Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki
bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen
(sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di
daerah tangkapan air yang diukur pada suatu periode waktu dan tempat tertentu.
Proses erosi terdiri atas tiga bagian, yaitu pengelupasan atau (detachment),
pengangkutan atau (transportasion), dan pengendapan atau (sedimentation)
(Rasmawati Rauf dan Sufiah Nur M., 2019).

Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika kapasitas sedimen yang masuk
pada suatu penampang memanjang sungai sama dengan kapasitas sedimen yang
keluar dalam sebuah satuan waktu tertentu. Pengendapan terjadi dimana kapasitas
sedimen yang masuk lebih besar daripada kapasitas sedimen seimbangnya dalam
sebuah satuan waktu. Sedangkan penggerusan adalah suatu keadaan dimana
kapasitas sedimen yang masuk lebih kecil dari kapasitas sedimen seimbang dalam
satuan waktu (Ismail Saud, 2008).
Fenomena tersebut dapat menyebabkan erosi dan degradasi di sekitar bukaan
jalan air (water way opening) jembatan. Degradasi ini dapat berlangsung terus
menerus hingga tercapainya keseimbangan antara suplai dengan angkutan sedimen
yang saling memperbaiki. Dengan adanya pilar dan abutment jembatan, maka terjadi
ketidakseimbangan karena jumlah angkutan sedimen 2 kali lebih besar dari pada
suplai sedimennya. Hal ini menyebabkan semakin dalamnya lubang gerusan (scour
hole) pada pilar-pilar maupun abutment jembatan sehingga dapat merusak jembatan
secara umum dan meluas.
Mengingat kompleksitas dan urgensi masalah tersebut, maka diperlukan suatu
penanganan yang dapat mereduksi kedalaman pada lubang gerusan berupa bangunan
pengendali gerusan yang disekitar pilar-pilar maupun abutment. Usaha untuk
melakukan proteksi terhadap bangunan sungai seringkali dilakukan untuk
mengurangi kedalaman pada lubang gerusan. Dari kondisi tersebut perlu dilakukan
sebuah penelitian mengenai gerusan yang terjadi disekitar abutment dan juga
menggunakan perubahan jarak groudsill dalam melakukan mereduksi kedalaman
gerusan dengan cara mengurangi degradasi-degradasi pada dasar saluran yang terjadi
pada sungai (Pasikun, 2015).
Oleh karena itu, kami dari Kelompok VI (enam) Teknik Sipil melakukan
praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka percobaan Angkutan Sedimen dengan
menggunakan alat Sediment Transport Demonstration Channel, bertempat di
Laboratorium Keairan dan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Halu
Oleo pada Minggu, 06 November 2022 bertujuan untuk melakukan perbandingan
dengan percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, mendemonstrasikan aliran
diatas dasar bergerak, mengetahui awal gerak butiran sedimen dan mengetahui besar
pengaruh ukuran butiran sedimen yang bergerak terhadap penambahan debit dan
kemiringan saluran.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari percobaan Angkutan Sedimen, yaitu :
1. Bagaimana cara mendemonstrasikan aliran diatas dasar bergerak (movable bed
flow)?
2. Bagaimana cara mengetahui awal gerak butir sedimen?
3. Bagaimana cara mengetahui besar pengaruh ukuran butir sedimen yang
bergerak terhadap penambahan debit dan kemiringan saluran?

I.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari percobaan Angkutan Sedimen, yaitu :
1. Untuk mendemonstrasikan aliran di atas dasar bergerak (movable bed flow).
2. Untuk mengetahui awal gerak butir sedimen.
3. Untuk mengetahui besar pengaruh ukuran butir sedimen yang bergerak
terhadap penambahan debit dan kemiringan saluran.
I.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfat dari percobaan Angkutan Sedimen adalah sebagai berikut :
I.4.1 Untuk Ilmu Pengetahuan
Adapun manfaat dari percobaan Angkutan Sedimen untuk ilmu pengetahuan
yaitu dapat dijadikan sebagai acuan, tambahan literatur dan sebagai pembuktian teori
yang telah ada sebelumnya atau sebagai pembanding dengan data atau percobaan
yang telah dilakukan sebelumnya.

I.4.2 Untuk Diri Sendiri


Manfaat percobaan ini bagi diri saya sendiri yatu dapat menambah wawasan
mengenai apa itu sedimen dan angkutan sedimen, serta dapat mengetahui cara
pengoperasian alat Sediment Transport Demonstration Channel.

