Anda di halaman 1dari 26

YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)


Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER


PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
Mata Kuliah : EPISTEMOLOGI ISLAM
Dosen : Dr. Drs. H. Rozihan , S.H., M.Ag.
Sifat : Take Home
Waktu : 1 (satu) Minggua

Nama Mahasiswa : DARMADI

Nomor Mahasiswa : 1020190002

Tanda Tanga :

_______________________________

1. Bagaimana menjelaskan Epistimologi Islam dan Epistimologi eksistensi Tuhan,

berikut contoh operasionalnya

2. Dalam Epistimologi Islam dikenal dengan Epistimologi Bayani, Burhani , Irfani,

Epistimologi hukum Islam Sjahrur, Epistimologi Hermeneutika dan Dekostruksi.

Uraikan masing-masing Epistimologi tersebut berikut contoh operasionalnya yang

relevan dengan disiplin ilmu saudara


YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

JAWABAN :

1. Epistimologi Islam dan Epistimologi eksistensi Tuhan, berikut contoh


operasionalnya
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, epistem yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti perkataan, pikiran, ilmu, atau teori. Dengan demikian, epistemologi dapat
diartikan sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge). Sedangkan secara
terminologi, epistemologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan teori atau
sumber pengetahuan, cara mendapatkanya, serta tata cara menjadikan kebenaran menjadi
sebuah pengetahuan serta bagaimana pengetahuan itu diuji kebenarannya

Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan merupakan kajian yang berguna, karena ia
membahas aspek kehidupan manusia yang amat fundamental yaitu ilmu pengetahuan.
Epistemologi mengkaji secara filosofis tentang asal, struktur, metode, validitas dan
tujuan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan apa yang disebut kebenaran serta kriterianya
dan menjelaskan cara yang dapat membantu diperolehnya kebenaran itu. Epistemologi
mempunyai tempat yang cukup sentral dalam bangunan filsafat ilmu, sehingga
epistemologi telah menarik perhatian para pemikir baik di Barat maupun di bangunan
pemikiran Islam modern.

Adapun cara dan sebab musabab manusia menerima ilmu serta jalan mana saja
memperolehnya (asbabul-‘ilm), yang pertama melalui panca indera yang lima
(khawasul-khamsah), jalan kedua adalah melalui al-‘aqlus-salim (akal yang sehat),
dan selanjutnya melalui khabar shadiq (berita yang benar). Melalui ketiga jalur inilah
manusia bisa menerima ilmu.. Dalam bahasa kontemporer, dikenal sumber empiris (al-
haqiqah at-tajribiyyah), sumber rasional (al-haqiqah al-‘aqliyyah), dan sumber otoritas
(al-haqiqah al-muthlaqah)
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Contoh Epistemologi dalam bidang teknik :


Pola pikir keteknikan merupakan suatu penelitian ilmiah melalui berbagai eksperimen
laboratoris untuk mengetahui hakikat suatu obyek, dan ini hanya berlaku untuk benda-
benda fisik material yang nampak dan dapat diukur melalui proses laboratoris, namun
tidak berlaku untuk hal-hal abstrak berupa ide-ide, baik ide yang terkait dengan masalah
sosial ekonomi maupun ide yang terkait dengan dunia fisik. Kesimpulan yang diperoleh
dari suatu metode ilmiah tidak bersifat pasti (fixed), karena dapat digugurkan oleh hasil
penelitian lain, sekalipun seringkali sebuah teori mapan yang dibangun atas dasar
eksperimen untuk sementara dianggap sebagai kebenaran. Misalnya, konsep gerak yang
dikemukakan oleh Newton, dalam rentang waktu tertentu dikatakan sebagai sebuah teori
yang dapat digunakan dalam segala keadaan. Tetapi eksperimen berikutnya yang
dilakukan oleh Einstein menyimpulkan bahwa konsep/teori tersebut tidak dapat
digunakan untuk benda/sesuatu yang bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama
dengan kecepatan cahaya.

Epistemologis Islam
Epistemologi Islam adalah epistemology yang berdasarkan pada pandangan-pandangan
Islam. Dalam keilmuan Islam (Epistemologi Islam), objek pengetahuan tak hanya hal-
hal yang bersifat fisik atau inderawi (mahsusat), tetapi juga hal-hal yang bersifat non
fisik dan rohani (spiritual), seperti Tuhan, surga, neraka, alam barzah dan sebagainya,
yang menurut ajaran Islam harus dipercaya atau diimani. Jadi, objek ilmu itu sama
dengan rangkaian wujud yang bersifat hirarkhis, bertingkat mulai dari yang tertinggi
hingga yang terendah. Para pemikir besar seperti Ibn Sina, juga al-Farabi, menyusun
rangkaian wujud itu mulai dari wujud Tuhan, lalu turun melalui entitas-entitas akal
(malaikat), lalu jiwa dan benda-benda angkasa, lalu yang terendah adalah alam dunia
atau apa yang dinamakan alam di bawah bulan. Rangkaian wujud ini dinamai
kosmologi. Jadi bagian pertama epistemologi berkaiatan dengan objek-objek (ontologi)
ilmu yang kemudian menentukan klasifikasi ilmu. Lalu, bagian kedua, yaitu sumber atau
alat yang dengannya manusia dapat memperoleh pengetahun, berkaitan dengan cara atau
metode mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan.
Ajaran bahwa manusia harus mempelajari ilmu salah satu terdapat dalam Al
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Quran sebagai berikut :

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. Al-Nahl/16: 78).

Oleh karena itu, wawasan epistemologi Islam pada hakikatnya bercorak tauhid, dan
tauhid dalam konsep Islam, tidak hanya berkaitan dengan konsep theologi saja, tetapi
juga dalam konsep antropologi dan epistemologi. Epistemologi Islam sesungguhnya
tidak mengenal prinsip dikotomi keilmuan, seperti yang sekarang banyak dilakukan di
kalangan umat Islam Indonesia, yang membagi ilmu agama dan ilmu umum, atau syariah
dan non syariah, yang secara institusional dipisahkan penyelenggaraannya.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa di dalam ayat-ayat Tuhan, yaitu alam, manusia dan
kitab suci, di dalamnya terdapat hukum-hukum dan semuanya itu diciptakan agar
manusia mau memikirkannya, karena melalui proses pemikiran keilmuan itu, maka akan
tersingkap dan diketahui makna kebenaran yang ada di dalamnya, yang memungkinkan
manusia memanfaatkan untuk kemungkinan hidupnya. Al-Qur’an 43:3-4 menjelaskan
tentang dirinya sebagai obyek berpikir dan menjadi pusat pengetahuan hikmah :

