Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN ESTUARI

PENGUKURAN DENSITAS DAN SALINITAS MENGGUNAKAN


REFRAKTOMETER DI PANTAI LAGUNA SAMUDRA KABUPATEN KAUR
BENGKULU

Disusun Oleh

Nama : Laila Nurda Fitri

NPM : F1C016030

Hari/tanggal : Senin s/d selasa, 29 s/d 30 April 2019

Dosen Pembimbing : Dr. Liza Lidiawati, S.Si., M.Si

Drs. Suwarsono., M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pantai Laguna adalah salah satu objek wisata Pantai yang cukup potensial dan
direncanakan untuk segera akan dibenahi serta dikelola dengan baik. Secara tradisional lokasi
ini sudah berfungsi serta beroperasi dengan baik dan menghasilkan keuntungan bagi
masyarakat Kaur khususnya bagi kecamatan Nasal. Pantai Laguna Samudera ini terletak di
sisi jalan Lintas Barat Sumatera dan berada di baris paling pertama dari arah Lampung
melalui jalan darat

Estuaria adalah daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan
air laut, oleh karena itu komponen estuari dikenal sangat produktif dan paling mudah
terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun proses-
proses alamiah. Lingkungan estuari umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka
ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan
tanah liat. Jenis perairan estuary memiliki variasi inggi, apabila ditinjau dari beberapa faktor
yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi sehingga membentuk suatu ekosistem yang sangat
kompleks.

Karakter lingkungan estuary dipengaruhi oleh karakter sungai yang membentuknya,


yaitu banyaknya air tawar dan sedimentasi yang dibawanya, seta dipengaruhi pula oleh
karakter lautan, yaitu pasang surut, pola gelombang, kadar garam, serta arus laut. Adanya
aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air
akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen
merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria
yang melebihi produktifitas laut lepas den perairan air tawar. Oleh karena itu, lingkungan
wilayah estuaria menjadi paling produktif, sehingga menjadi sangat menarik untuk dikaji.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai ekologi estuary
yang meliputi karakter lingkungan, komponen, macam-macam dan tipe-tipe berdasarkan
sirkulasi estuary, serta ancaman dan upaya dalam pengelolaan wilayah estuary.

1.1 Tujuan praktikum


1. Dapat mengukur densitas dan salinitas air laut
2. Memahami kondisi dan lingkungan sekitar pantai
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN ESTUARI


Estuari adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan pencampuran antara air
luat dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan
genangan air tawar) dengan adanya proses pencampuran maka wilayah estuaria sangat
dipengaruhi oleh kadar salinitas, dimana wilayah estuaria dibagi menjadi beberapa mintakat
yaitu Hyperhaline, Euhaline, Mixohaline, oligohaline, dan Limnetik (Air tawar).

Estuaria adalah ekosistem perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut
dan masih mendapat pengaruh air tawar dari sungai sehingga air laut dengan salinitas tinggi
dapat bercampur dengan air tawar. Perairan ini juga masih mendapat pengaruh dari pasang
dan surut. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, karena kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain : 1) tempat
bertemunya arus sungai dengan arus pasang dari laut, yang berlawanan menjadikan pola
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar
pada biotanya . 2). Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3).
Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. 4) Tingkat kadar garam di
daerah estuaria tergantung pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus
lain, serta topografi daerah estuaria tersebut.

