Anda di halaman 1dari 4

Objek Ijtihad

Ijtihad dilakukan apabila terdapat suatu masalah yang hukumnya belum jelas dan pasti di dalam
Al-Qur’an maupun As-Sunnah atau hadits. Maka objek yang diperbolehkan untuk berijtihad
ialah hukum yang berdasarkan dalil-dalil yang bersifat dzanni, baik pengertiannya, petunjuknya,
serta hukum-hukum yang belum ada nash-nya dan ijma’ para ulama’. Apabila ada nash yang
keberadaannya masih dzanni, misalnya hadits ahad, maka yang menjadi lapangan ijtihad ialah
meneliti bagaimana sanadnya, derajat para perawinya, dan lain-lain. Sedangkan terhadap
permasalahan yang tidak ada nash- nya, maka yang menjadi lapangan ijtihad ialah dengan cara
menggunakan kaidah-kaidah yang bersumber dari akal, seperti qiyas, istihsan, maslahah
mursalah, dan lain-lain.

Macam-macam mujtahid

1. Mujtahid Mustaqil

Mujtahid Mustaqil adalah orang yang secara mandiri bisa meletakkan kaidah-kaidah untuk
dirinya sendiri. Jadi, ia merumuskan sendiri (independen) kemudian menjadikannya sebagai
metodologi dalam hukum Islam, seperti yang dilakukan oleh Imam mazhab Empat yaitu Imam
Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali dan Imam Maliki. Ibnu Abidin menyebut tingkatan ini
dengan thabaqat al-mujtahidin fi al-syar.

2. Mujtahid Mutlaq Muntasib

Mujtahid Mutlaq adalah seorang mujtahid yang memenuhi syarat-syarat untuk berijtihad seperti
yang dimiliki oleh seorang mujtahid mustaqil, tetapi ia tidak mencari kaidah-kaidah untuk
dirinya sendiri. Dalam persoalan ijtihad ia mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh imam
mazhab. Ia juga disebut sebagai mujtahid mutlaq muntasib, bukan mujtahid mutlaq mustaqil.
Tokoh-tokoh yang termasuk mujtahid mutlaq muntasib :

 Abu Yusuf, Muhammad dan Zafar dari mazhab Hanafi


 Ibnu Al-Qasim, Asyab, dan Asad bin Al- Furat dari Mazhab Maliki
 Al-Buthi dan Al-Mazani dari Mazhab Syafi'i
 Abu Bakar Al-Atsram dan Abu Bakar Al-Murudzi dari mazhab Hambali

Ibnu Abidin menyebut tingkatan mujtahid seperti ini dengan "thabaqat al-mujtahidin fi al-
mazhab". Maksudnya adalah orang-orang yang mampu mengeluarkan hukum-hukum dan dalil-
dalil menurut kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh guru mereka dalam persoalan hukum.

  Mujtahid Mustaqil dan  Mutlaq adalah Mujtahid yang sudah tidak bisa kita temukan lagi di
zaman sekarang (sudah tidak ada).

3. Mujtahid Muqayyad
Mujtahid Muqayyad adalah seorang yang berijtihad dalam persoalan-persoalan yang tidak ada
nasnya yang dapat diambil dari pendiri mazhab atau dari mereka yang mengeluarkan hukum
(dari dalil-dalil menurut kaidah-kaidah mazhabnya). Berikut tokoh-tokoh yang termasuk imam
mujtahid Muqayyad :

 Al-Khisaf, Al-Thahawi, Al-Kurkhi, Al-Halwani, Al-Arkhisi, Al-Bazduwi dari mazhab


Hanafi
 Al-Bhari dan Ibnu Abi Zaid Al-Farawani dari mazhab Maliki
 Abu Ishak Al-Syirazi, Al-Murudzi, Muhammad bin Jarir, Abu Nashar dan Khuzainah
dari mazhab Syafi'i
 Al-Qadhi Abu Ya'la dan Al-Qadhi Abu Ali bin Musa dari mazhab Hambali

Mereka semua juga dijuluki sebagai ash-hab al-wujuh karena mereka mengeluarkan sesuatu
yang tidak ada nasnya dalam pendapat imam.