ሒ ሔ ቗ ሔ᠐ ሔመሔ᠐ ሔ ᠔ ቛ᠑ ᡧ ሕ቙ ሔ ሔ ᠑ መሔ መ᠑ᡐሔᡐ ᡔ ሔሔ ᠍ መሕ ሕ ሔ᠔ሔ ሔ ቙


(٤Ϳᒃᘭᐯሖዠ ᣢᢝሖᎻᑢቲᒙᓾጤᑢቹሖቲኤ᜻ሖᑢቨᑷቦᣚᢝሖᒷᒐលሖᓆ; ٣ͿᒇᓗᑩᏽሖᎻ኏ᒃ ᝣᑩᎻᑢቲᘭᗖሖᖁᎳቲᒐብፅᏸᒿቲᒙᑩᎻዟ ቲᒐቧሖ

Artinya : Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami(nya). Dan Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh)
di sisi Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak mengandung
hikmah
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Contoh Epistemologi Islam bidang Teknik :


Penemuan bumi bulat yang sudah dinyatakan dalam Al Qur an , yang pada awalnya dari
teori Barat dinyatakan bahwa bumi datar. Jika bumi datar atau tidak bulat dan tidak
berputar serta beredar mengorbit matahari, maka tidak ada terjadinya pergantiang siang
dan malam. Salah satu bukti yang menunjukkan bumi berbentuk bulat terdapat pada
surat Az-Zumar ayat 5:

Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Pendekatan Epistemologis eksistensi Tuhan.


Pendekatan ini dapat dipergunakan dalam memahami eksistensi atau kebenaran adanya
Tuhan Yang Maha Esa, yaitu berdasarkan sumber pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini,
pengetahuan yang kian hari kian bertambah, pada dasarnya bersumber kepada tiga
macam sumber, yaitu:
(1) pengetahuan yang langsung diperoleh;
(2) pengetahuan konklusi, dan
(3) pengetahuan kesaksian dan autoritas.

Pengetahuan langsung diperoleh dari dua sumber: sumber ekstern dan sumber intern.
Contoh yang pertama (ekstern) :
Umpamanya, kita mengetahui adanya api di depan kita melalui alat indera penglihatan
kita atau adanya bau harum memalui indera penciuman kita dan lainnya.
Contoh yang kedua (intern) :
Misalnya, kita dapat mengetahui keadaan diri kita sekarang; keadaan sedih, gembara,
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

atau marah.

Pengetahuan konklusi, ialah pengetahuan yang diperoleh melalui penarikan kesimpulan


dari data empirik atau inderawi, misalnya, apabila kita tahu bahwa di atas sebuah gunung
yang nampak di depan kita ada kepulan asap, maka kita tahu bahwa setiap asap pasti ada
api yang sedang menyala. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan
(konklusi) bahwa di atas gunung itu ada api yang sedang menyala.

Pengetahuan kesaksian dan autoritas, ialah pengetahuan yang diperoleh melalui


kesaksian dari orang lain atau berita orang yang bisa dipercaya, misalnya, kita
mengetahui adanya Tuhan melalui para Rasul dan Kitab-Nya. Ilustrasi lainnya, kita
pergi ke seorang dokter yang kita percaya, jika diberi resep untuk dibeli di apotek dan
kita akan sembuh dari sakit. Kita tidak mengetahui secara ilmiah, apakah obat itu
memang menyembuhkan penyakit kita atau tidak? Tetapi kita tidak ragu membeli obat
dan meminumnya walaupun kita tidak pernah meneliti dan mengetahui secara pasti
kemujaraban obat tersebut. Kebenaran dokter tersebut dapat diterima sebagai kebenaran
dengan keyakinan bahwa obat itu akan menyembuhkan penyakit kita. Maka kebenaran
seperti ini berdasarkan atas kebenaran otoritatif dari seorang dokter yang terpercaya
dalam memiliki otoritas untuk mengobati orang sakit.

Kaitannya dengan eksistensi Allah, , maka hal ini hanya dapat dipahami melalui
pendekatan-pendekatan tersebut. Menurut filsafat epistemologi, keberadaan nabi,
khususnya nabi Muhammad , SAW, sangat diperlukan sebagai sumber pengetahuan
kesaksian dan otoritas yang dapat menghubungkan antara realita terbatas (alam dan
segala isinya) dengan realita tak terbatas (Allah). Karena itu, selain sebagai penghubung,
nabipun berfungsi sebagai penjelas (ekplanator) tentang eksistensi dirinya dan eksistensi
Tuhannya. Secara fenomenologis, kebenaran eksistensi para nabi didukung oleh
sejumlah bukti nyata yang luar biasa yang disebut dengan mukjizat. Al-Qur’an adalah
mukjizat atau bukti yang nyata bagi eksistensi kerisalahan Nabi Muhammad Saw.
Mengenai para nabi dan para rasul Allah sebagai saksi atas eksistensi-Nya, antara lain
ditegaskan dalam Al-Qur’an surat al-Nisa ayat 164-165 berikut:
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

᠔ሔ ሔ ሕ ሕ᠓ ሔᡐ᠐ሔ ሔ መ᠐ሔ መሕ መ ሕ መሔ መᡐሑ ሕሕሔ ሕመሔ


᠍ ᑩᝣ ሔ መ᠐ሔ መሕ ሔ መ ሔ ሔ መሔ ሑ ሕሕሔ
﴾١٦٤ᆦቲᑿᘭ 
ሖ ኏
ᣒ ᓗᑻ
ᕝ ቨ
ᒃ ᑩᝏ
ᓆᑃ ᘭᑩᎳ
ᒃ ᒳᎏ ᎏ ᏽ ᒐ
ᒃ ᑢ
ᢿ ። ጳᓆ
ᑰ ᘘᏸ
ᒢ ᑻ
ሖ ᘭᑩᎳᒃ ᒯቲᒙᎏ ᎏ ᏸጤᏸᢿ ። ጳᓆ

