PENDAHULUAN
iii
1.2 Maksud dan Tujuan
iii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laut Jawa terletak hanya 220 mil dari pulau Kalimantan dan perairan
pantai utara Jawa yang meliputi laut teritorial kepulauan. Laut Jawa terkadang
disamakan sebagai Mediterania/Laut Tengahnya Indonesia. Perairan Laut
Jawa bertemu di sebelah barat dengan laut Cina melalui Selat Karimata, di
sebelah selatan dengan Samudera Hindia melalui Selat Sunda dan Selat Bali, di
timur dengan Laut Flores dan Laut Sulawesi melalui Selat Makassar . Laut Jawa
merupakan Laut yang tidak terlalu dalam. Isodepth 20 m terletak pada jarak
puluhan mil dari laut lepas, sedangkan di selatan Laut Jawa, yang ditemui pada
jarak tersebut adalah Isodepth 200 m. Pada kedalaman rata-rata 40 m, Laut
Jawa membentuk lereng yang menurun secara perlahan-lahan menuju timur,
dengan kedalaman 30-an meter di bagian Baratnya dan di bagian kanan dari
Selat Karimata, sekitar 60-an meter di bagian tengahnya dan mencapai 90 m di
sebelah Barat, pada jarak beberapa mil dari Pulau Madura (Lubis et al 2005).
Hal ini seperti suatu daratan yang tergenang dan terhubung dengan
perluasan bagian Timur dangkal Sunda, beberapa kali terbentuk dataran di laut
ini pada zaman batu atau poloelitik (Pleistocene). Garis yang membagi perairan
Laut Jawa yang terletak di Selat Karimata saat ini, yang memisahkan dua
daerah aliran sungai yang besar, yang pertama mengalirkan airnya ke arah
utara, ke dalam Laut Cina, yang kedua mengumpulkan airnya dari selatan
Kalimantan, Timur Sumatera, dan dari utara Jawa, selanjutnya mengalirkannya
melalui bentuk lereng yang menurun secara perlahan lahan sampai ke Laut
Flores di bagian Timur. Suhu permukaan Laut Jawa menunjukkan nilai yang
stabil dengan rata- rata tahunan 28 C dengan simpangan suhu berkisar antara
2-3 C. Tetapi, terbatasnya fluktuasi tersebut menghasilkan siklus tahunan yang
tidak begitu nyata. Suhu paling rendah ditemukan pada bulan Februari dan
Agustus yaitu saat musim berlangsung dengan baik. Suhu paling tinggi terjadi
pada bulan April, mei, dan November pada saat peralihan musim (Potier 1998).
3
iii
sebaliknya dari bulan November- Maret arus laut mengalir ke timur. Bulan April
Oktober arah arus laut berubah dan biasanya dalam bulan ini terdapat arus
mengalir ke timur di lepas pantai Jawa dan arus mengalir ke barat di lepas
pantai Kalimantan. Di selat selat sempit antara Kalimantan dan Sumatera
seperti di Selat karimata dan Selat Gaspar, jika angin bertiup keras maka
kecepatan arus permukaan sering mencapai 100 cm/det (Romimohtarto dan
Sumiyati 1998). Sepanjang tahun, arus permukaan di Selat Makassar selalu
mengalir ke selatan dengan kecepatan pada umumnya rendah. Kecepatan
minimum terjadi dalam bulan bulan Desember, Januari, dan Mei, sedangkan
arus terkuat terjadi dalam bulan Februari, Maret, dan dari bulan Juli September.
Selama angin monsun tenggara, massa air yang keluar dari bagian selatan
Selat Makassar mengalir ke Laut jawa dan Laut Flores (Romimohtarto dan
Sumiyati 1998).
2.2.1 Suhu
iii
kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik
di perairan estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat
meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas
organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies,
proses dan level atau kisaran suhu.
iii
pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air
adalah vektor yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Menurut Nining
(2002) sirkulasi dari arus laut terbagi atas dua kategori yaitu sirkulasi di
permukaan laut (surface circulation) dan sirkulasi di dalam laut (intermediate or
deep circulation). Arus pada sirkulasi di permukaan laut didominasi oleh arus
yang ditimbulkan oleh angin sedangkan sirkulasi di dalam laut didominasi oleh
arus termohalin. Arus permukaan laut umumnya digerakan oleh stress angin
yang bekerja pada permukaan laut. Angin cenderung mendorong lapisan air di
permukaan laut dalam arah gerakan angin. Tetapi karena pengaruh rotasi bumi
atau pengaruh gaya Coriolis, arus tidak bergerak searah dengan arah angin
tetapi dibelokan ke arah kanan dari arah angin di belahan bumi utara dan arah
kiri di belahan bumi selatan. Jadi angin dari selatan (di belahan bumi utara)
akan membangkitkan arus yang bergerak ke arah timur laut. Arus yang
dibangkitkan angin ini kecepatannya berkurang dengan bertambahnya
kedalaman dan arahnya berlawanan dengan arah arus di permukaan, teori
tersebut dikenal dengan nama spiral Ekman.
