Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan
penyempurna seluruh risalah-Nya.

Kami tahu bahwa laporan Ekologi Perairan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari Dosen, Asisten Dosen dan seluruh pembaca atas
kekurangan laporan ini agar laporan ini menjadi lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan
oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat
balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Swt.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, untuk
itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Penulis

ANGGOTA KELOMPOK

1. Nama
NPM
2. Nama
NPM
3. Nama
NPM
4. Nama
NPM
5. Nama
NPM

: Anggun Safitri
: 1114111008
: Cindy Ria Nuari
: 1114111016
: Gito Rolis
: 1114111027
: Lukman Hakim
: 111111031
: Melinda Oktafiani
:1114111034

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Anggota Kelompok
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan Pratikum
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kondisi Umum Perairan Kabupaten Pesawaran
II.2. Ekosistem Sungai
II.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai
II.2.2. Faktor Fisik
II.2.3. Faktor Biologi
II.2.4. Faktor Kimia
II.3. Ekosistem Pantai
II.3.1. Kondisi Fisik Pantai
II.3.2. Faktor Fisik yang Bekerja
II.3.3. Faktor Kimia
II.3.4. Faktor Biologi
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1.
Kondisi Fisik dan Kimia
III.1.1. Kecerahan
III.1.2. Suhu
III.1.3. Arus
III.2.
Kondisi Biologi
III.3.
Hubungan Kondisi Fisik, Kimia dan Biologi
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
UCAPAN TERIMA KASIH
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data hasil pengamatan kualitas air 28 November 2012 siang hari
Tabel 2. Data hasil pengamatan kualitas air 28 November 2012 malam hari
Tabel 3. Data hasil pengamatan kualitas air 29 November 2012 siang hari
Tabel 4. Data makrobentos 1

Tabel 5. Data makrobentos 2


Tabel 6. Data hasil plankton pada 5 stasiun

DAFTAR LAMPIRAN

Jenis dan Jumlah Fitoplankton yang Teridentifikasi


Jenis dan Jumlah Bentos yang Teridentifikasi
Hasil Perhitungan Indeks

I.

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Ekosistem perairan dibagi menjadi dua tipe, yaitu: perairan mengalir (lotik) atau sungai dan
perairan tergenang (lentik). Perairan tergenang (lentik, asal kata lenis yang artinya tenang)
yang mencakup danau, waduk, rawa, kolam, dan genangan air lain. Pada praktikum ini
kami mengadakan pengambilan sampel di Pantai berbatu, mangrove dan sungai

Ekologi merupakan ilmu yang mencakup lingkungan darat dan lingkungan perairan.
Lingkungan perairan merupakan salah satu cabang ilmu yang penting peranannya dalam
mempelajari hubungan timbal balik. antara makhluk hidup dan lingkungan perairan,
pengetahuan mengenai lingkungan perairan sangat berguna bagi mahasiswa perikanan,
karena menyangkut kelestarian sumber daya perairan yang dapat menentukan pola
pemanfaatan dan pengelolaan serta pengembangan sumber daya perairan.
Pada dasarnya studi mengenai ekosistem perairan merupakan kajian tentang struktur dan
fungsi biota dalam ekosistem perairan bersangkutan. Hal ini berarti keberadaan plankton
tidak bisa dipisahkan dengan masalah kualitas perairannya sebagai tempat hidup mereka.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peranan plankton dalam
ekosistem perairan merupakan cerminan tingkat produktivitas perairan, mengingat
peranan plankton juga merupakan salah satu faktor daya dukung lingkungan.
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah
intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang
besar dan arus pasang-surut yang kuat. Untuk mengetahui lebih dalam struktur, tipe, dan
jenis ekosistem pada hutan mangrove maka dilakukan adanya praktikum ini.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Ekologi Perairan adalah sebagai berikut:


Ekosistem Sungai
1. Mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya.
2. Mempelajari cara-cara pengambilan kualitas perairan (parameter) fisik, kimia dan
biologik suatu perairan.