Kerusakan ekosistem estuaria tentunya akan menurunkankan peranan ekologi


ekosistem estuaria. Bengen (2004) mengemukakan peran ekologi ekosistem estuaria
diantaranya:

1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut
(tidal circulation),
2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai
tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat
untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi
sejumlah spesies ikan dan udang.
3. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman.
4. Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan,
5. Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri.
Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan tersuspensi, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut,
BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan dan kelimpahan
makrozoobentos, plankton, bakteri, dan sebagainya).
Ada 3 hal penting dalam mempelajari manajemen kualitas air yaitu : 1) observasi, 2)
analisa teori dan 3) model numerik. Observasi adalah satu-satunya cara yang digunakan
untuk dapat mengetahui karakteristik nyata dari suatu ekosistem dan merupakan dasar dari
analisa suatu teori dan model numerik. Setelah melakukan observasi di lapangan dengan
analisa teori, maka model numerik akan membantu memahami hidrodinamika dan proses-
proses kualitas air dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mengambil suatu keputusan.
Parameter kunci dalam penentuan kualitas air dan hidrodinamika air pada suatu perairan
adalah : 1) Temperatur, 2) salinitas, 3) Arus, 4) Sedimen, 4) Bakteri, 5) Bahan beracun, 6)
DO, 6) Alga dan 7) Nutrient.

2.2 Parameter – Parameter Daerah Estuari


a. Parameter Fisika
1. Suhu.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari
badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di
badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu air juga mengakibatkan
penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, dan CH4. Suhu air

merupakan parameter penting dalam menentukan kondisi badan air karena


berpengaruh terhadap pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan, reproduksi dan
migrasinya.
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan
diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan
air yan
g datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan
daerah yang substratnya terekspos. Parameter ini sangat spesifik di perairan estuaria.
Ketika air tawar masuk estuaria dan bercampur dengan air laut, terjadi perubahan
suhu. Akibatnya, suhu perairan estuaria lebih rendah di musim dingin dan lebih tinggi
di musim panas daripada suhu air laut didekatnya. Skala waktu perubahan suhu ini
menarik karena dapat dilihat dengan perubahan pasang surut, dimana suatu titik
tertentu di estuaria akan memperlihatkan variasi suhu yang besar sebagai fungsi dari
perbedaan antara suhu air laut dan air sungai. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi
organisme dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi
dan aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk
spesies, proses dan level atau kisaran suhu (Odum, 1998).
2. Gelombang.
Gelombang merupakan gerakan naik turunnya muka air laut yang dibarengi
perpindahan partikel air dipermukaan sehingga mempengaruhi kondisi fisik suatu
perairan. Pada umumya gelombang dibangkitkan oleh angin yang bertiup di atas
permukaan air laut. Sifat –sifat gelombang dipengaruhi oleh tiga bentuk angin, yaitu :
1) Kecepatan angin : umumnya makin kencang angin yang bertiup, maka makin
besar gelombang yang akan terbentuk dan gelombang ini mempunyai
kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
2) Waktu dimana angin sedang bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang
gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan
meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bertiup.
3) Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (dikenal dengan fetch).
Gelombang yang terbentuk di danau fetchnya kecil, biasanya mempunyai
gelombang hanya beberapa centimeter, sedangkan yang dilautan bebas
kemungkinan fetchnya lebih besar sehingga mempunyai panjang gelombang
sampai beberapa ratus meter (Odum, 1998).
3. Arus
Sirkulasi air merupakan mekanisme utama yang menyebabkan terjadinya
proses percampuran di estuaria. Sirkulasi air merupakan fenomena yang kompleks
dipengaruhi oleh angin di atmosfer dan perbedaan panas di lautan. Di estuaria
sirkulasi air umumnya dipengaruhi oleh aliran air tawar yang bersumber dari badan
sungai, pasang surut, hujan dan peguapan, angin dan peristiwa upwelling di pantai
(Odum, 1998)
4. Padatan Tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi total (total suspended solid) adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter >1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter
pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan
kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton,
sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang akhirnya mengganggu
keseluruhan rantai makanan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan nilai TSS
di Estuaria Tallo cukup bervariasi namun secara umum telah melebihi baku mutu
yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 80 mg/l
Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan
tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air,
buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan
tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu
pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna
perairan (Odum, 1998).

b. Parameter Kimia
1. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam
yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl).
Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3).

