Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhiran -grafi mengandung arti suatu proses menggambarkan,


mendeskripsikan, atau melaporkan seperti tersirat dalam kata Biografi dan
Geografi. Dengan demikian Oseanologi berarti ilmu atau studi tentang laut,
sedang Oseanografi berati deskripsi tentang laut. Meskipun demikian, kedua
kata itu sering dipakai dengan arti yang sama, yaitu berarti sebagai eksplorasi
atau studi ilmiah tentang laut dan berbagai fenomenanya. Negara-negara Eropa
Timur, China dan Rusia cenderung memakai kata Oseanologi, sedang negara-
negara Eropa Barat dan Amerika cenderung memakai kata Oseanografi.
(Ingmanson dan Wallace 1973).

Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu


yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu
yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar
yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology).
Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat
(biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).

Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,


hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian
laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun.
Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena
kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar
bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2009).

Oseanografi bisa dikatakan sebagai ilmu yang mengkaji segala sesuatu


tentang lautan. Termasuk parameter-parameter fisika maupun kimia lautan.
Parameter seperti arus, kecerahan, suhu, gelombang, pH, salinitas, pasang
surut dan oksigen terlarut. Parameter-parameter tersebut berpengaruh terhadap
1
kehidupan biota-biota yang berada di laut. Oleh karena itu, perlu dipelajari cara
pengukuran parameter-parameter tersebut.

iii
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum oseanografi ini adalah agar praktikan dapat


mengkaji perilaku cahaya dilautan dengan sifat optis air, mengukur suhu air laut,
gelombang, pasang surut air laut, arus, salinitas, Ph, dan oksigen terlarut (DO).

Sedangkan tujuan dari praktikum oseanografi ini adalah praktikan


mampu mengaplikasikan dan menjelaskan perilaku cahaya dilautan dengan
sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut air laut, arus,
salinitas, Ph, dan oksigen terlarut (DO).

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum oseanografi ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 18


Oktober 2015 pukul 03.00-selesai. Tempat Praktikum oseanografi ini adalah di
Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa
Timur.

iii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut

Laut Jawa terletak hanya 220 mil dari pulau Kalimantan dan perairan
pantai utara Jawa yang meliputi laut teritorial kepulauan. Laut Jawa terkadang
disamakan sebagai Mediterania/Laut Tengahnya Indonesia. Perairan Laut
Jawa bertemu di sebelah barat dengan laut Cina melalui Selat Karimata, di
sebelah selatan dengan Samudera Hindia melalui Selat Sunda dan Selat Bali, di
timur dengan Laut Flores dan Laut Sulawesi melalui Selat Makassar . Laut Jawa
merupakan Laut yang tidak terlalu dalam. Isodepth 20 m terletak pada jarak
puluhan mil dari laut lepas, sedangkan di selatan Laut Jawa, yang ditemui pada
jarak tersebut adalah Isodepth 200 m. Pada kedalaman rata-rata 40 m, Laut
Jawa membentuk lereng yang menurun secara perlahan-lahan menuju timur,
dengan kedalaman 30-an meter di bagian Baratnya dan di bagian kanan dari
Selat Karimata, sekitar 60-an meter di bagian tengahnya dan mencapai 90 m di
sebelah Barat, pada jarak beberapa mil dari Pulau Madura (Lubis et al 2005).

Hal ini seperti suatu daratan yang tergenang dan terhubung dengan
perluasan bagian Timur dangkal Sunda, beberapa kali terbentuk dataran di laut
ini pada zaman batu atau poloelitik (Pleistocene). Garis yang membagi perairan
Laut Jawa yang terletak di Selat Karimata saat ini, yang memisahkan dua
daerah aliran sungai yang besar, yang pertama mengalirkan airnya ke arah
utara, ke dalam Laut Cina, yang kedua mengumpulkan airnya dari selatan
Kalimantan, Timur Sumatera, dan dari utara Jawa, selanjutnya mengalirkannya
melalui bentuk lereng yang menurun secara perlahan lahan sampai ke Laut
Flores di bagian Timur. Suhu permukaan Laut Jawa menunjukkan nilai yang
stabil dengan rata- rata tahunan 28 C dengan simpangan suhu berkisar antara
2-3 C. Tetapi, terbatasnya fluktuasi tersebut menghasilkan siklus tahunan yang
tidak begitu nyata. Suhu paling rendah ditemukan pada bulan Februari dan
Agustus yaitu saat musim berlangsung dengan baik. Suhu paling tinggi terjadi
pada bulan April, mei, dan November pada saat peralihan musim (Potier 1998).
3

Arus yang terdapat di Laut Jawa menyebar secara luas di seluruh


perairannya. Dari bulan Mei September arus laut mengalir ke barat dan

iii
sebaliknya dari bulan November- Maret arus laut mengalir ke timur. Bulan April
Oktober arah arus laut berubah dan biasanya dalam bulan ini terdapat arus
mengalir ke timur di lepas pantai Jawa dan arus mengalir ke barat di lepas
pantai Kalimantan. Di selat selat sempit antara Kalimantan dan Sumatera
seperti di Selat karimata dan Selat Gaspar, jika angin bertiup keras maka
kecepatan arus permukaan sering mencapai 100 cm/det (Romimohtarto dan
Sumiyati 1998). Sepanjang tahun, arus permukaan di Selat Makassar selalu
mengalir ke selatan dengan kecepatan pada umumnya rendah. Kecepatan
minimum terjadi dalam bulan bulan Desember, Januari, dan Mei, sedangkan
arus terkuat terjadi dalam bulan Februari, Maret, dan dari bulan Juli September.
Selama angin monsun tenggara, massa air yang keluar dari bagian selatan
Selat Makassar mengalir ke Laut jawa dan Laut Flores (Romimohtarto dan
Sumiyati 1998).

2.2 Parameter Fisika

2.2.1 Suhu

Suhu perairan bervariasi baik secara horizontal maupun vertikal sesuai


dengan kedalaman. Sebaran/variasi suhu secara vertikal di perairan Indonesia
pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan homogen
(mixed layer) di bagian atas, lapisan termoklin di tengah, dan lapisan dingin di
bagian bawah. Menurut McPhaden dan Hayes (1991), adveksi vertikal dan
entrainment dapat mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan
suhu pada lapisan permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan
faktor angin yang bekerja pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan
terjadinya upwelling. Upwelling menyebabkan suhu lapisan permukaan
tercampur menjadi lebih rendah.

Pada umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin


yang berhembus dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya
percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu
menjadi homogen. Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan
fluktuasi annual dan diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila
estuaria
4 tersebut dangkal dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke
perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos.
Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting untuk

iii
kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik
di perairan estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat
meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas
organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies,
proses dan level atau kisaran suhu.

Secara umum suhu perairan nusantara mempunyai perubahan suhu


baik harian maupun tahunan, biasanya berkisar antara 27C 32C dan ini
tidak berpengaruh terhadap kegiatan budidaya. Kenaikan suhu mempercepat
reaksi- reaksi kimia, yang menurut hukum Vant Hoff kenaikan suhu 10C akan
melipat gandakan kecepatan reaksi (Romimohtarto, 2003). Pada kondisi
tertentu, suhu permukaan perairan dapat mencapai 35 C atau lebih besar. Akan
tetapi ikan biasanya akan berenang menjauhi permukaan perairan (Boyd dan
Lichtkoppler, 1982). Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian
perairan sebagai habitat organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik
mempunyai batas kisaran maksimum dan minimum (Efendi, 2003). Ikan
merupakan hewan poikiloterm, yang mana suhu tubuhnya naik turun sesuai
dengan suhu lingkungan, sebab itu semua proses fisiologis ikan dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Suhu perairan berpengaruh terhadap respon tingkah laku
ikan, proses metabolisme, reproduksi, ekskresi ammonia dan resistensi
terhadap penyakit (Nabib dan Pasaribu, 1989).