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
ሔቨፆᗫ
᠍ ᐯዠ ሔ ሕ᠓ ሔ ᠐ሔ ሕቚ ሔመሔ ሒ቙ ሕ ᠓ ᠐ሔ ቙ ሔ ᠑ሔ቙ ሔ ሔ ሕሔ ሔ ቛᡫሔቚሑ ሕቚ
᠍ᖂᎳ
ቲᑿᘭ ሖ ᠒ ᕝ  ቨᒇቲᝏᓆᑰሖ።ፅᑢቨጤᎻᗷᓀዱ ዠᕝሖ ቨᣢ Ꮃፗ᠒ ቲᒙᑩᑢሖᒇᓗ᜻ᘌᢿ ᔊᑢሖᒢᗫጳ᠒ጥᒙ
ሖ ᑻᓆᒢᗫᣄ᠒ ᛞ
ᑻᢿ ።ጳ
﴾١٦٥﴿
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Karena itu, adanya manusia pertama yang bernama Nabi Adam As, secara ontologis,
merupakan keharusan bagi tugas lanjutan yang diperbaiki oleh nabi terakhir, Muhammad
Saw. Sebagai figur yang akan memperbaiki akhlak manusia, maka secara moral, Nabi
Muhammad mesti diturunkan di masyarakat yang tak bermoral, yakni masyarakat
jahiliyyah, yang berada di Mekkah. Dengan demikian, secara sosiologis, Nabi
Muhammad lahir di Mekah sangat logis.
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

SOAL UJIAN nomor 2


2. Penjelasan tentang Epistemologi
a. Bayani,
Kata bayani berasal dari bahasa Arab yaitu al-bayani yang secara harafiyah
bermakna sesuatu yang jauh atau sesuatu yang terbuka.. Secara terminologi (istilah)
Bayani adalah ilmu baru yang dapat menjelaskan sesuatu atau ilmu yang dapat
mengeluarkan sesuatu dari kondisi samar kepada kondisi jelas. Sedangkan ulama
kalam (theologi) mengatakan bahwa al-bayan adalah dalil yang dapat menjelaskan
hukum.

Metode ijtihad bayani adalah upaya penemuan hukum melalui interpretasi


kebahasaan / teks. Metode ini diidentikkan dengan penggunaan nalar ijtihad yang
lebih memprioritaskan redaksi teks dari pada substansi teks. Sehingga konsentrasi
metode ini lebih berkutat di seputar penggalian pengertian makna teks. Dalam
bayānī, redaksi teks (dalam hal ini teks-teks syariah yang beruapa al-Qur’an dan
Hadist) adalah sesuatu yang final, kaidah-kaidah kebahasaan sangat dominan di
dalam metode ini. Dalam metode ini, fokus kajiannya diarahkan kepada empat segi:
a) bagaimana tingkat kejelasan pengertian makna teks hukum;
b) pola-pola penunjukan kepada hukum yang dimaksud;
c) luas sempitnya cakupan pernyataan hukum; dan
d) bentuk formula taklif dalam pernyataan hukum.

Epistimologi bayani adalah pendekatan dengan cara menganilis teks. Maka sumber
epistemologi bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni : teks nash (al-Qur`an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW) dan teks non-nash berupa karya para ulama. Adapun corak
berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini cenderung deduktif, yakni mencari (apa) isi
dari teks (analisis content). Ada beberapa kritik yang muncul terhadap epistemologi
bayani yang dianggap menjadi titik kelemahan dari epistemologi ini. Diantaranya
adalah :
1) Epistemology ini menempatkan teks yang dikaji sebagai suatu ajaran yang
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

mutlak (dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh
diperdebatkan, tidak boleh dipertanyakan apalagi ditolak.
2) Teks yang dikaji pada epistemology bayani tidak didekati atau diteliti
historitasnya, barangkali historitas aslinya berbeda dengan historitas kita pada zaman
global, post industry dan informatika, meestinya harus mendapat perhatian ketika
dikaji pada masa kini untuk diberlakukan pada masa kini yang berbeda konteks.
3) Kajian dalam model epistemology bayani ini tidak diperkuat dengan analisis
konteks, bahkan konstektualisasi (relevansi).

Sebenarnya model berpikir semacam ini sudah lama dipergunakan oleh para fuqaha',
mutakallimun dan ushulliyun. Mereka banyak berpendapat bahwa bayani adalah
pendekatan untuk :
a) Memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna
yang dikandung dalam (atau dikehendaki) lafadz, dengan kata lain pendekatan ini
dipergunakan untuk mengeluarkan makna zahir dari lafz dan 'ibarah yang zahir pula;
dan
b) mengambil istinbat hukum-hukum dari al-nusus al-diniyah dan al-Qur'an
khususnya.

Dalam bahasa filsafat yang disederhanakan, epistimologi bayani dapat diartikan


sebagai Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks
sucilah yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah kitab.
Fungsi akal hanya sebagai pengawal makna yang terkandung di dalamnya.

Untuk itu epistemologi bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-
ilmu bahasa dan uslub-uslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat atau istidlal
sebagai metodenya. Sementara itu, kata-kata kunci yang sering dijumpai dalam
pendekatan ini meliputi asli, far'I, lafz ma'na, khabar qiyas, dan otoritas salaf (sultah
al-salaf).
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Dalam epistemologi bayani dikenal ada 4 macam bayan :


Ø Bayan al-i'tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan, keadaan segala sesuatu, yang
meliputi : a) al-qiyas al-bayani baik al-fiqgy, al-nahwy dan al-kalamy; dan b) al-
khabar yang bersifat yaqin maupun tasdiq;
Ø Bayan al-i'tiqad, yaitu penjelasan mengenai segala sesuatu yang meliputi makna
haq, makna muasyabbih fih, dan makna bathil;
Ø Bayan al-ibarah yang terdiri dari : a) al-bayan al-zahir yang tidak membutuhkan
tafsir; dan b) al-bayan al-batin yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan
khabar; dan
Ø Bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat-pendapat dan
pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib 'aqd, katib hukm, dan katib tadbir.

Dalam epistemologi bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka peran
akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami
atau diinterpretasi. Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya lilmu
fikih dan ushul fikih, lebih-lebih qawaidul lughahnya.

Namun, hal itu bukan berarti model berpikir yang semacam ini tidak memiliki
kelemahan. Hanya sekedar memperjelas titik kelemahan dari epistemology bayani
yang kami sebutkan di atas, kelemahan mencolok pada Nalar Bayani adalah ketika
harus berhadapan dengan teks-teks yang berbeda, milik komunitas, bangsa, atau
masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks, dan rasio hanya berfungsi sebagai
pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima oleh golongan lain, maka
ketika berhadapan, Nalar Bayani menghasilkan sikap mental yang dogmatis, defensif
dan apologetik, sehingga dari sikap ini muncul suatu konsep atau sikap, pemahaman
dengan semboyan kurang lebih : "right or wrong is my country"
(dalam konteks ini tentu diterjemahkan : salah atau benar, yang penting inilah agama
saya).