4. Mujtahid Tarjih

Mujtahid Tarjih adalah seseorang mujtahid yang memungkinkan dirinya men-tarjih


(menguatkan) pendapat seorang imam mazhab dengan pendapat orang lain, atau men-tarjih
antara pendapat imam dan pendapat para muridnya, atau dapat men-tarjih pendapat bukan
imamnya. Syaratnya adalah dengan mengutamakan sebagian riwayat atas sebagian riwayat yang
lain.
Adapun tokoh-tokoh yang termasuk dalam iamam musjtahid Tarjih antara lain :

 Al-Qaduri dan Al-Marghini (penulis al-hidayah) dari mazhab Hanafi


 Alamah Khalil dari mazhab Maliki
 Imam Rafi'i dan Imam Nawawi dari mazhab Syafi'i
 Abu Al-Khitab Mahfuzh bin Ahmad Khuludzani dari mazhab Hambali

5. Mujtahid Fatwa

Mujtahid Fatwa adalah seorang yang memelihara pendapat mazhab, menukilnya dan
memahaminya, baik pendapat yang jelas maupun pendapat yang mushkil (sukar). Selain itu,
mujtahid ini juga membedakan pendapat yang kuat dengan yang lebih kuat dan membedakan
pendapat yang lemah dari pendapat yang  paling lemah, akan tetapi tidak mampu menetapkan
dalil-dalilnya dan qiyas-qiyasnya seperti para penulis kitab fiqih terdahulu. Contohnya adalah
penulis Al-Kanz penulsi Darul Mukhtar, Penulis Al-Wiqayah, dan penulis Majma' Al-Anhar dari
mazhab Hanafi. Imam Rafi'i dan Imam Nawawi dari mazhab Syafi'i.
6. Thabaqah Al-Muqallidin

Thabaqah Al-Muqallidin adalah mereka yang tidak mampu membedakan pendapat yang kuat
dan pendapat yang lemah. 
1. Mujtahid Yang Berijtihad Sendiri (Mujtahid Mustaqill)

Mujtahid mustaqill ialah mujtahid yang mampu membuat kaidah untuk dirinya sendiri. Dia
membina hukum-hukum fikih di atas pondasi kaidah-kaidah tersebut. Kategori ini seperti yang
diemban oleh Imam Madzhab yang empat. Ibnu ‘Abidin menamakan thabaqah (tingkat) ini
sebagai thabaqah al-Mujtahidin dalam syara’.

2. Mujtahid Mutlak Yang Tidak Berijtihad Sendiri (Mujtahid Muthlaq Ghairu Mustaqill)

Mujtahid Muthlaq Ghairu Mustaqill ialah mujtahid yang memiliki syarat-syarat berijtihad yang
dimiliki mujtahid mustaqill, tetapi dia tidak mencipta kaidah-kaidah sendiri, melainkan dia
mengikuti cara salah seorang dari para Imam Mujtahid. Jadi, mereka sebenarnya muntasib
(mengikuti) bukan mustaqill (berdiri sendiri).

Contohnya, adalah murid-murid para Imam Empat seperti; Abu Yusuf, Muhammad, Dan Zufar
Dari Golongan Hanafi. Ibnul Qasim, Asyhab, Asad Ibnul Furat dari Madzhab Maliki. Al-Buwaiti
dan al-Muzani dari Madzhab Syafi’i. Dan seperti Abu Bakar Al-Marwazi dari Madzhab
Hambali.

Ibnu ‘Abidin menamakan tingkat ini sebagai Thabaqah al-Mujtahidin dalam madzhab. Mereka
berupaya mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalil syara’ menurut yang ditetapkan oleh guru
mereka dalam mengeluarkan hukum. Meskipun dalam sebagian hukum, mereka berbeda
pendapat dengan guru mereka, akan tetapi mereka mengikutinya dalam kaidah-kaidah yang
utama. Beberapa Ulama telah mengemukakan bahwa kedua tingkatan ini telah pupus dan tidak
lagi ada dikarenakan betapa tinggi standar pesaratannya.