Semakin tinggi suhu semakin cepat perairan mengalami kejenuhan


akan oksigen yang mendorong terjadinya difusi oksigen dari air ke udara,
sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan semakin menurun.
Sejalan dengan itu, konsumsi oksigen pada ikan menurun dan berakibat
menurunnya metabolisme dan kebutuhan energi. Peningkatan suhu perairan
sebesar 10 C, menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh
organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga kali lipat. Perubahan suhu juga
berakibat pada peningkatan dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba
yang berada di perairan (Effendi, 2003).

2.2.2 Kecepatan Arus

5 Menurut Gross (1990), arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal


dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan
yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja

iii
pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air
adalah vektor yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Menurut Nining
(2002) sirkulasi dari arus laut terbagi atas dua kategori yaitu sirkulasi di
permukaan laut (surface circulation) dan sirkulasi di dalam laut (intermediate or
deep circulation). Arus pada sirkulasi di permukaan laut didominasi oleh arus
yang ditimbulkan oleh angin sedangkan sirkulasi di dalam laut didominasi oleh
arus termohalin. Arus permukaan laut umumnya digerakan oleh stress angin
yang bekerja pada permukaan laut. Angin cenderung mendorong lapisan air di
permukaan laut dalam arah gerakan angin. Tetapi karena pengaruh rotasi bumi
atau pengaruh gaya Coriolis, arus tidak bergerak searah dengan arah angin
tetapi dibelokan ke arah kanan dari arah angin di belahan bumi utara dan arah
kiri di belahan bumi selatan. Jadi angin dari selatan (di belahan bumi utara)
akan membangkitkan arus yang bergerak ke arah timur laut. Arus yang
dibangkitkan angin ini kecepatannya berkurang dengan bertambahnya
kedalaman dan arahnya berlawanan dengan arah arus di permukaan, teori
tersebut dikenal dengan nama spiral Ekman.

Menurut Azis (2006), pada kedalaman yang cukup besar antara 500 -
2000 m, kecepatan arus yang ditimbulkan angin ini menjadi nol. Kedalaman
dimana kecepatan arus sama dengan nol disebut kedalaman tanpa gerakan
atau kedalaman Ekman. Perubahan arah dan kecepatan arus terhadap
kedalaman menimbulkan suatu transpor massa air yang arahnya tegak lurus ke
arah kanan arah angin di belahan bumi utara dan ke arah kiri di belahan bumi
selatan. Transpor massa air ini juga disebut sebagai transpor Ekman.
Pengetahuan tentang transpor Ekman ini dapat digunakan untuk menjelaskan
mekanisme timbulnya fenomena laut yang dikenal dengan nama upwelling dan
downwelling. Upwelling adalah naiknya air dingin dari lapisan dalam ke
permukaan laut sedangkan downwelling merupakan turunnya air permukaan
laut ke lapisan lebih dalam. Upwelling memperbesar jumlah plankton di laut,
karenanya daerah upwelling merupakan daerah perikanan yang kaya. Upwelling
terjadi karena adanya kekosongan massa air di lapisan permukaan dan harus
diganti oleh massa air di lapisan dalam. Downwelling terjadi karena adanya
penumpukan massa di lapisan permukaan yang harus dialirkan ke lapisan
6
dalam. Mekanisme terbentuknya upwelling diperlihatkan.

iii
2.2.3 Kecerahan

Kecerahan perairan merupakan kebalikan dari kekeruhan. Kecerahan air


memberikan petunjuk tentang daya tembus atau penetrasi cahaya ke dalam air
laut Bird dan Benson (1987) menyatakan bahwa kecerahan untuk budidaya
algae Kappaphycus alvarezii lebih besar dari 5 meter. Perairan yang keruh
mempunyai banyak partikel-partikel halus yang melayang didalam air dan
banyak partikel-partikel tersebut menempel pada thallus, sehingga dapat
menghambat penyerapan makanan dan proses fotosintesis. Pada penelitian ini
dilakukan pengukuran terhadap kedalaman tumbuh dan kedalaman antara
organisme dengan substrat (dasar perairan).

Berdasarkan hasil pengukuran maka kedalaman tumbuh rata-rata


adalah 0,3 meter. Kondisi ini merupakan hal penting untuk diketahui karena
berkaitan dengan faktor cahaya yang masuk ke perairan untuk proses
fotosintesis. Untuk penanaman di dekat permukaan perairan, kedalaman saat
penanaman disesuaikan terhadap permukaan air laut sehingga kedalaman
penanaman tidak secara nyata mempangaruhi pertumbuhan rumput laut dan
aspek pencahayaan (fotosintesis) kecuali dari aspek suplai nutrisi
(pengadukan). Menurut Indriani dan Sumiarsih (1999), bahwa kedalaman bagi
pertumbuhan rumput laut adalah 0,3-0,6 meter.

2.2.4 Pasang surut

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap kedalaman tumbuh


dan kedalaman antara organisme dengan substrat (dasar perairan).
Berdasarkan hasil pengukuran maka kedalaman tumbuh rata-rata adalah 0,3
meter. Kondisi ini merupakan hal penting untuk diketahui karena berkaitan
dengan faktor cahaya yang masuk ke perairan untuk proses fotosintesis. Untuk
penanaman di dekat permukaan perairan, kedalaman saat penanaman
disesuaikan terhadap permukaan air laut sehingga kedalaman penanaman tidak
secara nyata mempangaruhi pertumbuhan rumput laut dan aspek pencahayaan
(fotosintesis) kecuali dari aspek suplai nutrisi (pengadukan). Menurut Indriani
dan Sumiarsih (1999), bahwa kedalaman bagi pertumbuhan rumput laut adalah
0,3-0,6
7 meter.

iii
Pasang surut.laut terbentuk karena gaya tarik dari semua
planet,pJerutama bulan dan matahari terhadap bumi'(Franco, 1966). Tarikan itu
akan menyebabkan badan air laut bergerak vertikal dan horisontal. Oleh kaiena
itu, permukaan air laut tidaklah statik melainkan dinamik dan selalu bergerak
(Marchuk dan Kagan, 1983). Untuk mengetahui karakteristik pasang surut laut,
perlu dilakukan pengamatan di lapangan (Hydrographic Services, 1987). Disini
perlu dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat perekam pasang surut
otomatis ataupun rambu visual (Unesco, 1994). Data ini kemudian dihitung agar
karakteristik pasang surut laut dapat diketahui (Hydrographer of the Navy,
1969).

2.2.5 Gelombang

Menurut Bambang Triatmodjo (1999), Gelombang dapat diklasifikasikan


menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitan seperti angin
(gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulanmatahari (gelombang
pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang
tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Menurut
Danial (2008), Sejak keluar dari daerah pembentukannya, gelombang yang
masih berada di laut dalam menjalani transformasi lebih teratur dibanding pada
saat pembentukannya. Tetapi selama penjalarannya, angin dan durasi serta
arah hembusannya masih tetap memberikan pengaruh sehingga menyebabkan
terjadi perubahan baik tinggi, periode dan arah.

