Disusun Oleh
NPM : F1C016030
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Estuaria adalah daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan
air laut, oleh karena itu komponen estuari dikenal sangat produktif dan paling mudah
terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia maupun proses-
proses alamiah. Lingkungan estuari umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka
ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan
tanah liat. Jenis perairan estuary memiliki variasi inggi, apabila ditinjau dari beberapa faktor
yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi sehingga membentuk suatu ekosistem yang sangat
kompleks.
DASAR TEORI
Estuaria adalah ekosistem perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut
dan masih mendapat pengaruh air tawar dari sungai sehingga air laut dengan salinitas tinggi
dapat bercampur dengan air tawar. Perairan ini juga masih mendapat pengaruh dari pasang
dan surut. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, karena kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain : 1) tempat
bertemunya arus sungai dengan arus pasang dari laut, yang berlawanan menjadikan pola
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar
pada biotanya . 2). Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3).
Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. 4) Tingkat kadar garam di
daerah estuaria tergantung pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus
lain, serta topografi daerah estuaria tersebut.
1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut
(tidal circulation),
2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai
tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat
untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi
sejumlah spesies ikan dan udang.
3. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman.
4. Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan,
5. Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri.
Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan tersuspensi, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut,
BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan dan kelimpahan
makrozoobentos, plankton, bakteri, dan sebagainya).
Ada 3 hal penting dalam mempelajari manajemen kualitas air yaitu : 1) observasi, 2)
analisa teori dan 3) model numerik. Observasi adalah satu-satunya cara yang digunakan
untuk dapat mengetahui karakteristik nyata dari suatu ekosistem dan merupakan dasar dari
analisa suatu teori dan model numerik. Setelah melakukan observasi di lapangan dengan
analisa teori, maka model numerik akan membantu memahami hidrodinamika dan proses-
proses kualitas air dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mengambil suatu keputusan.
Parameter kunci dalam penentuan kualitas air dan hidrodinamika air pada suatu perairan
adalah : 1) Temperatur, 2) salinitas, 3) Arus, 4) Sedimen, 4) Bakteri, 5) Bahan beracun, 6)
DO, 6) Alga dan 7) Nutrient.
b. Parameter Kimia
1. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam
yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl).
Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3).
Proses pergerakan massa air laut dan air tawar menyebabkan terjadinya stratifikasi
yang menjadi dasar terjadinya klasifikasi estuaria berdasarkan salinitas. Klasifikasi estuaria
berdasarkan struktur salinitas yaitu :
1. Estuariaa berstratifikasi sempurna atau estuariaa baji garam (salt wedge estuary); jika
aliran lebih besar daripada pasang surut sehingga mendominasi sirkulasi estuariaa.
2. Estuariaa berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified estuary) ; jika
aliran sungai berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan maka akan terjadi
percampuran antara sebagian lapisan massa air.
3. Estuariaa campuran sempurna atau estuariaa homogeny vertical (well-mixed
estuariaes), jika aliran sungai kecil atau tidak sama sekali, dan arus serta pasang surut
besar, maka perairan menjadi tercampur hampir keseluruhan dari atas sampai dasar
(Odum, 1998).
2. Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan
basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan derajat
keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara
umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu
perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan
bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa . Nilai pH di Sungai
Tallo berada pada kisaran 6-8. Masuknya limbah indutri dan rumah tangga ke perairan akan
mempengaruhi derajat keasaman ekosistem estuaria. Kebasaan perairan meningkat akibat
adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Adanya asam mineral bebas dan asam karbonat
menyebabkan tingkat keasaman perairan.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH
sekitar 7-8,5. Nilai pH juga dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari
unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak
ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah. Selain itu, pH juga
mempengaruhi nilai BOD5, fosfat, nitrogen dan nutrien lainnya (Odum, 1998).
4. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah
satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi
nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme
perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient. Konsentrasi ammonia untuk keperluan
budidaya laut adalah 0,3 mg/l. Sedangkan untuk nitrat adalah berkisar antara 0,9 – 3,2 mg/l
(Odum, 1998).