Proses pergerakan massa air laut dan air tawar menyebabkan terjadinya stratifikasi
yang menjadi dasar terjadinya klasifikasi estuaria berdasarkan salinitas. Klasifikasi estuaria
berdasarkan struktur salinitas yaitu :
1. Estuariaa berstratifikasi sempurna atau estuariaa baji garam (salt wedge estuary); jika
aliran lebih besar daripada pasang surut sehingga mendominasi sirkulasi estuariaa.
2. Estuariaa berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified estuary) ; jika
aliran sungai berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan maka akan terjadi
percampuran antara sebagian lapisan massa air.
3. Estuariaa campuran sempurna atau estuariaa homogeny vertical (well-mixed
estuariaes), jika aliran sungai kecil atau tidak sama sekali, dan arus serta pasang surut
besar, maka perairan menjadi tercampur hampir keseluruhan dari atas sampai dasar
(Odum, 1998).
2. Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan
basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan derajat
keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara
umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu
perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan
bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa . Nilai pH di Sungai
Tallo berada pada kisaran 6-8. Masuknya limbah indutri dan rumah tangga ke perairan akan
mempengaruhi derajat keasaman ekosistem estuaria. Kebasaan perairan meningkat akibat
adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Adanya asam mineral bebas dan asam karbonat
menyebabkan tingkat keasaman perairan.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH
sekitar 7-8,5. Nilai pH juga dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari
unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak

ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah. Selain itu, pH juga
mempengaruhi nilai BOD5, fosfat, nitrogen dan nutrien lainnya (Odum, 1998).

3. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam
perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolism tubuh organisme untuk
tumbuh dan berkembang biak. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah dari udara
melalui proses difusi dan hasil proses fotosintesis fitoplankton pada siang hari. Faktor-faktor
yang menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah kenaikan suhu, respirasi (khususnya
malam hari), adanya lapisan minyak di atas permukaan laut dan masuknya limbah organik
yang mudah terurai ke lingkungan laut.
Air dikategorikan sebagai air terpolusi jika konsentrasi oksigen terlarut menurun di
bawah batas yang dibutuhkan untuk kehidupan biota. Penyebab utamaberkurangnya kadar
oksigen terlarut dalam suatu perairan adalah adanya bakteri aerob dari bahan-bahan buangan
yang mengkonsumsi oksigen (Odum, 1998).

4. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah

satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi
nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme
perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient. Konsentrasi ammonia untuk keperluan
budidaya laut adalah 0,3 mg/l. Sedangkan untuk nitrat adalah berkisar antara 0,9 – 3,2 mg/l
(Odum, 1998).
5. Sedimen
Sedimen adalah kerak bumi yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari satu
tempat ke tempat lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal. Sedimen terdiri atas dua
kelompok, yaitu sediment of inlet dan pyroclastic sediment. Sediment of inlets berasal dari
limpasan air sungai, jenis sedimen ini banyak mempengaruhi proses pembentukan pinggir
pantai di sekitar muara sungai. Pyroclastic sediment berasal dari daratan (angin atau drainase)
atau penguraian bahan organik. Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur,
yang seringkali sangat lunak. Substrat ini berasal dari sedimen yang dibawa ke dalam estuaria
baik oleh air laut maupun air tawar.
Pengendapan partikel juga bergantung pada arus dan ukuran partikel. Partikel yang
lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat
mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama dari arus yang lemah. Oleh karena itu
substrat pada tempat yang arusnya kuat cenderung bersubstrat kasar (pasir atau kerikil)
karena hanya partikel berukuran besar yang akan mengendap. Jadi, baik air tawar maupun air
laut mempunyai tendensi pertama kali melepas sedimen yang kasar, air laut melepasnya pada
mulut estuaria, sedangkan air tawar akan melepasnya pada bagian hulu estuaria atau bahkan
pada sungai itu sendiri. Dengan demikian, daerah tempat pencampuran didominasi oleh
endapan halus (lumpur), sebagai akibat berkurangnya gerakan air dan pada penggumpalan
karena penggumpalan karena percampuran kedua massa air. Di antara partikel yang
mengendap di estuaria kebanyakan bersifat organik. Akibatnya substrat ini sangat kaya akan
bahan organik. Bahan inilah yang menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme
yang hidup di estuaria. Besarnya luas permukaan relatif terhadap volume partikel yang sangat
kecil berarti tersedia daerah yang sangat luas untuk pertumbuhan bakteri.
Daerah estuaria yang memiliki arus yang kuat, umumnya memiliki substrat berpasir.
Hal ini terjadi akibat pengaruh arus sehingga partikel-partikel yang berukuran besar akan
mengendap lebih cepat, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan lama
dipertahankan dalam suspensi dan terbawa ke suatu tempat mengikuti pengaruh arus dan
gelombang. Endapan lumpur banyak mengendap di pantai, terutama jika air laut terdorong ke
luar estuaria karena aliran air tawar yang besar. Pembentukan endapan juga mendapat
pengaruh dari laut, karena pada air laut juga banyak terdapat parikel tersuspensi. Ketika
partikel tersuspensi yang dibawa oleh sungai bercampur dengan air laut, kehadiran ion-ion
dalam air laut akan menyebabkan lmpur menggumpal dan membentuk partikel yang lebih
besar melalui proses konglomerasi.
Senyawa-senyawa kimia di sedimen dipengaruhi oleh faktor lingkungan Kondisi
utama lingkungan yang merubah komposisi senyawa di sedimen antara lain pH, redoks
potensial, interstitial water (IW), bahan-bahan alami yang berasal dari sistem itu sendiri
(autothonous inputs), dan kegiatan yang dilakukan oleh hewan-hewan akuatik. Faktor lain yg
mmperngaruhi adalah produktifitas primer dan sekunder perairan (allochthonous inputs),
limbah yg berasal dari manusia (antrophogenic input dan kondisi hidrologi (hydrologic
variables)
Karakteristik sedimen akan mempengaruhi morfologi, fungsional, tingkah laku serta
nutrien hewan benthos. Hewan benthos seperti bivalva dan gastropoda beradaptasi sesuai
dengan tipe substratnya. Adaptasi terhadap substrat ini akan menentukan morfologi, cara
makan dan adaptasi fisiologis organisme terhadap suhu, salinitas serta faktor kimia lainnya.
Disamping tipe substrat, ukuran partikel sedimen juga berperan penting dalam menentukan
jenis benthos laut. Partikel sedimen mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari yang
kasar sampai halus (Bengen, 2002).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum estuari ini dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 20 April 2019, di pantai
Laguna Samudera, Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan.

Gambar. Peta Pantai Laguna


3.1.1 Alat Dan Bahan

No Nama Alat Gambar Fungsi


jumla
h
1. Refraktomete 1 unit Menentukan
r kadar salinitas
dan densitas
air laut.
2. Pipet dan 1 buah Untuk
Gelas Aqua mengambil
dan
meletakkan air
laut ke
refraktometer

3. Alat tulis 1 unit Mencatat hasil


penelitian.

4. Tissue 1 buah Membersihka


n air pada
refraktometer

5. GPS 1 Unit Menentukan


koordinat
lokasi
penelitian

3.2 Langkah percobaan


1. Siapkan alat refraktometer dan GPS
2. Tentukan titik koordinat lokasi pengambilan data
3. Sample air diambil dan diletakkan pada refraktometer
4. Baca kadar salinitas dan densitas air laut pada refraktometer
5. Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali dengan titik lokasi yang berbeda
6. Kemudian semua hasil pengukuran dicatat

No Lintang Bujur
1 -4.916.190 103.534.340
2 -4.916.544 103.533.997 BAB IV
3 -4.916.546 103.533.999
4 -4.916.535 103.533.897 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 -4.916.548 103.540.231
6 -4.916.537 103.533.917 1.1. Titik Koordinat
7 -4.916.551 103.540.233 Tabel titik Koordinat
8 -4.916.538 103.533.919 praktikum berdasarkan GPS
9 -4.916.552 103.540.234
10 -4.916.540 103.533.921 Tabel 4.1. Titik Koordinat Penelitian
Gambar. 10 Titik salinitas dan densitas yang di ukur.
1.2.

