapan, dlll. Air pada Daerah Aliran
Sungai merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama
berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer
kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti
tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam
tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup.
Run Off terkait dengan Siklus Hidrologi Adalah perjalanan air dari Permukaan
Laut Ke Atmosfer kemudian ke permukaan Tanah Dan kembali lagi ke laut Yang tidak
pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan sementara di sungai, danau/waduk,
dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya (Asdak,
2004).

16
Siklus Hidrologi di awali dengan Penguapan Air Dari Laut. Uap Yang dihasilkan
dibawa oleh udara yang bergerak. dalam kondisi Yang Memungkinkan, Uap tersebut
terkondensasi membentuk awan, pada akhirnya dapat menghasilkan presipitasi.
presipitasi jatuh Kke bumi menyebar dengan arah yang berbeda beda dalam beberapa
cara. Sebagian Besar Dari Presipitasi tersebut sementara tertahan pada tanah di dekat
tempat ia Jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfir oleh penguapan
(Evaporasi) dan pemeluhan (Transpirasi) oeh tanaman (Gambar 7).

Gambar. 7 Siklus Hydrologi Hujan

Salah satu rumus untuk menghitung Koefisien Air larian diantaranya mengunakan
Rumus seperti dibawah : Gambar 7.

Air Larian (mm)


C = Curah Hujan (mm) C =∑12/1(di x 86400 x Q)/(P xA)

Atau
C= Koefisen Air Larian di = Jumlah hasil dalam bulan ke-1
Q = Debit rata-rata bulann (m/detik) &8 4600 =
jumlah detik dalam 24 jam
P = Curah hujan rata-rata setahun (m/tahun)
A = Luas Das (m2)
Gambar 7. Rumus perhitungan run off)
(Sumber https://www.berpendidikan.com/9 Oktober 2019).

17
2.10.Pengertian Konservasi
Secara umum konservasi adalah pelesteraian atau perlindungan, secara harfiah
konservasi berasal dari bahasa Inggris “Conversation”. Konservasi adalah pengelolaan
biosfer secara aktif yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan keanekaragaman flora
dan fauna dan pemeliharaan keragaman genetik di dalam suatu spesies, termasuk juga
pemeliharaan fungsi biosfer seperti ekosistem.

2.11. Aspek Normatip


Secara umum selalu terkait dengan perat.2uran dengan kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah, Berpegang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/Prt/M/2015 dan aturan tentang sempadan tepian
sungai :
1. Tepian Sungai harus memiliki sempadan sungai yang dihitung dari setenggah dari
kedalam Sungai.
2. Tepian Sungai berdasarkan Nomor 38 Tahun 2011, tentang Sungai sebagai Alur
atau wadah air alami dan buatan berupa jaringan alir tepi sungai kiri kanan aliran
didalamnya mulai dari hulu sampai muara dengan dibatasi kabanan kiri oleh garis
sempadan.
3. Garis sempadan sungai adalah garis maya dikiri kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
4. Tepian sungai Dalam pasal 4 dinyatakan dengan Pengelolaan sungai dilakukan
secara terpadu dan berwawasan lingkungan dekengan tujuan untuk mewujudkan
kemanfaatan fungsi sungai yang berkelanjutan.

2.12.Kerangka Pikir
Vegetasi permukiman tepian sungai secara sistem menyeluruih atau makro
dapat diselesaikan dengan beberapa secara mikro, yang berdiri sendiri berdasarkan
masing masing kepentingan dan terkait saling satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi dalam cakupan konservasi, Menurut Tamin 2018 Seperti pada Gambar
8.

Berdasar kan diatas hubungan antara satu dengan yang lain seperti berikut ini:
Run off Air Hujan yang turun limpasan kepermukaan adalah merupakan air hujan yang
larian air tersebut tidak tertahankan oleh tanah, vegetasi atau cekungan maka pada dan

18
akhirnya mengalir langsung ke sungai atau laut. Volume besarnya nilai aliran air di
permukaan tanah sangat menentukan besarnya tingkat kerusakan akibat erosi maupun
banjir. Besarnya nilai aliran permukaan dipengaruhi oleh curah hujan, vegetasi
(penutup lahan), adanya bangunan penyimpan air dan faktor lainnya.

RUN OFF Air Hujan

Vegetasi Pengelolaan
Permukiman Konservasi
Sempadan Sempadan
Tepian Sungai

Gambar 8. Sistem yang saling mempengaruhi


(Sumber Tamin 2018).

