Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provisi sumatera barat,

indonesia. Kota ini berjarak sekotar 56km daari banara internasional

minangkabau. Kota pariaman merupakan hamparan daratan rendah yang landai

terletak dipantai barat sumatera dengan ketinggian antara 2 – 35 meter diatas

permukaan laut dengan luas daratan 73,36 km2 dengan panjang pantai ± 12,7 km

serta luas perairan laut 282,69 km2 dengan 6 buah pulau kecil diantara nya pulau

ujung, pulau bando, pulau gosong, pulau tangah, pulau angso duo, dan pulau

kasiak. UPTD. Konservasi dan penangkaran penyu merupakan suatu pusat

konservasi penyu selain itu UPTD ini juga menjadi salah satu objek eko – wisata

bahari. Pengambilan sampel mikrobiologi laut dilakukan di kawasan uptd

konservasi dan penangkaran penyu dimana titik sampel yang diambil adalah di

muara perairan UPTD. Konservasi dan penangkaran penyu Kota Pariaman

Provinsi Sumatera Barat.

Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua

yang satu dengan benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau yang satu

dengan yang lainnya (Tahar, 2007). Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah

yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau

pulau.

Laut adalah salah satu dari 17 tujuan dari Sustainable Development Goals

(SDGs) atau pembangunan berkelanjutan (2015-2030) yang diukur dengan

menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan,


sosial dan ekonomi. Laut adalah salah satu ekosistem perairan yang memiliki

kemampuan untuk mempertahankan kelestarian ekosistem yang berguna sebagai

penampungan akhir dari segala jenis limbah air yang dihasilkan dari aktivitas

manusia. Seperti yang diungkpakan oleh Darmono(2001) laut menerima bahan-

bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian, limbah rumah tangga, sampah,

bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak, dan bahan buangan lainya.

Laut dianggap sebagai tempat pembuangan akhir bagi kehidupan manusia,

namun hal itu diabaikan oleh manusia karena laut memiliki volume air yang

cukup besar dan memiliki kemapuan untuk mengencerkan segala jenis zat yang

dirasa tidak akan menimbulkan dampak sama sekali. Terdapat suatu ekosistem

kehidupan di dalam laut yang harus dilestarikan yang memiliki kemampuan

untukmempertahankan suatu keseimbangan dan salah satu kebutuhan manusia.

Kelestarian air laut apabila tercemar oleh zat-zat yang ditimbulkan oleh limbah

manusia secara terus-menerus dengan volume yang besar dalam konsentrasi yang

tinggi, maka dapat menyebabkan rusaknya keseimbangan laut, rusaknya

keseimbangan laut dapat berdampak pada kelestarian alam dan terjadi dampak

global untuk selanjutnya.

Pencemaran dapat diartikan sebagai bentuk Environmental impairment,

yakni adanya gangguan, perubahan, atau perusakan (Silalahi, 2001). Pencemaran

Laut merupakan masalah yang dihadapi bersama oleh masyarakat internasional.

Pengaruhnya bukan saja menjangkau seluruh kegiatan yang berlangsung di laut,

melainkan juga menyangkut kegiatan-kegiatan yang berlangsung di wilayah

pantai, termasuk muara-muara sungai yang berhubungan dengan laut. Pada


dasarnya laut itu mempunyai kemampuan alamiah untuk menetralisir zat-zat

pencemar yang masuk ke dalamnya.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja (1978) Pencemaran Laut adalah

perubahan padalingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia

secaralangsung maupun tidak bahan-bahan enerji ke dalam lingkungan laut

(termasuk muara sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian buruknya

sehingga merupakan kerugian terhadap kekayaan hayati, bahaya terhadap

kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan

lain-lain penggunaan laut yang wajar, pemburukan dari kwalitas air laut dan

menurunnya tempat-tempat permukiman dan rekreasi.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum pencemaran laut adalah untuk mengetahui

bentuk – bentuk pencemaran yang ada dilaut, baik dari limbah padat, logam berat,

dan bahan organik sedimen di perairan UPTD. Konservasi dan penangka

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum pencemaran laut adalah untuk mengetahui

pencemaran oleh limbah padat, logam berat, dan bahan organik dari sedimen serta

mengetahui cara pengukuran logam berat menggunakan alat AAS.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PKA

Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan

memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan

(Fajri, 2013).

1. Parameter Fisika

A. Suhu

Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahabn dan

kedalaman. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat

meningkatkan suhu perairan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim,

lintang (attitude), waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran air,

serta kedalaman badan air.

Peninngkatan suhu yang mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,

evaporasi, dan volansiasi. Peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar

oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen melakukan proses metabolisme dan

respirasi ikan akan mengalami kerentanan terhadap penyakit pada suhu yang

kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan ikan stress yang dapat

mengakibatkan kematian pada ikan (Pratama, 2009).

B. Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses

fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan

daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan begitu juga sebaliknya
(Erikarianto,2008). Menurut (Ariz,2012) kecerahan adalah jarak yang bisa

ditembus cahaya dalam kolam air dan kedalamannya.

C. Kedalaman

Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk diperahatikan, hal ini

diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang

akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu

perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut akan stress.

Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya diperairan dalam

ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan dangkal.

2. Parameter kimia

A. pH

pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan.

Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air

memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau

diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai

konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda

alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras

(iCLEAN, 2007).

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat

membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan

oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,

aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada

suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik
dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan

Andi,2009).

B. Oksigen terlalut / DO

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygent=DO) mungkin merupakan variabel yang

paling kritis dalam budidaya ikan, oleh karena itu budidayawan ikan seharusnya

akrab dengan dinamika konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam. Kelarutan

oksigen terlarut akan menurunkan atau bertambah kecil apabila tekanan atmosfir

(tekanan barometer) turun. Kelarutan oksigen dalam air juga bertambah kecil

apabila salinitas bertambah besar. Pada suhu-suhu antara 20 sampai 35oC,

kelarutan oksigen bertambah kecil kira-kira sekitar 0,008 mg/l untuk tiap

kenaikan salinitas sebesar 210 mg/l (Idris, 2013). Keberadaan oksigen terlarut ini

sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme

untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan

untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang

diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

Meurut (Kordi dan Andi,2009) Oksigen yang diperlukan biota air untuk

pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor

pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan

biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat.

C. Karbondioksida CO2

Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-

tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.

Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,

namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu


secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak (Kordi dan

Andi, 2009). Adanya arus dan angin diduga menyebabkan bergerakny massa CO2

terlrut ini. Selain faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah

hujan, salinitas dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida terlarut

(sukanto dan bayu, 2010)

2.2. Logam Berat

Logam secara alami berasal dari kerak bumi. Proses pelapukan secara

kimiawi dan geokimiawi melepaskan berbagai unsur, salah satunya logam, yang

ada di kerak bumi ke dalam perairan. Dalam sistem skala periodik, dari 106 unsur

terdapat 94 unsur logam. Logam digolongkan ke dalam dua golongan yaitu logam

ringan dan logam berat. Menurut Darmono (1995), logam yang mempunyai berat

5 gram atau lebih untuk setiap cm3 atau setara dengan lima kali berat air disebut

logam berat.

Definisi logam berat menurut Murphy 1981 in Connell dan Gregory (1995)

didasarkan kepada gaya berat spesifik logam (lebih besar dari 4 atau 5), jumlah

atom unsur pada tabel periodik antara 22-34 dan 40-52 serta lantanida dan

aktinida dan tanggapan spesifik biokomiawi di dalam tubuh hewan dan tumbuhan.

Logam berat yang terdapat di perairan berasal dari proses erosi, buangan aktivitas

industri, limbah domestik dan kegiatan pertanian (Etim et al. 1991).

Djuangsih et al. (1982) in Rochyatun dan Rozak (2007) menyatakan bahwa

penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu sifat

logam berat yang tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh makhluk hidup

serta logam berat dapat terakumulasi dalam sedimen sungai dan laut karena dapat

berikatan dengan senyawa organik dan anorganik membentuk senyawa kompleks


melalui proses adsorbsi dan kombinasi. Dalam tubuh makhluk hidup, logam berat

mengalami biokonsentrasi dan bioakumulasi sehingga kadar dalam tubuh lebih

tinggi dibandingkan lingkungan. Selain itu, logam berat juga mengalami

biomagnifikasi yang tergantung pada posisi organisme pada rantai makanan

(Effendi, 2003).

Menurut Sutamihardja (1982), sifat-sifat logam berat secara umum yaitu :

1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairam

dan keberadaanya secara alami sulit terurai (dihilangkan).

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, akan

membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut.

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi

dari konsentrasi logam dan air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi

karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang

dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen dapat menjadi sumber

pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.

Logam-logam berat dapat berbentuk senyawa organik, anorganik atau

terikatndalam senyawa logam yang lebih berbahaya daripada keadaan murninya.

Timbal, kadmium dan merkuri merupakan logam berat yang mendapat perhatian

besar karena penggunaannya di sebagian besar proses produksi. Selain itu,

dampaknya pada sebagian besar orang karena sifat toksisitasnya yang tinggi.

Menurut Murtini et al. (2003), logam berat Hg, Cd dan Pb sangat berbahaya

karena bersifat biomagnifikasi yang artinya dapat terakumulasi dan tinggal dalam

jaringan tubuh organisme dalam jangka waktu lama sebagai racun terakumulasi.

Dalam tubuh logam Pb, Cd dan Hg memiliki waktu paruh (half-life).


Logamlogam tersebut akan terakumulasi di darah, ginjal, jaringan, tulang bahkan

gigi (Nordberg 2004). Logam Pb memiliki half-life yang relatif singkat di darah

yaitu 28 hari sedangkan untuk logam merkuri selama 45-70 hari (WHO 2008).

Lain halnya dengan logam Cd yang memiliki half-life relatif lebih lama yaitu 20

tahun (Nordberg 2004).