Setelah memasuki suatu kawasan transisi, gelombang akan dipengaruhi


oleh kedalaman kontur yang menyebabkan terjadinya proses deformasi
gelombang baik dalam tinggi, periode dan kecepatannya. Kerusakan pantai
dapat diakibatkan oleh gerakan angin, arus sehingga terjadi bangkitan
gelombang dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai.
Perubahan garis pantai umumnya disebabkan tidak saja oleh faktor alam tetapi
juga akibat kegiatan manusia antara lain adalah kegiatan pembangunan
pelabuhan, pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai,
pertambakan, perlindungan pantai, reklamasi pantai, dan kegiatan wisata
pantai. (Azhar, 2012).
8

iii
2.3 Parameter Kimia

2.3.1 PH

Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan


antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Derajat
keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu atau pH
= - log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam cenderung
menyebabkan kematian pada ikan.

Hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga, aktifitas


pernapasan tinggi dan selera makan berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005). pH
air laut umunya berkisar antara 7.6 8.3 (Brotowidjoyo, 1995) dan berpengaruh
terhadap ikan (Bal and Rao, 1984). pH air laut relatif konstan karena adanya
penyangga dari hasil keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat, karbonat
dan bikarbonat yang disebut buffer (Black, 1986 dalam Shephered and
Bromage, 1998). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan
industri serta limbah rumah tangga (Sastrawijaya, 2000).

2.3.2 Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitas


menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi
oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida dan semua bahan
organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Salinitas perairan menggambarkan
kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah
berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada
umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3).
9
Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00) (Effendi,
2003). Salinitas air laut bebas mempunyai kisaran 30-36 ppt, Sedangkan

iii
daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang lebih besar. Semua organisme
dalam perairan dapat hidup pada perairan yang mempunyai perubahan salinitas
kecil (Hutabarat dan Evans, 1995). Toleransi terhadap salinitas tergantung pada
umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh terhadap reproduksi, distribusi, lama
hidup serta orientasi migrasi. Variasi salinitas pada perairan yang jauh dari
pantai akan relatif kecil dibandingkan dengan variasi salinitas di dekat pantai,
terutama jika pemasukan air air sungai.

Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan


atau distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut. Ikan air laut
mengatasi kekurangan air dengan mengkonsumsi air laut sehingga kadar
garam dalam cairan tubuh bertambah. Dalam mencegah terjadinya dehidrasi
akibat proses ini kelebihan garam harus dibatasi dengan jalan mengekskresi
klorida lebih banyak lewat insang dan ekskresi lewat urine yang isotonik (Hoar,
1979). Ikan mengatur ion plasmanya agar tekanan osmotic didalam cairan
tubuh sebanding dengan kapasitas regulasi.

2.3.3 DO

Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,
sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen.
Walaupun pada kondisi terbuka, kandungan oksigen perairan tidak sama dan
bervariasi berdasarkan siklus, tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian, musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa
air, aktifitas fotosintesa, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air.
Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu : kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung
pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005).

Penurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat aktivitas


ikan. Oksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan
oksigen antara tiap spesies tidak sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
struktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan
partial oksigen dalam air dan dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah
(Brown
10 and Gratzek, 1980). Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya sangat
kecil sehingga tidak menggangu kehidupan ikan. Keberadaan oksigen di
perairan sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan.

iii
Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan
respirasi berbagai organisme perairan (Dahuri, 2004).

Bab III
METODE

3.1 Alat dan Fungsi


3.1.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Termometer Hg : Alat pengukur suhu perairan

b. Kecepatan arus
Tali raffia : Penghubung botol satu dengan
yang lain
Botol bekas air mineral (600ml) 2 buah: Sebagai pelampung
dan pemberat
Stopwatch : Alat pengukur waktu kecepatan
arus
Kompas : Alat penunjuk arah arus

c. Kecerahan
Secchi disk : Alat untuk mengukur kecerahan
Karet gelang : Untuk menandai d1 dan d2
Tongkat skala : Alat pengukur tinggi kedalaman d1
dan d2

d. Pasang surut
Tide staff : Alat pengukur pergerakan pasang
surut

e. Gelombang
Tongkat skala : Alat pengukur gelombang
11
Stopwatch : Alat pengukur waktu selisih
gelombang satu dengan yang lain

iii
3.1.2 Parameter Kimia
a. pH
pH paper : Alat pengukur pH perairan
secara konvensional
pH meter : Alat pengukur pH perairan secara
modern

b. Salinitas
Refraktometer : Alat pengukur salinitas perairan
secara konvensional
Salinometer : Alat pengukur salinitas perairan
secara modern

c. DO
Water Sampler : Alat untuk membantu
pengambilan air
sampel dari perairan
Botol DO : Alat untuk mengambil air sampel
untuk pengukuran DO
Buret : Alat untuk tempat larutan titran
dan titrasi
Corong : Alat untuk membantu
memasukkan larutan titran ke
dalam biuret
Pipet tetes : Alat untuk mengambil larutan
dalam jumlah kecil
Statif : Sebagai penyangga buret

3.2
12 Bahan dan Fungsi
3.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu

iii
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati

b. Kecepatan arus
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
c. Kecerahan
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
d. Pasang surut
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
e. Gelombang
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati

3.2.2 Parameter Kimia


a. pH
Air sample : Sebagai media yang diamati
Aquades : Sebagai zat cair yang
membersihkan dan menetralkan
alat pH Meter

b. Salinitas
Aquades : Sebagai zat cair yang akan
menetralkan sensor salinometer
dan kaca prisma refraktometer
Tissue : Untuk membersihkan bagian-
bagian optik
Air sampel : Sebagai objek yang akan diamati

13 c. DO
MnSO4 : Untuk mengikat O2

iii
NaOH + KI : Untuk membentuk endapan coklat
serta melepas I2
H2SO4 : Untuk pengkondisian asam dan
melarutkan endapan
Na2S2O3 : Untuk mentitrasi larutan hingga
netral
Amilum : Untuk indikator warna ungu dan
pengkondisian basa
Air sampel : Sebagai objek yang akan diamati
DO nya
Kertas label : Menandai larutan

3.3 Skema Kerja

3.3.1 Parameter Fisika

A. Suhu

Termometer Hg

Masukkan termometer Hg ke perairan

Diamkan beberapa saat, sekitar 2-3 menit

Angkat termometer dan sesegera mungkin dibaca nilai suhu pada


termometer Hg sebelum terkontaminasi suhu sekitar.

Catat hasil pengukuran


Hasil

14

iii
B. Kecepatan Arus

Current meter

Isi salah satu botol air mineral dengan air lokal, fungsinya sebagai
pemberat. Sedangkan botol yang tidak berisi air berfungsi sebagai
pelampung.

Hubungkan dengan pemberat dengan pelampung menggunakan tali


rafia sepanjang 30cm dan ikatkan lagi dengan tali rafia sepanjang
5meter.

Hanyutkan botol mengikuti arus

Catat waktu yang diperlukan hingga tali rafia sepanjang 5meter


tersebut merenggang

s
v
Hitung kecepatan arus menggunakan rumus t

V merupakan kecepatan arus, s sebagai panjang tali, t adalah waktu


Hasil tempuh.

