Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN BIOINDIKATOR

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI


BIOINDIKATOR UNTUK UJI KUALITAS AIR PADA DAERAH ALIRAN
SUNGAI JANGKOK BAGIAN HILIR, KELURAHAN AMPENAN
TENGAH

DISUSUN OLEH :

MUZENAH FAISAL HARHARA (G1A013033)

SITI NADIA WULANDARI ARMAN ( G1A013053)

ZURRIATUN TOYYIBAH (G1A013056)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai merupakan salah satu perairan yang tidak terlepas dalam
kehidupan makhluk hidup. Sungai berperan penting untuk kelangsungan
aktivitas makhluk hidup. Sungai adalah perairan yang airnya berasal dari air
tanah, air hujan, atau air permukaan yang akhirnya bermuara ke air laut.
Sungai memiliki banyak sumber daya yang dapat diperbarui ataupun tidak,
yang sangat berperan dalam kehidupan makhluk hidup seperti air, bebatuan,
tanah, pasir, serta tumbuhan dan hewan yang berada di sekitar sungai. Air
sungai memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat.Salah satu
pentingnya air sungai bagi masyarakat yaitu sebagai sumber yang mudah
didapat dan murah untuk keperluan rumah tangga.
Masalah yang terjadi saat ini adalah kurangnya kepedulian terhadap
lingkungan yang diikuti tanggung jawab yang juga semakin rendah. Hal ini
dapat dilihat dari perilaku masyarakat dengan mudah dapat membuang
sampah pada daerah aliran sungai. Sebagian besar limbah rumah tangga yang
dibuang ke daerah aliran sungai berupa sampah plastik yang tidak dapat
terurai dengan cepat, sehingga hal ini mempengaruhi kualitas air sungai.
Sungai Jangkok sebagai salah satu sungai utama di Pulau Lombok
juga dibayangi oleh trend kerusakan ini. Sungai Jangkok adalah sungai primer
yang membentang melewati 3 daerah administratif di Pulau Lombok yaitu
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Kota Mataram. Sungai
Jangkok memiliki DAS seluas 170, 29 km2 dengan panjang sungai utama
sekitar 48,868 km2 (BWSNT-1, 2011).
Trend kerusakan yang terjadi dibelakang ini disebabkan oleh semakin
tingginya peradaban manusia yang menutup pemenuhan kebutuhan yang
semakin tinggi untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal ini terjadi juga di
daerah Aliran Sungai Sungai (DAS) Jangkok, Kelurahan Ampenan Tengah.
Makrozoobentos memiliki pergerakan yang relatif lambat serta daur
hidup yang relatif lama sehingga mampu merespon kondisi kualitas iar
secara terus menerus. Hewan bentos ini terdapat pada seluruh bagian sungai,
mulai dari hulu hingga hilir. Semakin tingginya indeks keanekaragaman
makrozoobentos menunjukkan kualitas air semakin baik , dan indeks yang
rendah menunjukkan perairan tercemar atau kulitasnya buruk. Sehingga
penelitian ini menggunakan makrozoobentos sebagai bioindikator dalam uji
kualitas air.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaiamanakah kualitas air pada daerah hilir sungai Jangkok,


keluarahan Ampenan Tengah berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
makrozoobentos?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui kualitas air pada daerah hilir sungai Jangkok, keluarahan
Ampenan Tengah berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos.

1.4 Manfaat Penelitian


Memberikan informasi tentang kualitas air daerah hilir sungai
Jangkok, kelurahan Ampenan Tengah karena keberadaan sungai ini yang
digunakan untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat yang
tinggal disekitarnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Sungai


2.1.1 Pengertian Sungai

Sungai adalah suatu bentuk ekosistem akuatik yang berperan


penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah
tangkapan air (catchment area) bagi daerah sekitarnya. Kondisi
suatu sungai sangat berhubungan dengan karakteristik dari
lingkungan sekitarnya (Suwondo et al., 2004).
Sungai adalah suatu ekosistem air tawar yang ditandai
dengan adanya aliran yang diakibatkan karena arus. Aliran air yang
terjadi karena perubahan vertikal per satuan panjang disebut sebagai
arus. Sungai ditandai dengan adanya anak sungai yang menampung
dan menyimpan serta mengalirkan air hujan ke laut melauli sungai
utama ( Naughoton Wolf, 1990).