Logam-logam berat beracun terbagi dalam 4 kelompok sebagai berikut :

1. Logam-logam penting (major metals) yang menyebabkan pengaruh ganda

(multiple effect), seperti Arsenik (As), Berilium (Be), Kadmium (Cd),

Kromium (Cr), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Nikel (Ni),

2. Logam-logam esensial tetapi berpotensi menyebabkan keracunan, Tembaga

(Cu),Mangan (Mn), Molibdenum (Mo), Selenium (Se), Seng (Zinc),

3. Logam-logam beracun yang berhubungan dengan terapi medis seperti

Alumunium (Al), Bismuth (Bi), Galium (Ga), Emas (Gold-Au), Litium (Li),

Platanium (Pt).

4. Logam-logam beracun minor (minor metals), seperti Antimoni (Sb), Barium

(Ba), Indium (In), Mangan (Mn), Perak (Silver-Ag), Telurium (Te), Timah

(Tin), Uranium (U), dan Vanadium V.

Karateristik logam – logam berat:

1. Kadmium (Cd)

Kadmium memiliki nomor atom 49, dengan berat atom 112,41 g/mol,

memiliki titik didih dan titik leleh masing-masing 765 ⁰C dan 320,9 ⁰C. Kadmium

disingkat dengan Cd (Cadmium). Cd²+,Cd(OH)+, CdCl+, CdSO4, CdCO3 dan

Cd-organik. Ikatan kompleks tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda:

Cd2+> CdSO4> CdCl+> CdCO3>Cd(OH)+ (Sanusi, 2006).


2. Timbal (Pb)

Timbal atau sering disebut juga timah hitam dalam bahasa latin dikenal dengan

nama plumbum, disingkat dengan Pb. Menurut Darmono (1995) dan Fardiaz

(2005) timbal memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a) Memiliki titik cair terendah.

b) Merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai

bentuk.

c) Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang

terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal murni.

d) Memiliki densitas yang tinggi dibanding logam lain; kecuali emas dan

merkuri, yaitu 11,34 g/cm3.

e) Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai pelindung

jika kontak dengan udara lembab.

Kadar dan toksisitas timbal di perairan dipengaruhi oleh kesadahan, pH,

alkalinitas, dan kadar oksigen (Effendi, 2003).

2.3. Bahan Organik

Bahan organik merupakan salah satu bagian penyusun sedimen atau substrat

dasar perairan. Bahan organik tersebut merupakan timbunan sisa-sisa organisme

perairan yang telah mati. Sumber penting bahan organik sebagian besar berasal

dari masukan dari daratan melalui aliran sungai. Hal ini menyebabkan di daerah

pesisir yang berdekatan dengan muara sungai, biasanya terdapat kandungan bahan

organik yang relative tinggi (Riniatsih, 2015).

Riniatsih (2015) menambahkan bahan organik merupakan sumber nutrient

yang penting, yang sangat dibutuhkan oleh organisme laut. Melalui proses
dekomposisi oleh organisme pengurai, bahan organik di perairan akan dirombak

untuk menjadi bahan anorganik sebagai nutrien penting di perairan. Selanjutnya

nutrient tersebut akan dipergunakan dalam proses produksi oleh produsen perairan

dan sangat menentukan produktivitas primer di perairan tersebut. Suplai bahan

organik selain dari daratan juga merupakan hasil metabolisme organisme laut.

Proses produksi fitoplankton, rumput laut atau organisme laut lainnya merupakan

sumber bahan organik utama di perairan.

Bahan organik disuatu perairan lebih banyak terdapat dalam bentuk terlarut

dibandingkan dalam bentuk tersuspensi atau koloid. Kandungan bahan organik di

perairan akan mengalami fluktuasi yang disebabkan bervariasinya jumlah

masukan baik dari domestik, pertanian, industri maupun sumber lainnya.

Kandungan bahan organik dalam perairan akan mengalami peningkatan yang

disebabkan buangan dari rumah tangga, pertanian, industri, hujan, dan aliran air

permukaan. Pada musim kemarau kandungan bahan organik akan meningkat

sehingga akan meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan sebaliknya

pada musim hujan akan terjadi penurunan karena adanya proses pengenceran

(Hadinafta, 2009)

Pada perairan mengalir, jumlah kandungan bahan organik penting diketahui

untuk menentukan sumber dan peluruhan bahan organik tersebut, mengingat

kondisi ekosistem perairan mengalir yang sangat dinamis. Bahan organik di

perairan mengalir dapat bersumber dari lingkungan teresterial di sekitarnya dan

akibat transportasi dari angin, air dan pengendapan langsung (Hadinafta, 2009).

Menurut Zulkifli et al (2009) kandungan bahan organik yang tinggi akan

mempengaruhi tingkat keseimbangan perairan. Tingginya kandungan bahan


organik akan mempengaruhi kelimpahan organisme, dimana terdapat

organismeorganisme tertentu yang tahan terhadap tingginya kandungan bahan

organik tersebut, sehingga dominansi oleh spesies tertentu dapat terjadi.

Aktivitas manusia bisa menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran

pada perairan yang akan mengahasilkan material organik dan anorganik yang

dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairan yang menyebabkan terganggunya

keseimbangan organisme yang ada. Penambahan bahan organik maupun

anorganik berupa limbah ke dalam perairan akan mempengaruhi sifat-sifat biologi

dari perairan tersebut. Banyaknya bahan organik di dalam perairan akan

menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di dalam perairan dan jika

keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perairan menjadi anaerob,

sehingga organisme aerob akan mati (Amin, et al, 2012).