3. Mempelajari korelasi antara kualitas perairan dengan populasi biota peraioran,


khususnya plankton dan/atau makrobentos.
Ekosistem Pantai
1. Mempelajari karakteristik ekosistem pantai serta faktor-faktor pembatasnya.
2. Mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan populasi biota
dasar perairan pantai.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Lokasi


Kecamatan Padang Cermin merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung. Kabupaten Pesawaran adalah kabupaten hasil
pemekaran wilayah dari Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007.

Kecamatan Padang Cermin memiliki luas 317,63 km2 atau 31.763 ha dan
mempunyai ketinggian 24 m dari permukaan laut, curah hujan berkisar 3000 mm
per tahun, suhu berkisar 32 36 C. Wilayah pesisir Kecamatan Padang Cermin
terletak di pantai barat Teluk Lampung, yang terdiri dari beberapa teluk dan pulaupulau kecil seperti Teluk Hurun dan Teluk Ratai, merupakan rangkaian teluk-teluk
kecil yang terletak di pesisir Padang Cermin (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Selatan, 2007).
Pada praktikum dilakukan pada pantai dengan perbedaan sedimen dan sungai.
Pantai berlumpur (mangrove) pada post 1 dan 4, pantai berpasir pada post 2,
pantai berbatu pada post 3 dan sungai pada post 5. Letak dari post tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Penggambaran Tiap Post. Sumber : www.earth.google.com

2.2 Ekosistem Sungai


Sungai merupakan suatu badan air yang mengalir ke satu arah dari hulu ke hilir.
Air seungai mengandung sedikit sedimen dan kaya akan mineral. Aliran air dan

gelombang bergerak secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang (Barus, 2004).
2.2.1

Faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai


a. Faktor Fisik
Di dalam aliran air yang besar atau sungai, arus dapat berkurang
sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi air tergenang. Tetapi,
arus adalah faktor utama yang paling penting yang membuat
kehidupan kolam dan air deras amat berbeda dan mengatur
perbedaan dibeberapa tempat dari suatu aliran air. Kecepatan arus
ditentukan oleh kemiringan, kekasaran dan kelebaran dasarnya
Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya
dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru
dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air sangat
dipenagruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis batuan dasar
dan curah hujan semakin rumit bentang alam, semakhn besar ukuran
batuan dasar dan sdmakin besar ukuran batuan dasar dan semakin
banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan
arus semakin cepat (Odum, 1993).
b.

Faktor Biologi
Organisme yang hidup di air tawar adalah biasanya bersel satu dan
dinding selnya kuat.

Hewan makrobentos dan plankton menjadi

indikator primer dari ekologi perairan tawar. Makrobenthos adalah


golongan invertebrata akuatik yang sebagian besar atau seluruh
hidupnya berada di dasar perairan, sesil, atau merayap dengan
ukuran lebih besar dari 1 mm. Pada umumnya hewan makrobentos
ini berupa larva insekta, Mollusca, Oligochaeta, CrustaceaAmphipoda, Isopoda, Decapoda, dan Nematoda (Nybakken, J. W.
1992)

Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat


penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya
kandungan

klorofil

mampu

melakukan

fotosintesis.

Proses

fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton


(produsen), merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok
organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai
dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme air lainnya
yang membentuk rantai makanan. keberadaan fitoplankton dapat
dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan
yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat
pencemaran. Analisis struktur, kemelimpahan dan model distribusi
kemelimpahan fitoplankton juga dapat memberikan gambaran kondisi
perairan Sungai (Fachrul, 2003).
c. Faktor Kimia
Komponen abiotik yang berupa bahan organik dan anorganik seperti
air, karbondioksida, oksigen, kalsium, garamgaram organik dan
anorganik, seperti air dan humus dan sebagainya. Oleh karena itu
binatang air biasanya mempunyai toleransi yang sempit dan terutama
peka terhadap kekurangan oksigen dan cepat berubah oleh
pencemaran dari tipe apapun yang mengurai kadar oksigen (Odum,
1993).