5. Sedimen
Sedimen adalah kerak bumi yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari satu
tempat ke tempat lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal. Sedimen terdiri atas dua
kelompok, yaitu sediment of inlet dan pyroclastic sediment. Sediment of inlets berasal dari
limpasan air sungai, jenis sedimen ini banyak mempengaruhi proses pembentukan pinggir
pantai di sekitar muara sungai. Pyroclastic sediment berasal dari daratan (angin atau drainase)
atau penguraian bahan organik. Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur,
yang seringkali sangat lunak. Substrat ini berasal dari sedimen yang dibawa ke dalam estuaria
baik oleh air laut maupun air tawar.
Pengendapan partikel juga bergantung pada arus dan ukuran partikel. Partikel yang
lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat
mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama dari arus yang lemah. Oleh karena itu
substrat pada tempat yang arusnya kuat cenderung bersubstrat kasar (pasir atau kerikil)
karena hanya partikel berukuran besar yang akan mengendap. Jadi, baik air tawar maupun air
laut mempunyai tendensi pertama kali melepas sedimen yang kasar, air laut melepasnya pada
mulut estuaria, sedangkan air tawar akan melepasnya pada bagian hulu estuaria atau bahkan
pada sungai itu sendiri. Dengan demikian, daerah tempat pencampuran didominasi oleh
endapan halus (lumpur), sebagai akibat berkurangnya gerakan air dan pada penggumpalan
karena penggumpalan karena percampuran kedua massa air. Di antara partikel yang
mengendap di estuaria kebanyakan bersifat organik. Akibatnya substrat ini sangat kaya akan
bahan organik. Bahan inilah yang menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme
yang hidup di estuaria. Besarnya luas permukaan relatif terhadap volume partikel yang sangat
kecil berarti tersedia daerah yang sangat luas untuk pertumbuhan bakteri.
Daerah estuaria yang memiliki arus yang kuat, umumnya memiliki substrat berpasir.
Hal ini terjadi akibat pengaruh arus sehingga partikel-partikel yang berukuran besar akan
mengendap lebih cepat, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan lama
dipertahankan dalam suspensi dan terbawa ke suatu tempat mengikuti pengaruh arus dan
gelombang. Endapan lumpur banyak mengendap di pantai, terutama jika air laut terdorong ke
luar estuaria karena aliran air tawar yang besar. Pembentukan endapan juga mendapat
pengaruh dari laut, karena pada air laut juga banyak terdapat parikel tersuspensi. Ketika
partikel tersuspensi yang dibawa oleh sungai bercampur dengan air laut, kehadiran ion-ion
dalam air laut akan menyebabkan lmpur menggumpal dan membentuk partikel yang lebih
besar melalui proses konglomerasi.
Senyawa-senyawa kimia di sedimen dipengaruhi oleh faktor lingkungan Kondisi
utama lingkungan yang merubah komposisi senyawa di sedimen antara lain pH, redoks
potensial, interstitial water (IW), bahan-bahan alami yang berasal dari sistem itu sendiri
(autothonous inputs), dan kegiatan yang dilakukan oleh hewan-hewan akuatik. Faktor lain yg
mmperngaruhi adalah produktifitas primer dan sekunder perairan (allochthonous inputs),
limbah yg berasal dari manusia (antrophogenic input dan kondisi hidrologi (hydrologic
variables)
Karakteristik sedimen akan mempengaruhi morfologi, fungsional, tingkah laku serta
nutrien hewan benthos. Hewan benthos seperti bivalva dan gastropoda beradaptasi sesuai
dengan tipe substratnya. Adaptasi terhadap substrat ini akan menentukan morfologi, cara
makan dan adaptasi fisiologis organisme terhadap suhu, salinitas serta faktor kimia lainnya.
Disamping tipe substrat, ukuran partikel sedimen juga berperan penting dalam menentukan
jenis benthos laut. Partikel sedimen mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari yang
kasar sampai halus (Bengen, 2002).
BAB III
METODOLOGI
No Lintang Bujur
1 -4.916.190 103.534.340
2 -4.916.544 103.533.997 BAB IV
3 -4.916.546 103.533.999
4 -4.916.535 103.533.897 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 -4.916.548 103.540.231
6 -4.916.537 103.533.917 1.1. Titik Koordinat
7 -4.916.551 103.540.233 Tabel titik Koordinat
8 -4.916.538 103.533.919 praktikum berdasarkan GPS
9 -4.916.552 103.540.234
10 -4.916.540 103.533.921 Tabel 4.1. Titik Koordinat Penelitian
Gambar. 10 Titik salinitas dan densitas yang di ukur.