Vegetasi Permukiman Sempadan Tepian Sungai, menurut Laoh (2002) mengatakan


bahwa pada lahan bervegetasi lebat, air hujan yang turun dan tertahan oleh vegetasi lalu
meresap ke dalam tanah melalui vegetasi dan seresah daun di permukaan tanah, sehingga
limpasan permukaan yang mengalir kecil. Pada lahan terbuka atau tanpa vegetasi, air
hujan yang jatuh sebagian besar menjadi limpasan permukaan yang mengalir menuju
sungai, sehingga aliran sungai meningkat dengan cepat. Hujan merupakan komponen
masukan yang paling penting dalam proses hidrologi DAS, karena jumlah hujan
dialihragamkan menjadi aliran sungai (runoff) melalui limpasan permukaan, aliran bawah
tanah, maupun aliran air tanah. Menurut Haan, et al,. (1982) dalam Setyowati (2010),
hujan dan aliran adalah saling berhubungan dalam hal hubungan antara volume hujan
dengan volume aliran, distribusi hujan per waktu mempengaruhi hasil aliran, dan
frekuensi kejadian hujan mempengaruhi aliran.
Pengelolaan Konservasi Sempadan Tepian Sungai
(https://agrica.wordpress.com/2009/01/15/konservasi-dan-pengelolaan-sungai/).

19
1. Konservasi daerah pengaliran sungai
Konservasi ini dilakukan karena maraknya eksploitasi sumberdaya alam tanah, hutan, dan
air. Dampaknya akan mengubah tata air seperti banjir, kekeringan, serta meningkatnya
laju erosi dan sedimentasi. Teknologi yang dilakukan dalam konservasi ini yaitu metode
Vegetatif dan metode Teknik Sipil.
Metode vegetatif yaitu menggunakan tanaman untuk mengurangi daya perusak hujan
yang jatuh, sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi. Yang termasuk dalam
metode ini yaitu reboisasi yaitu penanaman pohon di kawasan hutan dan luar hutang
dengan menggunakan tanaman tahunan.
Metode sipil yaitu pembuatan bangunan sipil untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kegunaan tanah, serta memperbesar infiltrasi air kedalam tanah.
Yang termasuk dalam metode ini yaitu : bendungan pengendali, waduk, tanggul, teras,
pembuatan irigasi pada daerah pertanian, guludan, dll.
Fungsi Tanaman
Secara umum bentuk tanaman pada Lanskap tepian sungai
Memahami fungsi tanaman sebagai pembentuk dan pengisi ruangruang perkotaan,
sehingga tercipta ruangyang fungsional, estetis dan nyaman.
Tanaman sebagai Pembentuk Ruang dalam Disain sebagai berikut:
1. Strata dan ukuran Tanaman
2. Klasifikasi Jenistanaman
3. Kerapatan daun, ranting (Tajuk)
Strata (level kanopi) dan Ukuran Tanaman
1.Strata satu: rumput, pohon
2.Strata dua: pohon & rumput, semak & rumput
3.Strata banyak: ada pohon, perdu, semak, rumput.

2.13. Rumusan Hipotesis


Dalam fase hipotesis adalah gambaran sementara hasil temuan yang terdapat
pada vegetasi dan permukiman sesuai dari hasil pengamatan dan wawancara pada
pengguna di lokasi Kampung Pulo sampai degan Bukit Duri. Pada lokasi kampung pulo
berada pada kountur yang rendah, tepian sempadan sungai terdapat banyak bangunan
sehingga menimbulkan kekumuhan dan kerusakkan sempadan sungai, maka dapat
disusun hipotesis seperti berikut ini:
1. Terlihat adanya hubungan antara Penggunaan lahan untuk permukiman

20
2. Terlihkonservasidan at adanya hubungan antara karakter muka tanah dan jenis
tanah
3. Terlihat adanya hubungan antara volume run off air hujan
4. Terlihat adanya hubungan antara vegetasi dan tepian sempadan sungai
5. Terlihat adanya hubungan antara kondisi fisik sungai , vegetasi

2.14.Sasaran Pengujian
Berdasarkan dari susunan hipotesis diatas maka dapat diambil kesimpulan untuk
pengujian dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Memperhatikan volume air hujan yang mengalir dipermukaan tanah
2. Mem perhatikan karakter penutupan permukaanair limpasan
3. Memperhatikan runoff hujan limpasan pada permukaan tanah tanah
4. Memcari hubungan karakter dan jenis tanah permukaan
5. Membuat Grid vegetasi sempadan tepian sungai
6. Mengelompokkan jenis vegetasi ermukiman
7. Memperhatikan perubahan fisik tepi sungai terjadi penyempitan
8. Mencari hubungan pengunaan lahan permukiman
9. Mencari hubungannya dengan kebiasan masyarakat yang bermukim
disempadan tepian sungai.