1.3. Hasil Data Penelitian


a. Data Salinitas dan Densitas
Tabel 4.2 Data Salinitas dan Densitas

No Densitas Salinitas Suhu Lintang Bujur Waktu


1 1023 31 20 -4.916.190 103.534.340 09.13
2 1024 31 20 -4.916.544 103.533.997 09.25
3 1024 32 20 -4.916.546 103.533.999 09.27
4 1025 32 20 -4.916.535 103.533.897 09.29
5 1024 31 20 -4.916.548 103.540.231 09.34
6 1023 31 20 -4.916.537 103.533.917 09.36
7 1024 33 20 -4.916.551 103.540.233 09.38
8 1023 31 20 -4.916.538 103.533.919 09.41
9 1023 31 20 -4.916.552 103.540.234 09.45
10 1023 30 20 -4.916.540 103.533.921 09.48
11 1018 25 20
12 1017 24 20
13 1017 25 20
14 1018 25 20
15 1018 24 20
16 1019 25 20
17 1020 24 20
18 1020 25 20
19 1019 25 20
20 1019 25 20
21 1019 25 20 -4,9166 103,533 11.41
22 1019 25 20 -4,9166 103,532 11.46
23 1017 24 20 -4,9167 103,533 11.48
24 1017 24 20 -4,9169 103,533 11.51
25 1017 24 20 -4,9167 103,533 11.53
26 1017 24 20 -4,9167 103,533 11.55
27 1019 25 20 -4,9168 103,533 11.56
28 1019 25 20 -4,9167 103,534 11.58
29 1017 24 20 -4,9167 103,534 12.00
30 1017 24 20 -4,9166 103,534 12.01

