Anda di halaman 1dari 5

ESAI OPINI

PENDIDIKAN PANCASILA

PERMASALAHAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM SUNGAI

Oleh :

Fendy Aji Wicaksono

210210103007

A/5

BIDANG STUDI MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS JEMBER

2022
PERMASALAHAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM SUNGAI

Fendy Aji Wicaksono


Mahasiswa Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Jember
E-mail: 210210103007@mail.unej.ac.id

PENDAHULUAN
Bumi terdiri dari bentangan alam yang luas dengan berbagai bentuk permukaan beserta
isi yang terkandung di dalamnya. Bentuk-bentuk permukaan yang beragam membuat bumi
terlihat sangat indah. Bumi semakin indah dengan adanya air yang memenuhi sebagian besar
luasan permukaannya. Genangan air yang luas ini membentuk suatu ekosistem yang disebut
dengan perairan. Ekosistem perairan dibedakan menjadi perairan tawar dan laut. Ekosistem
perairan tawar merupakan genangan air yang ada di daratan. Salah satu jenis ekosistem perairan
tawar adalah sungai.
Sebagai ekosistem, sungai memiliki komponen-komponen layaknya ekosistem lain.
Komponen tersebut adalah komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik adalah makhluk
hidup yang berada dalam ekosistem. Beberapa komponen biotik tersebut antara lain ikan,
lumut, rajungan, maupun tumbuhan dan hewan lain yang hidup di dalam sungai. Sedangkan
komponen abiotik adalah benda-benda mati yang menyusun ekosistem. Beberapa komponen
abiotik tersebut antara lain air, pasir, batu, tanah, dan berbagai material yang ada di dalam
sungai. Kedua komponen ini membentuk hubungan yang saling mempengaruhi. Komponen
biotik memerlukan komponen abiotik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
komponen abiotik dapat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh komponen biotik
(Priastomo dkk., 2021:12-15).
Sungai berbentuk aliran air yang panjang dan dapat bercabang. Cabang-cabang dari
aliran sungai disebut dengan anak sungai. Sedangkan kawasan sepanjang aliran sungai beserta
cabang-cabangnya disebut sebagai Daerah Aliran Sungai atau DAS. Daerah ini terdiri dari tiga
bagian utama. Bagian pertama adalah bagian pangkal atau hulu. Biasanya merupakan kawasan
rimbun dengan berbagai jenis tumbuhan yang ada di dalamnya. Bagian kedua merupakan aliran
sungai yang memanjang setelah hulu hingga ke ujung. Bagian ketiga adalah ujung atau hilir.
Daerah hilir merupakan kawasan terendah dari aliran sungai sebelum bermuara ke danau atau
laut. Kondisi daerah ini biasanya dipengaruhi oleh kondisi hulu sungai (Ekawaty dkk., 2018).
Sungai menyimpan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Sungai dapat menjadi
penyedia sumber daya yang berguna bagi manusia. Berbagai komponen biotik dan abiotik yang
ada di dalamnya merupakan bahan yang bernilai bagi kehidupan manusia. Beragam jenis ikan
dan tumbuhan yang hidup di dalam dan sekitar kawasan sungai dapat diolah menjadi bahan
makanan maupun barang fungsi. Contoh hasil ikan dan tumbuhan di sungai antara lain ikan
gabus, ikan lemuru, ikan lele, pakis, dan kangkung. Material dalam sungai dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan. Material yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan adalah
pasir dan batu. Sedangkan air sungai dimanfaatkan terutama untuk mengairi persawahan atau
sebagai sistem irigasi. Pada beberapa perusahaan mengolah air sungai menjadi air bersih yang
siap untuk digunakan, seperti yang dilakukan oleh PDAM (Soegianto, 2010:2).
Sementara dalam sistem ekologis, sungai berperan sebagai pengendali debit air yang
turun setelah hujan. Daerah pangkal aliran sungai (hulu) dengan barbagai tumbuhan di
dalamnya berfungsi untuk menyimpan dan menahan air. Air yang turun setelah hujan akan
mengalir dari hulu. Sebagian air akan tersimpan di daerah hulu dan sebagian lain akan dialirkan
ke hilir. Di bagian hilir air akan mengalir ke muara baik danau maupun laut (Ekawati dkk.,
2018).
Manfaat yang begitu besar tidak menjadikan sungai tetap berada dalam kondisi yang
baik. Sebagian besar ekosistem sungai di Indonesia telah mengalami kerusakan akibat perilaku
manusia. Secara sederhana, indikasi kerusakan ekosistem sungai dapat dilihat dari air yang
berwarna coklat dan keruh. Warna ini menunjukkan banyaknya material larut yang mencemari
air sungai (Amalia dkk., 2019:137). Selain itu, jumlah sampah yang terbuang ke sungai dan
dangkalnya sungai juga menjadi indikasi bahwa ekosistem sungai telah mengalami kerusakan.
Sampah berasal dari kegiatan manusia baik berupa rumah tangga maupun industri. Sedangkan
dangkalnya sungai diakibatkan oleh terjadinya erosi.