I.4.3 Untuk Instansi


Dengan adanya percobaan Angkutan Sedimen ini instansi yang berwenang
dapat menjadikan hasil dari percobaan ini sebagai acuan pengambilan keputusan
ataupun dapat menjadikan hasil percobaan Angkutan Sedimen sebagai referensi
dalam melakukan percobaan kedepannya.

I.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan dari percobaan Angkutan Sedimen adalah
sebagai berikut:
I.5.1 Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan percobaan, manfaat
percobaan, sistematika penulisan, dan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan
sebagai bahan acuan dalam praktikum ini.

I.5.2 Bab II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi teori-teori dasar yang berhubungan dengan praktikum sebagai
landasan teoritis.
I.5.3 Bab III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab ini Terdiri dari lokasi dan waktu praktikum, pembahasan mengenai alat
dan material yang digunakan dalam praktikum, prinsip praktikum, dan
prosedur pelaksanaan praktikum.

I.5.4 Bab IV ANALISA DATA


Bab ini berisi tentang pembahasan yang menyangkut pengolahan data yang
diperoleh dari hasil praktikum.

I.5.5 Bab V PENUTUP


Bab ini berisi kesimpulan dari hasil praktikum yang ditarik dari tujuan serta
saran yang diharapkan dapat memberikan masukan untuk praktikum
selanjutnya.

I.5.6 DAFTAR PUSTAKA


Pada bagian ini berisi tentang kumpulan pustaka atau bahan acuan dalam
penulisan laporan praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka.

I.5.7 LAMPIRAN
Pada bagian ini berisi tentang daftar gambar ataupun hasil praktikum yang
telah dilaksanakan sebagai bahan atau bukti kegiatan selama praktikum
dilaksanakan.

I.6 Penelitian Terdahulu


Adapun penelitian terdahulu dari laporan praktikum percobaan angkutan
sedimen yaitu sebagai berikut :
I.6.1 Analisis Sedimentasi di Muara Sungai Panasen oleh Amelia Ester
Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan di Manado (2014)
Danau Tondano adalah danau alami dengan berbagai fungsi yang sangat
berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat bukan saja di Kabupaten Minahasa
tetapi hampir di sebagian besar wilayah Propinsi Sulawesi Utara. Pendangkalan
akibat sedimentasi merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di Danau
Tondano. Ada 35 sungai yang menjadi inlet Danau Tondano yang berperan dalam
menyuplai air dan sedimen ke Danau. Sungai Panasen adalah salah satu dari 35
sungai tersebut dan sebagai penghasil sedimen terbesar ke Danau Tondano.
Sedimentasi yang terjadi di muara sungai Panasen akan berpengaruh terhadap
kondisi sedimen di Danau Tondano. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian
mengingat peranan Danau Tondano yang sangat strategis. Untuk menganalisis debit
sedimen digunakan debit dominan dengan data debit aliran sungai panasen selama 10
tahun. Metode yang pakai dalam menganalisis total angkutan sedimen adalah metode
Einsten dan metode Bagnold. Dari analisis debit aliran dominan sebesar 1,267 m3
/det, diperoleh total angkutan sedimen metode Einsten sebesar 895,6224 m 3 /tahun
dan metode Bagnold sebesar 1419,5461 m 3 /tahun.