b. Data Pasang Surut


Tabel 4.3 Data Pasang Surut

No. t (waktu) h (awal) h (akhir) ∆h


1. 9:10 85 88 3
2. 9:20 85 86 1
3. 9:30 85 90 5
4. 9:40 85 82 -3
5. 9:50 85 88 3
6. 10:00 85 86 1
7. 10:10 85 85 0
8. 10:20 85 92 7
9. 10:30 85 100 15
10. 10:40 85 99 14
11. 10:50 85 99 14
12. 11:00 85 95 10
13. 11:10 85 98 13
14. 11:20 85 93 8
15. 11:30 85 97 12
16. 11:40 85 102 17
17. 11:50 85 111 26
18. 12:00 85 100 15
19. 12:10 85 115 30
20. 12:20 85 108 23
21. 12:30 85 107 22
22. 12:40 85 106 21
23. 12:50 85 115 30
24. 13:00 85 113 28
25. 13:10 85 113 28
26. 13:20 85 108 23
27. 13:30 85 114 29
28. 13:40 85 116 31
29. 13:50 85 116 31
30. 14:00 85 117 32
31. 14:10 85 111 26
32. 14:20 85 119 34
33. 14:30 85 117 32
34. 14:40 85 119 34
35. 14:50 85 111 26
36. 15:00 85 114 29
37. 15:10 85 114 29
38. 15:20 85 111 26
39. 15:40 85 106 21
40. 16:00 85 109 24
41. 16:10 85 117 32
42. 16:20 85 106 21
43. 16:30 85 113 28
44. 16:40 85 96 11
45. 17:00 85 105 20
46. 17:10 85 107 22
47. 17:20 85 105 20
48. 17:30 85 103 18
49. 17:40 85 102 17
50. 17:50 85 98 13
51. 18:00 85 90 5
52. 18:10 85 90 5
53. 18:20 85 88 3
54. 18:30 85 85 0
No Waktu Suhu Kecepatan Angin
1 9:39 34,1 0,4
2 9:40 34,1 1,4
3 9:41 34,1 2,1
4 9:42 34,1 2,1
55. 18:40 85 84 -1
5 9:43 34,1 2
56. 18:50 85 82 -3
6 9:44 34,1 1,4
57. 19:00 85 80 -5
7 9:45 34,1 0,8
59. 19:10
8 9:46 8534,1 0,6 80 -5
60. 19:20
9 9:47 8534,1 2,1 79 -6
61. 19:30
10 9:48 8534,1 4,2 77 -8
62. 19:40
11 9:49 8534,1 2,1 76 -9
63. 19:50
12 9:50 8534,1 1,1 78 -7
64. 20:00
13 9:51 8534,1 2,1 73 -12
65. 20:10
14 9:52 8534,1 1,1 71 -14
66. 20:20
15 9:53 8534,1 1,4 70 -15
67. 16
20:30 9:54 8534,1 1,8 69 -16
68. 17
20:40 9:55 8534,1 3 69 -16
69. 18
20:50 9:56 8534,1 2 67 -18
70. 19
21:00 9:57 8534,1 4 70 -15
71. 20
21:10 9:58 8534,1 0,8 69 -16
Total 21 9:59 8534,1 0,9 96.7 11,7
22 10:00 34,1 1,8
23 10:01 34,1 1,4
c. Data 24 10:02 34,1 2,4 Kecepatan Angin
25 10:03 34,1 1,1
Tabel 4.4 26 10:04 34,1 2,4 Data Kecepatan
Angin 27 10:05 34,1 2,2
28 10:06 34,1 5,4
29 10:07 34,1 4,8
30 10:08 34,1 1,9
31 10:09 34,1 1,1
32 10:10 34,1 1,4
d. Data Kecepatan Arus
33 10:11 34,1 2,2
34 10:12 34,1 3,8
35 10:13 34,1 3,1
36 10:14 34,1 3,2
37 10:15 34,1 1,9
38 10:16 34,1 2,2
39 10:17 34,1 2,4
40 10:18 34,1 2,5
41 10:19 34,1 4,2
42 10:20 34,1 4,2
43 10:21 34,1 3,2
44 10:22 34,1 2,6
45 10:23 34,1 2,4
46 10:24 34,1 4,5
47 10:25 34,1 2,7
48 10:26 34,1 2,9
49 10:27 34,1 2,8
50 10:28 34,1 1,4
51 10:29 34,1 2,4
52 10:30 34,1 0,6
Tabel 4.5 Data Kecepatan Arus
No Waktu Suhu Kecepatan Arus
1 9:39 29,8 0,1
2 9:40 29,8 0,1
3 9:41 29,8 0,3
4 9:42 29,8 0,2
5 9:43 29,8 0,1
6 9:44 29,8 0,1
7 9:45 29,8 0,2
8 9:46 29,8 0
9 9:47 29,8 0,2
10 9:48 29,8 0,1
11 9:49 29,8 0,1
12 9:50 29,8 0
13 9:51 29,8 0,1
14 9:52 29,8 0,3
15 9:53 29,8 0,2
16 9:54 29,8 0,2
17 9:55 29,8 0,2
18 9:56 29,8 1
19 9:57 29,8 0,1
20 9:58 29,8 0,1
21 9:59 29,8 0,1
22 10:00 29,8 0,1
23 10:01 29,8 0,1
24 10:02 29,8 0,2
25 10:03 29,8 1,3
26 10:04 29,8 0
27 10:05 29,8 0,4
28 10:06 29,8 0,1
29 10:07 29,8 0,1
30 10:08 29,8 0,2
31 10:09 29,8 0,3
32 10:10 29,8 0,4
33 10:11 29,8 0,3
34 10:12 29,8 0,2
35 10:13 29,8 0,3
36 10:14 29,8 0,3
37 10:15 29,8 0,3
38 10:16 29,8 0,1
39 10:17 29,8 0,2
40 10:18 29,8 0,3
41 10:19 29,8 0,2
42 10:20 29,8 0,1
43 10:21 29,8 0,2
44 10:22 29,8 0,2
45 10:23 29,8 0,1
46 10:24 29,8 0,2
47 10:25 29,8 0,2
48 10:26 29,8 0,3
49 10:27 29,8 0,3
50 10:28 29,8 0,1
51 10:29 29,8 0,2
52 10:30 29,8 0,2
53 10:31 29,8 0,2
54 10:32 29,8 0,2
55 10:33 29,8 0,2
56 10:34 29,8 0,2
57 10:35 29,8 0,3
58 10:36 29,8 0,1
59 10:37 29,8 0,3
60 10:38 29,8 0,1
61 10:39 29,8 0,2
62 10:40 29,8 0,2
63 11:59 29,9 0,8
64 12:09 29,9 0,8
65 12:19 29,9 0,2
66 12:29 31,8 0,2
67 12:39 31,8 0,3
68 12:44 31,8 0,2
69 13:22 32,7 0
70 13:24 32,7 0,2
71 13:26 32,7 0,8
72 13:28 32,7 1,3
73 13:30 32,7 0,9
74 13:32 32,7 0,2
75 13:34 32,7 0,2
76 13:36 32,7 0,1
77 13:38 32,7 0,1
78 13:40 32,7 0,1
79 13:42 32,7 0
80 13:44 32,7 0
81 13:46 32,7 1,7
82 13:48 32,7 1,6
83 13:50 32,7 1,1
84 14:34 30,8 0,4
85 14:36 30,8 0,4
86 14:40 30,8 0,5
87 14:42 30,8 0,6
88 14:44 30,8 0,4
89 14:46 30,8 0,4
90 14:48 30,8 0,6
91 14:50 30,8 0,4
92 14:52 30,8 0,4
93 14:54 30,8 0,4
94 14:56 30,8 0,6
95 14:58 30,8 0,4
96 15:00 30,8 0,4
97 15:02 30,8 0,5
98 15:04 30,8 0,4
1.4. Grafik
a. Grafik Salinitas dan Densitas