Metode ini mempunyai kelemahan ketika dihadapkan dengan permaslahan-


permaslahan baru, yang dalam teks belum atau tidak diatur sama sekali. Sehingga
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

metode al Bayani mendatangkan salah pengertian. Metode ini dianggap sebagai


wujud "kemalasan berpikir", yang hanya mengklaim kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi Barat terkandung dalam ajaran Islam. Metode al Baysni seharusnya
menjadi motif untuk menciptakan kesenian, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Motif
ini terkandung dalam ayat-ayat yang menyuruh menggunakan akal dan ilmu. Di sini
pendekatan al Bayani sejalan dan berintegrasi dengan pendekatan al Burhani.
Pendekatan al Irfani terjadi apabila berbagai motif yang terkandung dalam Alquran
sudah menjadi etos kerja kaum Muslimin.

Gagasan demokrasi atau kedaulatan rakyat terkandung dalam QS Ali Imran (3): 104,
yaitu dalam pengertian al Ummah, sebagai landasan berpikir yang tidak hanya bisa
diinterpretasikan sebagai masyarakat atau komunitas, tetapi juga sebagai organisasi
atau institusi semacam negara atau lembaga civil society

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.

b. Burhani ,
Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum -
hukum logika. Maksudnya bahwa untuk mengukur atau benarnya sesuatu adalah
berdasarkan komponen kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal
tanpa teks wahyu suci, yang memuncukan peripatik. Maka sumber pengetahuan
dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris yang berkaitan dengan alam, social,
dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan,
hasil eksperimen, baik di labolatorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat
alam maupun social. Corak model berpikir yang digunakan adalah induktif, yakni
generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Mengenai model berpikir bayani dan burhani Van Peursen mengatakan bahwa akal
budi tidak dapat menyerap sesuatu, dan panca indera tidak dapat memikirkan
sesuatu. Namun, bila keduanya bergabung timbullah pengetahuan, sebab menyerap
sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama dengan kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama
dengan kehampaan. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah
pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika
(induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif (bathiniyyah).
Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya
sebagai sumber kajian.

Dari pendapat tersebut kita seharusnya bisa mengambil sikap terhadap kedua
epistemology bayani dan epistemology burhani, bukan berarti harus dipisahkan dan
hanya boleh mengambil atau memilih salah satu diantara keduanya. Malah untuk
menyelesaikan problem-problem social dan dalam studi islam justru dianjurkan
untuk memadukan keduanya. Dari perpaduan ini muncul nalar aduktif, yakni
mencoba untuk memadukan model berpikir deduktif dan model berpikir induktif.
Perpaduan antara hasil bacaan yang bersifat konstektual terhadap nash dan hasil
penelitian-penelitian empiris justru kelak melahirkan ilmu islam yang sempurna dan
lengkap (konprehensif), luar biasa, dan kelak dapat menuntaskan problem-problem
masa kini khususnya di Indonesia.

Lepasnya pemahaman atas teks dari realita (konteks) yang mengitarinya, menurut
Nasr Abu Zayd, akan menimbulkan pembacaan yang ideologis dan tendensius
(qira’ah talwiniyah mughridlah). Pembacaan yang ideologis dan tendensius ini, pada
akhirnya akan mengarah pada apa yang oleh Khalid Abu Fadl disebut sebagai
Hermaneutika Otoriter (Authoritharian hermeneutic).Hermeneutika Otoriter terjadi
ketika pembacaan atas teks ditundukkan oleh pembacaan yang subjektif dan selektif
serta dipaksakan dengan mengabaikan realitas konteks.
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah


(tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah) dan realitas budaya (thaqafiyyah). Dalam
pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling
mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang
mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan.
Didalamnya ada maqulat (kategori-kategori) meliputi kully-juz'iy, jauhar-'arad,
ma'qulat-alfaz sebagai kata kunci untuk dianalisis.

Karena burhani menjadikan realitas dan teks sebagai sumber kajian, maka dalam
pendekatan ini ada dua ilmu penting, yaitu :
1. Ilmu al-lisan, yang pertama membicarakan lafz-lafz, kaifiyyah, susunan, dan
rangkaiannya dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan
makna, serta cara merangkainya dalam diri manusia. Tujuannya adalah untuk
menjaga lafz al-dalalah yang dipahami dan menetapkan aturan-aturan
mengenai lafz tersebut. dan
2. Ilmu al-mantiq, yang membahas masalah mufradat dan susunan yang
dengannya kita dapat menyampaikan segala sesuatu yang bersifat inderawi dan
hubungan yang tetap diantara segala sesuatu tersebut, atau apa yang mungkin
untuk mengeluarkan gambaran-gambaran dan hukum-hukum
darinya.Tujuannya adalah untuk menetapkan aturan-aturan yang digunakan
untuk menentukan cara kerja akal, atau cara mencapai kebenaran yang
mungkin diperoleh darinya.

Dalam tradisi burhani juga kita mengenal ada sebutan falsafat al-ula (metafisika) dan
falsafat al-thani.
a. Falsafat al-ula membahas hal-hal yang berkaitan dengan wujud al-'arady, wujud
al-jawahir (jawahir ula atau ashkhas dan jawahir thaniyah atau al-naw'), maddah
dan surah, dan asbab yang terjadi pada a) maddah, surah, fa'il dan ghayah; dan b)
ittifaq (sebab-sebab yang berlaku pada allam semesta) dan hazz (sebab-sebab
yang berlaku pada manusia).
b. Sedangkan falsafat al-thaniyah atau disebut juga ilmu al-tabi'ah, mengakaji
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

masalah : 1) hukum-hukum yang berlaku secara alami baik pada alam semesta
(al-sunnah al-alamiyah) maupun manusia (al-sunnah al-insaniyah); dan 2)
taghayyur, yaitu gerak baik azali (harakah qadimah) maupun gerak maujud
(harakahhadithah yang bersifat plural (mutanawwi'ah). Gerak itu dapat terjadi
pada jauhar (substansi: kawn dan fasad), jumlah (berkembang atau berkurang),
perubahan (istihalah), dan tempat (sebelum dan sesudah).

Dalam perkembangan keilmuan modern, falsafat al-ula (metafisika) dimaknai


sebagai pemikiran atau penalaran yang bersifat abstrak dan mendalam (abstract and
profound reasoning). Sementara itu, pembahasan mengenai hukum-hukum yang
berlaku pada manusia berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (social science, al-'ulum
al-ijtima'iyyah) dan humaniora (humanities, al-'ulum al-insaniyyah). Dua ilmu
terakhir ini mengkaji interaksi pemikiran, kebudayaan, peradaban, nilai-nilai,
kejiwaan, dan sebagainya.