I.6.2 Analisis Transpor Sedimen serta Pengaruh Aktivitas Penambangan pada


Sungai Sombe, Kota Palu, Sulawesi Tengah oleh Muhammad Iqbal
Pratama, Djoko Legono, Adam Pamudji Rahardjo di Manado (2019)
Permasalahan sedimentasi yang terjadi di Sungai Sombe merupakan suatu
fenomena terbawanya butiran atau partikel sedimen yang berasal dari longsoran
tebing sungai. Hal tersebut diperparah ketika terjadi hujan dengan intensitas sedang
hingga tinggi menyebabkan terbawanya material sedimen bersama banjir. Selain itu,
adanya aktivitas penambangan pasir di Sungai Sombe juga dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan pada dasar sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi dan memperkirakan besaran angkutan sedimen dan pengaruh dari
adanya aktifikasi penambangan terhadap perubahan dasar sungai pada Sungai
Sombe. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran langsung di Sungai Sombe untuk
memperoleh sampel sedimen dan data morfologi sungai serta pengamatan terhadap
aktivitas penambangan yang ada di Sungai Sombe, kemudian data – data yang telah
dikumpulkan akan di analisis menggunakan metode Rottner dan Van Rijn. Hasil
analisis diperoleh nilai rata-rata debit sedimen di Sungai Sombe dengan kala ulang 1
Tahunan, 2 Tahunan, 5 Tahunan dan 10 Tahunan, yaitu metode Rottner sebesar 2,1 x
107 - 3,8 x 107 Ton/tahun; dan metode Van Rijn sebesar 4,0 x107 – 6,9 x 107
Ton/tahun.
I.6.3 Analisis Angkutan Sedimen pada Sungai Mansahan oleh I Wayan Sudira
di Manado (2013)
Sebagai salah satu sumber daya, potensi yang terkandung dalam air dapat
memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia
serta lingkungannya. Perubahan fungsi lingkungan yang disebabkan oleh laju
pertumbuhan jumlah penduduk, serta meningkatnya aktivitas masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup, telah berdampak negatif terhadap kelestarian sumber
daya air, serta meningkatnya perubahan morfologi sungai akibat daya rusak air yang
disebabkan antara lain berupa banjir, erosi dan sedimentasi. Analisis angkutan
sedimen bertujuan untuk mengetahui besaran sedimen serta pengaruhnya terhadap
morfologi sungai dan cara pengendalian yang tepat untuk mengurangi efek daya
rusak air sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan nyaman.
Pengendalian dilakukan menempatkan bangunan–bangunan pengendali sedimen
maupun konservasi di bagian hulu sungai. Untuk mendapatkan kajian yang tepat
maka salah satu cara adalah analisis angkutan sedimen pada sungai. Kajian ini
mengidentifikasi pola/metode yang tepat dan besaran angkutan sedimen yang terjadi
di sungai selama kurun waktu tertentu. Hasil analisis menunjukan bahwa pada sungai
mansahan di ruas terpilih terjadi sedimentasi 251,21 m 3 /hari dan dari 3 metode
(Van Rijn, MPM dan Rottner) yang dipakai hasil yang mendekati dengan
pengukuran adalah metode rottener.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sedimen
Sedimen adalah pecahan-pecahan material yang umumnya terdiri atas uraian
batu-batuan secara fisis dan secara kimia. Partikel seperti ini mempunyai ukuran dari
yang besar sampai yang sangat halus dan beragam bentuk dari bulat, lonjong sampai
persegi. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam
sungai, dengan kata lainbahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material
organik yang diangkutdari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin,
es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapkan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.
Pada saluran aliran air terjadi pengikisan sehingga air membawa batuan
mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan
pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air.
Sebagai contoh suatu hembusan angin bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan
material yang lebih besar. Makin kuat hembusan angin, makin besar pula daya
angkutnya Pada umumnya partikel yang terangkut dengan cara bergulung, bergeser,
dan melompat disebut angkutan muatan dasar dan jika partikel terangkut dengan cara
melayang disebut angkutan muatan layang suspensi (Kurnia Oktavia Usman, 2014).

Gambar 2.1 Partikel terangkut dengan cara bed-load transport dan suspended load
transport
(Sumber: Fasdarsyah, 2016)
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut
oleh tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan
mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan
pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air
(Hambali dan Yayuk, 2016).
Sedimentasi sendiri merupakan suatu proses pengendapan material yang
ditranspor oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang
terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-
material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang
terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang
diangkut oleh angin (Kurnia Oktavia Usman, 2014).