2.4. Limbah Padat

Sampah merupakan segala bentuk limbah yang ditimbulkan dari kegiatan

manusia maupun binatang yang biasanya berbentuk padat dan secara umum sudah

dibuang, tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan lagi. Sampah secara sederhana

dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat difungsikan lagi sebagaimana

mestinya (Renwarin, 2002).

Hadiwiyoto (1983) dalam Mandasari (2014) mengungkapkan ciri-ciri dari

sampah yaitu: (1) merupakan bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak

digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah tidak diambil bagian

utamanya; (2) merupakan bahan yang sudah tidak ada harganya; (3) bahan

buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan

gangguan pada kelestarian lingkungan.


Sampah laut (marine Debris) merupakan bahan padat yang diproduksi atau

diproses secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang

atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut (CSIRO, 2014). Marine debris pada

umumnya dihasilkan dari kegiatan antropogenik, hal ini merupakan ancaman

langsung terhadap habitat laut, kesehatan manusia, dan keselamatan navigasi,

sehingga mengakibatkan kerugian aspek sosial-ekonomi yang serius. Penyebaran

sampah laut sangat memprihatinkan yaitu 14 miliar ton sampah dibuang setiap

tahun di lautan (Hetherington, et al, 2005).

Plastik merupakan konsumsi umum pada masyarakat modern, sebagian

besar konsumsi plastik hanya digunakan sekali. Akibatnya tumpukan sampah

plastik akan mencemari lingkungan dan menjadi sampah laut (Wang.et al, 2016).

Jenis – jenis sampah

Menurut Renwarin, et al (2002), jenis-jenis sampah terbagi menjadi ;

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan

yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau

yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah

rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah

organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun.

Sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari

proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan

aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh

alam, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang

sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol,

botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran bekas dan karton merupakan
perkecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah

organik. Tetapi karena kertas, karton dan koran dapat didaur ulang seperti sampah

anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukan kedalam

kelompok sampah anorganik.\

Sampah laut dapat dikategorikan dalam beberapa kelas, seperti yang

ditampilkan pada tabel 1 ; (Ribic et al 1992, ANZECC 1996, Kiessling 2003,

Otley dan Ingham 2003, Edyvane et al 2004 dalam Cheshire and Adler, 2009).

Tabel 1. Jenis-Jenis Sampah laut

No. Jenis sampah laut


1 Plastic
2 Logam
3 Kaca
4 Karet
5 Bahan organic
6 Lain lain

Menurut Lippiat et al., (2013) Sampah laut dapat dibagi berdasarkan

ukuran yaitu :

1. Mega-debris merupakan ukuran sampah yang panjangnya lebih dari 1 meter

yang pada umumnya didapatkan diperairan lepas.

2. Macro-debris merupakan ukuran sampah yang panjangnya berkisar >2,5 cm

sampai< 1 m. pada umumnya sampah ini ditemukan di dasar maupun

permukaan perairan.

3. Meso-debris merupakan sampah laut yang berukuran >5 mm sampai < 2,5 cm.

Sampah ini pada umumnya terdapat di permukaan perairan maupun tercampur

dengan sedimen.

4. Micro-debris, merupakan jenis sampah yang sangat kecil dengan kisaran

ukuran 0,33 sampai 5,0 mm. Sampah yang berukuran seperti ini sangat mudah
terbawa oleh arus, selain itu sangat berbahaya karena dapat dengan mudah

masuk ke organ tubuh organisme laut seperti ikan dan kura-kura.

5. Nano-debris, merupakan jenis sampah laut yang ukurannya dibawah <1 µm.

sama halnya dengan Micro-debris sampah jenis ini sangat berbahaya karena

dapat dengan mudah masuk kedalam organ tubuh organisme.

Sumber Sampah Laut

Peningkatan sampah laut di wilayah pesisir pada umumnya disebabkan

oleh aktifitas antropogenik (Jambeck, et al., 2015). Diperkirakan sekitar 10%

sampah khususnya plastik dibuang di wilayah perairan (Cauwenberghe et al.,

2013). Sumber sampah laut berdasarkan aktivitas antropogenik

maupun pengaruh alam yaitu (NOAA, 2015).

1. Wisata Pantai

Meningkatnya pengunjung yang berwisata di daerah pesisir, menjadi salah

satu faktor meningkatnya sampah laut. Hal ini dibarengi banyaknya pengunjung

yang tidak bertanggung jawab yang membuang secara sembarangan sampah

seperti makanan, botol, puntung rokok, dan lain sebagainya. Sampah yang

dibuang nantinya terbawa arus laut dan selanjutnya meningkatkan jumlah dan

volume sampah di perairan.

2. Nelayan

Aktifitas nelayan merupakan salah satu faktor meningkatnya sampah di

perairan laut. Hal ini dikarenakan banyaknya nelayan dengan sengaja membuang

alat tangkat yang tak terpakai di laut. Berdasarkan laporan NOAA (2015), bahwa

pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan larangan untuk membuang sampah di


laut, hal ini dikarenakan benyaknya sampah laut dari aktifitas nelayan

mengganggu navigasi di perairan.