3. Mujtahid Muqayyad

Mujtahid muqayyad disebut juga dengan mujtahid dalam masalah-masalah yang tidak ada nash
dari Imam Madzhab atau Mujtahid At-Takhrij. Mereka adalah seperti; Al-Khashshaf, Ath-
Thahawi, Al-Karkhi, Al-Hilwani, As-Sarakhsi, Al-Bazdawi, Dan Qadi Khan Dari Madzhab
Hanafi, Seperti Juga Al-Abhari, Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani dari Madzhab Maliki. Abi Ishaq
Asy-Syirazi, Al-Marwazi, Muhammad Bin Jabir, Abu Nashr, dan Ibnu Khuzaimah dari Madzhab
Syafi’iyah. Seperti Qadi Abu Ya’la dan Qadi Abu Ali bin Abu Musa dari Madzhab Hambali.

Mereka semua dinamakan Ashabul Wujuh, sebab melahirkan hukum-hukum yang tidak
dinashkan oleh imam (madzhab). Perbuatan mereka dinamakan satu wajh dalam madzhab atau
satu pendapat (ra’yun) dalam madzhab. Pendapat-pendapat ini dinisbatkan kepada para imam ini,
bukan kepada imam pencetus madzhab. Hal ini banyak terjadi pada madzhab Syafi’iyah dan
Hambaliyah.

4. Mujtahid Tarjih

Mujtahid Tarjih yaitu Mujtahid yang mampu menguatkan pendapat yang dikeluarkan oleh Imam
Madzhab dari pendapat-pendapat yang dikeluarkan oleh Imam Madzhab dari pendapat-pendapat
yang lain. Atau, yang mampu melakukan tarjih di antara apa yang dikatakan oleh imam, dan apa
yang dikatakan oleh murid-muridnya ataupun oleh para imam yang lain.

Jadi, dia berusaha menguatkan sebagian riwayat yang lain. Misalnya al-Qaduri dan al-
Marghinani, pengarang kitab al-hidayah dari Madzhab Hanafi. Seperti al-‘Allamah Khalid dari
golongan Ulama Maliki. Seperti Ar-Rafi’i dan An-Nawawi dari golongan Ulama Syafi’iyah dan
seperti al-Qadhi Alauddin al-Mardawi, Abul Khaththab Mahfuzh bin Ahmad Al-Kaludzani Al-
Baghdadi (510 h) mujtahid dari Madzhab Hambali.

5. Mujtahid Fatwa

Yaitu, seorang mujtahid yang berpegang kuat dengan Madzhab, menerima dan
menyampaikannya kepada orang lain, serta memberi penjelasan dalam perkara-perkara yang
jelas dan dalam perkara-perkara yang musykil. Dia membuat perbedaan di antara pendapat yang
paling kuat, yang kuat, yang lemah, yang rajih, dan yang marjuh. Tetapi dia mempunyai
kelemahan dalam menguraikan dalil dan mengemukakan perbanbandingan (qiyas). Mereka
adalah terdiri atas para penulis kitab pada zaman mutakhir seperti pengarang kitab Al-Kanz;
pengarang ad-Durr al-Mukhtar, pengarang al-Wqayah, pengarang Majma’ Al-Anhar dari
golongan ulama Hanafi, dan seperti Ar-Romli dan Ibnu Hajar dari golongan Ulama Syafi’iyah.

6. Thabaqat Muqallidin

Al-muqallidun ialah orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuat perbedaan antara
pendapat yang lemah dan yang kuat, serta tidak dapat membedakan antara yang rajih dan yang
marjuh

Selain itu,Jumhur Ulama tidak membedakan antara Mujtahid Muqayyad dengan Mujtahid
Takhrij sedangkan Ibnu ‘Abidin meletakkan Thabaqat Mujtahid Takhrij di tempat yang ke empat
setelah Mujtahid Muqayyad dengan memberi contoh seperti Ar-Razi Al-Jashshash (w. 370 H)
dan yang setingkat dengannya.

Anda mungkin juga menyukai