II.2 Saluran
Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut saluran
terbuka. Saluran digolongkan menjadi dua macam yaitu saluran alam (natural) dan
saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua saluran air yang terdapat
secara alamiah dibumi, melalui dari anak selokan kecil di pegunungan, sungai kecil
dan sungai besar sampai ke muara sungai. Sifat-sifat hidrolik saluran alam biasanya
sangat tidak menentu. Dalam beberapa hal dapat dibuat anggapan pendekatan yang
cukup sesuai dengan pengamatan sesungguhnya. Sehingga persyaratan aliran pada
saluran ini dapat diterima untuk penyelesaian analisa hidrolika teoritis. Saluran
buatan merupakan saluran yan dibuat manusia untuk tujuan dan kepentingan tertentu.
Saluran buatan memiliki penampang teratur dan lebih mudah dalam melakukan
analisa dibanding saluran alami. Saluran dibagi menjadi saluran terbuka dan saluran
tertutup.
Saluran terbuka adalah saluran di mana air mengalir dengan muka air bebas.
Kajian tentang perilaku aliran dikenal dengan mekanika fluida (fluid mechanis). Hal
ini menyangkut sifat-sifat fluida dan pengaruhnya terhadap pola aliran dan gaya yang
akan timbul di antara fluida dan pembatas (dinding). Telah diketahui secara umum
bahwa akibat adanya perilaku terhadap aliran untuk memenuhi kebutuhan manusia,
menyebabkan terjadinya perubahan alur aliran dalam arah horizontal maupun vertikal
(Harseno & Setdin, 2007).
Saluran tertutup adalah saluran yang dirancang khusus untuk mengalirkan air
di daerah yang rawan longsor atau di daerah perumahan penduduk sehingga saluran
ini aman dari kecelakaan manusia, Penampang saluran biasanya direncanakan bentuk
yang praktis dan ekonomis, bentuk yang paling umum dipakai untuk saluran tertutup
biasanya saluran U (Jonizar dkk, 2020).
II.2.1 Kedalaman
Kedalaman aliran diukur pada saat pengaliran air, untuk penelitian ini
digunakan empat variasi kedalaman air sesuai dengan empat variasi debit yang
diberikan. Untuk memperoleh nilai kedalaman air yang terjadi, dilakukan
pengukuran pada penampang saluran sebelum tikungan atau pada penampang saluran
yang stabil (Djunur dan Kasmawati, 2021).
Persamaan kedalaman dirumuskan sebagai berikut:

h1 + h2 + .... + h n
h = ....Pers (2.1)
n
Keterangan :
h = Kedalaman air rata-rata (m)
h = Kedalaman air (m)

II.2.2 Luas
Pengukuran luas penampang aliran di lakukan dengan membuat profil
penampang melintangnya dengan cara melakukan pengukuran kearah horizontal
(lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah
luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat (Wiza Adi Putra, 2013).
Untuk menghitung kedalaman air dapat dengan persamaan sebagai berikut:

A= b . h ....Pers (2.2)
Keterangan :
A = Luas penampang (m2)
b = Penampang basah (m)
h = Kedalaman air rata-rata (m)
Serta untuk menentukan keliling basah dapat dirumuskan dengan persamaan
sebagai berikut:

P = b + (2 . h ) ....Pers (2.3)
Keterangan :
P = Keliling basah (m)
b = Penampang basah (m)
h = Kedalaman air rata-rata (m)

Kemudian, untuk menghitung radius hidrolik dapat dengan persamaan sebagai


berikut:

P
R= ....Pers (2.4)
A
Keterangan :
R = Radius hidrolik (m)
P = Keliling basah (m)
A = Luas penampang (m2)

II.3 Aliran
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Air,
minyak pelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat
ke tempat yang lain (Abidin & Wagiani, 2013).
II.3.1 Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran adalah perpindahan aliran jarak per satuan waktu. Aliran
melalui saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka bebas serta
tekanan di permukaan air adalah sama (tekanan atmosfer). Kondisi aliran dalam
saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan
yang bebas cenderung berubah sesuai waktu dan ruang, dan juga bahwa kedalaman
aliran, debit dan permukaan bebas adalah tergantung sama lain. Kondisi fisik saluran
terbuka jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan pipa. Kombinasi antara perubahan
setiap parameter saluran akan mempengaruhi kecepatan yang dimana kecepatan
tersebut akan menentukan keadaan dan sifat aliran.
Persamaan untuk menentukan kecepatan adalah sebagai berikut:

S
v= ....Pers (2.5)
t

Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
S = Jarak (m)
t = Waktu (s)

Maka, persamaan untuk menentukan kecepatan aliran adalah sebagai berikut:

1 2/3 1/2
v= R . s ....Pers (2.6)
n

Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
R = Radius hidrolik (m)
s = Kemiringan dasar saluran (%)

Dalam bilangan Froude dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

v
Fr = ....Pers (2.7)
√ g.h

Keterangan :
Fr = Bilangan Froude
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman aliran (m)
II.3.2 Debit Aliran
Konsep awal mengenai fluida dinamis tentang debit aliran. Debit air adalah
jumlah air yang mengalir setiap waktu berdasarkan banyak volume air yang mengalir
setiap waktu. Berikut merupakan rumus dari debit air adalah sebagai berikut:

v
Q= ....Pers (2.7)
t

Jika dihubungkan dengan kecepatan aliran air dari luas penamnpang pipa dan
mulut keran, maka persamaan diatas dapat diubah menjadi:

Q =A. v ....Pers (2.8)


Keterangan :
Q = Debit air (m3/s)
V = Volume (m3)
t = Waktu (s)
v = Kecepatan aliran air (m/s)
A = Luas penampang (m2)

II.4 Kecepatan Geser


Permulaan gerak butiran sedimen dasar merupakan awal mula angkutan
sedimen. Salah satu faktor yang menyebabkan permulaan gerak sedimen adalah
kecepatan. Kecepatan efektif untuk menggerakan butiran dinyatakan dalam rumus
berikut:

v x = √ g . h .s ....Pers (2.9)
Keterangan :
vx = Kecepatan geser di dasar saluran (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman air (m)
s = Kemiringan dasar saluran (m)
Untuk menghitung kecepatan geser kritis dapat dirumuskan sebagai berikut:

v xc =
√ γ(
ρs - ρ w
ρw
)g.D ....Pers (2.10)

Keterangan :
vxc = Kecepatan gesek kritis (m/s)
γ = Berat jenis (kg)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter butiran (m)

II.5 Tegangan Geser


Tegangan geser adalah perbandingan gaya terhadap suatu luas bidang dimana
intensitas gayanya sejajar terhadap irisan penampang benda tersebut. Tegangan ini
adalah tegangan yang diakibatkan gaya yang bekerja searah dan sejajar dengan
penampang suatu benda. Secara matematis, tegangan geser dapat dirumuskan sebagai
berikut:

τ0 = ρ w . g . h . s ....Pers (2.11)

Keterangan :
τ0 = Tegangan geser di dasar saluran (N/m3)
ρw = Berat massa air (N/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Kedalaman air (m)
s = Kemiringan saluran (%)
Maka, untuk menentukan tegangan geser kritis dirumuskan sebagai berikut:

τ c = γ ( ρs - ρ w ) g . D ....Pers (2.12)
Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (N/m3)
γ = Berat jenis (kg)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter butiran (m)

II.6 Diagram Shield


Shield mengaplikasikan analisis dimensional untuk mendapatkan parameter-
parameter tak berdimensi dan menciptakan diagram yang sangat dikenal untuk awal
gerak butiran sedimen. Diagram tersebut menghubungkan tegangan geser dasar tak
berdimensi atau kriteria Shields dengan bilangan Reynolds. Shields (1936) pada
awalnya tidak menggunakan kurva pada diagramnya, melainkan menggambarkan
pita yang cukup lebar untuk menunjukkan tegangan geser kritis. Kurva pertama kali
diusulkan oleh Rouse (1939). Kurva Shields tersebut mewakili kondisi ambang batas
disaat sedimen tepat akan bergerak. Jika titik berada di area di atas kurva, maka
partikel akan bergerak. Sementara titik pada bawah kurva, aliran tidak dapat
menggerakkan partikel.
Faktor-faktor yang penting dalam menentukan awal gerak sedimen adalah
tegangan geser, selisih massa jenis sedimen dan aliran, diameter butiran, viskositas
kinematis, dan percepatan gravitasi (Yudika et al., 2021).
Gambar 2.2 Diagram shields untuk awal gerak butiran
(Sumber : Yudika et al., 2021)
Kelima kuantitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kriteria tak
berdimensi sebagai berikut.

2
τ0 vx
τc = = ....Pers (2.13)
(ρs - ρw ) g D (s - 1) g D

atau,

vx
= √
τ/ρ D
Re = ....Pers (2.14)
υ υ

Keterangan :
τc = Tegangan geser kritis (kriteria shields) (N/m3)
τ0 = Tegangan geser (N/m3)
vx = Kecepatan geser (m/s)
ρs = Berat massa butiran sedimen (kg/m3)
ρw = Berat massa air (kg/m3)
D = Diameter butiran (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
R = Radius hidraulik (m)
s = Kemiringan saluran (%)
Re = Bilangan Reynolds
υ = Viskositas kinematis (m2/s)

II.7 Muatan Dasar Sedimen


Muatan dasar (bed load) adalah partikel yang bergerak pada dasar sungai
dengan cara berguling, meluncur dan meloncat. Muatan dasar keadaanya selalu
bergerak, oleh sebab itu pada sepanjang aliran dasar sungai selalu terjadi proses
degradasi dan agradasi yang disebut sebagai “alterasi dasar sungai” (Resnie Bella,
2014).