3. Daratan

Sampah pemukiman yang dibuang secara sembarangan dapat berakhir

di laut, hal ini dikarenakan sampah akan terbawa oleh aliran hujan yang

kemudian masuk ke sungai dan akan terbawa ke laut.

4. Industry

Salah satu sampah yang dihasilkan di bidang industri adalah plastik.

Plastik merupakan salah satu bahan baku yang sering digunakan dalam

kegiatan industri. Dalam pengelolaannya, tidak semuanya digunakan. Jika tidak

adanya tanggung jawab terhadap sisa bahan baku, maka pada akhirnya plastik

akan berakhir di perairan dan menjadi sampah laut.

2.5. Hubungan Konsentrasi Logam Dengan Konsentrasi Bahan Organik


III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan Pencemaran laut yaitu pengambilan dan penangan

sampel dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 17 november 2018 pukul 14.00

WIB – 17.00 WIB bertempat di UPTD. konservasi dan penangkaraan penyu kota

Pariaman, Sumatera Barat . Sedangkan analisis sampel pencemaran laut

dilaksanakan pada hari Senin, 19 November 2018 pukul 10.00 WIB sampai

dengan slesai bertempat di laboratorium kimia Laut Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel sedimen, sampel air

laut, ph indikator, larutan HNO3. Alat yang digunakan dalam praktikum di

lapangan adalah plastik 1 kg, secchi disk, handrefraktometer, GPS, Thermometer.

Sedangkan alat yang dipakai saat analisis data dilaboratorium adalah cawan

penguap, oven, nampan, penjepit, furnes, timbangan analitik, kain lap, sendok,

dan AAS.

3.3. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang dilakukan dalam praktikum pencemaran laut mulai

dari praktikum di lapangan sampai dengan analisis data di laboratorium adalah

sebagai berikut.

3.3.1. Pemilihan Lokasi Sampling Pada Kegiatan Praktikum

Pemilihan lokasi sampling pada kegiatan praktikum lapangan yang

dilakukan di kawasan muara UPTD konservasi penyu kota Pariaman dengan


menggunakan GPS, ada 6 titik lokasi di area muara pantai UPTD yang dijadikan

sampling pada kegiatan praktikum.

3.3.2. Pengambilan Dan Penanganan Sampel

Pengambilan sampel sedimen dilakukan di 6 titik muara pantai UPTD

dengan masing – masing titik mengambil ± 500 gr sampel sedimen dengan cara

diambil langsung dengan tangan kemudia diletakkan di dalam kantong plastik

ukuran 1 kg. Sedimen yang telah didapatkan di masukkan ke dalam icebox,

kemudian dibawa ke laboratorium untuk di analisis. Pengambilan sampel air

dilakukan di sepanjang perjalanan dari pantai Gandoria menuju pulau Angso Duo

dibagi dalam 6 titik setiap titik mengambil ± 250 ml air dengan cara diciduk

langsung dari atas perahu, sampel air yang diambil adalah sampel dibagian

permukaan. Sampel air yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam icebox,

kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis.

3.3.3. Pengamatan Parameter Kualitas Perairan

Adapun prosedur yang dilakuakan untuk pengamatan parameter kualitas perairan

yang diukur meliputi parameter kimia dan fisika.

1. Kecerahan

Pengukuran kecerahan diperairan dilakukan dengan menggunakan alat

secchi disc. Adapun cara pengukuran nya adalah masukkan pinggang secchi disc

ke dalam perairan sampai jarak nya tidak tampak lagi, maka itu dikatakan dengan

jarak hilang. Lalu angkat tongkat secchi disc sampai namak pinggang secchi disc

disebut dengan jarak tampak, kemudian hasil dari jarak tampak dan jarak hilang

dijumlahkan dibagi dua, maka dapatlah hasil kecerahan nya.


2. Suhu

Pengukuran suhu perairan dengan menggunakan alat thermometer. Cara

kerja thermometer adalah masukkan thermometer ke dalam perairan dengan

memegang tali penggantung nya kemudian tunggu beberapa menit sampai suhu

nya stabil, lalu catat hasil yang didapatkan.

3. Ph

Pengukuran ph perairan biasanya menggunakan alat ph meter atau ph

indikator, namun dalam praktikum lapangan pengukuran ph menggunakan ph

indikator. Adapun prosedur pengukuran ph adalah celupkan kertas ph ke dalam

perairan, angkat lalu sedikit di angin – angin kan selanjutnya kertas ph tersebut

dibandingkan dengan indikator ph yang ada di kotak ph indikator.

4. Salinitas

Pengukuran salinitas perairan menggunakan alat handrefraktometer. Adapun

cara pengukururannya yaitu kalibrasi terlebih dahulu hand refractometer

menggunakan Aquades, teteskan satu tetes akuades ke kaca objeck hand

refractometer kemudian bersihkan dengan tissue. Setelah itu teteskan satu tetes air

sampel, tutup penutupnya, amati berapa perubahan salinitas dengan cara

mengarahkan hand refractometer ke sumber cahaya, kemudian catat hasilnya. Hal

yang dilakukan setelah kita mengukur salinitas adalah kalibrasi kembali alat yang

kita gunakan, agar alat tersebut tidak rusak saat digunakan kembali.