II.2 Ekosistem Pantai


Berdasarkan subtratnya ekosistem dibagi menjadi 3 yaitu:

Ekosistem Pantai Berbatu

Ekosistem pantai batu terbentuk dari bongkahan-bongkahan batu granit yang


besar atau berupa batuan padas yang terbentuk dari proses konglomerasi
(berkumpul dan menyatunya) antara batu-batu kecil atau kerikil dengan tanah liat
dan kapur. Ekosistem tersebut biasanya didominasi vegetasi jenis Sargassum atau
Eucheuma. Ekosistem ini dapat dijumpai di wilayah pesisir berbukit yang
berdinding batu mulai dari sepanjang pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, sampai pantai selatan Maluku (Wikipedia, 2012).

Ekosistem Pantai Berpasir

Ekositem pantai pasir merupakan zona litoral yang terkena ombak terus menerus
dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam. Pantai berpasir hampir tidak ada
kehidupan. Karakteristik pantai berpasir adalah sebagai berikut:
a. Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar,bagian yang paling banyak dan
paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung.
b. Dibatasi didaerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikelpartikel yang halus dan ringan.
c. Total bahan organik dan organisme yang hidup di pantai berpasir jauh lebih
sedikit dibanding dengan jenis pantai lainnya (Juprimalino, 2012).

Ekosistem Pantai Berlumpur

Pantai berlumpur banyak terdapat di kawasan yang landai dan sering


berasosiasi pada hutan manggrove dan lamun. Ekosistem pantai lumpur
terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dan laut yang berada di
muara sungai dan sekitarnya. Apabila sungainya besar,lumpur tersebut
membentang luas hingga menjorok ke laut. Ekosistem pantai lumpur yang
terdapat di muara disebut Monsun Estuaria. Hutan mangrove merupakan
komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut

pantai berlumpur. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kaya dan


menjadi salah satu sumberdaya yang produktif.
Karakteristik pantai berlumpur adalah sebagai berikut:
a. Terdapat didaerah intredital (Wilayah yang diperngaruhi oleh pasang surut
sepanjang garis pantai).
b. Daerah pantai ini dipenuhi oleh tumbuhan yang terdiri dari terhadap
kondisi lingkungan peralihan antara daratan dan lautan.
c. Umumnya hanya ditemui di pantai yang berombak relative kecil dan
bahkan terlindung dari ombak.
d. Disepanjang delta dan estuaria yang dipengaruhi oleh masukan air dan
lumpur dari daratan (Juprimalino, 2012).
II.2.1

Kondisi Fisik Pantai


Kasar atau tidaknya suatu permukaan pantai dipengaruhi oleh terlindung
atau tereksposenya suatu pantai dari aliran air yang melalui permukaan
bebatuan. Cara yang baik untuk mengukur perubahan bentuk ini adalah
dengan merentangkan transek garis mengikuti kontur pantai dan
membaginya berdasarkan tingkat kekasaran bebatuan yang terbentuk.
Jarak yang sesuai (1 m, 5 m, 10 m) dapat ditentukan dan dipilih secara
acak dengan menentukan besar kecilnya partikel dengan menggunakan
transek garis tersebut (Trudgill, 1988 dalam Raffaelli dan Hawkins, 1996).

II.2.2

Faktor Fisik yang Bekerja


Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme
tersebut. Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak
proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan
binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan
(Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu yang terdapat di air laut sering kali

berfluktuasi. Perubahan suhu disebabkan oleh berbagai macam faktor


diantaranya yaitu intensitas cahaya matahari yang diterima, kedalaman air
dan letak ketinggian dari permukaan laut. Hal tersebut didukung oleh
Hutabarat dan Evans (1986) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima,
musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan.
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan
biota perairan. Arus dapat mengakibatkan menurunnya jumlah jaringanjaringan jasad hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam
suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Arus sangat penting sebagai
faktor pembatas terutama pada aliran air. Di samping itu juga arus di
dalam aliran air dapat menentukan distribusi gas vital, garam dan
organisme plankton (Anwar, 1984).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Air
laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar
3,5%. Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa
organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida
(55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3.69%), kalsium
(1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari
bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber
utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gasgas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents)
di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air
laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana
densitas

menjadi

maksimum)

menentukannya (Darmadi, 2012).

beberapa

tingkat,

tetapi

tidak

2.3.3. Faktor Kimia


Faktor-faktor kimia yang terdapat di lingkungan laut meliputi salinitas,
oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan unsur hara (nutrien).
Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garamgaram anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme
hidup, dan gas-gas terlarut (Nybakken, 1992). Salinitas adalah jumlah
berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air,
biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (permil, gram per liter) (Nontji,
1986).