Q b γs τ - τc
= 10 ....Pers (2.15)
Q γs ( γs - γ) D
Keterangan :
Qb, Q = Debit angkutan dasar dan debit air per satuan lebar saluran (m3/det)
D = Diameter partikel sedimen (m)
τ = Tegangan geser (N/m2)
τc = Tegangan kritis, dapat diperoleh dari diagram Shields (N/m2)
γs, γ = Berat jenis sedimen dan berat jenis air (kg/m3)

Berdasarkan persamaan Meyer-Petter dan Muller untuk menghitung angkutan


sedimen dasar adalah sebagai berikut:

v
C= ....Pers (2.17)
√ h.s
Keterangan :
C = Friction Factor angkutan (m1/2/s)
v = Kecepatan aliran rata-rata (m/s)
h = Kedalaman rata-rata (m)
s = Kemiringan saluran (%)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat


III.1.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
percobaan Angkutan Sedimen adalah sebagai berikut:
Hari, Tanggal : Minggu, 06 November 2022
Pukul : 07.00 – Selesai

III.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka pada
percobaan Angkutan Sedimen adalah bertempat di Laboratorium Keairan dan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

III.2 Alat dan Bahan


III.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka
pada percobaan Angkutan Sedimen adalah sebagai berikut:
a. Sediment Transport Demonstration Channel
b. Point gauge
c. Mistar
d. Lap/kanebo
e. Serok pasir/sendok besar
III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Hidrolika dan Saluran
Terbuka pada percobaan Angkutan Sedimen adalah sebagai berikut:
a. Air
b. Pasir diameter 0,2 mm dan 2 mm

III.3 Sketsa Alat Uji

Gambar 3.1 Sediment Transport Demonstration Channel


(Sumber : Kelompok 6 Sipil, 2022)

Bagian eksperimental
- Panjang : 1600mm
- Aliran penampang WxH : 86x300mm
- Penyesuaian kemiringan : -1 .... + 3%
- Tangki : 280 L

Pompa
- Konsumsi daya : 1,02 kW
- Maks. laju aliran : 22,5 m3/jam
- Maks. kepala : 13,7 m

Elemen filter perangkap sedimen


- Ukuran bukaan : 0,3 mm (49mesh)
- Diperlukan untuk pengoperasian sedimen : pasir (ukuran butir 1 .... 2mm)

III.4 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan dalam praktikum Hidrolika dan Saluran Terbuka
pada percobaan Angkutan Sedimen adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan (pasir yang telah ditentukan beratnya).
2. Letakan pasir dengan diameter tertentu kedasar saluran. Pastikan pasir dalam
keadaan jenuh terlebih dahulu,
3. Atur kemiringan dasar saluran,
4. Menghubungkan alat Sediment Transport Demonstration Channel ke sumber
aliran listrik.
5. Menarik tombol emergency stop.
6. Memutar electrical tool dari off menjadi on dan tekan tombol pompa,
kemudian putar debit searah open (berlawanan arah jarum jam).
7. Alirkan air dengan debit kecil kedalam saluran.
8. Ukur kedalaman air di hulu, hilir, dan tengah saluran.
9. Amati pergerakan butiran.
10. Mencatat data hasil pengamatan pada blanko data.
11. Naikkan debit menjadi lebih besar lagi.
12. Lakukan langkah yang sama seperti diatas sampai pada jumlah debit yang
diinginkan (8-12).
13. Lakukan langkah yang sama seperti diatas untuk penambahan variasi
kemiringan (3, 7-13).
14. Kemudian tekan tombol pompa untuk mematikan pompa.
15. Memutar electrical tool dari on menjadi off.
16. Menekan tombol pengaman pada emergency stop.
17. Memutuskan alat Sediment Transport Demonstration Channel dari sumber
aliran listrik.
18. Membersikan alat yang telah digunakan.
19. Lakukan langkah yang sama pada pasir dengan diameter selanjutnya (1-18).
20. Amati bagaimana perbedaan awal gerak sedimen pada diameter butir yang
berbeda dan perubahan bentuk dasar saluran yang terjadi akibat pengaruh
penambahan debit dan kemiringan.
BAB IV
ANALISA DATA

IV.1 Data Pengamatan


IV.1.1 Data Pengamatan Butiran 0,2mm
a. Untuk debit pertama
Tabel 4.1 Data pengamatan untuk butiran 0,2mm pada debit pertama
Debit (Q1)
No. S H Kondisi
Hulu T. Sal Hilir Butiran
1 2 3 4 5 6
1. -0,5 11,2 11 10,9 Bergerak
2. 0 11 11 11,1 T. Bergerak
3. 0,5 10 10,4 10,6 Bergerak
4. 1 8,9 9,8 10,5 Bergerak
(Sumber : Data Hasil Pengamatan Kelompok 6 Sipil)