Menurut Azis (2006), pada kedalaman yang cukup besar antara 500 -
2000 m, kecepatan arus yang ditimbulkan angin ini menjadi nol. Kedalaman
dimana kecepatan arus sama dengan nol disebut kedalaman tanpa gerakan
atau kedalaman Ekman. Perubahan arah dan kecepatan arus terhadap
kedalaman menimbulkan suatu transpor massa air yang arahnya tegak lurus ke
arah kanan arah angin di belahan bumi utara dan ke arah kiri di belahan bumi
selatan. Transpor massa air ini juga disebut sebagai transpor Ekman.
Pengetahuan tentang transpor Ekman ini dapat digunakan untuk menjelaskan
mekanisme timbulnya fenomena laut yang dikenal dengan nama upwelling dan
downwelling. Upwelling adalah naiknya air dingin dari lapisan dalam ke
permukaan laut sedangkan downwelling merupakan turunnya air permukaan
laut ke lapisan lebih dalam. Upwelling memperbesar jumlah plankton di laut,
karenanya daerah upwelling merupakan daerah perikanan yang kaya. Upwelling
terjadi karena adanya kekosongan massa air di lapisan permukaan dan harus
diganti oleh massa air di lapisan dalam. Downwelling terjadi karena adanya
penumpukan massa di lapisan permukaan yang harus dialirkan ke lapisan
6
dalam. Mekanisme terbentuknya upwelling diperlihatkan.
iii
2.2.3 Kecerahan
iii
Pasang surut.laut terbentuk karena gaya tarik dari semua
planet,pJerutama bulan dan matahari terhadap bumi'(Franco, 1966). Tarikan itu
akan menyebabkan badan air laut bergerak vertikal dan horisontal. Oleh kaiena
itu, permukaan air laut tidaklah statik melainkan dinamik dan selalu bergerak
(Marchuk dan Kagan, 1983). Untuk mengetahui karakteristik pasang surut laut,
perlu dilakukan pengamatan di lapangan (Hydrographic Services, 1987). Disini
perlu dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat perekam pasang surut
otomatis ataupun rambu visual (Unesco, 1994). Data ini kemudian dihitung agar
karakteristik pasang surut laut dapat diketahui (Hydrographer of the Navy,
1969).
2.2.5 Gelombang
iii
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 PH
2.3.2 Salinitas
iii
daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang lebih besar. Semua organisme
dalam perairan dapat hidup pada perairan yang mempunyai perubahan salinitas
kecil (Hutabarat dan Evans, 1995). Toleransi terhadap salinitas tergantung pada
umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh terhadap reproduksi, distribusi, lama
hidup serta orientasi migrasi. Variasi salinitas pada perairan yang jauh dari
pantai akan relatif kecil dibandingkan dengan variasi salinitas di dekat pantai,
terutama jika pemasukan air air sungai.
2.3.3 DO
Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,
sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen.
Walaupun pada kondisi terbuka, kandungan oksigen perairan tidak sama dan
bervariasi berdasarkan siklus, tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian, musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa
air, aktifitas fotosintesa, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air.
Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu : kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung
pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005).
iii
Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan
respirasi berbagai organisme perairan (Dahuri, 2004).
Bab III
METODE
b. Kecepatan arus
Tali raffia : Penghubung botol satu dengan
yang lain
Botol bekas air mineral (600ml) 2 buah: Sebagai pelampung
dan pemberat
Stopwatch : Alat pengukur waktu kecepatan
arus
Kompas : Alat penunjuk arah arus
c. Kecerahan
Secchi disk : Alat untuk mengukur kecerahan
Karet gelang : Untuk menandai d1 dan d2
Tongkat skala : Alat pengukur tinggi kedalaman d1
dan d2
d. Pasang surut
Tide staff : Alat pengukur pergerakan pasang
surut
e. Gelombang
Tongkat skala : Alat pengukur gelombang
11
Stopwatch : Alat pengukur waktu selisih
gelombang satu dengan yang lain
iii
3.1.2 Parameter Kimia
a. pH
pH paper : Alat pengukur pH perairan
secara konvensional
pH meter : Alat pengukur pH perairan secara
modern
b. Salinitas
Refraktometer : Alat pengukur salinitas perairan
secara konvensional
Salinometer : Alat pengukur salinitas perairan
secara modern
c. DO
Water Sampler : Alat untuk membantu
pengambilan air
sampel dari perairan
Botol DO : Alat untuk mengambil air sampel
untuk pengukuran DO
Buret : Alat untuk tempat larutan titran
dan titrasi
Corong : Alat untuk membantu
memasukkan larutan titran ke
dalam biuret
Pipet tetes : Alat untuk mengambil larutan
dalam jumlah kecil
Statif : Sebagai penyangga buret
3.2
12 Bahan dan Fungsi
3.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu
iii
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
b. Kecepatan arus
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
c. Kecerahan
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
d. Pasang surut
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
e. Gelombang
Air laut : Sebagai air sampel yang akan
diamati
b. Salinitas
Aquades : Sebagai zat cair yang akan
menetralkan sensor salinometer
dan kaca prisma refraktometer
Tissue : Untuk membersihkan bagian-
bagian optik
Air sampel : Sebagai objek yang akan diamati
13 c. DO
MnSO4 : Untuk mengikat O2
iii
NaOH + KI : Untuk membentuk endapan coklat
serta melepas I2
H2SO4 : Untuk pengkondisian asam dan
melarutkan endapan
Na2S2O3 : Untuk mentitrasi larutan hingga
netral
Amilum : Untuk indikator warna ungu dan
pengkondisian basa
Air sampel : Sebagai objek yang akan diamati
DO nya
Kertas label : Menandai larutan
A. Suhu
Termometer Hg
14
iii
B. Kecepatan Arus
Current meter
Isi salah satu botol air mineral dengan air lokal, fungsinya sebagai
pemberat. Sedangkan botol yang tidak berisi air berfungsi sebagai
pelampung.