Grafik Densitas dan Salinitas


1200
1000
800
Densitas
600
Densitas

Salinitas
400 Suhu
200
0
1 4 7 1 0 1 3 1 6 1 9 22 25 28

Salinitas dan Suhu

Grafik 1. Densitas dan Salinitas

b. Grafik Pasang Surut


Grafik Pasang Surut
140
120
100
80
Ketnggian (h)

h (awal)
60 h (akhir)
40 ∆h
20
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-209:1 0:0 0:5 1:4 2:3 3:2 4:1 5:0 6:1 7:1 8:0 8:5 9:4 0:3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
-40
Axis Title

Grafik 2. Pasang Surut

c. Grafik Kecepatan Angin

Grafik Kecepatan Angin dan Suhu


40
35
Kecepatan angin dan Suhu

30
25
20
Suhu
15
Kecepatan Angin
10
5
0
39 4 6 53 0 0 0 7 1 4 2 1 2 8 3 5 0 4 2 7 4 1 3 9 5 3
9: 9 : 9: 1 0 : 10 : 1 0 : 10 : 1 0 : 1 0 : 12 : 1 3 : 13 : 1 4 : 14 :

Waktu

Grafik 3. Kecepatan Angin dan Suhu


d. Grafik Kecepatan Arus
Grafik Kecepatan Arus dan Suhu
35
30

Kecepatan Arus dan Suhu


25
20
15 Suhu
Kecepatan Arus
10
5
0
39 46 53 00 0 7 1 4 2 1 28 35 09 2 6 4 0 3 6 52
9 : 9 : 9 : 1 0 : 10 : 10 : 10 : 1 0 : 1 0 : 1 2 : 13 : 13 : 14 : 1 4 :