3.3.4. Logam Pada Sedimen

Alat yang digunakan dalam pengukuran kandungan logam berat adalah

AAS PERKIN-ELMER 3110 dengan lampu katoda sebagai sumber radiasi.

Analisis kandungan logam berat Cu, Pb, dan Zn menggunakan campuran udara
dan asitilen sebagai sumber energi, sedangkan panjang gelombang Cu (324,8 nm),

Pb (217 nm), dan Zn (213,9 nm).

3.3.4.1.Distruksi Sampel Air

Sebelum melakukan analisis logam menggunakan AAs maka, sampel

terlebih dahulu di destruksi. Adapun caranya adalah sengan mengambil air sampel

sebanyak 100ml kemudian di panaskan di hot plate(dengan suhu 100 C), hingga

volume sampel menjadi 20ml. selanjutnya ambil 1ml sampel dan pindahkakn ke

tabung reaksi tambahkan larutan HNO3. Setelah itu masukkan ke lemari asam

selama 1 jam dengan suhu awal 40 derajat celcius. Setelah satu jam kemudian

naikkan suhu dari 40 derajat celcius menjadi 140 selama 2 jam. Setelah di

diginkan, sampel siap dianalisis menggunakan AAS.

3.3.4.2.Disruksi Sampel Sedimen

Analisis kandungan total logam berat dalam sedimen dilakukan dengan

mengambil sampel seberat 500 gram kemudian dikeringkan dalam oven pada
O
suhu 80-100 C sampai dicapai berat konstan. Sedimen yang telah kering

kemudian digerus dengan menggunakan alat penumbuk (mortar) dan selanjutnya

disaring dengan menggunakan saringan berukuran 63 mikron. Antara 0,5 dan 1,0

g sampel sedimen (63 mikron) di destruksi dalam kombinasi larutan HNO3

(AnalaR grade, R&M 65%) and HClO4 (AnalaR grade, R%M 70%) dengan

perbandingan 4:1, menggunakan”blok digester” pada suhu rendah (40 OC) selama

1 jam dan kemudian suhu dinaikkan menjadi 140 OC selama 3 jam. Setelah

sampel sedimen terdestruksi secara sempurna, larutan tersebut didinginkan dan

diencerkan dengan aquades menjadi 40 ml dan disaring dengan kertas whattman

No. 1 (untuk menghindari penyumbatan pipa kapiler pada saat analisis sampel
dengan AAS) dan disimpan dalam botol sampel. Selanjutnya larutan sampel

tersebut siap untuk di analisis kandungan logam beratnya dengan AAS.

3.3.4.3.Pengukuran Menggunakan AAS

Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis data menggunakan AAS

adalah sebagai berikut.

1. Putar katup gas(pada kepala)kekanan (tekanan 1kg/f/cm3)

2. Hidupkan blower (corong pembuangan)

3. Hidupkan compressor (putar kran ke bawah)

4. Hidupkan AAS

5. Nyalakan Komputer

- Buka program AA winlab

- File-New-Methode-pilih lampu Katoda-(lihat wavelength n slit, atur pada

AAs bagian Belakang)

- Nama Metoda-calibrasi-zero intercept;linier standart consentratioon(isi

beberapa konsentrasi)- file(save-methode-nama enter)-close

- Icon Result-calib-manual-window-file

- Lamps(nyala lampu)-set up-(atur Panjang gelombang tergantung slit pada

alat AAS)-close

6. Nyalakan Flame(atur fuel dan Oxidant)

- Masuk ke result data set name-browse-ok\

- Analize blank(tubing pada aquadest) (tunggu lampunhijau mati)

7. Pindahkan tubing ke zat standar 1 – analize standar

8. Jika standar tidak bagus(tidak linear)

- Icon Analiyses-edit calib-standar yang jelek buang(ignore)-enter


9. Sampel lebih dari 1

- Sampel info-nama-file-save-sampel info-oke-close

10. Analyze sampel (browse data sampel yang tersimpan-pindahkan tubing ke

sampe 1 dan seterusnya- tekan analize sampel dan seterusnya sampai habis

11. Untuk memprint data

- File-utilitize-reporter-complet-kedata -1(doble klik)-priview-report-print

report.

12. Print grafik

- Icon calib(grafik)-file-print-grafik-enter

13. Jika sampel logam diganti

- Close semua data-lamps(ketik lampu yang diinginkan-set Panjang

gelombang(AAS)-set up-close

14. Mengakhiri Operasi alat

- Tutup tabung gas (putar ke kiri)

- Buang gas sisa pada alat AAS(oxidant)

- Tutup kompresor(putar keatas)

- Matikan AAS.

3.3.5. Bahan Organik Sedimen

Untuk mengetahui bahan organik total dalam sedimen dilakukan dengan

metode loss on ignition (Mucha et al., 2003) sebagai berikut :

1. Cawang penguap kosong dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C

selama 15 – 20 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15

menit dan kemudian ditimbang, dicatat hasil nya.


2. Sampel sedimen yang telah diaduk rata dimasukkan ke dalam cawan

sebanyak 50 g. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050C

sampai sediment benar – benar kering, kemudian didinginkan dalam desikator

selama 30 – 60 menit dan kemudian ditimbang, dicatat hasilnya.