2.1.2 Peran Sungai


Sungai memiliki peran yang penting sebagai salah satu
sumber daya alam yang mendukung kehidupan masyarakat.
Khususnya dalam upaya mempertahankan sumber daya air yang
berkelanjutan, peranan sungai di dalam konteks perkotaan menjadi
sangat penting (Atmodiwirjo et.al, 2009).
Sungai berperan sebagai jalur transportasi, Meskipun
frekuensi transportasi sungai mulai berkurang, namun masih ada
sebagian warga yang menggunakan jalur sungai. Sungai berperan
dalam aktivitas ekonomi berkaitan dengan fungsi sungai dalam
bidang transportasi yaitu memudahkan mobilitas barang dan
manusia, distribusi barang dari satu tempat ke tempat lainnya
berkaitan dengan aktivitas perekonomian penduduk terjadi transaksi
perdagangan di aliran sungai dimana pedagang menggunakan klotok
atau jukungan sementara pembelinya menunggu jukungan menepi di
daerah titian sungai. Sungai sebagai sarana interaksi dan sosialisasi
yaitu masyarakat masih lebih suka mandi di sungai karena mandi di
sungai lebih puas dan juga bisa berinteraksi dengan tetangga yang
sama-sama sedang mandi di sungai berbincang hal-hal mulai dari
yang ringan sampai hal-hal yang serius (Rochgiyanti, 2011).

2.1.3 Pencemaran Sungai


Menurut Soegianto (2005), tingkatan pengaruh pencemaran
terhadap manusia dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kelas 1 : Gangguan estetika (bau, rasa pemandangan).


2. Kelas 2 : Gangguan atau kerusakan terhadap harta benda.
3. Kelas 3 : Gangguan terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan.
4. Kelas 4 : Gangguan terhadap kesehatan manusia.
5. Kelas 5 : Gangguan pada sistem reproduksi dan genetik
manusia.

Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan


dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada
(Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005) Berbagai aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan
industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah
yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai
(Suriawiria, 2003).Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan
pertanian, tegakan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas
industri akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam
suatu Daerah Aliran Sungai.
2.2. Sungai Jangkok

2.2.1 Luas Sungai Jangkok


Sungai Jangkok memiliki DAS seluas 170,29 Km2 dengan
panjang sungai utama sekitar 48,868 Km. Sungai Jangkok adalah
salah satu sungai utama di Pulau Lombok juga telah terlihat adanya
kerusakan . Sungai Jangkok adalah sungai primer yang
membentang melewati 3 daerah administratif di Pulau Lombok
yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Kota
Mataram (BWSNT-1, 2011).

2.2.2 Morfologi dan Pola Aliran Sungai

Sungai Jangkok ini secara keseluruhan bermuara ke arah


barat di Selat Lombok. Sungai Jangkok merupakan Kategori
Sungai 2 / Sungai Lintas Kabupaten/Kota sehingga pengelolaan
sungai ini menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pola aliran sungai
di DAS Jangkok ini dari pengamatan terbagi dalam 2 (dua) pola
aliran dengan arah aliran dari Timur (Upstream) ke Barat
(Downstream). Dimana hulu dari aliran sungai ini adalah di
Gunung Buanmangge dan hilirnya adalah di Selat Lombok. Pola
aliran sungai ini terbagi menjadi dua pola yaitu pola pertama Pola
aliran Dendritik, pola aliran ini dikontrol oleh keseragaman litologi
batuan. Pola kedua yaitu Pola aliran Kisi dan Sejajar / Pararel, Pola
aliran ini dikontrol dan dipengaruhi oleh struktur sesar dan kekar
serta jurus perlapisan (BWSNT-1, 2011).
2.3. Biota Ekosistem Sungai

2.3.1 Pengertian Benthos

Benthos adalah organisme yang tinggal di dalam atau pada


sedimen dasar perairan. Benthos dibagi berdasarkan sifat fisik
menjadi dua kelompok yaitu fitobenthos (bersifat tumbuhan) dan
zoobenthos ( bersifat hewan) (Barus, 2004 : 33).

Benthos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang


bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan
hewan dari sedimennya, berdasarkan hal itu benthos ini dapat
dibagi menjadi makrobenthos, mesobenthos, dan mikrobenthos
(Laili & Parsons, 1993 : 187).