Waktu

Grafik 4. Kecepatan Arus dan Suhu

1.4.1. Countur
a. Countur Densitas

b. Countur Salinitas
4.2 Pembahasan

Praktikum lapangan estuari kali ini untuk pengukuran data salinitas dan densitas yang
dilakukan senin 29 april di Pantai Laguna Samudra Kabupaten Kaur di lakukan percobaan
yang telah dilakukan pada praktikum kali ini adalah tentang estuari yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi salinitas dan densitas pada air laut pantai Laguna Kaur.
Pada saat pengambilan data juga mengambil 10 titik koordinat pada setiap kelompok.
Sebagai acuan untuk bisa membuat peta dan mengetahui titik titik mana saja yang sudah
diambil atau diukur salinitas dan densitasnya
Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan di dapatkan hasil pengukuran
menggunakan refraktometeer hasil yang di dapat pada 10 data pertama dengan suhu 20 C
pada saat di Pantai laguna di dapatkan hasil salinitas nya berkisar 30‰ sampai 33‰ dan
densitas berkisar 1023 sampai 1025
Membandingkan teori dengan hasil data yang telah di daptakan, bahwasanya pada
teori dijelaskan di atas bahwa permukaan laut terbuka bervariasi antara 33 sampai 38‰
dengan rata-ratanya adalah 35‰. Dan pada praktikum lapangan yang di lakukan di perairan
air laut Pantai Laguna Kabupaten Kaur salinitas yang di dapatkan berkisar 33- 35‰.
Hal ini menunjukkan salinitas air laut di pantai Laguna Samudra Kabupaten Kaur
Bengkulu sudah sesuai dengan salinitas air laut yang terdapat di literatur yaitu sekitar 35‰
yang artinya perairan ini bersifat saline.

Faktor yang dapat mempengaruhi Saliniats dan Densitas salah satunya masuknya air
daari muara yang masuk ke dalam laut atau bercampur anatara air dari hulu masuk ke air air
laut sehingga air tersebut dipengaruhi air dari hulu. Pada lokasi yang dijadikan praktikum
lokasi tersebut kemungkinan kenapa bisa terjadi salinitasnnya rendah bisa jadi karena pada
tempaat tersebut masih pada perairan dangkal atau daerah sekitar pantai terdapat sungai atau
muara yang air nya masuk ke dalam laut sehingga mempengaruhi air laut tersebut. Jika
dibandingkan dengan air laut yang jauh dari muara atau sudah berada di tengah bisa
dipastikan bahwa salinitas akan mencapai 33 sampai 35‰ karena pada tengah laut air tidak
dipengaruhi oleh muara ataupun perairan dangkal.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan estuari dapat disimpulkan yaitu :

1. Kadar Salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh curah hujan, pasang surut, arus laut,
pencampuran dan topografi perairan.

2. Salinitas air laut di pantai Laguna Samudra Kabupaten Kaur Bengkulu sudah sesuai
dengan salinitas air laut yang terdapat di literatur yaitu sekitar 35‰ yang artinya
perairan ini bersifat saline.

3. Densitas dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan tekanan

4. Densitas air laut di pantai Laguna Sesuai dengan Literature yaitu sekitar 1025
5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah

1. Sebaiknya gunakan refraktometer dengan benar dan hati-hati agar mengurangi


kerusakan alat.

2. Lebih teliti dalam mengamati nilai salinitas dan densitas pada refraktometer agar nilai
yang didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengelolaan
Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Jawa Barat.

Bengen DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta Prinsip
Pengelolaannya. PKSPL IPB. Bogor.

Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Lampiran
 Ekosistem Di daerah Pantai Laguna
 Dokumentasi Praktikum lapangan

Anda mungkin juga menyukai