s
v
Hitung kecepatan arus menggunakan rumus t
15
iii
C. Kecerahan
secchi disk
Hasil D1 D 2
D
2
D. Pasang Surut
Tide staf
Tancapkan tide staff pada daerah pasang surut yangg masih terendam
air pada saat surut terendah
Setelah beberapa jam, dilihat lagi tinggi permukaan air laut dan dicatat
sebagai tinggi permukaan air (T2)
iii
T 2 T1
Hitung kecepatan pasang surut menggunakan rumus t
Hasil
E. Gelombang
1) Tinggi gelombang
Tongkat
2) Periode gelombang
Tongkat
Ukur dan catat waktu yang diperlukan untuk puncak 1 dan puncak 2
melewati tongkat skala menggunakan stopwatch
17
A. pH
1) pH paper (konvensional)
pH paper
iii
Celupkan pH paper ke dalam sampel air
Catat hasilnya
Hasil
2) pH meter (modern)
pH meter
Catat hasilnya
Hasil
B. Salinitas
1) Refraktometer (konvensional)
Refraktometer
Teteskan 3-4 sampel air laut pada kaca prisma refraktometer dan
tutup kaca prisma dengan sudut 45 agar tidak terbentuk
gelembung udara
Hasil
iii
2) Salinometer (modern)
Salinometer
Tekan zero
Tekan start
19
iii
C. Oksigen terlarut
Water sampler
Pastikan tidak ada udara dari luar yang masuk kedalam botol DO
iii
Tambahkan 4 tetes amylum kemudian titrasi dengan Na2S2O3 sampai
terjadi perubahan pertama kali muncul warna bening
Catat ml titran
iii
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) : 250 cm
Kedalaman secchi disk (mulai tampak) : 242 cm
Nilai Kecerahan : 246 cm
Rata-Rata Kecerahan : 246.7 cm
3. Suhu
a. Pengukuran 1
Data diambil pada jam : 09.30 WIB
Hasil Pengukuran
Suhu air laut : 31C
b. Pengukuran 2
Data diambil pada jam : 10.00 WIB
Hasil Pengukuran
Suhu air laut : 30C
c. Pengukuran 3
Data diambil pada jam : 10.10 WIB
Hasil Pengukuran
Suhu air laut : 29C
Rata-Rata Suhu : 30C
4. Salinitas
Hasil Pengukuran Salinometer
Nilai Salinitas : 34 ppt
Hasil Pengukuran Refraktometer
Nilai Salinitas : 30 ppt
5. Derajat Keasaman (pH)
Hasil Pengukuran Ph paper
Nilai pH :9
Hasil Pengukuran Ph meter
Nilai pH : 8.23
22
6. Gelombang
Data diambil pada jam : 14.00 WIB
iii
Hasil Pengukuran
Tinggi Gelombang
Perioda Gelombang
Periode Gelombang
3 3 3 3
(detik)
7. Pasang Surut
Hasil Pengukuran
Skala awal pada tide staff : 7 cm
Skala akhir pada tide staff : 117 cm
Selang waktu pengukuran : 7 jam
Kecepatan pasang surut : 15.8 cm/jam
Tipe pasang surut : Diurnal
8. Oksigen Terlarut (DO)
Hasil Pengukuran
Volume (titran) : 9.1 ml
N (titran) : 0,025 N
Volume Botol DO : 250 ml
volume(titran) xN (titran) x8 x1000
DO
volume( sampel ) 4
9,1x0.025 x8 x1000
DO
250 4 =7,39 mg/l
Nilai kandungan oksigen di perairan : 7.4 mg/l
4.223
Analisa Prosedur
4.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu
iii
Dalam praktikum Oseanografi materi pengukuran suhu caranya
adalah pertama Thermometer Hg diikat dengan karet ujung atasnya,
kemudian dicelupkan ke dalam perairan. Pastikan pada saat kita
memegang Thermometer, tangan kita tidak memegang Thermometer
secara langsung, tetapi memegang karet yang telah diikat di ujung atas
Thermometer agar suhu tidak terkontaminasi suhu tubuh. Lalu dibiarkan
sekitar 2-3 menit lalu diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada
skala Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengukuran suhu adalah saat pengukuran harus
membelakangi sinar matahari dan badan Thermometer tidak boleh
tersentuh oleh tangan karena akan dipengaruhi suhu lingkungan dan suhu
badan. Waktu perendaman dalam air selama 2-3 menit dan membaca
skalanya dengan cepat.