3. Sampel dalam cawan dibakar dengan furnes pada suhu 5500C selama 15 –30

menit, kemudian didinginkan dengan desikator selama 30 – 60 menit dan

ditimbang dengan timbangan analitik, dicatat hasilnya.

3.3.6. Limbah Padat

Prosedur untuk pengambilan limbah padat yang dilakukan di kawasan

UPTD adalah sebagai berikut

1. Transek ditentukan dengan merentangkan tali sepanjang 100 m sejajar dengan

garis pantai pada masing – masing kawasan.

2. Sampling dilakukan dengan mementukan 2 plot 10 x 10 meter dengan jarak

diantara kedua ujung tali tersebut pada batas pasang tertinggi dan surut

terendah.

3. Limbah padat yang ditemukan misalnya jenis metal, plastic, paper, dan glass

dalam plot tersubut diamati, dicatat jenisnya dan ditimbang berdasarkan jenis

nya.

4. Masing – masing jenis limbah padat yang dijumpai ditentukan berapa

persentasenya.

3.4. Analisi Data

3.4.1. Logam Pada Sedimen

Data yang di peroleh dari AAS dikonversikan menjadi nilai sebenarnya

dari kandungan logamberat dalam sedimen dengan rumus sebagai berikut


𝐴𝑥𝑉
𝐶=
𝐺

Keterangan:

C = Konsentrasi yang sebenarnya dari sampel (g/g)

A = Nilai absorbansi AAS (g/ml)

V = Volume sampel (ml)

G = Berat sampel (g)

3.4.2. Bahan Organik Sedimen

Untuk mengetahui kandungan zat organic total maka dilakukan

perhitungan dengan rumus

(𝑑 − 𝑎) 𝑥 100%
𝑍𝑎𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝐶

Keterangan:

a = Berat cawan dan sampel sedimen sesudah pembakaran 550 OC

d = Berat cawan dan berat sampel sedimen sebelum pembakaran 550 OC

C = Berat sampel

3.4.3. Limbah Padat

Analisis limbah padat dilakukan dengan menggunakan rumus :

𝐵
A= 𝑥 100%
𝐶
Dengan :

A: Persentasi limbah Padat (%)

B: jumlah limbah padat jenis tertentu (kg)

C: jumlah limbah padat seluruh (kg)


3.4.4. Hubungan Konsentrasi Logam Dengan Konsentrasi Bahan Organik

(Persamaan Regresi Linier)

Kandungan bahan organik erat kaitannya dengan ukuran butir sedimen.

Sedimen perairan yang mempunyai prosentase ukuran butir yang berbeda akan

mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda pula. Pada umumnya

sedimen yang mempunyai ukuran partikel yang lebih halus (dalam penelitian ini

prosentase lumpur lebih tinggi) akan diikuti dengan kenaikan jumlah bahan

organiknya. kandungan logam berat akan semakin bertambah dengan

bertambahnya bahan organik dalam sedimen.

3.5. Asumsi Kegiatan Praktikum

Pada pengambilan sampel dilapangan dilakukan oleh 6 kelompok/stasiun,

maka dapat diasumsikan bahwa :

1. Sampel sedimen dan Air yang diambil telah dianggap mewakili setiap

karakteristik sedimen dan kualitas perairan serta bahan pencemar di daerah

praktikum.

2. Faktor-faktor yang tidak diukur dalam praktikum ini dianggap tidak

memberikan pengaruh yang signifikan.

3. Ketelitian dan kemampuan praktikan dianggap sama selama praktikum.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum lapangan di UPTD

konservasi penyu kota Pariaman dan juga analisis di laboratorium kimia laut.

4.1.1. Kondisi Umum Lokasi Praktikum

Kondisi umum perairan pantai UPTD Konservasi penyu dan juga pulau

Angso Duo memiliki jenis pantai yang curam, emmiliki arus dan gelombang ynag

sangat kuat. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan muara UPTD dan juga

pulau Angso Duo. Memiliki titik koordinat pada area muara UPTD yaitu

S:00035’54.32”, E : 100006’25.98” dan pada kawasan Pulau Angso Duo terdapat

enam titi koordinat, pada stasiun 1 titik koordinatnya ialah S : 00037’26.08”, E :

100006’51.87” stasiun 2 ialah S : 00037’26.85”, E : 100006’37.30”, stasiun 3 ialah

S : 00037’46.62”, E : 100006’19.05”, stasiun 4 ialah S : 00037’58.70”, E :

100006’12.58”, stasiun 5 ialah S : 00038’00.88”, E : 100006’07.59”, stasiun 6 ialah

S : 00038’00.59”, E : 100006’02.32”. Sedimen pada area pantai tersebut adalah

berpasir dimana pada kawasan UPTD pasir nya berwarna hitam sedangkan pada

pulau Angso Duo pasir nya berwarna putih kecoklatan.