Pendekatan sosiologis digunakan dalam pemikiran Islam untuk memahami realitas


sosial-keagamaan dari sudut pandang interaksi antara anggota masyarakat. Dengan
metode ini, konteks sosial suatu prilaku keberagaman dapat didekati secara lebih
tepat, dan dengan metode ini pula kita bisa melakukan reka cipta masyarakat utama.

Pendekatan antropologi bermanfaat untuk mendekati maslah-masalah kemanusiaan


dalam rangka melakukan reka cipta budaya Islam. Tentu saja untuk melakukan reka
cipta budaya Islam juga dibutuhkan pendekatan kebudayaan (thaqafiyyah) yang erat
kaitannya dengan dimensi pemikiran, ajaran-ajarn, dan konsep-konsep, nilai-nilai
dan pandangan dunia Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat muslim.
Agar upaya reka cipta masyarakat muslim dapat mendekati ideal masyarakat utama
dalam Muhammadiyah, strategi ini pula menghendaki kesinambungan historis.
Untuk itu, dibutuhkan juga pendekatan sejarah (tarikhiyyah) untuk mengetahui
konteks sejarah masa lalu, kini dan akan datang berada dalam satu kaitan yang kuat
dan kesatuan yang utuh (kontinuitas dan perubahan). Ada kesinambungan historis
antara bangunan pemikiran lama yang baik dengan lahirnya pemikiran keislaman
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

baru yang lebih memadai dan up to date.

Kelemahan dan kendala yang sering dihadapi dalam penerapan pendekatan burhani
ini adalah sering tidak sinkronnya teks dan realitas. Produk ijtihadnya akan berbeda
jika dalam permasalahannya ada yang diutamakan antara teks atau konteks.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat lebih banyak memenangkan tekstualitas
daripada kontekstualitasnya, meskipun yang lebih cenderung kepada kontekspun
juga tidak sedikit.

c. Irfani,
Irfani, berbeda dengan bayani dan burhani dalam mendasarkan diri pada pengalaman
manusia. Sumber pengetahuan dalam `irfani bukan teks, tetapi pengalaman
(experience), yaitu pengalaman batin manusia sehari-hari yang fitri dan otentik atau
kecenderungan dasar manusia, nature, yang bersih dan alami (al-hanifiyyah al-
samhah). Dikatakan, ketika manusia melihat dan menyaksikan kehindahan alam,
maka hati dan batinnya akan bergetar, dan seketika itu, ia sudah tahu dan mengerti
tentang adanya Tuhan, Sang Pencipta Yang Maha Agung. Jadi, dalam perspektif ini,
untuk mengenal Tuhan, manusia tidak perlu menunggu datangnya teks-teks
keagamaan. Pengalaman batinnya yang terdalam sudah menangkapnya. Demikian
pula, pahitnya konflik, kekerasan, dan keburukan-keburukan lain yang
ditimbulkannya, dapat dirasakan oleh setiap orang dari ras, kelas, suku, dan agama
apa pun.

Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum -hukum
logika. Maksudnya bahwa untuk mengukur atau benarnya sesuatu adalah berdasarkan
komponen kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa teks
wahyu suci, yang memuncukan peripatik. Maka sumber pengetahuan dengan nalar
burhani adalah realitas dan empiris yang berkaitan dengan alam, social, dan
humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil
eksperimen, baik di labolatorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat alam
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

maupun social. Corak model berpikir yang digunakan adalah induktif, yakni
generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.

Mengenai model berpikir bayani dan burhani Van Peursen mengatakan bahwa akal
budi tidak dapat menyerap sesuatu, dan panca indera tidak dapat memikirkan sesuatu.
Namun, bila keduanya bergabung timbullah pengetahuan, sebab menyerap sesuatu
tanpa dibarengi akal budi sama dengan kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama dengan
kehampaan. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang
mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi, deduksi,
abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif (bathiniyyah). Pendekatan ini
menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber
kajian.

Dari pendapat tersebut kita seharusnya bisa mengambil sikap terhadap kedua
epistemology bayani dan epistemology burhani, bukan berarti harus dipisahkan dan
hanya boleh mengambil atau memilih salah satu diantara keduanya. Malah untuk
menyelesaikan problem-problem social dan dalam studi islam justru dianjurkan untuk
memadukan keduanya. Dari perpaduan ini muncul nalar aduktif, yakni mencoba untuk
memadukan model berpikir deduktif dan model berpikir induktif. Perpaduan antara
hasil bacaan yang bersifat konstektual terhadap nash dan hasil penelitian-penelitian
empiris justru kelak melahirkan ilmu islam yang sempurna dan lengkap
(konprehensif), luar biasa, dan kelak dapat menuntaskan problem-problem masa kini
khususnya di Indonesia.

Lepasnya pemahaman atas teks dari realita (konteks) yang mengitarinya, menurut Nasr
Abu Zayd, akan menimbulkan pembacaan yang ideologis dan tendensius (qira’ah
talwiniyah mughridlah). Pembacaan yang ideologis dan tendensius ini, pada akhirnya
akan mengarah pada apa yang oleh Khalid Abu Fadl disebut sebagai Hermaneutika
Otoriter (Authoritharian hermeneutic).Hermeneutika Otoriter terjadi ketika pembacaan
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

atas teks ditundukkan oleh pembacaan yang subjektif dan selektif serta dipaksakan
dengan mengabaikan realitas konteks.

Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah


(tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah) dan realitas budaya (thaqafiyyah). Dalam
pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling
mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang
mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan.
Didalamnya ada maqulat (kategori-kategori) meliputi kully-juz'iy, jauhar-'arad,
ma'qulat-alfaz sebagai kata kunci untuk dianalisis.

Karena burhani menjadikan realitas dan teks sebagai sumber kajian, maka dalam
pendekatan ini ada dua ilmu penting, yaitu :
1. Ilmu al-lisan, yang pertama membicarakan lafz-lafz, kaifiyyah, susunan, dan
rangkaiannya dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan
makna, serta cara merangkainya dalam diri manusia. Tujuannya adalah untuk
menjaga lafz al-dalalah yang dipahami dan menetapkan aturan-aturan
mengenai lafz tersebut. dan
2. Ilmu al-mantiq, yang membahas masalah mufradat dan susunan yang
dengannya kita dapat menyampaikan segala sesuatu yang bersifat inderawi dan
hubungan yang tetap diantara segala sesuatu tersebut, atau apa yang mungkin
untuk mengeluarkan gambaran-gambaran dan hukum-hukum
darinya.Tujuannya adalah untuk menetapkan aturan-aturan yang digunakan
untuk menentukan cara kerja akal, atau cara mencapai kebenaran yang
mungkin diperoleh darinya.