15

iii
C. Kecerahan

secchi disk

Turunkan perlahan-lahan secchi disk ke perairan sampai batas pertama


kali secchi disk tidak tampak, tandai menggunakan karet gelang

Ukur panjang tali yang sudah ditandai dengan karet gelang


menggunakan tongkat skala dan catat sebagai D1

Turunkan secchi disk hingga benar-benar tidak tampak

Angkat secchi disk perlahan-lahan hingga secchi disk pertama kali


tampak, tandai dengan karet gelang

Ukur panjang tali menggunakan tongkat skala dan catat sebagai D2

Kemudian hitung rata-rata kecerahan menggunakan rumus

Hasil D1 D 2
D
2

D. Pasang Surut

Tide staf

Tancapkan tide staff pada daerah pasang surut yangg masih terendam
air pada saat surut terendah

Catat permukaan laut mula-mula (T1)(cm)


16

Setelah beberapa jam, dilihat lagi tinggi permukaan air laut dan dicatat
sebagai tinggi permukaan air (T2)

iii
T 2 T1
Hitung kecepatan pasang surut menggunakan rumus t
Hasil

E. Gelombang

1) Tinggi gelombang

Tongkat

Tongkat skala ditegakkan sampai menyentuh dasar perairan

Dilihat pengukuran tinggi gelombang secara visual

Catat tinggi puncak gelombang dan lembah gelombang

Ulangi pengukuran sebanyak 3kali


Hasil

2) Periode gelombang

Tongkat

Tegakkan tongkat skala sampai menyentuh dasar perairan

Ukur dan catat waktu yang diperlukan untuk puncak 1 dan puncak 2
melewati tongkat skala menggunakan stopwatch

Ulangi pengukuran sebanyak 3kali.


Hasil

3.3.2 Parameter Kimia

17
A. pH

1) pH paper (konvensional)

pH paper

iii
Celupkan pH paper ke dalam sampel air

Kibas-kibas pH paper sampai setengah kering

Cocokkan warna pH paper dengan kotak standart pH

Catat hasilnya
Hasil
2) pH meter (modern)

pH meter

Kalibrasi sensor pH meter menggunakan aquades

Celupkan pH meter pada sampel air laut dan tekan tombol on

Tunggu sampai nilai pH muncul dengan stabil

Catat hasilnya
Hasil

B. Salinitas

1) Refraktometer (konvensional)

Refraktometer

Kalibrasi kaca prisma refraktometer menggunakan aquades, usap


menggunakan tissu (searah)

Teteskan 3-4 sampel air laut pada kaca prisma refraktometer dan
tutup kaca prisma dengan sudut 45 agar tidak terbentuk
gelembung udara

Arahkan refraktometer pada cahaya matahari

Baca dan catat skala sebelah kanan yang menunjukkan skala


18
salinitas

Hasil

iii
2) Salinometer (modern)

Salinometer

Kalibrasi sensor salinometer menggunakan aquades

Tekan tombol start

Tekan zero

Tekan start sampai kondisi netral

Usap sensor salinometer menggunakan tissu (searah)

Teteskan sampel sampai menutupi sensor salinometer

Tekan start

Tunggu dan catat angka salinitas yang muncul pada salinometer


Hasil

19

iii
C. Oksigen terlarut

Water sampler

Catat volume botol DO yang akan digunakan

Masukkan kedalam water sampler

Tutup water sampler dan selang pada water sampler

Masukkan kedalam perairan sampai kedalaman setengah kecerahan

Tunggu sampai terdengar bunyi gelembung udara

Angkat water sampler dari perairan

Tutup botol DO dalam keadaan botol DO masih di dalam water sampler

Keluarkan botol DO dari water sampler

Pastikan tidak ada udara dari luar yang masuk kedalam botol DO

Tambahkan 2ml MnSO4 untuk mengikat oksigen dan NaOH+KI untuk


membentuk endapan coklat

Homogenkan dan tunggu beberapa saat sampai endapan coklat


terbentuk

Setelah endapan coklat terbentuk, buang air bening yang beradaa di


atas endapan
20

Tambahkan 2ml H2SO4 untuk pengkondisian asam kemudian


homogenkan sampai endapan coklat larut

iii
Tambahkan 4 tetes amylum kemudian titrasi dengan Na2S2O3 sampai
terjadi perubahan pertama kali muncul warna bening

Catat ml titran

Hitung oksigen terlarut menggunakan rumus

volume(titran) xN (0,025) x8 x1000


DO
Volume ( sampel ) 4
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Data Lapang
1. Kecepatan Arus
Data diambil pada jam : 10.08 WIB
Hasil Pengukuran
Panjang tali yang dipakai (s) : 5 meter
Lama waktu (t) : 34 detik
Kecepatan Arus (v) : 0,15 m/detik
2. Kecerahan
a. Pengukuran 1
Data diambil pada jam : 09.30 WIB
Hasil Pengukuran
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) : 270 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 210 cm
Nilai Kecerahan : 240 cm
b. Pengukuran 2
Data diambil pada jam : 09.55 WIB
Hasil Pengukuran
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) : 282 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 226 cm
Nilai Kecerahan : 254 cm
21
c. Pengukuran 3
Data diambil pada jam : 10.18 WIB
Hasil Pengukuran

iii
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) : 250 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 242 cm
Nilai Kecerahan : 246 cm
Rata-Rata Kecerahan : 246.7 cm

3. Suhu
a. Pengukuran 1
Data diambil pada jam : 09.30 WIB
Hasil Pengukuran
Suhu air laut : 31C
b. Pengukuran 2
Data diambil pada jam : 10.00 WIB
Hasil Pengukuran
Suhu air laut : 30C
c. Pengukuran 3
Data diambil pada jam : 10.10 WIB
Hasil Pengukuran
Suhu air laut : 29C
Rata-Rata Suhu : 30C
4. Salinitas
Hasil Pengukuran Salinometer
Nilai Salinitas : 34 ppt
Hasil Pengukuran Refraktometer
Nilai Salinitas : 30 ppt
5. Derajat Keasaman (pH)
Hasil Pengukuran Ph paper
Nilai pH :9
Hasil Pengukuran Ph meter
Nilai pH : 8.23
22

6. Gelombang
Data diambil pada jam : 14.00 WIB

iii
Hasil Pengukuran
Tinggi Gelombang

Pengukuran ke- I II III Rata-rata


Puncak (cm) 132 124 127 127.7
Lembah (cm) 111 116 115 114
Selisih (cm) 21 8 12 13.7

Perioda Gelombang

Pengukuran ke- I II III Rata-rata

Periode Gelombang
3 3 3 3
(detik)

7. Pasang Surut
Hasil Pengukuran
Skala awal pada tide staff : 7 cm
Skala akhir pada tide staff : 117 cm
Selang waktu pengukuran : 7 jam
Kecepatan pasang surut : 15.8 cm/jam
Tipe pasang surut : Diurnal
8. Oksigen Terlarut (DO)
Hasil Pengukuran
Volume (titran) : 9.1 ml
N (titran) : 0,025 N
Volume Botol DO : 250 ml
volume(titran) xN (titran) x8 x1000
DO
volume( sampel ) 4
9,1x0.025 x8 x1000
DO
250 4 =7,39 mg/l
Nilai kandungan oksigen di perairan : 7.4 mg/l