b. Kecepatan Arus
Dalam praktikum Oseanografi materi Kecepatan Arus caranya
adalah pertama satu botol bekas air mineral diisi dengan air lokal dan
dihubungkan dengan botol bekas air mineral yang kosong menggunakan
tali rafia sepanjang 30 cm dan diikatkan lagi pada tali rafia sepanjang 5
m. Botol bekas air lokal berfungsi sebagai pemberat sedangkan yang
kosong sebagai pelampung. Selanjutnya botol dihanyutkan mengikuti
arus. Waktu yang diperlukan hingga tali meranggang dicatat (waktu
tempuh diukur dengan stopwatch). Kecepatan arus dihitung dengan
rumus :
s
v
t
dimana (v) sebagai kecepatan arus, (s) sebagai panjang tali yang
terpakai, (t) sebagai waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter
perdetik (m/s).
c. Kecerahan
Dalam praktikum Oseanografi materi kecerahan caranya adalah
pertama Secchi disk diturunkan hingga batas pertama kali tidak tampak,
24
ditandai tali Secchi disk dengan karet gelang dan diukur panjang tali
menggunakan tongkat skala serta dicatat sebagai . Kemudian Secchi disk
iii
diturunkan lagi hingga benar-benar tidak tampak, lalu ditarik pelan-pelan
hingga pertama kali tampak, ditandai tali Secchi disk dengan karet gelang
dan diukur panjang tali serta dicatat sebagai . Rata-rata hasil pengukuran
tersebut merupakan nilai kecerahan perairan, dihitung dengan rumus:
D1 D 2
D
2
d. Pasang Surut
Pada praktikum Oseanografi materi Pasang Surut ini digunakan alat
yaitu tidal staff untuk mengukur pasang dan surut air laut dan dapat
diganti dengan tongkat berskala yang diberi selang ditengahnya. Cara
pengukurannya adalah sebagai berikut : tidal staff/tongkat dipasang pada
tiang di daerah pasang surut yang masih terendam air pada saat surut
terendah, kemudian tinggi permukaan air dalam selang plastik bening
pada tidal staff/tongkat dicatat sebagai tinggi permukaan mula-mula t0
(cm). Setelah 1-2 jam, tinggi permukaan air dalam selang plastik dicatat
lagi sebagai tinggi permukaan air t1 (cm), dan setelah diketahui t0 dan t1
dapat dihitung kecepatan pasang surut, yaitu selisih antara t0 dan t1
dibagi dengan selang waktu pengukuran tersebut (cm/jam) dan tipe
pasang surut tersebut.
e. Gelombang
Pada praktikum Oseanografi materi Gelombang mengukur 2
parameter, yaitu:
- Tinggi Gelombang
Pada pengukuran tinggi gelombang alat yang digunakan yaitu
tongkat berskala. Setelah tingkat disiapkan, bawa tongkat skala di tepi
pantai kemudianditancapkan, diamati gelombang yang datang dicatat
berapa jarak antara puncak gelombang dan lembah saat menyentuh
tongkat skala. Cara pengukuran harus dengan hati-hati dan
cermatkarena gelombang datang dengan cepat. Pengukuran ini
diulangi sebanyak 3 kali, kemudian catat hasilnya.
- Periode gelombang
Amati tongkat skala yang sudah ditancapkan di perairan pantai,
25 apabila gelombang datang, stopwatch dinyalakan saat puncak pertama
gelombang menyentuh tongkat skala dan dimatikan saat puncak
gelombang selanjutnya yang menyentuh tongkat skala. Dicatat hasilnya
iii
dalam tabel pengamatan ke-1 dan diulangi langkah-langkah diatas
untuk pengamatan 2 dan 3, sehingga diperoleh hasil rata-rata dari
periode gelombang tersebut.
4.2.2 Parameter Kimia
a. pH
Pada praktikum Oseanografi materi pH caranya adalah :
- Menggunakan pH Paper :
Pertama, disiapkan pH paper dan dimasukkan ke dalam sample
air. Setelah 2-3 menit pH paper daiangkat dan dikibas-kibaskan hingga
setengah kering. Lalu, dicocokkan perubahan warna pH paper dengan
kotak standar pH.
- Menggunakan pH Meter :
Pertama, dikalibrasi/distandarisasi pH meter dengan
memasukkan elektroda pH meter ke dalam larutan buffer dengan pH
7,00 ditunggu hingga pH meter menunjukkan pH 7,00. Lalu dikeluarkan
elektroda pH meter dari larutan buffer, kemudian dibersihkan dengan
aquades yang berada dalam washing bottle. Setelah bersih
dimasukkan elektroda ke dalam contoh air yang akan di analisis, lalu
tunggu hingga nilai pH muncul.
b. Salinitas
Pada praktikum Oseanografi materi Salinitas caranya adalah
- Menggunakan Refraktometer :
Pertama dikalibrasi kaca prisma refraktomter dengan aquades,
lalu dibersihkan dengan tisu pada bagian optiknya dengan searah.