Tabel 4.2 Data pengamatan untuk butiran 0,2mm pada debit kedua
Debit (Q2)
No. S H Kondisi
Hulu T. Sal Hilir Butiran
1 2 3 4 5 6
1. -0,5 11,3 11,1 10,8 T. Bergerak
2. 0 11 11,4 11,1 T. Bergerak
3. 0,5 9,9 10,3 10,6 Bergerak
4. 1 9 10 10,6 Bergerak
(Sumber : Data Hasil Pengamatan Kelompok 6 Sipil)

Tabel 4.3 Data pengamatan untuk butiran 0,2mm pada debit ketiga
Debit (Q3)
No. S H Kondisi
Hulu T. Sal Hilir Butiran
1 2 3 4 5 6
1. -0,5 11,4 11,3 11,4 T. Bergerak
2. 0 11 11 11 T. Bergerak
3. 0,5 10,1 10,5 10,9 Bergerak
4. 1 9,2 10 10,6 Bergerak
(Sumber : Data Hasil Pengamatan Kelompok 6 Sipil)

IV.1.2 Analisa Perhitungan


a. Debit Pertama (Q1)
1) Kemiringan -0,5
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 11,2 cm = 0,112 m
H2 = 11 cm = 0,11 m
H3 = 10,9 cm = 0,109 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,112 + 0,11 + 0,109
=
3
= 0,1103 m

b) Menghitung luas penampang basah (A)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1103 m
Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,1103
= 0,0096 m2

c) Menghitung keliling basah (P)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1103 m
Dit :
P = ....?
Peny :
P = b+(2.H )
= 0,087 + ( 2 . 0,1103 )
= 0,3077 m

d) Menghitung radius hidraulik (R)


Dik :
A = 0,0096 m2
P = 0,3077 m
Dit :
R = ....?
Peny :
A
R =
P
0,0096
=
0,3077
= 0,0312 m

e) Menghitung kecepatan aliran (v)


Dik :
n = 0,013 m
R = 0,0312 m
S = -0,5% = -0,005%
Dit :
v = ....?
Peny :
1 2/3 1/2
v = .R .S
n
1 2/3 1/2
= . 0,0312 . -0,005
0,013
= 0,5391 m/s

f) Menghitung debit aliran (Q)


Dik :
A = 0,0096 m2
v = 0,5391 m/s
Dit :
Q = ....?
Peny :
Q = A.v
= 0,0096 . 0,5391
= 0,0052 m3/s

g) Menghitung kecepatan geser (vx)


Dik :
H = 0,1103 m
g = 9,81 m/s2
S = -0,5% = -0,005%
Dit :
vx = ....?
Peny :
vx = √H . g . S
= √ 0,1103 . 9,81 . (-0,005)
= 0,0736 m/s

h) Menghitung kecepatan geser kritis (vxc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0025 m
Dit :
vxc = ....?
Peny :

vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d

=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025

= 0,1588 m/s
i) Menghitung tegangan geser (Tc)
Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2

j) Menghitung tegangan geser kritis (To)


Dik :
Pw = 1000 kg/m3
H = 0,1103 m
S = -0,5% = -0,005%
g = 9,81 m/s2
Dit :
To = ....?
Peny :
To = Pw . g . H . S
= 1000 . 9,81 . 0,1103 . (-0,005)
= -5,4119 N/m2

k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = -5,4119 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran bergerak.

2) Kemiringan 0%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 11 cm = 0,11 m
H2 = 11 cm = 0,11 m
H3 = 11,1 cm = 0,111 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,11 + 0,11 + 0,111
=
3
= 0,1103 m

b) Menghitung luas penampang basah (A)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1103 m
Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,1103
= 0,0096 m2

c) Menghitung keliling basah (P)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1103 m
Dit :
P = ....?
Peny :
P = b+(2.H )
= 0,087 + ( 2 . 0,1103 )
= 0,2207 m

d) Menghitung radius hidraulik (R)


Dik :
A = 0,0096 m2
P = 0,2207 m
Dit :
R = ....?