4.1.2. Parameter Kualitas Air

Hasil data pengukuran kualitas air di muara pantai UPTD adalah sebagai

berikut :

Tabel 1. Data PKA di Muara Pantai UPTD


PKA
Stasiun Titik koordinat Salinitas Kecerahan
Ph Suhu (0C)
(ppt) (cm)
S : 00035’54.32”
1 6 0,1 ppt 105 cm 30 0C
E : 100006’25.98”
Tabel 2. Data PKA Penyebrangan Ke Angso Duo
PKA
Stasiun Titik koordinat Salinitas Kecerahan
Ph Suhu (0C)
(ppt) (cm)
S : 00037’26.08” 7 33 - 30
1
E : 100006’51.87”
S : 00037’26.85” 7 35 85 30
2
E : 100006’37.30”
S : 00037’46.62” 7 35 100% 29
3
E : 100006’19.05”
S : 00037’58.70” 7 35 100% 30
4
E : 100006’12.58”
S : 00038’00.88” 7 34 100% 30
5
E : 100006’07.59”
S : 00038’00.59” 8 31 100% 30
6
E : 100006’02.32”

4.1.3. Logam Pada Sedimen dan Air

Adapun hasil yang didapat dari analisis logam pada sedimen dan air yang

pengukuran nya menggunakan alat AAS adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Data Perhitungan sampel Sedimen Dengan ASS


Konsentrasi Jenis Logam
Kelompok
Timbal (Pb) (mg/l) Tembaga (Cu) (mg/l) Seng (Zn) (mg/l)
1 0,0396 0,0775 1,489
2 0,0208 0,4368 2,546
3 0,0453 0,0364 0,5961
4 0,0255 0,1028 1,374
5 0,0453 0,0693 1,288
6 0,0340 0,1165 1,959

Tabel 4. Data perhitungan sampel air dengan AAS


Konsentrasi Jenis Logam
Kelompok
Timbal (Pb) (mg/l) Tembaga (Cu) (mg/l) Seng (Zn) (mg/l)
1 0,0425 0,0802 0,3550
2 0,0226 0,0542 0,4217
3 0,0443 0,0234 0,3459
4 0,0245 0,0398 0,3010
5 0,0283 0,0247 0,1778
6 0,0066 0,0321 0,4987

4.1.4. Bahan Organik Sedimen

Adapun hasil yang didapatkan dari analisis bahan organik sedimen yang

dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Data pengukuran zat organik total


B. sampel + B. Berat setelah
Berat cawan
Kelompok Cawan setelah di furnance Hasil (%)
kosong (gr)
di oven (gr) (gr)
1 52,47 gr 70,75 gr 70,44 gr 1,24 %
2 56,31 gr 75,92 gr 75,76 gr 0,64 %
3 44,20 gr 63,30 gr 63,03 gr 1,08 %
4 51,56 gr 67,70 gr 67,15 gr 2,20 %
5 56,21 gr 72,34 gr 71,86 gr 1,92 %
6 48,52 gr 62,52 gr 61,67 gr 3,4 %

4.1.5. Limbah Padat

Adapun hasil dari penimbangan limbah padat yang dilakukan di kawasan

pantai UPTD. Konservasi Penyu Kota Pariaman sebagai berikut.

Tabel 6. Data Limbah Padat


Limbah Padat
Kelompok PLASTIK (gr) Kaca (gr) Besi (gr)
Plot I Plot II Plot I Plot II Plot I Plot II
1 200 3,6 10 200 - 20
2 16 4 8 - - -
3 600 300 - -
4
5
6 470 80 110 - - -
4.1.6. Hubungan Konsentrasi Logam pada sedimen dengan Konsentrasi

Logam Pada Air (Persamaan Regresi Linier)

Grafik hubungan konsentrasi timbal air dengan sedimen

konsentrasi Timbal (mg/l) sedimen


0.05
y = 0.3783x + 0.0244
0.045
R² = 0.2652
0.04
0.035
0.03
sedimen

0.025 konsentrasi Timbal (mg/l)


0.02 sedimen
0.015 Linear (konsentrasi
0.01 Timbal (mg/l) sedimen )
0.005
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
Air

Gambar 2. Hubungan konsentrasi tembaga air dengan sedimen

Konsentrasi Tembaga (mg/l) Sedimen


0.5
0.45 y = 1.9948x + 0.0553
R² = 0.0855
0.4
0.35
0.3 Konsentrasi Tembaga
Axis Title

0.25 (mg/l) Sedimen


0.2
0.15 Linear (Konsentrasi
Tembaga (mg/l) Sedimen
0.1
)
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Axis Title
Gambar 3. Hubungan konsentrasi seng air dengan sedimen

Konsentrasi Seng (mg/l) Sedimen


y = 3.1943x + 0.4239
3 R² = 0.2788

2.5

2
Axis Title

1.5 Konsentrasi Seng (mg/l)


Sedimen
1 Linear (Konsentrasi Seng
(mg/l) Sedimen )
0.5

0
0 0.2 0.4 0.6
Axis Title

4.2. Pembahasan

4.2.1. Parameter Kualitas Air

4.2.2. Logam Pada Sedimen

4.2.3. Bahan Organik Sedimen

4.2.4. Limbah Padat

4.2.5. Hubungan Konsentrasi Logam Dengan Konsentrasi Bahan Organik

(Persamaan Regresi Linier)

Anda mungkin juga menyukai