Kemudian, diteteskan 3 tetes air sampel pada optik refraktometer,
ditutup dengan cover kaca prisma dengan sudut agar tidak terbentuk
gelembung udara, kemudian diarahkan pada cahaya matahari.Dibaca
skala bagian kanan atas yang menunjukan nilai salinitas, lalu dicatat
hasil yang ditunjukkan oleh skala
- Menggunakan Salinometer :
Pertama, dikalibrasi sensor pada salinometer dengan cara
meneteskan aquades pada sensor, lalu ditekan tombol on/off pada
26 salinometer, kemudian ditekan tombol zero hingga muncul AAA, dan
ditekan tombol start hingga menunjukan nilai netral. Diteteskan air
iii
sample yang ingin di ukur salinitisnya, lalu ditekan tombol start.
Dicatat nilai yang muncul pada layar.
c. DO
Diukur dan dicatat volume yang akan diukur, lalu dimasukkan
kedalam water sampler dan masukkan ke dalam perairan sesuai dengan
kedalaman yang diinginkan untuk memperoleh air sample. Kemudian,
tambahkan 2 ml dan NaOH + KI, lalu dibolak balik sampai larutan
homogen kemudian diendapkan. Buang air bening diatas endapan, lalu
tambahkan 2 ml kemudian kocok sampai endapan larut. Tambahkan 4
tetes amylum kemudian titrasi dengan 0,025N sampai terjadi perubahan
tidak berwarna (bening) pertama kali, dan catat ml titran kemudian hitung
dengan menggunakan rumus :
volume(titran) xN (titran) x8 x1000
DO
volume( sampel ) 4
4.3 Analisa Hasil
4.3.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Pada pengukuran suhu di UPT Pelabuhan Perikanan Mayangan
Kabupaten Probolinggo, didapatkan suhu berkisar 30C, dengan suhu
tersebut dapat dikatakan bahwa suhu perairan tersebut memiliki rata-rata
suhu yang baik atau optimum yaitu 28-29,5C. Pengukuran dilakukan
selama 3 kali pengukuran untuk memastikan data yang sesuai
Menurut Effendi (2003) dalam Apridayanti (2008), suhu berpengaruh
terhadap proses metabolisme sel organisme air. Peningkatan suhu akan
menyebabkan peningkatan kecepatan proses metabolisme sel dan
replikasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan
dekomposisi bahan organik mikroba. Kisaran suhu yang baik adalah
berkisar antara 28-29,5C
Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk
kedalam air. Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan
densitas air, juga berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur
dalam air. Sedangkanperubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan
27 arus secara vertikal. Secaralangsung maupun tidak langsung, suhu
berperan dalam ekologi dan distribusiplankton baik fitoplankton maupun
zooplankton (Subarijanti, 1994 dalam Apridayanti, 2008).
iii
b. Kecepatan Arus
Pada praktikum Oseanografi diperairan pelabuhan perikanan pantai
mayangan Probolinggo didapatkan perhitungan kecepatan arus dengan
nilai 0.15 m/s dengan arah arus dari timur menuju ke barat.
Kecepatan arus diperairan ini menunjukkan nilai kecepatan arus
yang bervariasi. Antara 0,02 m/det -1,28 m/det dengan nilai rata-rata
0,364 m/det/ sirkulasi arus yang terjadi disuatu perairan oleh banyak factor
antara lain musim,angin, topografi perairan, morfologi pantai dan
kedalaman laut (Pond dan Pickard,1983 dalam Nurhayati 2006).
c. Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan di laut UPT Pelabuhan Perikanan
Mayangan Kabupaten Probolinggo diperoleh rata-rata nilai kecerahan
perairan tersebut sebesar 246.7 cm. Dari hasil yang diperoleh dapat
dikatakan bahwa kondisi kecerahan di perairan tersebut optimal, karena
kepadatan fitoplankton cukup pekat.
Menurut Fatmawati (2010), kisaran kecerahan yang baik untuk suatu
perairan adalah kisaran 24-25 cm. Maka perairan tersebut banyak
terdapat fitoplankton sehingga menyebabkan perairan keruh. Kalau suatu
perairan tersebut keruh berarti itu mengandung partikel partikel atau
endapan yang dapat menutupi permukaan tumbuhan. Hal tersebut dapat
mengurangi proses pertumbuhan tumbuhan air.
Menurut Sari dan Usman (2012) kecerahan perairan adalah suatu
kondisi yang menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan
air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat
penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan
merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer
dalam suatu perairan.
d. Pasang Surut
Dari data pengukura didapat skala awal pada tide staff adalah 7 cm
dan skala akhir pada tide staff adalah 117 cm,selang waktu pengukuran
didapat selama 7 jam,sedangkan kecepatan pasang surut adalah 15.8
28 cm/jam,dan tipe pasang surutnya diurnal.
Menurut Poerbandono et al., (2005) dalam Lanuru (2011), Pasut laut
(ocean tide) adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut
iii
secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bulan dan
matahari. Fenomena yang berhubungan dengan pasut adalah arus pasut,
yaitu gerak badan air menuju dan meninggalkan pantai saat air pasang
dan surut.