2.3.4. Faktor Biologi


Di laut terdapat berbagai macam organisme mulai dari yang berupa jasadjasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa jasad-jasad
hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus. Sebagian besar
wilayah perairan terdapat banyak jenis biota laut yang saling berinteraksi,
tetapi di beberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat beberapa
jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan dan
kondisi lingkungan (Romimohtarto & Juwana, 2001). Faktor biologi
lingkungan laut merupakan parameter dari mahluk hidup yang menjadi
faktor penting dalam komponen penyusun ekosistem laut. Parameter
biologi dapat berupa phytoplankton, zooplankton, benthos, nekton, bakteri,
dan virus. Dari berbagai jenis organisme tersebut ada yang berlaku
sebagai produsen, konsumen, dan pengurai (detritus) (Romimohtarto dan
Juwana, 2001).

II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Kualitas Air Siang Hari


Rabu, 28 November 2012
Tabel 1. Data hasil pengamatan kualitas air 28 November 2012 siang hari
Pos
t
1

Parameter

Wakt
u

Suhu (C)

11.0
0

Kecerahan
(%)
Arus (m/s)
2

Suhu
Kecerahan

13.1
5

Arus (m/s)

Suhu
Kecerahan

15.3
0

Arus (m/s)

U1

U2

U3

310

310

300

100

100

100

0.035
m/s

0.043
m/s

0.046
m/s

320

310

280

100

100

100

0.056
m/s

0.058

0.071

320

320

310

100

100

100

0.071

0.056
0.067

Suhu
Kecerahan

17.4
0

Arus (m/s)
5

Suhu
Kecerahan
Arus (m/s)

18.1
0

320

320

310

100

100

100

0.091

0.077

0.067

300

290

280

100

100

100

0.091

0.143

0.125

Dari data tersebut diketahui bahwa semua post memiliki kecerahan 100%. Suhu di setiap
post berbeda, namun perbedaannya sekitar 1-2 0C. perbedaan suhu ini dapat terjadi
karena perbedaan kondisi lingkungan di setiap stasiun pengukuran parameter kualitas air,

selain itu juga perbedaan waktu pengukuran. Kecepatan arus pada post 4 dan 5 lebih
tinggi dibandingkan post 1, 2 dan 3. Hal ini dimungkinkan karena waktu pengambilan
sampel yang terlalu sore dimana keadaan sedang pasang.
Suhu pada perairan ini juga tidak berbeda diakibatkan cahaya matahari yang merata pada
permukaan sehingga suhu pada stasiun itu secara horizontal sama. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan
perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di
dalam perairan. Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal
1,5 meter bisaanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena
suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi
suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu
lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32 C
menjadi 28 C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang
mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28 C menjadi 21 C). Lapisan ketiga
disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan
suhu sangat kecil relatif konstan. (Wibawa,2010).
Menurut Odum (1971), kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau
intensitas cahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan
karena adanya fitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan.
Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari ke dalam kolam
minimum 40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan untuk menentukan besarnya
produktifitas primer dalam perairan. Dari pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan Secchi disc, maka perairan di Pantai Ketapang dan Muara Sungai Klara
memiliki kecerahan yang tinggi.
Berdasarkan hasil pengamtan di lapangan, kualitas air di lokasi pengambilan sampel
tergolong bagus dengan tingkat kecerahan tinggi, arus sedang dan suhu peraian sekitar
29-30 0C.