2.3.2 Makrozoobenthos
Makrobentos merupakan salah satu kelompok penting dalam
ekosistem perairan. Hewan ini merupakan organisme kunci dalam
jaring makanan karena dalam sistem perairan berfungsi sebagai
pedator, suspension feeder, detritivor, scavenger dan parasit. Pada
umumnya mereka hidup sebagai suspension feeder, pemakan
detritus, karnivor atau sebagai pemakan plankton (Darojah, 2005).
Makrozoobenthos hidupnya di dasar perairan, selalu terdedah oleh
air sungai dan berumur cukup panjang sehinnga dapat
menggambarkan kualitas air sungai (Mason, 1981).
2.3.3 Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator
Makrozoobentos telah ditetapkan sebagai parameter kunci
dalam pemantauan kualitas air, disamping parameter fisika kimia
kualitas air dan telah digunakan sebagai indikator biologis untuk
memantau pencemaran air dan menentukan tingkat kesehatan
ekosistem sungai di berbagai negara (Daru, 2011).
Makrozoobentos merupakan komponen biotik pada ekosistem
perairan yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik,
kimia dan biologi suatu perairan, sehingga digunakan sebagai
indikator kualitas air sungai (Rahayu, 2009).
BAB III
METODE

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan kuantitatif deskriptif

3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2016. Tempat
pengambilan sample dilakukan di daerah hilir sungai Jangkok, Kelurahan
Ampenan Tengah.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Alat
a. Sorok (Net)
b. Kamera
c. Zip lock
d. Sampan (Boat)
e. Alat tulis
f. Buku identifikasi makrozoobentos
g. Aplikasi my track

3.3.2 Bahan
a. Semua jenis makrozoobentos yang ditemukan di daerah hilir sungai
Jangkok, Kelurahan Ampenan Tengah pada saat sampling.
b. Alkohol 70%

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu , pengukuran luas
daerah pengambilan sampel dan jarak antar stasiun, pengambilan sampel,
identifikasi dan analisis data.
3.3.1 Pengukuran Luas Daerah Dan Jarak Antar Stasiun Pengambilan
Sampel
Pengukuran luas daerah menggunakan aplikasi my track pada
perangkat android dimulai dari hilir (estuari) menuju ke arah hulu.
Setelah luas total diketahui, kemudian ditentukan jarak antar stasiun.
3.3.2 Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menaiki sampan menggunakan jaring pada
tiap titik stasiun yang telah ditentukan. Pada tiap titik dilakuakan tiga
kali pengulangan. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam
ziplock yang kemudian diisi alkohol 70 %.
3.3.3 Identifikasi
Identifikasi dilakukan di laboratorium biologi fmipa unram dengan
membandingkan sampel dengan jurnal dan buku identifikasi
makrozoobentos dimana sebelum dilakukan pencatatan, sampel difoto
untuk dokumentasi kemudian dicatat hasil berupa klasifikasi hingga
genus beserta jumlah individu tiap genus kemuadian dibuat dalam
bentuk tabel.
3.3.4 AnalisiS Data
Analisis dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman
menggunakan
¿ ¿
H’ = - ∑ ( N ¿ ) ¿ ln ( N )

Indeks Shanon dan Wiener (1990) sebagai berikut :


n
H’= - ∑ Pi ln Pi
i=1

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
ni= Jumlah individu jenis atau taksa ke-i
N = Jumlah total individu
Analisis kualitas air berdasarkan klasifikasi oleh Krebs (1978) yang
dikutip dalam Anjani (2012) :
H’<1 : tercemar berat
1<H’<3 : tercemar sedang
H’>3 : tidak tercemar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Makrozoobentos yang ditemukan di Darah Hilir Kelurahan Ampenan


Tengah
4.1.1 Tabel Sebaran Spesies Daerah Hilir Sungai Jangkok Kelurahan Ampenan
Tengah
Jumlah Jumlah
No Taksa
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 Total
1 Anadonta sp. - - - 1 - 1
2 Brothidia sp, - - - 8 - 8
3 Melanoides sp. - - - 1 - 1
4 Thiara sp. - 4 2 - 6
5 Melanoides torulosa - 71 2 2 - 75
6 Crustacea (Sp. 1) - - - 1 - 1
7 Crustacea (Sp.2) 1 - - - - 1
8 Bivalvia 1 - - - - 1
9 Pomacea sp. - 4 - - - 4
10 Batillaria sp. - 2 - - - 2
11 Brothia sp. - - 4 - - 4
12 Holobedela sp. - - 1 - - 1
13 Tubifex sp. - 2 6 6 2 16
Jumlah Total 2 83 13 21 2 121

4.1.2 Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener


¿ ¿
H’ = - ∑ ( N ¿ )¿ ln ( N )

H’ = - { (P Anadonta sp. ln P Anadonta sp.) + (P Brothidia sp. ln P Brothidia sp)

+ (P Melanoides sp. ln P Melanoides sp) + (P Thiara sp. ln P Thiara sp.)+ (P

Melanoides torulosa ln P Melanoides torulosa )+ (P Crustacea (Sp. 1 ) ln P


Crustacea (Sp. 1) + (P Crustacea (Sp.2) ln P Crustacea (Sp.2)) + (P Bivalvia

ln P Bivalvia) + (P Pomacea sp. ln P Pomacea sp.) + (P Batillaria sp. ln P

Batillaria sp.) + (P Brothia sp. ln P Brothia sp.) + (P Hirudo sp. ln P Hirudo

sp.) + (P Tubifex ln P Tubifex)}

H’ = - {(0,0082 ln 0,0082) + (0,0661 ln 0,0661) + (0,0082 ln 0,0082) + (0,0495 ln