Dalam perkembangan keilmuan modern, falsafat al-ula (metafisika) dimaknai sebagai


pemikiran atau penalaran yang bersifat abstrak dan mendalam (abstract and profound
reasoning). Sementara itu, pembahasan mengenai hukum-hukum yang berlaku pada
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

manusia berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (social science, al-'ulum al-


ijtima'iyyah) dan humaniora (humanities, al-'ulum al-insaniyyah). Dua ilmu terakhir ini
mengkaji interaksi pemikiran, kebudayaan, peradaban, nilai-nilai, kejiwaan, dan
sebagainya.

Pendekatan sosiologis digunakan dalam pemikiran Islam untuk memahami realitas


sosial-keagamaan dari sudut pandang interaksi antara anggota masyarakat. Dengan
metode ini, konteks sosial suatu prilaku keberagaman dapat didekati secara lebih tepat,
dan dengan metode ini pula kita bisa melakukan reka cipta masyarakat utama.

Pendekatan antropologi bermanfaat untuk mendekati maslah-masalah kemanusiaan


dalam rangka melakukan reka cipta budaya Islam. Tentu saja untuk melakukan reka
cipta budaya Islam juga dibutuhkan pendekatan kebudayaan (thaqafiyyah) yang erat
kaitannya dengan dimensi pemikiran, ajaran-ajarn, dan konsep-konsep, nilai-nilai dan
pandangan dunia Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat muslim. Agar
upaya reka cipta masyarakat muslim dapat mendekati ideal masyarakat utama dalam
Muhammadiyah, strategi ini pula menghendaki kesinambungan historis. Untuk itu,
dibutuhkan juga

Pendekatan sejarah (tarikhiyyah) untuk mengetahui konteks sejarah masa lalu, kini dan
akan datang berada dalam satu kaitan yang kuat dan kesatuan yang utuh (kontinuitas
dan perubahan). Ada kesinambungan historis antara bangunan pemikiran lama yang
baik dengan lahirnya pemikiran keislaman baru yang lebih memadai dan up to date.

Kelemahan dan kendala yang sering dihadapi dalam penerapan pendekatan burhani ini
adalah sering tidak sinkronnya teks dan realitas. Produk ijtihadnya akan berbeda
jika dalam permasalahannya ada yang diutamakan antara teks atau konteks.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat lebih banyak memenangkan tekstualitas
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

daripada kontekstualitasnya, meskipun yang lebih cenderung kepada kontekspun juga


tidak sedikit.

Berbeda dengan Bayani, metode berpikir `irfani tidak memiliki kedudukan yang kuat
di kalangan kaum Muslim, bahkan cenderung mendapat kecaman dan olok-olok baik
dari pendukung Bayani maupun Burhani. Metode berpikir `irfani dikritik karena
dianggap menandung beberapa kelemahan utama sebagai berikut.

Pertama, metode berpikir `irfani dianggap terlalu liberal karena tidak memiliki
pedoman yang jelas pada teks. Ini kritik yang biasa dilancarkan oleh para pendukung
Bayani. Metode berpikir `irfani juga dianggap liberal dan liar, karena tidak terikat
oleh aturan berpikir logis atau tidak terikat oleh premis-premis logika. Ini kritik yang
biasa dilancarkan oleh pendukung Burhani. Tidak adanya dasar yang jelas secara
tekstual (Nashshan) dan intelektual (`aqlan) dianggap sebagai kelemahan utama dari
metode berpikir `irfani.

Kedua, kelemahan lain yang juga menonjol ialah kenyataan bahwa kalbu (qalb), hati
(dhamir), dan intuisi (ilham) telah bercampur aduk dengan tarekat, wirid-wirid, serta
ungkapan-ungkapan ganjil (syathahat) para sufi. Kenyataan ini memang
memperburuk citra epistemology keilmuan `irfani yang sulit untuk diperbarui atau
direhabilitir.Kelemahan yang lain lagi ialah, karena kaum Muslim tidak sepenuhnya
memahami metode berpikir `irfani, sehingga yang terjadi hanyalah saling
menyalahkan dan melemahkan, bukan saling mengerti dan saling memperkuat antara
yang satu dengan yang lainnya.

Meskipun metode berpikir `irfani mengandung kelemahan-kelemahan seperti


dikemukakan di atas, namun sebenarnya metode `irfani memiliki keunggulan-
keunggulannya sendiri. Di antaranya, metode `irfani menekankan pemahaman
(verstehen) dan pengertian terhadap pemikiran dan pemahaman pihak lain
(understanding other), sehingga lebih kondusif bagi timbulnya hubungan yang lebih
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

baik di antara kelompok-kelompok etnik, ras, bahasa, dan agama yang berbeda-
beda.Kekuatan lain, metode `irfani menekankan pemahaman keagmaan yang bersifat
substantive dan esoteric, bukan eksternalitas eksoterikal yang menekankan identitas
lahiriah agama. Dengan begitu, perbedaan, jarak, dan sekat-sekat dalam wujud
bahasa, budaya, dan agama yang diwariskan melalui metode berpikir Bayani dapat
ditekan dan diminimalisir sedemikian rupa. Pola pemikiran seperti ini, tentu lebih
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman yang semakin plural baik secara
internal dan eksternal. Kekuatan yang lain lagi, term “arif” lebih tinggi nilainya
ketimbang “alim”, dalam budaya masyarakat kita. Kata “arif” menunjuk pada
kematangan dan kedewasaan baik dalam sikap maupun dalam tindakan.

Tabel 1. Perbandingan Epistemologi Bayani, Irfani, dan Burhani


Bayani Irfani Burhani
Sumber Teks Keagamaan/ Ilham/ Intuisi Rasio
Nash
Metode Istinbat/ Istidlal Kasyf Tahlili (analitik),
Diskursus
Pendekatan Linguistik Psikho-Gnostik logika
Tema sentral Ashl – Furu’ Zahir – Batin Essensi – Aksistensi
Kata – Makna Wilayah – Nubuwah Bahasa – Logika
Validitas kebenaran Korespondensi Intersubjektif Koherensi
Konsistensi
Pendukung Kaum Teolog, Kaum Sufi Para Filosof
ahli Fiqh,
ahli Bahasa
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

d. Epistimologi hukum Islam Sjahrur,


Secara teologis, Syahrur berkeyakinan bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bukan
kalam Allah SWT. Ia berargumentasi bahwa dengan keyakinan tersebut akan
melahirkan pemahaman teks dengan metode lain (Muhammad Syahrur, “Pendekatan
Baru Dalam Membaca Teks Keagamaan , halaman 271). Keyakinan theologis ini
melahirkan sikap dalam penggunaan metode yang digunakan. Termasuk dalam
mengistinbat hukum dari ayaatul ahkam (ayat-ayat hukum) di dalam Al-Qur’an
adalah dengan menggunakan hermeneutika. Tercatat ia menggunakan hermeneutika
linguistik-historis-ilmiah ala Paul Ricoeur, cendekiawan Protestan asal Prancis.