Hasil Pengamatan Kualitas Air Malam Hari


Rabu, 28 November 2012
Tabel 2. Data hasil pengamatan kualitas air 28 November 2012 malam hari
Po
st
1

Parame
ter

Wakt
u

Suhu

20.00

Arus
(m/s)
2

Suhu

Suhu

20.15

Suhu

20.20

Suhu
Arus
(m/s)

60

55

340

19,2

20,07

320

14,34

16,07

12,09

9,25

11,8

10,37

0.076

20.35

Arus
(m/s)
5

U3

0.025

Arus
(m/s)
4

300

U2

0.018

Arus
(m/s)
3

U1

300
0.116

21.00

260
0.092

Pada pengukuran parameter kualitas air di malam hari, yang diukur hanya suhu dan arus.
Tidak seperti keadaan suhu pada siang hari, suhu yang diukur malam hari hasilnya lebih
beragam pada tiap post. Suhu pada post 1 dan 4 yang merupakan bagian dari ekosistem
mangrove memiliki suhu 30 0C, sedangkan pada post 2 suhunya 34 0C, pada post 3
suhunya 320C dan pada post 5 memiliki suhu 26 0C. perbedaan suhu ini terjadi karena
perbedaan kondisi lingkungan di sekitar tempat pengambilan sampel. Pada post 1 dan 4
yang merupakan ekosistem mangrove memiliki suhu sedang karena daerah terlindungi

hutan mangrove, jadi penyerapan dan penyimpanan panas pada perairan pun cukup baik.
Sedangkan pada ekosistem pantai berbasir memiliki suhu tertinggi di malam hari karena
perairan langsung menyerap panas dari matahari dan di sekelilingnya tidak terdapat
pepohonan yang dapat menyerap atau memanfaatkan panas tersebut. Sedangkan pada
ekosistem sungai memiliki suhu terendah karena sungai merupakan perairan tawar dan
proses penyerapanmaupun pelepasan panas pun lebih cepat, jadi pada malam hari
suhunya menurun karena tidak mendaat pasokan sinar matahari. Untuk arus tidak jauh
berbeda denga keadaan di siang hari. Bahka pada beberapa post kecepatan arus di
malam hari cenderung lebih kecil yaitu pada post 1 dan 2, hal ini dapat disebabkan saat
pengambilan sampel pasang terendah pada siklus harian sedang terjadi.
Hasil Pengamatan Kualitas Air Siang Hari
Kamis, 29 November 2012

Tabel 3. Data hasil pengamatan kualitas air 29 November 2012 siang hari
Po
st
1

Parameter

Wakt
u

Suhu

08.00

Kecerahan
(%)

U1

U2

U3

280
100

100

100

0.027

0.022

0.045

Arus (m/s)
2

Suhu

08.30

Kecerahan

100

100

100

Arus (m/s)

0.034

0.1

0.053

100

100

100

0.043

0.028

0.05

100

100

Suhu
Kecerahan

09.
15

Arus (m/s)
4

290

Suhu
Kecerahan

10.00

300

310
100

Arus (m/s)
5

Suhu

0.039
11.25

0.083

0.062

280

Kecerahan

100

100

100

Arus (m/s)

0.143

0.125

0.143

Dari data tersebut diketahui bahwa semua post memiliki kecerahan 100%. Suhu di setiap
post berbeda, perbedaannya sekitar 1-2 0C. Perbedaan suhu ini dapat terjadi karena
perbedaan kondisi lingkungan di setiap stasiun pengukuran parameter kualitas air, selain
itu juga perbedaan waktu pengukuran. Kecepatan arus pada post 5 lebih tinggi
dibandingkan post 1, 2, 3 dan 4. Suhu tertinggi terdapat pada post 4, yaitu ekosistem
mangrove dengan suhu 310C.
Data Makrobentos
Rabu, 28 Nvember 2012
Post

Ulangan
1

Right handed snail


(3)

Right handed snail


(1)

3
Right handed
snail (2)

Mussel (1)
2

Mussel (1)

Right handed snail


(3)

Right handed
snail (3)

Right handed snail


(2)

Right handed snail


(1)

Aquatic worms
(1)

Left handed snail


(3)

Right handed snail


(2)

Mussel (2)

Mussel (4)
Left handed snail
(5)

Left handed snail


(4)

Left handed snail


(3)

berdasarkan tabel diketahui bahwa jenis makrobentos yang paling banyak didapatkan
ialah right handed snail, yaitu sejenis keong (siput) dari filum Mollusca kelas Gastropoda.
Data Makrobentos
Rabu, 28 Nvember 2012
Post

Ulangan
1

Right handed snail


(2)

Right handed snail


(2)