0,0495) + (0,6198 ln 0,6198) + (0,0082 ln 0,0082) + (0,0082 ln 0,0082) +

(0,0082 ln 0,0082) + (0,0330 ln 0,0330) + (0,0165 ln 0,0165) + (0,0330 ln

0,0330) + (0,0082 ln 0,0082) + (0,1322 ln 0,1322)}

H’ = - {(-0,0394) + (-0,1795) + (-0,0394) + (-0,1488) + (- 0,2964) + (-0,0394) + (-

0,0394) + (- 0,0394) + (- 0,1125) + (-0,0677) + (- 0,1125) + (- 0,0394) + (-

0,2675)}
H’= -{(-1,4213)}
H’= 1,4213

1<H’<3
1<1,4213<3
Jadi, air sungai Jangkok tergolong tercemar sedang.

4. 1.3 Gambar Hasil Pengamatan (Terlampir)

4.2 Pembahasan

Spesies makrozoobentos yang ditemukan di daerah hilir sungai Jangkok


kelurahan Ampenan Tengah merupakan anggota dari filum Mollusca, Annelida,
dan Crustacea. Spesies yang didapat dari filum Mollusca berasal dari kelas
gastropoda dan bivalvia. Spesies yang didapat dari filum Annelida berasal dari
kelas hirudinea dan olygochaeta. Spesies yang didapat dari filum crustacea adalah

Secara keseluruhan untuk jumlah individu makrozoobentos yang


ditemukan pada kelima stasiun sebanyak 121 individu. Terdiri dari 12 genus yang
berbeda-beda yaitu Anadonta , Brothidia, Melanoides, Thiara, Crustacea,
Crustacea, Bivalvia, Pomacea, Batillaria, Brothia, Holobedella, Tubifex.
Stasiun 1 yang merupakan daerah pertemuan antara pantai dan sungai
atau daerah estuari ditemukan 2 genus yaitu crustacea dan bivalvia. Kedua genus
tersebut terdiri dari masing-masing satu individu. Jadi total individu yang
ditemukan pada stasiun ini sebanyak 2 individu. Stasiun satu memiliki jenis
substrat berpasir , dimana disekitrnya terdapat rumah warga. Selain itu di stasiun
terdapat banyak sampah, baik sampah organik maupun anorganik.

Stasiun 2 yang letaknya setelah stasiun satu ditemukan jumlah


makrozoobentos sebanyak 5 genus yaitu thiara, melanoides, pomacea, batilaria,
tubifex. Kelima genus tersebut memiliki individu total sebanyak 83 individu.
Stasiun dua memiliki substrat berlumpur di bagian pinggir sedangkan di bagian
tengah memiliki substrat berpasir. Genus Thiara sebanyak 4 individu ,
Melanoides sebanyak 71 individu, Pomacea sebanyak 4 individu, Batillaria
sebanyak 2 individu, dan Tubifex sebanyak 2 individu. Stasiun dua juga terdapat
vegetasi berupa kangkung yang mengambang yang dihuni oleh anggota Pomacea
sp. yang cukup banyak.

Stasiun 3 memiliki makrozoobentos sebanyak 4 genus yaitu Melanoides,


Brothia, Holobedella, dan Tubifex. Keempat genus memiliki jumlah total
sebanyak 13 individu dan mendiami substrat berpasir jika ditemukan pada bagian
tengah dan substrat berlumpur di bagian pinggir.

Stasiun 4 memiliki jumlah makrozoobentos sebanyak 5 genus yaitu


Anadonta, Brothidia, Melanoides, Thiara,Tubifex dan satu phylum Crustacea.
Kelima genus dan satu phylum Crustacea memiliki jumlah total sebanyak 21
individu.

Stasiun 5 memiliki jumlah makrozoobentos sebanyak 1 genus yaitu Tubifex.


Satu genus ini memiliki jumlah total sebanyak 2 individu. Berdasarkan Nilai
Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener yang sudah dihitung dapat diperoleh
nilai H’ sebesar 1,4213 dengan 1<H’<3. Jadi, air sungai Jangkok tergolong
tercemar sedang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maheni (2014) yaitu kualiatas air di perairan sungai Jangkok Nusa Tenggara Barat
termasuk dalam kategori tercemar sedang.

Anda mungkin juga menyukai