4.223
Analisa Prosedur
4.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu

iii
Dalam praktikum Oseanografi materi pengukuran suhu caranya
adalah pertama Thermometer Hg diikat dengan karet ujung atasnya,
kemudian dicelupkan ke dalam perairan. Pastikan pada saat kita
memegang Thermometer, tangan kita tidak memegang Thermometer
secara langsung, tetapi memegang karet yang telah diikat di ujung atas
Thermometer agar suhu tidak terkontaminasi suhu tubuh. Lalu dibiarkan
sekitar 2-3 menit lalu diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada
skala Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengukuran suhu adalah saat pengukuran harus
membelakangi sinar matahari dan badan Thermometer tidak boleh
tersentuh oleh tangan karena akan dipengaruhi suhu lingkungan dan suhu
badan. Waktu perendaman dalam air selama 2-3 menit dan membaca
skalanya dengan cepat.
b. Kecepatan Arus
Dalam praktikum Oseanografi materi Kecepatan Arus caranya
adalah pertama satu botol bekas air mineral diisi dengan air lokal dan
dihubungkan dengan botol bekas air mineral yang kosong menggunakan
tali rafia sepanjang 30 cm dan diikatkan lagi pada tali rafia sepanjang 5
m. Botol bekas air lokal berfungsi sebagai pemberat sedangkan yang
kosong sebagai pelampung. Selanjutnya botol dihanyutkan mengikuti
arus. Waktu yang diperlukan hingga tali meranggang dicatat (waktu
tempuh diukur dengan stopwatch). Kecepatan arus dihitung dengan
rumus :

s
v
t

dimana (v) sebagai kecepatan arus, (s) sebagai panjang tali yang
terpakai, (t) sebagai waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter
perdetik (m/s).
c. Kecerahan
Dalam praktikum Oseanografi materi kecerahan caranya adalah
pertama Secchi disk diturunkan hingga batas pertama kali tidak tampak,
24
ditandai tali Secchi disk dengan karet gelang dan diukur panjang tali
menggunakan tongkat skala serta dicatat sebagai . Kemudian Secchi disk

iii
diturunkan lagi hingga benar-benar tidak tampak, lalu ditarik pelan-pelan
hingga pertama kali tampak, ditandai tali Secchi disk dengan karet gelang
dan diukur panjang tali serta dicatat sebagai . Rata-rata hasil pengukuran
tersebut merupakan nilai kecerahan perairan, dihitung dengan rumus:
D1 D 2
D
2
d. Pasang Surut
Pada praktikum Oseanografi materi Pasang Surut ini digunakan alat
yaitu tidal staff untuk mengukur pasang dan surut air laut dan dapat
diganti dengan tongkat berskala yang diberi selang ditengahnya. Cara
pengukurannya adalah sebagai berikut : tidal staff/tongkat dipasang pada
tiang di daerah pasang surut yang masih terendam air pada saat surut
terendah, kemudian tinggi permukaan air dalam selang plastik bening
pada tidal staff/tongkat dicatat sebagai tinggi permukaan mula-mula t0
(cm). Setelah 1-2 jam, tinggi permukaan air dalam selang plastik dicatat
lagi sebagai tinggi permukaan air t1 (cm), dan setelah diketahui t0 dan t1
dapat dihitung kecepatan pasang surut, yaitu selisih antara t0 dan t1
dibagi dengan selang waktu pengukuran tersebut (cm/jam) dan tipe
pasang surut tersebut.
e. Gelombang
Pada praktikum Oseanografi materi Gelombang mengukur 2
parameter, yaitu:
- Tinggi Gelombang
Pada pengukuran tinggi gelombang alat yang digunakan yaitu
tongkat berskala. Setelah tingkat disiapkan, bawa tongkat skala di tepi
pantai kemudianditancapkan, diamati gelombang yang datang dicatat
berapa jarak antara puncak gelombang dan lembah saat menyentuh
tongkat skala. Cara pengukuran harus dengan hati-hati dan
cermatkarena gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini
diulangi sebanyak 3 kali, kemudian catat hasilnya.
- Periode gelombang
Amati tongkat skala yang sudah ditancapkan di perairan pantai,
25 apabila gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama
gelombang menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak
gelombang selanjutnya yang menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya

iii
dalam tabel pengamatan ke-1 dan diulangi langkah-langkah diatas
untuk pengamatan 2 dan 3, sehingga diperoleh hasil rata-rata dari
periode gelombang tersebut.
4.2.2 Parameter Kimia
a. pH
Pada praktikum Oseanografi materi pH caranya adalah :
- Menggunakan pH Paper :
Pertama, disiapkan pH paper dan dimasukkan ke dalam sample
air. Setelah 2-3 menit pH paper daiangkat dan dikibas-kibaskan hingga
setengah kering. Lalu, dicocokkan perubahan warna pH paper dengan
kotak standar pH.
- Menggunakan pH Meter :
Pertama, dikalibrasi/distandarisasi pH meter dengan
memasukkan elektroda pH meter ke dalam larutan buffer dengan pH
7,00 ditunggu hingga pH meter menunjukkan pH 7,00. Lalu dikeluarkan
elektroda pH meter dari larutan buffer, kemudian dibersihkan dengan
aquades yang berada dalam washing bottle. Setelah bersih
dimasukkan elektroda ke dalam contoh air yang akan di analisis, lalu
tunggu hingga nilai pH muncul.
b. Salinitas
Pada praktikum Oseanografi materi Salinitas caranya adalah
- Menggunakan Refraktometer :
Pertama dikalibrasi kaca prisma refraktomter dengan aquades,
lalu dibersihkan dengan tisu pada bagian optiknya dengan searah.
Kemudian, diteteskan 3 tetes air sampel pada optik refraktometer,
ditutup dengan cover kaca prisma dengan sudut agar tidak terbentuk
gelembung udara, kemudian diarahkan pada cahaya matahari.Dibaca
skala bagian kanan atas yang menunjukan nilai salinitas, lalu dicatat
hasil yang ditunjukkan oleh skala
- Menggunakan Salinometer :
Pertama, dikalibrasi sensor pada salinometer dengan cara
meneteskan aquades pada sensor, lalu ditekan tombol on/off pada
26 salinometer, kemudian ditekan tombol zero hingga muncul AAA, dan
ditekan tombol start hingga menunjukan nilai netral. Diteteskan air

iii
sample yang ingin di ukur salinitisnya, lalu ditekan tombol start.
Dicatat nilai yang muncul pada layar.
c. DO
Diukur dan dicatat volume yang akan diukur, lalu dimasukkan
kedalam water sampler dan masukkan ke dalam perairan sesuai dengan
kedalaman yang diinginkan untuk memperoleh air sample. Kemudian,
tambahkan 2 ml dan NaOH + KI, lalu dibolak balik sampai larutan
homogen kemudian diendapkan. Buang air bening diatas endapan, lalu
tambahkan 2 ml kemudian kocok sampai endapan larut. Tambahkan 4
tetes amylum kemudian titrasi dengan 0,025N sampai terjadi perubahan
tidak berwarna (bening) pertama kali, dan catat ml titran kemudian hitung
dengan menggunakan rumus :
volume(titran) xN (titran) x8 x1000
DO
volume( sampel ) 4
4.3 Analisa Hasil
4.3.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Pada pengukuran suhu di UPT Pelabuhan Perikanan Mayangan
Kabupaten Probolinggo, didapatkan suhu berkisar 30C, dengan suhu
tersebut dapat dikatakan bahwa suhu perairan tersebut memiliki rata-rata
suhu yang baik atau optimum yaitu 28-29,5C. Pengukuran dilakukan
selama 3 kali pengukuran untuk memastikan data yang sesuai
Menurut Effendi (2003) dalam Apridayanti (2008), suhu berpengaruh
terhadap proses metabolisme sel organisme air. Peningkatan suhu akan
menyebabkan peningkatan kecepatan proses metabolisme sel dan
replikasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan
dekomposisi bahan organik mikroba. Kisaran suhu yang baik adalah
berkisar antara 28-29,5C
Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk
kedalam air. Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan
densitas air, juga berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur
dalam air. Sedangkanperubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan
27 arus secara vertikal. Secaralangsung maupun tidak langsung, suhu
berperan dalam ekologi dan distribusiplankton baik fitoplankton maupun
zooplankton (Subarijanti, 1994 dalam Apridayanti, 2008).