21
Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Tahapan Penelitian


Metode yang digunakan ialah metode gabungan (mix-used method)struktur perkotaanmelalui
tahapan penelitian antara lain: (1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pasca
pelaksanaan. Langkah penelitian yaitu melalui observasi lapangan (field observation) dan
eksplorasi data-data berdasarkan wawancara dengan narasumber terpilih.
Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode survey, dengan pendekatan adalah:
Biofisik DAS dengan dengan batas topografis, Data meliputi data primer dan sekunder a. Data
Primer, terdiri atas: tekstur tanah b. Data Sekunder Peta dasar, Pembuatan Peta Penggunaan
Lahan, Peta Rupa Bumi Indonesia. Data-data meteorologi:
Tujuan penelitian ini model untuk perbaikan permukiman sebagai adaptasi terhadap fisik
kawasan tepian sungai.
Metode yang digunakan ialah metode gabungan (mix-used method).
Hasil adalah rekomendasi ada dua aspek fisik yaitu: (1) aspek fisik (physical aspect); dan (2)
aspek non-fisik (non- physical aspect). Terlihat pada skema tahapan Penelitian pada Skema 3

Studi Literatur

\ Penentuan Obyek Penelitian

Pemilihan Zonasi Lokasi

Survai Penggunaan Lahan Survai Data Survai Data


Lokasi (Fisik) Non Fisik

Data Iklim Analisa Hubungan Kompilasi Data Luas


Data Hujan -Run Off - Karakter muka tanah Permukiman
Data Run off -Volume Limpasan – Jenis Tanah -Vegetasi
Data Sungai

Survai Sekunder Survai Primer

Hubungan Sempadan sungai Permukiman,


vegetasi dan konservasi

Skema 3. Tahapan Penelitian

3.2. Subyek Penelitian

22
Berdasarkan dari pendapat Arikunto subyek penelitian adalah : Penelitian ini tertuju
pada subyek besarnya limpasan air pada permukaan air tepian sungai jika dilihat dari curah
hujan dan debit limpasan air hujan yang turun kepermukaan tanah, serta adanya vegetasi
permukiman yang tumbuh di tepian sempadan sungai , penduduk sosial budaya ekologis
lingkungan. Sasaran ini didapat dari responden berdasarkan kuisioner dan wawancara.
Serta membuat grid strata komunitas vegetasi.

3.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Jadwal Pelaksanaan Penelitian dalam program doctor ini disusun agar dapat
diselesaikan dengan baik . Jadwal Pelaksanaan tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Jadwal Penelitian


SEMEST KEGIATAN PERBULAN
ER
Agut’ 19 Sep’ 19 Okt’ 19 Nop’19 Des’ 19 Jan’ 20
I
Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah

Agut’ 20 Sep’ 20 Okt’ 20 Nop’20 Des’20 Jan’ 21


II
Pengajuan Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan
Promotor Proposal Proposal Proposal Proposal Proposal

Agut’ 21 Sep’ 21 Okt’ 21 Nop’21 Des’ 21 Jan’ 22

III Analisa Data Persiapan Perbaikan Pembuatan Persiapan


Penulisan Bahan Seminar Hasil Kesimpulan Bahan
Data Disertasi Ujian Anaalisis dan Seminar Perbaikan
Seminar 1 Data Rekomendasi Ujian Disertasi
Seminar 2

Agut’ 22 Sep’ 22 Okt’ 22 Nop’22 Des’ 22 Jan’ 23


IV
Persiapan Ujian Tertutuip Perbaikan Persiapan Persiapan Persiapan
Ujian Disertasi Bahan Ujian Bahan Ujian Bahan Ujian
Tertutup Terbuka Terbuka Terbuka

V Agut’ 24 Sep’ 24 Okt’ 24 Nop’24 Des’ 24 Jan’ 25

Persiapan Ujian Terbuka


Bahan Ujian
Terbuka

3.3. Atribut Penelitian


Dalam atribut penelitian atau dengan kata lain adalah variable variable dari
obyek pengamatan ke lokasi dan sifat atau nilai karakter lahan / tapak orang, serta
faktor yang paling berperan serta hal hal lain yang terkait. untuk perlakuan terhadap

23
lokasi obyek atau kegiatan yang mempunyai kegiatan yang bervariasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya.