Selain itu dalam bukunya berjudul Nahw Ushūl Jadidah li al-Fiqh al-Islimi; Fiqh al-
Mar’ah halaman 67, Syahrur menilai sunnah nabi Muhammad SAW, bukan sebagai
wahyu kedua setelah Al-Qur’an. Bahkan ia menyatakan bahwa meyakini sunnah
qauliyyah (sabda nabi Muhammad SAW) sebagai wahyu kedua adalah bentuk
penyekutuan terhadap Allah SWT, dengan menyamakan kedudukan nabi Muhammad
SAW dengan Allah SWT. Dengan pemikiran ini, maka Syahrur telah merombak
bahkan mendekonstruksi epistemologi hukum Islam dengan menegasikan sunnah
sebagai wahyu.

Hampir semua komponen epistemologi hukum Islam dirontokkan oleh Syahrur.


Syahrur meyakini bahwa konsensus (ijma’) para sahabat, bahkan keadilan mereka,
hanyalah pikiran orang Islam yang mengistimewakan mereka saja. Ia merasa dalam
menggali hukum cukup dengan modal teks al-Qur’an. Dengan lantangnya, ia
mengatakan : “Kitabullah sudah cukup, tidak perlu hal lain untuk memahaminya,
kuncinya ada di dalam, bukan di luar. Maka kita tidak perlu Abu Hurairah, tidak
perlu Ibn ‘Abbas” (Daden Robi Rahman, Infiltrasi Hermeneutika, hal. 47). Metode
qiyas juga tidak perlu. Dianggapnya membawa masalah ke masa lampau serta tidak
berarti sekali.

e. Epistimologi Hermeneutika dan


Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

makna.[1] Nama hermeneutika diambil dari kata kerja dalam bahasa Yunani
hermeneuein yang berarti, menafsirkan, memberi pemahaman, atau
menerjemahkan.[1] Jika dirunut lebih lanjut, kata kerja tersebut diambil dari nama
Hermes, dewa Pengetahuan dalam mitologi Yunani yang bertugas sebagai pemberi
pemahaman kepada manusia terkait pesan yang disampaikan oleh para dewa-dewa di
Olympus.[2] Fungsi Hermes adalah penting sebab bila terjadi kesalahpahaman
tentang pesan dewa-dewa, akibatnya akan fatal bagi seluruh umat manusia. Hermes
harus mampu menginterpretasikan atau menyadur sebuah pesan ke dalam bahasa
yang dipergunakan oleh pendengarnya. Sejak saat itu Hermes menjadi simbol
seorang duta yang dibebani dengan sebuah misi tertentu. Berhasil-tidaknya misi itu
sepenuhnya tergantung pada cara bagaimana pesan itu disampaikan. Oleh karena itu,
hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai ‘proses mengubah sesuatu atau situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti’

Pada dasarnya hermeneutik berhubungan dengan bahasa dalam arti yang amat luas.
Aktivitas berpikir, membuat interpretasi, berbicara, menafsirkan, menulis, melukis
dan lain sebagainya melalui bahasa. Karena berbahasa selalu melibatkan penafsiran
kehendak batin, maka tidaklah semua yang kita ucapkan selalu berhasil
mempresentasikan seluruh isi hati, pikiran, dan benak kita. Kebenaran sebuah bahasa
bukan semata terletak pada susunan gramatikanya saja, makna tidak bersemayam
pada kata, tetapi juga pada tata-pikir, intensi dan implikasi dari sebuah ucapan.

Peran hermeneutik sebagai metode berpikir falsafi, radikal, dan ilmiah berupaya
mencari kebenaran ilmu dengan cara mencari makna dari susunan kalimat, dari
konteks budaya, dari tafsir transendensi, dan pendekatan lainnya sebagai jejaknya.
Para tokoh hermeneutik memiliki metode atau cara kerja masing-masing yang
mereka anjurkan guna melacak jejak “teks” tersebut untuk menangkap seluruh
makna teks bacaan, dari yang nyata dan yang tersembunyi, dari yang terungkap dan
tak terungkapkan.

Selanjutnya hermeneutika adalah sebuah metode penafsiran yang sangat terbuka,


YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

membongkar kemapanan, dan bersifat relatif-absulot. Dalam perspektif hermeneutik


tidak ada lagi yang bisa mengklaim kebenaran suatu penafsiran, semua kebenaran
harus diukur dalam konteks dialektika zaman, tempat, kondisi historis dan sosiologis
serta faktor-faktor subjektif seperti psikologis dan semua variabel lainnya yang
unlimited.

Pertanyaan mendasar terhadap epistemologi ini dari berbagai alirannya adalah


bagaimana membebaskan hermeneut dari faktor subjektif, sementara ia dia sendiri
memiliki dimensi subjektif seperti psikologis, kecenderungan dan kepentingan. Maka
tak akan ada penafsiran atas teks yang jadi, final dan siap pakai. Yang terjadi akan
selalu ada penafsiran dari penafsiran dari penafsiran dan seterusnya…..penafsiran
tiada henti.