iii
b. Kecepatan Arus
Pada praktikum Oseanografi diperairan pelabuhan perikanan pantai
mayangan Probolinggo didapatkan perhitungan kecepatan arus dengan
nilai 0.15 m/s dengan arah arus dari timur menuju ke barat.
Kecepatan arus diperairan ini menunjukkan nilai kecepatan arus
yang bervariasi. Antara 0,02 m/det -1,28 m/det dengan nilai rata-rata
0,364 m/det/ sirkulasi arus yang terjadi disuatu perairan oleh banyak factor
antara lain musim,angin, topografi perairan, morfologi pantai dan
kedalaman laut (Pond dan Pickard,1983 dalam Nurhayati 2006).

c. Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan di laut UPT Pelabuhan Perikanan
Mayangan Kabupaten Probolinggo diperoleh rata-rata nilai kecerahan
perairan tersebut sebesar 246.7 cm. Dari hasil yang diperoleh dapat
dikatakan bahwa kondisi kecerahan di perairan tersebut optimal, karena
kepadatan fitoplankton cukup pekat.
Menurut Fatmawati (2010), kisaran kecerahan yang baik untuk suatu
perairan adalah kisaran 24-25 cm. Maka perairan tersebut banyak
terdapat fitoplankton sehingga menyebabkan perairan keruh. Kalau suatu
perairan tersebut keruh berarti itu mengandung partikel partikel atau
endapan yang dapat menutupi permukaan tumbuhan. Hal tersebut dapat
mengurangi proses pertumbuhan tumbuhan air.
Menurut Sari dan Usman (2012) kecerahan perairan adalah suatu
kondisi yang menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan
air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat
penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan
merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer
dalam suatu perairan.
d. Pasang Surut
Dari data pengukura didapat skala awal pada tide staff adalah 7 cm
dan skala akhir pada tide staff adalah 117 cm,selang waktu pengukuran
didapat selama 7 jam,sedangkan kecepatan pasang surut adalah 15.8
28 cm/jam,dan tipe pasang surutnya diurnal.
Menurut Poerbandono et al., (2005) dalam Lanuru (2011), Pasut laut
(ocean tide) adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut

iii
secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bulan dan
matahari. Fenomena yang berhubungan dengan pasut adalah arus pasut,
yaitu gerak badan air menuju dan meninggalkan pantai saat air pasang
dan surut.
Pasang surut merupakan salah satu gejala yang tampak nyata pada
laut.Gejala tersebut adalah satu gerakan vertical(naik turunnya air laut
secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel masa air laut dari
permulaan sampai bagian kedalaman dari dasar laut.Gerakan tersebut
disebabkan oleh pengaruh gravitasi antara bumi dan bulan,bumi dan
matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari (Surinati,2007).
e. Gelombang
Pada pengukuran gelombang di laut UPT Pelabuhan Perikanan
Mayangan Kabupaten Probolinggo diperoleh hasil rata-rata puncak 127.7
cm dan rata-rata lembah sebesar 114 cm. Periode gelombang didapatkan
nilai rata-rata sebesar 3 detik.
Sesuai dengan pendapat Lanuru et al. (2011) yaitu besar kecilnya
suatu gelombang dipengaruhi oleh kekuatan angin , durasi angin ,
lamanya angin bertiup , jarak tantangan dimana angin sedang bertiup.
Apabila kita melihat gelombang di lautan, kita mendapat suatu kesan
seolah-olah gelombang ini bergerak secara horizontal dari satu tempat ke
tempat yang lain, yang kenyataaanya tidaklah demikian ini. Suatu
gelombang membentuk sutu gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi
di sana sebenarnya hanya terjadi suatu gerakan kecil ke arah depan dari
massa air itu sendiri.
Pada hakekatnya gelombang laut menggambarkan transmisi dari
energy dan momentum. Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah
ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan
laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin yang
sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat
menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana badai
yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat
mengakibatkan suatu kerusakan di daerah pantai (Aziz, 2006).
29 4.3.2 Parameter Kimia
a. pH

iii
Pada pengukuran pH di Pelabuhan Mayangan Probolinggo
didapatkan hasil rata-rata nilai pH dengan menggunakan pH paper adalah
9 dan pH meter 8.23 . Dengan pH tersebut dapat disimpulkan bahwa
kondiisi perairan di lokasi praktikum adalah basa dan pH di perairan
pelabuhan Mayangn Probolinggo tersebut optimal.
Menurut Kordi et al. (2007), pH air mempengaruhi tingkat kesuburan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asa, akan
kurang prodaktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Usaha
budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 dan
kisaran optimal pH adalah 7,5-8,7.
Hal ini sebanding juga dengan pendapat dari Bambang (2001), yaitu
kisaran pH yang baik bagi perairan adalah 5-8,5. Air laut umumnya
memiliki nilai pH diatas 7 yang berarti basa. Namun dalam keadaan
tertentu nilainya dapat berubah menjadi lebih rendah dari 7 sehingga
menjadi bersifat asam.
b. Salinitas
Pada pengukuran salinitas di UPT Pelabuhan Perikanan Mayangan
Kabupaten Probolinggo didapatkan nilai salinitas pada refraktrometer
adalah sebesar 30 ppt dan salinometer 34 ppt.. Dengan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa perairan tersebut memiliki nilai salinitas yang optimal.
Menurut Djunarsyah (2005),bahwa salinitas didaerah tropis dan
equator adalah 34.5 - 35.5 ppt.Dan salinitas air diseluruh perairan didunia
berkisar antara 33 37ppt.
Salinitas perairan rata-rata adalah 32.28 ppt sedangkan nilai
salinitas berdasarkan nilai ambang untuk budidaya adalah 25-34 ppt
(Suyanto, 1996). Berdasarkan kisaran tersebut maka perairan tersebut
merupakan perairan yang mempunyai daya dukung terhadap aktifitas
budidata, dimana salinitas merupakan variable lingkungabn yang
mempengaruhi tingkat kenyamanan biota yang akan dibudidayakan selain
dipergunakan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhaN organisme
tersebut. (Riyadi, 2005).
c. DO
30 Pada praktikum Oseanografi di laut UPT Pelabuhan Perikanan
Mayangan Kabupaten Probolinggo didapatkan hasil DO atau Oksigen
terlarut sebanyak 7.4 mg/l. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kandungan DO

iii
di perairan pelabuhan Mayangan menunjukan kondisi oksigen yang baik
bagi perairan.
Menurut Effendi (2003) dalam Apridayanti (2008), kadar oksigen
terlarut kurang dari 0,3 mg/l sehingga mengindikasikan hanya sedikit jenis
ikan yang dapat bertahan pada masa pemaparan singkat. Pada kadar 0,3
1,0 mg/l mengindikasikan pemaparan lama dan mengakibatkan
kematian ikan.
Oksigen terlarut adalah parameter untuk mengetahui kualitas air
yang dibutuhkan oleh jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energy untuk
pertumbuhan dan pembiakan.Kadar oksigen yang baik adalah tidak boleh
kurang dari 1.7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70% (Salmin,2005).