3.4. Rencana Survai


3.4.2. Survai Sekunder
Mencari data–data dasar untuk melihat perubahan perubahan yang
berkembang mendukung layak atau tidaknya penelitian ini untuk dilanjutkan.
Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh oleh peneliti
secara langsung melalui media perantara misalnya dari peneliti lainnya. Data
sekunder pada umumnya berupa bukti catatan atau laporan atau historis yang telah
tersusun dan sudah terpulikasi dalam jurnal atau tulisan tulisan lainnya.
Sebelum proses data dilakukan maka dilakukan identifikasi kelokasi,
pengguna dengan cara melakukan
1. Apakah penelitian ini memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan
penelitian ini dan dapat kah menyelesaikan penelitian ini.
2. Apakah kita memerlukan Data sekunder
3. Apakah data sekunder dapat membantu meyelesaiakan penelitian kita.
Terkait dengan beberapa hal.
Data sekunder dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah sebagai
 Data pendukung penyelesaian masalah
 Penjelasan masalah
 Formulasi alternatif-alternatif penyelesaian masalah
 Solusi masalah
 Cara –cara pengambilan
 Secara manual
 Lokasi internal
 Lokasi Eksternal
 Pencarian secara on line
 Kreteria pengambilan data
 Waktu keberlakuan
 Kesesuaian dengan kebutuhan
 Ketepatan data yang diambil
 Biaya

24
3.4.3. Survai Primer
Data yang diperoleh dari asli dari sumbernya, data dapat berupa opini
masyarakat bisa individu atau kelompok;
 Metode survai/ survey Methds :
 Metode survey pengumpulan data (wawancara dll)
 Metode wawancara (interview)
 Metode wawancara tatap muka (personal atau Face – to Face )
 Kuesioner (Quiestionnaisres),
 - Kuesioner lewat pos (mail Quiestionnaisres)
 Metode Observasi
- Observasi langsung, Partisipant observation

Kesimpulan
Permukiman tepian daeah aliran sungai terbentuk secara tidak terencana.
Perkembangan permukiman tepi sungai secara umum menyebabkan perubahan
kawasan lansekap perkotaan dari area sungai menjadi pemukiman. Hal ini berdampak
pada hilangnya fungsi kawasan konservasi sungai. Disisi lain terbentuk permukiman
kumuh dan juga menyebabkan hilangnya nilai estetika serta memperburuk wajah kota
tepian air. Pola permukiman yang awalnya membentuk pola menyebar secara
individual di atas air, kemudian berkembang membentuk pola memanjang dan pola
mengelompok. Pola individu dan pola memanjang dipengaruhi oleh aktivitas
masyarakat dalam hal keterkaitan pada perairan. Pola mengelompok terbentuk karena
faktor kekerabatan. Pola memanjang menyebabkan arah pengembangan permukiman
ke arah sungai dan mengubah garis sempadan sungai. Pola mengelompok
menyebabkan terbentuk pemukiman padat melebihi aturan kepadatan kawasan tepi air.
Pola permukiman Tallo tidak sesuai dengan konsep arsitektur hijau karena merusak
lingkungan dan tidak memanfaatkan potensi lingkungan pesisir. Pola memanjang
membentuk susunan ruang yang paling terintegrasi pada permukiman tepian air. Hal
ini disebabkan karena pola memanjang membentuk pola permukiman terbuka
(distributness) karena ada rute melingkar untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat
lain. Disisi lain, pola menyebar merupakan pola yang paling sesuai dengan konsep
arsitektur hijau karena pola menyebar dapat meminimalisasi kerusakan lingkungan
dan dapat memaksimalkan potensi lingkungan tepian air. pola pemukiman dapat

25
terintegrasi dengan lingkungantepian sungai . Disisi lain, sebagai pengambil keputusan
pemerintah diharapkan untuk membuat kebijakan tentang perencanaan pengembangan
wilayah tepian sungai dengan mempertimbangkan karakteristik lingkungan, akibat
adanya larian air (run oof) air hujan.
Permukiman disepanjang tepian sungai yang ditumbuhi vegetasi berkayu dan
dapat menyimpan air akan selalu bermanfaat terhadap lingkungan, menurut Fakura
et.al 1987, Vegetasi di wilayah permukiman ini akan akan memberi dampak dan
manfaat kepada lingkungan sebesar sebesar-besarnya untuk penduduk kota dalam
kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dsb (Fakuara et. al 1987), secara ekosistem
lingkungan dan ekologis artinya tepian sungai tersebut memiliki ruang sebagai terbuka
hijau dengan tumbuhan tegakan vegetasi yang berlapis sesuai dengan masing-masing
fungsinya seperti ekosistem alam.

26

Anda mungkin juga menyukai