PENDAHULUAN
Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika kapasitas sedimen yang masuk
pada suatu penampang memanjang sungai sama dengan kapasitas sedimen yang
keluar dalam sebuah satuan waktu tertentu. Pengendapan terjadi dimana kapasitas
sedimen yang masuk lebih besar daripada kapasitas sedimen seimbangnya dalam
sebuah satuan waktu. Sedangkan penggerusan adalah suatu keadaan dimana
kapasitas sedimen yang masuk lebih kecil dari kapasitas sedimen seimbang dalam
satuan waktu (Ismail Saud, 2008).
Fenomena tersebut dapat menyebabkan erosi dan degradasi di sekitar bukaan
jalan air (water way opening) jembatan. Degradasi ini dapat berlangsung terus
menerus hingga tercapainya keseimbangan antara suplai dengan angkutan sedimen
yang saling memperbaiki. Dengan adanya pilar dan abutment jembatan, maka terjadi
ketidakseimbangan karena jumlah angkutan sedimen 2 kali lebih besar dari pada
suplai sedimennya. Hal ini menyebabkan semakin dalamnya lubang gerusan (scour
hole) pada pilar-pilar maupun abutment jembatan sehingga dapat merusak jembatan
secara umum dan meluas.
Mengingat kompleksitas dan urgensi masalah tersebut, maka diperlukan suatu
penanganan yang dapat mereduksi kedalaman pada lubang gerusan berupa bangunan
pengendali gerusan yang disekitar pilar-pilar maupun abutment. Usaha untuk
melakukan proteksi terhadap bangunan sungai seringkali dilakukan untuk
mengurangi kedalaman pada lubang gerusan. Dari kondisi tersebut perlu dilakukan
sebuah penelitian mengenai gerusan yang terjadi disekitar abutment dan juga
menggunakan perubahan jarak groudsill dalam melakukan mereduksi kedalaman
gerusan dengan cara mengurangi degradasi-degradasi pada dasar saluran yang terjadi
pada sungai (Pasikun, 2015).
Oleh karena itu, kami dari Kelompok VI (enam) Teknik Sipil melakukan
praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka percobaan Angkutan Sedimen dengan
menggunakan alat Sediment Transport Demonstration Channel, bertempat di
Laboratorium Keairan dan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Halu
Oleo pada Minggu, 06 November 2022 bertujuan untuk melakukan perbandingan
dengan percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, mendemonstrasikan aliran
diatas dasar bergerak, mengetahui awal gerak butiran sedimen dan mengetahui besar
pengaruh ukuran butiran sedimen yang bergerak terhadap penambahan debit dan
kemiringan saluran.
I.5.7 LAMPIRAN
Pada bagian ini berisi tentang daftar gambar ataupun hasil praktikum yang
telah dilaksanakan sebagai bahan atau bukti kegiatan selama praktikum
dilaksanakan.
II.1 Sedimen
Sedimen adalah pecahan-pecahan material yang umumnya terdiri atas uraian
batu-batuan secara fisis dan secara kimia. Partikel seperti ini mempunyai ukuran dari
yang besar sampai yang sangat halus dan beragam bentuk dari bulat, lonjong sampai
persegi. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam
sungai, dengan kata lainbahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material
organik yang diangkutdari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin,
es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapkan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.
Pada saluran aliran air terjadi pengikisan sehingga air membawa batuan
mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan
pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air.
Sebagai contoh suatu hembusan angin bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan
material yang lebih besar. Makin kuat hembusan angin, makin besar pula daya
angkutnya Pada umumnya partikel yang terangkut dengan cara bergulung, bergeser,
dan melompat disebut angkutan muatan dasar dan jika partikel terangkut dengan cara
melayang disebut angkutan muatan layang suspensi (Kurnia Oktavia Usman, 2014).
Gambar 2.1 Partikel terangkut dengan cara bed-load transport dan suspended load
transport
(Sumber: Fasdarsyah, 2016)
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut
oleh tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan
mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan
pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air
(Hambali dan Yayuk, 2016).
Sedimentasi sendiri merupakan suatu proses pengendapan material yang
ditranspor oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang
terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-
material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang
terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang
diangkut oleh angin (Kurnia Oktavia Usman, 2014).
II.2 Saluran
Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut saluran
terbuka. Saluran digolongkan menjadi dua macam yaitu saluran alam (natural) dan
saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua saluran air yang terdapat
secara alamiah dibumi, melalui dari anak selokan kecil di pegunungan, sungai kecil
dan sungai besar sampai ke muara sungai. Sifat-sifat hidrolik saluran alam biasanya
sangat tidak menentu. Dalam beberapa hal dapat dibuat anggapan pendekatan yang
cukup sesuai dengan pengamatan sesungguhnya. Sehingga persyaratan aliran pada
saluran ini dapat diterima untuk penyelesaian analisa hidrolika teoritis. Saluran
buatan merupakan saluran yan dibuat manusia untuk tujuan dan kepentingan tertentu.