4.4 Manfaat di Bidang Perikanan


4.4.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Pertumbuhan dan kehidupan biota laut sangat dipengaruhi suhu air.
Umumnya dalam batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan biota
meningkat sejalan dengan naiknya suhu air. Artinya derajat kelangsungan
hidup biota menurun pada kenaikan suhu.
Suhu memepengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar dibatasi
oleh suhu perairan tersebut. Distribusi suhu secara vertikal bermanfaat
dalam pendistribusian mineral dalam air karena kemungkinan terjadi
pembalikan lapisan air. Suhu sangat berkaitan erat dengan konsentrasi
DO dalam air dan konsumsi oksigen hewan air (Kordi et al., 2007)
Suhu mempunyai efek langsung dan tidak langsung terhadap
fitoplankton.Efek langsung yaitu toleransi organisme terhadap keadaan
suhu, sedangkan efektidak langsung yaitu melalui lingkungan misalnya
dengan kenaikan suhu airsampai batas tertentu akan menurunkan
kelarutan oksigen (Boney dalam Apridayanti, 2008).
31 b. Kecepatan Arus
Arus sangat memiliki banyak manfaat dalam kaitannya dengan
dunia perikanan. Dengan adanya arus, fitoplankton dapat bergerak dari

iii
satu daerah ke daerah lain, sehingga pakan alami merata tersebar karena
fitoplankton bergerak oleh pengaruh arus. Begitupun dalam unsur hara,
arus bergerak membawa unsur hara, baik berupa unsur hara makro
maupun mikro.
Menurut Fattah (2011), Kecepatan Arus selain berfungsi untuk
mensuplai zat hara juga membantu memudahkan rumput laut menyerap
zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan
pertukaran CO2 dan O2 sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi
masalah. Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian tanaman,
selama ini ketersediaan zat hara tidak menjadi faktor penghambat
pertumbuhan tanaman.
Manfaat arus sebagai berikut :
1. Distribusi dan transportasi hara
2. Distribusi dan tingkah laku ikan
3. Penyegaran terumbu karang
4. Arah pelayaran
5. Energy alternative (PLTAL)
c. Kecerahan
Kekeruhan air sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota.
Kekeruhan disebabkan zat-zat tersuspensi seperti lugol, zat organik, dan
anorganik, serta plankton dan organisme mikroskopik lainnya. Kekeruhan
menyebabkan sinar yang datang ke air akan lebih banyak dihamburkan
dan diserap dibandingkan dengan yang ditransmisikan. Padahal sinar
yang ditransmisikan ini sangat diperlukan oleh biota itu sendiri maupun
plankton.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat
mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses
asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak
keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak
pula terlampau jernih baik untuk kehidupan biota air. Kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik/plankton yang
berada dalam perairan (Kordi et. al., 2007)
32 Bagian spektrum cahaya yang efektif untuk fotosintesis adalah
cahayayang mempunyai panjang gelombang 390-710nm dengan
penyimpangan 10 nm dan yang menyusun 0,46-0,48% dari keseluruhan

iii
energi matahari. Di danauhanya 0,056% dari total energi radiasi yang
jatuh dipermukaan bumi yangdimanfaatkan oleh fitoplankton setiap
tahunnya dan di perairan sangat produktifhanya dapat menggunakan
energi ini sekitar 3% (Mahmudi, 2005 dalam Apridayanti, 2008).
d. Pasang Surut
Tujuan dan kegunaan studi tentang pasang surut terutama adalah
untuk kepentingan ilmu (scientific interest); tujuan ini adalah tujuan
pertama sekali dari para ilmuwan dalam mempelajari gejala alam.
Beberapa aplikasi misalnya dalam navigasi, digunakan untuk
memperkirakan tinggi muka air dan kekuatan serta arah arus. (Azis,
2006).
Di teluk dan estuari tertentu, pasut dapat menimbulkan arus pasut
yang kuat. Bila air dipaksa masuk melalui celah yang sempit, arus pasut
bisa menjadi sangat kuat. Gelombang pasut yang masuk teluk atau
estuari dapat mengalami resonansi yang efeknya memperbesar tinggi
pasut. Sebagai contoh di Teluk Fundy di Kanada, akibat dari resonansi
tinggi pasut mencapai 15 meter (Matthias, 1994 dalam Azis, 2006).
Adapun beberapa manfaat pasut dibidang lain diantaranya, sebagai
sarana olahraga yaitu Surfing. Selain itu, pasut bisa mempercepat
pengendapan di perairan laut. Pasut juga dapat memperluas daerah
Intertidal, lalu pasut juga bermanfaat sebagai pengaduk gas atmosfir ke
dalam air.
e. Gelombang
Gelombang memiliki manfaat seperti sarana olahraga,kita tahu di
pantai-pantai tertentu dengan gelombang yang cukup besar dapat menjadi
sarana olahraga surfing dimana semakin besar gelombang tersebut akan
lebih memacu adrenalin para peselancarnya.Manfaat kedua yaitu
mempercepat pengendapan. Semakin besar gelombang, maka semakin
basar kemungkinan untuk mempercepat pengendapan/ sedimentasi.
Memperluas daerah intertidal tentunya sangat menguntungkan karena
akan terbentuk daerah intertidal baru,dimana terdapat inverterbrata yang
hidup disana.
33 Gelombang atau ombak yang timbul akibat adanya tiupan angin di
atas permukaan perairan. ombak berperan langsung dalam proses difusi
gas-gas di atmosfer ke perairan, sehingga perairan tidak akan kekurangan

iii
gas-gas esensial terutama oksigen (Nybakken,1992 dalam Khasanah,
2013).

Gelombang atau ombak sangat berpengaruh dalam kegiatan budidaya


rumput laut. Untuk kegiatan budidaya rumput laut tinggi ombak tidak lebih
dari 40 cm. Ombak yang terlalu besar dapat menyebabkan kekeruhan
perairan sehingga dapat menghambat fotosintesis, selain itu ombak yang
besar dapat menyulitkan tanaman untuk menyerap nutrisi sehingga dapat

menghambat pertumbuhan (Aslan, 1991 dalam Khasanah, 2013).

4.4.2 Parameter Kimia


a. pH
pH air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar
untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH dapat mempunyai akibat
buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung, maupun tidak
langsung. Akibat langsung adalah kematian, banyaknya telur. Serta
mengurangi produksi primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan
toxisitas zat-zat yang ada dalam air.
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar
untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami
akan memberikan petunjuk terganggunya system penyangga. Hal ini
dapat menumbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang
dapat membahayakan kehidupan biota laut (Riyadi et al., 2005).
Dengan adanya pengaruh CO2 yang masuk kedalam lautan dapat
menyebabkan turunnya nilai pH di laut tersebut. Dan jika nilai pH
berkurang pada suatu perairan, otomatis konsentrasi CO2 juga berkurang.
Jika konsentrasi CO2 berkurang maka batu pembentuk ekosistem terumbu
karang akan terganggu ( Longdon, 2000 dalam Suratno, 2010).
b. Salinitas
Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin
tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang
hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan
osmotik dari lingkungannya. Karena kadar salinitas yang dibutuhkan
34 setiap biota itu berbeda (Kordi et al., 2007).
Menurut Romimoharto (2007) dalam Octasylva (2008),
keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-

iii
jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman
tekanan osmotik. Jenis-jenis biota perenang ditakdirkan untuk
mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya
mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis lainnya
seperti bentos mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut
di atasnya.
Salinitas juga pada umumnya berupa paramater penentu sedimen
dan kandungan mineral suatu perairan. Pernan yang lainnya adalah
sebagai indikator arah dan kecepatan arus. Dengan mengetahui kadar
salinitas, kita juga dapat menentukan penggolongan biota perikanan dari
kadar salinitasnya.
c. DO
Manfaat dari oksigen terlarut itu antara lain adalah oksigen sangat
diperlukan ikan untuk proses katabolisme yaitu pernapasan yang hasilnya
adalah energi yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas ikan seperti
berenang, reproduksi dan pertumbuhan.
Menurut Salmin (2005), oksigen terlarut (Dissolved Oxigen = DO)
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolism
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut.

Menurut Primashita (2013), manfaat DO adalah sebagai berikut :


1. Untuk pernapasan

2.Untuk proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian


menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.

3.Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas


perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan
35 reduksi bahan organik dan anorganik.

iii
4.Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut.