Pasang surut merupakan salah satu gejala yang tampak nyata pada
laut.Gejala tersebut adalah satu gerakan vertical(naik turunnya air laut
secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel masa air laut dari
permulaan sampai bagian kedalaman dari dasar laut.Gerakan tersebut
disebabkan oleh pengaruh gravitasi antara bumi dan bulan,bumi dan
matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari (Surinati,2007).
e. Gelombang
Pada pengukuran gelombang di laut UPT Pelabuhan Perikanan
Mayangan Kabupaten Probolinggo diperoleh hasil rata-rata puncak 127.7
cm dan rata-rata lembah sebesar 114 cm. Periode gelombang didapatkan
nilai rata-rata sebesar 3 detik.
Sesuai dengan pendapat Lanuru et al. (2011) yaitu besar kecilnya
suatu gelombang dipengaruhi oleh kekuatan angin , durasi angin ,
lamanya angin bertiup , jarak tantangan dimana angin sedang bertiup.
Apabila kita melihat gelombang di lautan, kita mendapat suatu kesan
seolah-olah gelombang ini bergerak secara horizontal dari satu tempat ke
tempat yang lain, yang kenyataaanya tidaklah demikian ini. Suatu
gelombang membentuk sutu gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi
di sana sebenarnya hanya terjadi suatu gerakan kecil ke arah depan dari
massa air itu sendiri.
Pada hakekatnya gelombang laut menggambarkan transmisi dari
energy dan momentum. Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah
ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan
laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin yang
sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat
menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana badai
yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat
mengakibatkan suatu kerusakan di daerah pantai (Aziz, 2006).
29 4.3.2 Parameter Kimia
a. pH
iii
Pada pengukuran pH di Pelabuhan Mayangan Probolinggo
didapatkan hasil rata-rata nilai pH dengan menggunakan pH paper adalah
9 dan pH meter 8.23 . Dengan pH tersebut dapat disimpulkan bahwa
kondiisi perairan di lokasi praktikum adalah basa dan pH di perairan
pelabuhan Mayangn Probolinggo tersebut optimal.
Menurut Kordi et al. (2007), pH air mempengaruhi tingkat kesuburan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asa, akan
kurang prodaktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Usaha
budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 dan
kisaran optimal pH adalah 7,5-8,7.
Hal ini sebanding juga dengan pendapat dari Bambang (2001), yaitu
kisaran pH yang baik bagi perairan adalah 5-8,5. Air laut umumnya
memiliki nilai pH diatas 7 yang berarti basa. Namun dalam keadaan
tertentu nilainya dapat berubah menjadi lebih rendah dari 7 sehingga
menjadi bersifat asam.
b. Salinitas
Pada pengukuran salinitas di UPT Pelabuhan Perikanan Mayangan
Kabupaten Probolinggo didapatkan nilai salinitas pada refraktrometer
adalah sebesar 30 ppt dan salinometer 34 ppt.. Dengan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa perairan tersebut memiliki nilai salinitas yang optimal.
Menurut Djunarsyah (2005),bahwa salinitas didaerah tropis dan
equator adalah 34.5 - 35.5 ppt.Dan salinitas air diseluruh perairan didunia
berkisar antara 33 37ppt.
Salinitas perairan rata-rata adalah 32.28 ppt sedangkan nilai
salinitas berdasarkan nilai ambang untuk budidaya adalah 25-34 ppt
(Suyanto, 1996). Berdasarkan kisaran tersebut maka perairan tersebut
merupakan perairan yang mempunyai daya dukung terhadap aktifitas
budidata, dimana salinitas merupakan variable lingkungabn yang
mempengaruhi tingkat kenyamanan biota yang akan dibudidayakan selain
dipergunakan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhaN organisme
tersebut. (Riyadi, 2005).
c. DO
30 Pada praktikum Oseanografi di laut UPT Pelabuhan Perikanan
Mayangan Kabupaten Probolinggo didapatkan hasil DO atau Oksigen
terlarut sebanyak 7.4 mg/l. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kandungan DO
iii
di perairan pelabuhan Mayangan menunjukan kondisi oksigen yang baik
bagi perairan.
Menurut Effendi (2003) dalam Apridayanti (2008), kadar oksigen
terlarut kurang dari 0,3 mg/l sehingga mengindikasikan hanya sedikit jenis
ikan yang dapat bertahan pada masa pemaparan singkat. Pada kadar 0,3
1,0 mg/l mengindikasikan pemaparan lama dan mengakibatkan
kematian ikan.
Oksigen terlarut adalah parameter untuk mengetahui kualitas air
yang dibutuhkan oleh jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energy untuk
pertumbuhan dan pembiakan.Kadar oksigen yang baik adalah tidak boleh
kurang dari 1.7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70% (Salmin,2005).
iii
satu daerah ke daerah lain, sehingga pakan alami merata tersebar karena
fitoplankton bergerak oleh pengaruh arus. Begitupun dalam unsur hara,
arus bergerak membawa unsur hara, baik berupa unsur hara makro
maupun mikro.