Saluran buatan memiliki penampang teratur dan lebih mudah dalam melakukan
analisa dibanding saluran alami. Saluran dibagi menjadi saluran terbuka dan saluran
tertutup.
Saluran terbuka adalah saluran di mana air mengalir dengan muka air bebas.
Kajian tentang perilaku aliran dikenal dengan mekanika fluida (fluid mechanis). Hal
ini menyangkut sifat-sifat fluida dan pengaruhnya terhadap pola aliran dan gaya yang
akan timbul di antara fluida dan pembatas (dinding). Telah diketahui secara umum
bahwa akibat adanya perilaku terhadap aliran untuk memenuhi kebutuhan manusia,
menyebabkan terjadinya perubahan alur aliran dalam arah horizontal maupun vertikal
(Harseno & Setdin, 2007).
Saluran tertutup adalah saluran yang dirancang khusus untuk mengalirkan air
di daerah yang rawan longsor atau di daerah perumahan penduduk sehingga saluran
ini aman dari kecelakaan manusia, Penampang saluran biasanya direncanakan bentuk
yang praktis dan ekonomis, bentuk yang paling umum dipakai untuk saluran tertutup
biasanya saluran U (Jonizar dkk, 2020).
II.2.1 Kedalaman
Kedalaman aliran diukur pada saat pengaliran air, untuk penelitian ini
digunakan empat variasi kedalaman air sesuai dengan empat variasi debit yang
diberikan. Untuk memperoleh nilai kedalaman air yang terjadi, dilakukan
pengukuran pada penampang saluran sebelum tikungan atau pada penampang saluran
yang stabil (Djunur dan Kasmawati, 2021).
Persamaan kedalaman dirumuskan sebagai berikut:
h1 + h2 + .... + h n
h = ....Pers (2.1)
n
Keterangan :
h = Kedalaman air rata-rata (m)
h = Kedalaman air (m)
II.2.2 Luas
Pengukuran luas penampang aliran di lakukan dengan membuat profil
penampang melintangnya dengan cara melakukan pengukuran kearah horizontal
(lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah
luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat (Wiza Adi Putra, 2013).
Untuk menghitung kedalaman air dapat dengan persamaan sebagai berikut:
A= b . h ....Pers (2.2)
Keterangan :
A = Luas penampang (m2)
b = Penampang basah (m)
h = Kedalaman air rata-rata (m)
Serta untuk menentukan keliling basah dapat dirumuskan dengan persamaan
sebagai berikut:
P = b + (2 . h ) ....Pers (2.3)
Keterangan :
P = Keliling basah (m)
b = Penampang basah (m)
h = Kedalaman air rata-rata (m)
P
R= ....Pers (2.4)
A
Keterangan :
R = Radius hidrolik (m)
P = Keliling basah (m)
A = Luas penampang (m2)
II.3 Aliran
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Air,
minyak pelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat
ke tempat yang lain (Abidin & Wagiani, 2013).
II.3.1 Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran adalah perpindahan aliran jarak per satuan waktu. Aliran
melalui saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka bebas serta
tekanan di permukaan air adalah sama (tekanan atmosfer). Kondisi aliran dalam
saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan
yang bebas cenderung berubah sesuai waktu dan ruang, dan juga bahwa kedalaman
aliran, debit dan permukaan bebas adalah tergantung sama lain. Kondisi fisik saluran
terbuka jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan pipa. Kombinasi antara perubahan
setiap parameter saluran akan mempengaruhi kecepatan yang dimana kecepatan
tersebut akan menentukan keadaan dan sifat aliran.