5.Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi


bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang
pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Suhu pada saat praktikum di pelabuhan perikanan mayangan,


probolinggo didapatkan suhu rata-rata yaitu . Dan suhu ini terbilang
baik karna berada pada kisaran optimal.
Arus pada saat praktikum di pelabuhan perikanan mayangan,
probolinggo didapatkan kecepatan arus sebesar 0,15m/s. Dan
kecepatan ini terbilang baik karna tidak terlalu deras arusnya.
Kecerahan pada saat praktikum di pelabuhan perikanan mayangan,
probolinggo didapatkan tingkat kecerahan rata-rata sebesar 246,7cm.
Dan termasuk tingkatan yang cukup baik dan mendukung kehidupan
biota laut.
Salinitas pada saat praktikum lapang di pelabuhan perikanan mayangan,
probolinggo didapatkan pengukuran salinitas dengan salinometer adalah
34ppt. Dan dengan menggunakan refraktometer yaitu sebesar 30ppt.
Dan salinitas disana cukup terbilang optimal.
PH pada saaat praktikum di pelabuhan perikanan mayangan,
probolinggo didapatkan pengkuran PH dengan menggunakan Ph paper
yaitu 9 (basa). Pengukuran Ph menggunakan pH meter yaitu 8,23(basa).
Dan angka ini tergolong cukup baik karna tidak terlalu basa dan asam.
Gelombang pada saat praktikum di pelabuhan perikanan mayangan,
36
probolinggo didapkan pengukuran tinggi gelombang puncak 127,7cm.
Lembah yaitu 114cm. Dengan periode gelombang yaitu 3s. Dan angka
ini terbialng cukup baik karna gelombang tidak terlalu besar.

iii
DO (dissolve oksygen) pada saat praktikum di pelabuhan perikanan
mayangan, probolinggo didapatkan pengukuran DO sebesar 7,4mg/l.
Dan angka ini cukup baik karna kisaran angka normal.
Pasang surut pada saat praktikum di pelabuhan perikanan mayang,
probolinggo didapatkan angka pengukuran pasang surut sebesar
15,8cm/jam. Dan angka menunjukan keadaan bahwwa pasang surut di
pelabuhan perikanan mayangan normal.

5.2 Saran
Dengan keterbatasan dalam melakukan dalam melakukan
penelitian ini, masih ada satu faktor yang harus diketahui yaitu faktor
biologi perairan. Maka, penulis menyarankan untuk diilakukan nya
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana kondisi parameter
perairan di pelabuhan perikanan mayangan,probolinggo ditinjau dari
faktor biologi.

37
DAFTAR PUSTAKA

iii
Ahmadi. 2010. Analisa Kualitas Air Laut Terhadap Beberapa Parameter Fisika
Dan Kimia di Perairan Teluk Pancur Ti-bupaten Lingga Provinsi
Kepulauan Riau.. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Apridayanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengolahan Lingkungan Perairan Waduk
Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. Universitas Diponegoro. Semarang.
Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air Laut. Jurnal Oseana. Vol XXXI (4): 9-21.
Baharuddin. Pariworo, I ,J. Nurjayana I, W. 2009. Pola Transformasi
Gelombang dengan Menggunakan Model RCPWave Pada Pantai Bau-
bau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi. IPB. Bogor.
Bambang. 2001. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Knisus : Anggota IKAPD.

Dauhan, S, K. 2013. Analisis Karakteristik Gelombang Pecah Terhadap

Perubahan Garis Pantai di Atep Oki. Jurnal Sipil Statik. Vol.1 No.12,
November 2013. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Fadil, M,S. 2011. Kajian Beberapa Aspek Parameter Fisika Kimia Air
dan Aspek Fisiologis Ikan yang Ditemukan pada Aliran Buangan Pabrik
Karet di Sungai Batang Arau. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Fatmawati, Kuswati. Sudjito, Rondonuwa. 2010. Pemanfaatan Kamera Digital
dalam Pembelajaran Fisika tentang Dampak Gaya Sentrifugal. Jateng :
Prosidung Pertemuan Ilmiah XXV.

Haryono dan Narni, S. 2004. Karakteristik Pasang Surut Laut di Pulau Jawa.
FORUM TEKNIK. VOL. 28, NO. I. JANUARI 2OO4.Yogyakarta.

Fattah, Andi, Yakin. 2011. Analisis Performa Biologis dan Kualitas Rumput Laut
Jenis Kappaphycos zlvarezii Pada Kondisi Lingkungan Perairan yang
Berbeda. Universitas Hasanudin : Makssar.
Kordi, M., Ghufran H.K. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air
dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta: Jakarta
Lanuru, M dan Suwarni. 2011. Pengantar Oseanografi. Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanudin. Makasar
Nurhayati. 2006. Distribusi Vertikal Suhu, Salinitas, dan Arus di Perairan
Morotal, Maluku Utara. Oseanologi dan Limnologi Indonesia
38
Octasylva, A. R. P. 2008. Studi Karakteristik Ekologi Halobates sp Di Perairan
Utara Papua. IPB: Bogor.

iii
Riyadi, Agung., Lestario Widodo., dan Kusno Wibowo. 2005. Kajian Kualitas
Perairan Laut Kota Semarang dan Kelayakannya untuk Budidaya Laut.
Jurnal P3TL - BPPT. Vol 6 (3): 497-501.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Oseana. XXX (3): 21-26.
Sari dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan
Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Riau
Savitria, R. dan R. P. Sari. 2012. Pemantauan Parameter Fisis Oseanografi
Di Perairan Senunu abupaten Sumbawa Barat.Skripsi. ITB. Bogor

Supriyadi, D,S. 2002. Kondisi Perairan Murara Berdasarkan Parameter Fisika


dan Kimia di Muara Bengawan Solo Ujung Pangkah Kabupaten Gresik,
Jawa Timur. Skripai. IPB. Bogor.

Surinati, D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana, Volume XXXII No. 1
Suratno, Bayu Prayudha. 2010. Distribusi Temporal Karbon Anorganik di
Perairan Gugus Pulau Pari. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 (2)
: 165-180.
Khasanah, Uswaton. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi
Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii di Perairan Kecamatan
Sajoangin Kabupaten Majo.
Primashita. 2013. Tugas KTI Oceaonografi AHP

39

LAMPIRAN

iii
Lampiran I: Denah Lokasi Praktikum Oseanografi

Pelabuhan Perikanan Pantai, Mayangan, Probolinggo


Lintang : Selatan, 07.719730
Bujur : Timur, 113.228720
Akurat : 14 meter
Ketinggian : 33 meter
Akurat tinggi : 34 meter
Koordinat : 07"S 11313'49.8"E

40

iii
Lampiran II:Alat-alat Yang Digunakan

Nama Parameter Dokumentasi

Suhu

Arus

Kecerahan

pH

Salinitas

41

iii
DO

Pasang surut

Gelombang

42
Lampiran III: Pengambilan Data-data Praktikum Tiap Perlakuan

Pengukuran parameter Dokumentasi

iii
Arus

Kecerahan

Suhu

Salinitas

43

iii
pH

Pasang surut

44

iii
gelombang

DO

45

iii
Lampiran IV:Data Hasil Praktikum dan Perhitungan

Nama Rumus Penghitungan


Parameter

Kecerahan D1 D 2 270 210


D
2 D= 2

240cm
Kecepatan s 5
v
Arus t 34
v=

0,15m / s

Dissolve DO
volume(titran) xN (titran) x8 x1000 9,1x0,025 x8 x1000
volume( sampel ) 4 DO
Oxygen 250 4
46

7,4mg / l

iii
Pasang T 2 T1 117 7

Surut t 7

15,71cm / jam

47

iii

Anda mungkin juga menyukai