1.2.
Salinitas
400 Suhu
200
0
1 4 7 1 0 1 3 1 6 1 9 22 25 28
h (awal)
60 h (akhir)
40 ∆h
20
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-209:1 0:0 0:5 1:4 2:3 3:2 4:1 5:0 6:1 7:1 8:0 8:5 9:4 0:3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
-40
Axis Title
30
25
20
Suhu
15
Kecepatan Angin
10
5
0
39 4 6 53 0 0 0 7 1 4 2 1 2 8 3 5 0 4 2 7 4 1 3 9 5 3
9: 9 : 9: 1 0 : 10 : 1 0 : 10 : 1 0 : 1 0 : 12 : 1 3 : 13 : 1 4 : 14 :
Waktu
Waktu
1.4.1. Countur
a. Countur Densitas
b. Countur Salinitas
4.2 Pembahasan
Praktikum lapangan estuari kali ini untuk pengukuran data salinitas dan densitas yang
dilakukan senin 29 april di Pantai Laguna Samudra Kabupaten Kaur di lakukan percobaan
yang telah dilakukan pada praktikum kali ini adalah tentang estuari yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi salinitas dan densitas pada air laut pantai Laguna Kaur.
Pada saat pengambilan data juga mengambil 10 titik koordinat pada setiap kelompok.
Sebagai acuan untuk bisa membuat peta dan mengetahui titik titik mana saja yang sudah
diambil atau diukur salinitas dan densitasnya
Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan di dapatkan hasil pengukuran
menggunakan refraktometeer hasil yang di dapat pada 10 data pertama dengan suhu 20 C
pada saat di Pantai laguna di dapatkan hasil salinitas nya berkisar 30‰ sampai 33‰ dan
densitas berkisar 1023 sampai 1025
Membandingkan teori dengan hasil data yang telah di daptakan, bahwasanya pada
teori dijelaskan di atas bahwa permukaan laut terbuka bervariasi antara 33 sampai 38‰
dengan rata-ratanya adalah 35‰. Dan pada praktikum lapangan yang di lakukan di perairan
air laut Pantai Laguna Kabupaten Kaur salinitas yang di dapatkan berkisar 33- 35‰.
Hal ini menunjukkan salinitas air laut di pantai Laguna Samudra Kabupaten Kaur
Bengkulu sudah sesuai dengan salinitas air laut yang terdapat di literatur yaitu sekitar 35‰
yang artinya perairan ini bersifat saline.
Faktor yang dapat mempengaruhi Saliniats dan Densitas salah satunya masuknya air
daari muara yang masuk ke dalam laut atau bercampur anatara air dari hulu masuk ke air air
laut sehingga air tersebut dipengaruhi air dari hulu. Pada lokasi yang dijadikan praktikum
lokasi tersebut kemungkinan kenapa bisa terjadi salinitasnnya rendah bisa jadi karena pada
tempaat tersebut masih pada perairan dangkal atau daerah sekitar pantai terdapat sungai atau
muara yang air nya masuk ke dalam laut sehingga mempengaruhi air laut tersebut. Jika
dibandingkan dengan air laut yang jauh dari muara atau sudah berada di tengah bisa
dipastikan bahwa salinitas akan mencapai 33 sampai 35‰ karena pada tengah laut air tidak
dipengaruhi oleh muara ataupun perairan dangkal.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Kadar Salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh curah hujan, pasang surut, arus laut,
pencampuran dan topografi perairan.
2. Salinitas air laut di pantai Laguna Samudra Kabupaten Kaur Bengkulu sudah sesuai
dengan salinitas air laut yang terdapat di literatur yaitu sekitar 35‰ yang artinya
perairan ini bersifat saline.
4. Densitas air laut di pantai Laguna Sesuai dengan Literature yaitu sekitar 1025
5.2 Saran
2. Lebih teliti dalam mengamati nilai salinitas dan densitas pada refraktometer agar nilai
yang didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengelolaan
Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Jawa Barat.
Bengen DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta Prinsip
Pengelolaannya. PKSPL IPB. Bogor.
Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Lampiran
Ekosistem Di daerah Pantai Laguna
Dokumentasi Praktikum lapangan