PEMBAHASAN
Sungai di Indonesia tidak sedang berada dalam kondisi yang baik. Hal ini diungkap
oleh Firmansayah dkk. (2021) bahwa dari hasil kajian mereka didapatkan data seluruh sampel
air sungai telah tercemar. Sungai-sungai yang menjadi sampel berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Sungai-sungai tersebut antara lain berada di pulau jawa, pulau bali, dan pulau
Kalimantan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pencemaran telah terjadi secara merata.
Pencemaran banyak disebabkan oleh zat-zat kimia hasil aktivitas manusia. Zat-zat tersebut
antara lain ammonia, fosfat, nitrat, nitrit, BOD, dan COD.
Kondisi yang tidak berbeda juga terdapat pada struktur dan bagian aliran sungai.
Terjadinya kekeringan yang berkepanjangan, banjir, dan longsor berkaitan dengan rusaknya
daerah sekitar aliran sungai. Penggundulan hutan di daerah hulu sungai berdampak terhadap
hilangnya pohon-pohon atau tumbuhan yang selama ini menjaga kestabilan ekosistem sungai
dan kehidupan di sekitarnya. Struktur akar tumbuhan terutama pepohonan memiliki kekuatan
untuk mencengkram dan meningkatkan kepadatan tanah. Tumbuhan yang berkurang akan
menyebabkan mudahnya terjadi erosi akibat struktur tanah menjadi lebih labil dan tidak kuat
menahan air. Hilangnya tumbuhan di daerah hulu juga mengakibatkan meningkatnya
kecepatan aliran air hujan yang turun. Semakin cepatnya aliran air memicu kenaikan debit yang
ditampung oleh sungai. Sehingga banjir sangat rentan terjadi di daerah hilir. Selain itu,
tumbuhan yang hilang juga menurunkan daya simpan air di dalam tanah. Akar-akar tumbuhan
yang sebelumnya dapat menyimpan cukup air, turut hilang bersama dengan terjadinya
penggundulan hutan. Akibatnya terjadi kekeringan di daerah sekitar sungai atau bahkan juga
dapat berdampak hingga ke kawasan lain (Ekawaty dkk., 2018).
Berbagai keadaan tersebut menunjukkan perlunya pengelolaan sungai di Indonesia
dengan pendekatan yang lebih baik. Pengelolaan sungai dengan hanya memaksimalkan
profesional dalam pelaksanaannya perlu diperbaharui. Pembaruan tersebut dapat dilakukan
dengan pengadaan program yang melibatkan masyarakat secara nyata baik dalam perumusan
langkah, penentuan tujuan, dan pelaksanaan pengelolaan sungai. Pelibatan masyarakat secara
nyata akan menimbulkan tanggung jawab untuk menjaga di kemudian hari. Pelibatan
masyarakat juga akan memperbesar efektifitas dari program. Hal ini karena masyarakat
merupakan subjek terdekat dengan lingkungan mereka. Sehingga pengetahuan masyarakat
tentang lingkungan mereka akan mengantarkan pada terciptanya langkah yang tepat untuk
pengelolaan sungai (Widodo, 2010).
Program yang dapat dilakukan antara lain pertanian terasering dan tumpang sari.
Pertanian terasering telah banyak diterapkan di masyarakat. Daerah persawahan dalam sistem
ini dibentuk berundak sehingga sudut kemiringan lahan dapat diperkecil. Dengan demikian
aliran air menjadi lebih lambat sehingga erosi yang mengarah ke sungai dapat tercegah.
Sementara sistem tumpang sari adalah penanaman beraneka ragam jenis tumbuhan dalam satu
lahan. Untuk mencegah terjadinya erosi, lahan juga ditanami dengan tumbuhan yang memiliki
struktur akar yang kuat (Ekawaty dkk., 2018).
Meski pelibatan masyarakat menjadi pendekatan yang sangat diperlukan untuk
mengelola sungai di masa sekarang. Peran pemerintah tetap tidak dapat dielakkan. Pemerintah
merupakan perumus kebijakan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan sungai.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang
menggantikan undang-undang lingkungan sebelumnya harus dijalankan secara nyata. Hal ini
agar tercipta pengelolaan sungai yang terstruktur.
KESIMPULAN
Sungai merupakan salah satu bentuk ekosistem yang ada di bumi. Sungai menyimpan
berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, kondisi sungai di Indonesia tidak begitu
baik. Pencemaran telah terjadi secara merata di sungai yang terdapat pada berbagai daerah di
Indonesia. Kerusakan struktur dan bagian sungai juga memperparah kondisi ini. Pengelolaan
sungai dengan pendekatan yang melibatkan masyarakat sangat diperlukan melalui pengadaan
berbagai program. Selain itu peran pemerintah juga diperlukan untuk menyusun peraturan
dasar bagi pelaksanaan pengelolaan sungai.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R. 2019. Perubahan tutupan lahan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit: dampak
sosial, ekonomi dan ekologi. Jurnal Ilmu Lingkungan. 17(1):130-139.

Ekawaty, R., Yonariza, E. G. Ekaputra, dan A. Arbain. 2018. Telaahan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dalam pengelolaan kawasan daerah aliran sungai di Indonesia.
Jurnal of Applied Agricultural Science and Technology. 2(2): 30-40.

Firmansyah, Y. W., O. Setyani, dan Y. H. Darundiati. 2021. Kondisi sungai di Indonesia


ditinjau dari daya tampung beban pencemaran: studi literatur. Serambi Engineering. 6(2):
1879-1890.

Priastomo Y., E. Sitorus., D. Widodo, I. Marzuki, M. Ghazali, A. Onasis, M. C. M. Sari, J. S.


Tangio, F. Mastutie. 2021. Ekologi Lingkungan. Edisi Pertama. Jakarta:Yayasan Kita
Menulis.

Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Air Tawar. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press.

Widodo, B., R. Lupiyanto, dan D. Wijaya. 2010. Pengelolaan kawasan sungai code berbasis
masyarakat. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 2(1): 7-20.

Anda mungkin juga menyukai