Right handed
snail (2)

Mussel (1)

Mussel (1)

Mussel (2)

left handed snail


(2)

Left handed Snail


(1)

Right handed snail


(2)

Left handed snail


(3)
Aquatic worms
(1)

Right handed snai


(2)l

Aquatic worms
(1)

Mussel (1)
4

Right handed snail


(2)

Right handed snail


(1)

Left handed snail


(1)

Right handed snail


(3)

Right handed snail


(3)

Right handed
snail (2)

Gilled snail (1)

Dari tabel makrobentos diketahui bahwa bentos yang paling banyak ditemukan berasal
dari Filum Mollusca Kelas Gastropoda. Disusul kemudian dari Kelas Bivalvia dan cacing
laut. Berdasarkan referensi, seharusnya ekosistem yang memiliki paling banyak organism
di dalamnya adalah ekosistem mangrove, namun pada saat pengambilan sampel
didapakan pada post 2 yaitu ekosistem ppantai berpasir yang memiliki banyak bentos. Hal
ini dimungkinkan karena saat pengambilan sampel kurang merata dan tidak sampai ke
dasar substrat tempat bentos banyak hidup.
Tabel 6. Data hasil plankton pada 5 stasiun
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

jenis plankton
Halosphaera viridis
Prorocentrum scutellum
Thitsanoessa roschii
R. alata
Gyrosigma sp.
R. seligera
Skelelonema costalom
Metridia lucens
Electra plossa
cyphonautos
Glycerid larvae
Young larva
J. globosa
Salpa fusiformis
Q. fusiformis
Larva ini shell
Salpa asymmetrica
Microcalanus pusillus
Ceralium candelabrum
Gyrodinium glaucum
Solitari form
Telson
Clavelina lepadiformis
Rhizosolenia styliformis
Leptocylindricus damcus
C. yranii
Exuviolla sp.
Uropod
Thalasslosira decipiens

jumlah
21
3
1
10
53
23
7
16
2
12
10
24
15
22
9
14
3
4
5
8
28
10
8
7
15
15
7
5

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

Paralia sulcata
Phalacroma sp
Bacillaria paradoxa
Ditylum brightwelli
Pennate dlatomnaviculod type
Streptotheca thamensis
Melosira borreri
Ankistrodemus falcatus
Antistrodesmus
fusiformis
Tetrastrum
staurogeniaeforme
Cylotella
pseudostelligera
Diatoma elongatum
Cylotella meneghiniana
Cleaned valve
Diatoma vulgared
Trachelomonas
volvocinopsis
Chlamydomonas
isogama
Tetrastum
staurogeniforme

11
8
16
2
7
5
4
15
11
7
11
13
6
16
9
17
9
5

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa plankton terbanyak dari jenis
Gyrosigma sp. yang berjumlah 53. Gyrosigma sp. merupakan fitoplankton yang berbentuk
panjang. Dan yang memiliki jumlah paling sedikit dari jenis zooplankton, yaitu
Thitsanoessa roschii berjumlah 1, Electra plossa cyphonautos berjumlah 2, Ditylum
brightwelli berjumlah 2. Didapatkan jenis fitoplankton yang banyak pada pengambilan
sampel disebabkan pengambilan sampel dominan dilakukan pada siang hari dimana
fitoplankton sedang berfotosintesis, sedangkan zooplankton kebanyakan hanya keluar ke
permukaan pada malam hari (nocturnal).

III.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


1. keragaman ekosistem di sekitar pantai ketapang sangat bervariasi, mulai dari daerah
yang berbatu, berlumpur, berpasir dan ekosistem mangrove.
2. Dari lima stasiun tempat pengambilan sampel diharapkan dapat ditemukanya
keragaman data, baik benthos, arus, suhu, dan kecerahan. Terdapat keragaman data
yang didapatkan dalam praktikum ini.
3. Berdasarkan data yang telah didapatkan sedimen merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kehidupan organism yang hidup pada pantai berlumpur.
4. Tekhnik yang paling dan mudah digunakan adalah dengan menyaring sampel air
5.

dengan jaring halus (plankton net).