Persamaan untuk menentukan kecepatan adalah sebagai berikut:
S
v= ....Pers (2.5)
t
Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
S = Jarak (m)
t = Waktu (s)
1 2/3 1/2
v= R . s ....Pers (2.6)
n
Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
R = Radius hidrolik (m)
s = Kemiringan dasar saluran (%)
v
Fr = ....Pers (2.7)
√ g.h
Keterangan :
Fr = Bilangan Froude
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman aliran (m)
II.3.2 Debit Aliran
Konsep awal mengenai fluida dinamis tentang debit aliran. Debit air adalah
jumlah air yang mengalir setiap waktu berdasarkan banyak volume air yang mengalir
setiap waktu. Berikut merupakan rumus dari debit air adalah sebagai berikut:
v
Q= ....Pers (2.7)
t
Jika dihubungkan dengan kecepatan aliran air dari luas penamnpang pipa dan
mulut keran, maka persamaan diatas dapat diubah menjadi:
v x = √ g . h .s ....Pers (2.9)
Keterangan :
vx = Kecepatan geser di dasar saluran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman air (m)
s = Kemiringan dasar saluran (m)
Untuk menghitung kecepatan geser kritis dapat dirumuskan sebagai berikut:
v xc =
√ γ(
ρs - ρ w
ρw
)g.D ....Pers (2.10)
Keterangan :
vxc = Kecepatan gesek kritis (m/s)
γ = Berat jenis (kg)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter butiran (m)
τ0 = ρ w . g . h . s ....Pers (2.11)
Keterangan :
τ0 = Tegangan geser di dasar saluran (N/m3)
ρw = Berat massa air (N/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman air (m)
s = Kemiringan saluran (%)
Maka, untuk menentukan tegangan geser kritis dirumuskan sebagai berikut:
τ c = γ ( ρs - ρ w ) g . D ....Pers (2.12)
Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (N/m3)
γ = Berat jenis (kg)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter butiran (m)
2
τ0 vx
τc = = ....Pers (2.13)
(ρs - ρw ) g D (s - 1) g D
atau,
vx
= √
τ/ρ D
Re = ....Pers (2.14)
υ υ
Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (kriteria shields) (N/m3)
τ0 = Tegangan geser (N/m3)
vx = Kecepatan geser (m/s)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
D = Diameter butiran (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
R = Radius hidraulik (m)
s = Kemiringan saluran (%)
Re = Bilangan Reynolds
υ = Viskositas kinematis (m2/s)
Q b γs τ - τc
= 10 ....Pers (2.15)
Q γs ( γs - γ) D
Keterangan :
Qb, Q = Debit angkutan dasar dan debit air per satuan lebar saluran (m3/det)
D = Diameter partikel sedimen (m)
τ = Tegangan geser (N/m2)
τc = Tegangan kritis, dapat diperoleh dari diagram Shields (N/m2)
γs, γ = Berat jenis sedimen dan berat jenis air (kg/m3)
v
C= ....Pers (2.17)
√ h.s
Keterangan :
C = Friction Factor angkutan (m1/2/s)
v = Kecepatan aliran rata-rata (m/s)
h = Kedalaman rata-rata (m)
s = Kemiringan saluran (%)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
percobaan Angkutan Sedimen adalah bertempat di Laboratorium Keairan dan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Bagian eksperimental
- Panjang : 1600mm
- Aliran penampang WxH : 86x300mm
- Penyesuaian kemiringan : -1 .... + 3%
- Tangki : 280 L
Pompa
- Konsumsi daya : 1,02 kW
- Maks. laju aliran : 22,5 m3/jam
- Maks. kepala : 13,7 m
Tabel 4.2 Data pengamatan untuk butiran 0,2mm pada debit kedua
Debit (Q2)
No. S H Kondisi
Hulu T. Sal Hilir Butiran
1 2 3 4 5 6
1. -0,5 11,3 11,1 10,8 T. Bergerak
2. 0 11 11,4 11,1 T. Bergerak
3. 0,5 9,9 10,3 10,6 Bergerak
4. 1 9 10 10,6 Bergerak
(Sumber : Data Hasil Pengamatan Kelompok 6 Sipil)
Tabel 4.3 Data pengamatan untuk butiran 0,2mm pada debit ketiga
Debit (Q3)
No. S H Kondisi
Hulu T. Sal Hilir Butiran
1 2 3 4 5 6
1. -0,5 11,4 11,3 11,4 T. Bergerak
2. 0 11 11 11 T. Bergerak
3. 0,5 10,1 10,5 10,9 Bergerak
4. 1 9,2 10 10,6 Bergerak
(Sumber : Data Hasil Pengamatan Kelompok 6 Sipil)
vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d
=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025
= 0,1588 m/s
i) Menghitung tegangan geser (Tc)
Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2
k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = -5,4119 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran bergerak.
2) Kemiringan 0%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 11 cm = 0,11 m
H2 = 11 cm = 0,11 m
H3 = 11,1 cm = 0,111 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,11 + 0,11 + 0,111
=
3
= 0,1103 m
Peny :
A
R =
P
0,0096
=
0,2207
= 0,0435 m
vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d
=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025
= 0,1588 m/s
k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 0 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran tidak bergerak.
3) Kemiringan 0,5%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 10 cm = 0,1 m
H2 = 10,4 cm = 0,104 m
H3 = 10,6 cm = 0,106 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,1 + 0,104 + 0,106
=
3
= 0,1033 m
vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d
=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025
= 0,1588 m/s
k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 5,0685 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran bergerak.
4) Kemiringan 1%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 8,9 cm = 0,089 m
H2 = 9,8 cm = 0,098 m
H3 = 10,5 cm = 0,105 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,089 + 0,098 + 0,105
=
3
= 0,0973 m
vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d
=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025
= 0,1588 m/s
k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 9,5484 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran bergerak.
Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,1107
= 0,0096 m2
vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d
=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025
= 0,1588 m/s
k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = -5,4282 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran tidak bergerak.
2) Kemiringan 0%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 11 cm = 0,11 m
H2 = 11,4 cm = 0,114 m
H3 = 11,1 cm = 0,111 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,11 + 0,11 4 + 0,111
=
3
= 0,1117 m
Peny :
A
R =
P
0,0097
=
0,2233
= 0,0435 m
vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d
=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025
= 0,1588 m/s
k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 0 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran tidak bergerak.