Menurut Fattah (2011), Kecepatan Arus selain berfungsi untuk
mensuplai zat hara juga membantu memudahkan rumput laut menyerap
zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan
pertukaran CO2 dan O2 sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi
masalah. Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian tanaman,
selama ini ketersediaan zat hara tidak menjadi faktor penghambat
pertumbuhan tanaman.
Manfaat arus sebagai berikut :
1. Distribusi dan transportasi hara
2. Distribusi dan tingkah laku ikan
3. Penyegaran terumbu karang
4. Arah pelayaran
5. Energy alternative (PLTAL)
c. Kecerahan
Kekeruhan air sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota.
Kekeruhan disebabkan zat-zat tersuspensi seperti lugol, zat organik, dan
anorganik, serta plankton dan organisme mikroskopik lainnya. Kekeruhan
menyebabkan sinar yang datang ke air akan lebih banyak dihamburkan
dan diserap dibandingkan dengan yang ditransmisikan. Padahal sinar
yang ditransmisikan ini sangat diperlukan oleh biota itu sendiri maupun
plankton.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat
mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses
asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak
keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak
pula terlampau jernih baik untuk kehidupan biota air. Kekeruhan yang baik
adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik/plankton yang
berada dalam perairan (Kordi et. al., 2007)
32 Bagian spektrum cahaya yang efektif untuk fotosintesis adalah
cahayayang mempunyai panjang gelombang 390-710nm dengan
penyimpangan 10 nm dan yang menyusun 0,46-0,48% dari keseluruhan
iii
energi matahari. Di danauhanya 0,056% dari total energi radiasi yang
jatuh dipermukaan bumi yangdimanfaatkan oleh fitoplankton setiap
tahunnya dan di perairan sangat produktifhanya dapat menggunakan
energi ini sekitar 3% (Mahmudi, 2005 dalam Apridayanti, 2008).
d. Pasang Surut
Tujuan dan kegunaan studi tentang pasang surut terutama adalah
untuk kepentingan ilmu (scientific interest); tujuan ini adalah tujuan
pertama sekali dari para ilmuwan dalam mempelajari gejala alam.
Beberapa aplikasi misalnya dalam navigasi, digunakan untuk
memperkirakan tinggi muka air dan kekuatan serta arah arus. (Azis,
2006).
Di teluk dan estuari tertentu, pasut dapat menimbulkan arus pasut
yang kuat. Bila air dipaksa masuk melalui celah yang sempit, arus pasut
bisa menjadi sangat kuat. Gelombang pasut yang masuk teluk atau
estuari dapat mengalami resonansi yang efeknya memperbesar tinggi
pasut. Sebagai contoh di Teluk Fundy di Kanada, akibat dari resonansi
tinggi pasut mencapai 15 meter (Matthias, 1994 dalam Azis, 2006).
Adapun beberapa manfaat pasut dibidang lain diantaranya, sebagai
sarana olahraga yaitu Surfing. Selain itu, pasut bisa mempercepat
pengendapan di perairan laut. Pasut juga dapat memperluas daerah
Intertidal, lalu pasut juga bermanfaat sebagai pengaduk gas atmosfir ke
dalam air.
e. Gelombang
Gelombang memiliki manfaat seperti sarana olahraga,kita tahu di
pantai-pantai tertentu dengan gelombang yang cukup besar dapat menjadi
sarana olahraga surfing dimana semakin besar gelombang tersebut akan
lebih memacu adrenalin para peselancarnya.Manfaat kedua yaitu
mempercepat pengendapan. Semakin besar gelombang, maka semakin
basar kemungkinan untuk mempercepat pengendapan/ sedimentasi.
Memperluas daerah intertidal tentunya sangat menguntungkan karena
akan terbentuk daerah intertidal baru,dimana terdapat inverterbrata yang
hidup disana.
33 Gelombang atau ombak yang timbul akibat adanya tiupan angin di
atas permukaan perairan. ombak berperan langsung dalam proses difusi
gas-gas di atmosfer ke perairan, sehingga perairan tidak akan kekurangan
iii
gas-gas esensial terutama oksigen (Nybakken,1992 dalam Khasanah,
2013).
iii
jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman
tekanan osmotik. Jenis-jenis biota perenang ditakdirkan untuk
mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya
mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis lainnya
seperti bentos mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut
di atasnya.
Salinitas juga pada umumnya berupa paramater penentu sedimen
dan kandungan mineral suatu perairan. Pernan yang lainnya adalah
sebagai indikator arah dan kecepatan arus. Dengan mengetahui kadar
salinitas, kita juga dapat menentukan penggolongan biota perikanan dari
kadar salinitasnya.
c. DO
Manfaat dari oksigen terlarut itu antara lain adalah oksigen sangat
diperlukan ikan untuk proses katabolisme yaitu pernapasan yang hasilnya
adalah energi yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas ikan seperti
berenang, reproduksi dan pertumbuhan.
Menurut Salmin (2005), oksigen terlarut (Dissolved Oxigen = DO)
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,proses metabolism
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut.
iii
4.Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
iii
DO (dissolve oksygen) pada saat praktikum di pelabuhan perikanan
mayangan, probolinggo didapatkan pengukuran DO sebesar 7,4mg/l.