Banyak ditemukanya benthos maupun plankton yaitu d stasiun 1 dan 4 yaitu daerah

mangrove berlumpur.
6. Selisih suhu yang terdapat dimasing-masing stasiun tidak berbeda jauh hanya
berkisar 1-20C.
7. Untuk kecepatan arus, daerah sungai memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi
dikarenakan sungai memiliki faktor kelerengan, luas penampang yang menyebabkan
arus lebih tinggi dibandingkan dengan laut,

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 1984. Karakteristik sosial-ekonomi-ekologi, perencanaan, dan pengelolaan


pesisir dan laut [Working paper]. Bogor: PKSPL-IPB.
Barus, T.A, 2004. Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press:
Medan.
Darmadi, 2012. Manajemen Ekosistem Perairan. IPB: Bogor.

Fachrul, M . E . 2003. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta.

Hutabarat, 1986. Ekosistem Perairan, Suatu Permodelan Hayati. Crespent Press: Jakarta

Juprimalino, 2012. Eksplorasi Pantai dan Penjabaran Secara Logis. PT. Pradnya
Paramita: Jakarta.
Juwana, 2001. Faktor Biologi Laut. IPB Press: Bogor.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari Marine Biology:
An Ecological Approach, oleh Eidman, M., etc. 1992. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Odum, E.P. 1993. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders Co. Philadelphia
and London. 546 p.
Trudgill, K.A., and E.V. Armbrust, 1988. Text Book of: An Introduction to the Worlds
Oceans. Ninth Edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji & M.K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian
Seas: Part One. Periplus Editions (HK) Ltd., Singapore: xiv + 642 hlm.
http://wikipedia.org/ekosistem-perairan/2345611255677. Diakses pada 12
Desember 2012: 19.30.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya laporan ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan sehingga kami dapat
melaksanakan praktikum dan dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Para dosen yang terlibat dalam praktikum Oceanography-ekologi perairan yang
telah memberikan materi yang berkaitan dengan praktikum ini.
3. Para asisten dosen yang senantiasa membantu dan membimbing kami mulai dari
awal persiapan sampai praktikum selesai.
4. Dan kepada teman-teman yang selalu bersama-sama baik dalam keadaan susah
maupun senang.

LAMPIRAN

Jenis dan Jumlah Fitoplankton yang Teridentifikasi


no
1
2

jenis plankton
Halosphaera viridis
Prorocentrum scutellum

jumlah
21
3

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Thitsanoessa roschii
R. alata
Gyrosigma sp.
R. seligera
Skelelonema costalom
Metridia lucens
Electra plossa
cyphonautos
Glycerid larvae
Young larva
J. globosa
Salpa fusiformis
Q. fusiformis
Larva ini shell
Salpa asymmetrica
Microcalanus pusillus
Ceralium candelabrum
Gyrodinium glaucum
Solitari form
Telson
Clavelina lepadiformis
Rhizosolenia styliformis
Leptocylindricus damcus
C. yranii
Exuviolla sp.
Uropod
Thalasslosira decipiens
Paralia sulcata
Phalacroma sp
Bacillaria paradoxa
Ditylum brightwelli
Pennate dlatomnaviculod type
Streptotheca thamensis
Melosira borreri
Ankistrodemus falcatus
Antistrodesmus
fusiformis
Tetrastrum
staurogeniaeforme
Cylotella
pseudostelligera
Diatoma elongatum
Cylotella meneghiniana

1
10
53
23
7
16
2
12
10
24
15
22
9
14
3
4
5
8
28
10
8
7
15
15
7
5
11
8
16
2
7
5
4
15
11
7
11
13
6

42
43
44
45
46

Cleaned valve
Diatoma vulgared
Trachelomonas
volvocinopsis
Chlamydomonas
isogama
Tetrastum
staurogeniforme

16
9
17
9
5

Jenis dan Jumlah Bentos yang Teridentifikasi


Post

Jenis Makrobentos

Jumlah

Right handed snail

12

Mussel

Mussel

Left handed snail

Aquatic worms

Right handed snail

Right handed snail

Mussel

Aquatic worms

Left handed snail

Right handed snail

Mussel

Museel

Left handed snail

20

Gilled snail

Anda mungkin juga menyukai