Sementara konsep lingkaran hermeneutik berisi penjelasan Gadamer tentang proses


memahami suatu teks. Baginya makna keseluruhan suatu teks hanya dapat dipahami
dengan terlebih dahulu memahami bagian-bagian teks tersebut. Dan sebaliknya
bagian-bagian di dalam teks tersebut hanya bisa dipahami dengan memahami
keseluruhan maknanya. Pengandaian dari konsep ini adalah, bahwa keseluruhan dan
bagian memiliki koherensi. Hal ini berlaku bahkan untuk teks-teks yang sekilas
dibaca tampak tidak memiliki koherensi, seperti fragmen-fragmen para filsuf Yunani
Kuno, ataupun tulisan-tulisan aphoristik di dalam filsafat Nietzsche. Gadamer
menyediakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan bagi orang untuk membaca
teks, memahaminya, dan kemudian mengembangkannya.

f. Epistimologi Dekostruksi.
Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi
ditunjukkan bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap
absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan selalu hadir sebagai
konstruksi sosial yang menyejarah. Maksudnya, anggapan-anggapan tersebut tidak
mengacu kepada makna final. Anggapan-anggapan tersebut hadir sebagai jejak
(trace) yang bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

Epistimologi Dekostruksi diperkenalkan anda dengan metode dekonstruksi yang


dirumuskan oleh Jacques Derrida. Yang menarik dari pemikiran Derrida adalah
kemampuannya untuk menggambarkan sekaligus mengubah pikiran kita tentang
dunia, termasuk di dalamnya tentang kematian, kehidupan, budaya, filsafat, sastra,
dan tentang politik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Royle, filsafat Derrida
setidaknya berdasarkan pada dua tujuan, yakni menggambarkan dan mengubah cara
berpikir pembacanya ataupun pendengarnya.

Mengubah realitas menurut Derrida juga berarti mengubah teks, dan teks itu sendiri
adalah realitas kehidupan manusia. Untuk mengubah realitas orang perlu terlebih
dahulu mampu memahami dan menggambarkan realitas. Ada keterkaitan yang
mendalam antara menggambarkan (to describe) dan mengubah (to transform). Titik
berangkat Derrida adalah teori tindakan tutur (speech act theory) yang banyak
dikembangkan di dalam teori komunikasi maupun linguistik. Sebelum merumuskan
pemikirannya sendiri secara orisinil, ia banyak mendalami teori tindakan tutur,
terutama seperti yang dirumuskan oleh J.L Austin. Buku yang menjadi acuan utama
Derrida adalah How to do Things with Words, karangan Austin. Menurut Austin
setiap tindakan berbicara manusia dapat diartikan dengan dua cara, yakni secara
konstatif, atau secara performatif.

Contoh Epistimologi Bayani :


Epistemologi Bayani ini menempatkan teks yang dikaji sebagai suatu ajaran yang
mutlak (dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh
diperdebatkan, tidak boleh dipertanyakan apalagi ditolak.

Teori HIDROLOGI yaitu ilmu teknik yang mempelajari tentang siklus air di ala mini, sudah
tertuang dalam Al Quran yaitu entang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Alquran
pun menjelaskannya secara akurat. Simaklah Alquran surat Annur ayat 43. ''Tidaklah kamu
melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya,
kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-
celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu


kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Dan sesungguhnya Kami jadikan mayoritas jin dan manusia untuk (isi neraka) Jahannam,
[karena) mereka mempunyai hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memahami (pesan-
pesan Tuhan), mereka mempunyai mata, namun tidak dipergunakannya untuk melihat, dan
mereka mempunyai telinga, namun tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sama
dengan binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah-
lalai‟, (Q. al-a‟raf, 7: 179).

Contoh Epistimologi Burhani :


Akar sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris yang
berkaitan dengan alam, social, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil
penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di labolatorium maupun di
alam nyata, baik yang bersifat alam maupun social. Corak model berpikir yang
digunakan adalah induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.

Perancangan gedung bertingkat melalui analisis kekuatan bahan beton yang


digunakan menggunakan mutu K700 atau mutu yang lain berdasar gaya yang
bekerja pada bangunan tersebut

Contoh Epistimologi Irfani :


Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada
instrumen pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi.

Ketika Prof Ir. Sediyatmo diminta Presiden Suharto membuat jalan menuju
Bandara Sukarno-Hatta, yang bertumpu di atas tanah lunak , banyak menemui
kesulitan misalnya setiap diurug untuk peninggian badan jalan selalu
tenggelama urugan yang telah dikerjakan. Akhirnya beliau stress, dan untuk
menghilangkan stress tersebut beliau pergi jalan-jalan ke pantai untuk
refreshing tetapi justru dia menemukan teori baru dengan melihat pohon
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 Telp. (024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024)6582455
email : informasi@unissula.ac.id web www.unissula.ac.id
:

DOKTOR TEKNIK SIPIL Bismillah Membangun Generasi Khaira Ummah

kelapa yang mampu tegak berdiri di pantai berpasir walaupun diterpa anin
kencanga. Dari intuisi itu beliau merumuskan pondasi dengan cakar ayam,
yaitu mirip akar-akar pohon kelapa yang ada di pantai itu dan berhasil.

Contoh Epistimologi Islam Sjahrur :


Kembali ke Suriah tahun 1972, Syahrur menjalani karier yang sukses di sebuah
perusahaan teknik sipil. Selain itu, ia juga mengabdi di Universitas Damaskus dan
mulai berkutat dengan berbagai pemikiran, termasuk mengenai keislaman. Syahrur
tidak seperti sebagian mufasirin yang menafsirkan Alquran dengan mengikuti makna
literal dari bahasanya. Namun, Syahrur menafsirkan dengan menelisik lebih jauh
makna semantik dan hermeneutis dari ayat tersebut dengan mempertautkan konteks
yang mengitari Alquran pada abad ke-7 Masehi.

Muhammad Syahrur, pencetus konsep 'milk al-yamin' yang menjadi dasar


seks halal di luar nikah. 'Milk al-yamin' secara harfiah bisa diartikan
'kepemilikan tangan kanan' atau 'kepemilikan penuh'. Fukaha masa lalu
mengartikan 'milk al-yamin' sebagai wewenang pemilik atas jariyah (budak
perempuan) untuk mengawininya, tapi ia wajib berlaku adil. Syahrur memiliki
penafsiran berbeda mengenai konsep 'milk al-yamin'. Menurut Syahrur, tidak
hanya budak yang boleh dikawini, tapi juga mereka yang diikat dengan kontrak
hubungan seksual.

Contoh Epistimologi Dekostruksi :


Di dalam upacara pernikahan, mempelai pria dan wanita menyatakan bahwa mereka
siap untuk selalu setia sampai mati, baik dalam kondisi susah maupun senang.
Pernyataan “saya bersedia” tidak hanya berupa pemaparan atas keputusan masing-
masing mempelai, tetapi juga pernyataan yang membuahkan tindakan. Dengan kata
lain sejak hari itu, kedua mempelai siap untuk saling mencintai secara penuh satu
sama lain. Hal yang sama kiranya berlaku untuk pernyataan perang. Sebuah negara
yang menyatakan perang terhadap negara lain juga mengandaikan adanya tindakan
nyata, seperti memobilisasi pasukan, mengungsikan warga dari daerah berbahaya..

Anda mungkin juga menyukai