Dan angka ini cukup baik karna kisaran angka normal.
Pasang surut pada saat praktikum di pelabuhan perikanan mayang,
probolinggo didapatkan angka pengukuran pasang surut sebesar
15,8cm/jam. Dan angka menunjukan keadaan bahwwa pasang surut di
pelabuhan perikanan mayangan normal.
5.2 Saran
Dengan keterbatasan dalam melakukan dalam melakukan
penelitian ini, masih ada satu faktor yang harus diketahui yaitu faktor
biologi perairan. Maka, penulis menyarankan untuk diilakukan nya
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana kondisi parameter
perairan di pelabuhan perikanan mayangan,probolinggo ditinjau dari
faktor biologi.
37
DAFTAR PUSTAKA
iii
Ahmadi. 2010. Analisa Kualitas Air Laut Terhadap Beberapa Parameter Fisika
Dan Kimia di Perairan Teluk Pancur Ti-bupaten Lingga Provinsi
Kepulauan Riau.. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Apridayanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengolahan Lingkungan Perairan Waduk
Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. Universitas Diponegoro. Semarang.
Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air Laut. Jurnal Oseana. Vol XXXI (4): 9-21.
Baharuddin. Pariworo, I ,J. Nurjayana I, W. 2009. Pola Transformasi
Gelombang dengan Menggunakan Model RCPWave Pada Pantai Bau-
bau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi. IPB. Bogor.
Bambang. 2001. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Knisus : Anggota IKAPD.
Perubahan Garis Pantai di Atep Oki. Jurnal Sipil Statik. Vol.1 No.12,
November 2013. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Fadil, M,S. 2011. Kajian Beberapa Aspek Parameter Fisika Kimia Air
dan Aspek Fisiologis Ikan yang Ditemukan pada Aliran Buangan Pabrik
Karet di Sungai Batang Arau. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Fatmawati, Kuswati. Sudjito, Rondonuwa. 2010. Pemanfaatan Kamera Digital
dalam Pembelajaran Fisika tentang Dampak Gaya Sentrifugal. Jateng :
Prosidung Pertemuan Ilmiah XXV.
Haryono dan Narni, S. 2004. Karakteristik Pasang Surut Laut di Pulau Jawa.
FORUM TEKNIK. VOL. 28, NO. I. JANUARI 2OO4.Yogyakarta.
Fattah, Andi, Yakin. 2011. Analisis Performa Biologis dan Kualitas Rumput Laut
Jenis Kappaphycos zlvarezii Pada Kondisi Lingkungan Perairan yang
Berbeda. Universitas Hasanudin : Makssar.
Kordi, M., Ghufran H.K. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air
dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta: Jakarta
Lanuru, M dan Suwarni. 2011. Pengantar Oseanografi. Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanudin. Makasar
Nurhayati. 2006. Distribusi Vertikal Suhu, Salinitas, dan Arus di Perairan
Morotal, Maluku Utara. Oseanologi dan Limnologi Indonesia
38
Octasylva, A. R. P. 2008. Studi Karakteristik Ekologi Halobates sp Di Perairan
Utara Papua. IPB: Bogor.
iii
Riyadi, Agung., Lestario Widodo., dan Kusno Wibowo. 2005. Kajian Kualitas
Perairan Laut Kota Semarang dan Kelayakannya untuk Budidaya Laut.
Jurnal P3TL - BPPT. Vol 6 (3): 497-501.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Oseana. XXX (3): 21-26.
Sari dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan
Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Riau
Savitria, R. dan R. P. Sari. 2012. Pemantauan Parameter Fisis Oseanografi
Di Perairan Senunu abupaten Sumbawa Barat.Skripsi. ITB. Bogor
Surinati, D. 2007. Pasang Surut dan Energinya. Oseana, Volume XXXII No. 1
Suratno, Bayu Prayudha. 2010. Distribusi Temporal Karbon Anorganik di
Perairan Gugus Pulau Pari. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 (2)
: 165-180.
Khasanah, Uswaton. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi
Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii di Perairan Kecamatan
Sajoangin Kabupaten Majo.
Primashita. 2013. Tugas KTI Oceaonografi AHP
39
LAMPIRAN
iii
Lampiran I: Denah Lokasi Praktikum Oseanografi
40
iii
Lampiran II:Alat-alat Yang Digunakan
Suhu
Arus
Kecerahan
pH
Salinitas
41
iii
DO
Pasang surut
Gelombang
42
Lampiran III: Pengambilan Data-data Praktikum Tiap Perlakuan
iii
Arus
Kecerahan
Suhu
Salinitas
43
iii
pH
Pasang surut
44
iii
gelombang
DO
45
iii
Lampiran IV:Data Hasil Praktikum dan Perhitungan
240cm
Kecepatan s 5
v
Arus t 34
v=
0,15m / s
Dissolve DO
volume(titran) xN (titran) x8 x1000 9,1x0,025 x8 x1000
volume( sampel ) 4 DO
Oxygen 250 4
46
7,4mg / l
iii
Pasang T 2 T1 117 7
Surut t 7
15,71cm / jam
47
iii