Peny :
A
R =
P
0,0096
=
0,2207
= 0,0435 m

e) Menghitung kecepatan aliran (v)


Dik :
n = 0,013 m
R = 0,0435 m
S = 0% = 0%
Dit :
v = ....?
Peny :
1 2/3 1/2
v = .R .S
n
1 2/3 1/2
= . 0,0435 . 0
0,013
= 0 m/s
f) Menghitung debit aliran (Q)
Dik :
A = 0,0096 m2
v = 0 m/s
Dit :
Q = ....?
Peny :
Q = A.v
= 0,0096 . 0
= 0 m3/s

g) Menghitung kecepatan geser (vx)


Dik :
H = 0,1103 m
g = 9,81 m/s2
S = 0% = 0%
Dit :
vx = ....?
Peny :
vx = √H . g . S
= √ 0,1103 . 9,81 . 0
= 0 m/s

h) Menghitung kecepatan geser kritis (vxc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0025 m
Dit :
vxc = ....?
Peny :

vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d

=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025

= 0,1588 m/s

i) Menghitung tegangan geser (Tc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2

j) Menghitung tegangan geser kritis (To)


Dik :
Pw = 1000 kg/m3
H = 0,1103 m
S = 0% = 0%
g = 9,81 m/s2
Dit :
To = ....?
Peny :
To = Pw . g . H . S
= 1000 . 9,81 . 0,1103 . 0
= 0 N/m2

k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 0 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran tidak bergerak.

3) Kemiringan 0,5%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 10 cm = 0,1 m
H2 = 10,4 cm = 0,104 m
H3 = 10,6 cm = 0,106 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,1 + 0,104 + 0,106
=
3
= 0,1033 m

b) Menghitung luas penampang basah (A)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1033 m
Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,1033
= 0,0090 m2

c) Menghitung keliling basah (P)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1033 m
Dit :
P = ....?
Peny :
P = b+(2.H )
= 0,087 + ( 2 . 0,1033 )
= 0,2067 m

d) Menghitung radius hidraulik (R)


Dik :
A = 0,0090 m2
P = 0,2067 m
Dit :
R = ....?
Peny :
A
R =
P
0,0090
=
0,2067
= 0,435 m
e) Menghitung kecepatan aliran (v)
Dik :
n = 0,013 m
R = 0,0435 m
S = 0,5% = 0,005%
Dit :
v = ....?
Peny :
1 2/3 1/2
v = .R .S
n
1 2/3 1/2
= . 0,0435 . 0,005
0,013
= 0,6728 m/s

f) Menghitung debit aliran (Q)


Dik :
A = 0,0090 m2
v = 0,6728 m/s
Dit :
Q = ....?
Peny :
Q = A.v
= 0,0090 . 0,6728
= 0,0060 m3/s

g) Menghitung kecepatan geser (vx)


Dik :
H = 0,1033 m
g = 9,81 m/s2
S = -0,5% = -0,005%
Dit :
vx = ....?
Peny :
vx = √H . g . S
= √ 0,1033 . 9,81 . 0,005
= 0,0712 m/s

h) Menghitung kecepatan geser kritis (vxc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0025 m
Dit :
vxc = ....?
Peny :

vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d

=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025

= 0,1588 m/s

i) Menghitung tegangan geser (Tc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2

j) Menghitung tegangan geser kritis (To)


Dik :
Pw = 1000 kg/m3
H = 0,1033 m
S = 0,5% = 0,005%
g = 9,81 m/s2
Dit :
To = ....?
Peny :
To = Pw . g . H . S
= 1000 . 9,81 . 0,1033 . 0,005
= 5,0685 N/m2

k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 5,0685 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran bergerak.

4) Kemiringan 1%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 8,9 cm = 0,089 m
H2 = 9,8 cm = 0,098 m
H3 = 10,5 cm = 0,105 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,089 + 0,098 + 0,105
=
3
= 0,0973 m

b) Menghitung luas penampang basah (A)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,0973 m
Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,0973
= 0,0085 m2

c) Menghitung keliling basah (P)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,0973 m
Dit :
P = ....?
Peny :
P = b+(2.H )
= 0,087 + ( 2 . 0,0973 )
= 0,1947 m

d) Menghitung radius hidraulik (R)


Dik :
A = 0,0085 m2
P = 0,1947 m
Dit :
R = ....?
Peny :
A
R =
P
0,0085
=
0,1947
= 0,0435 m

e) Menghitung kecepatan aliran (v)


Dik :
n = 0,013 m
R = 0,0435 m
S = 1% = 0,01%
Dit :
v = ....?
Peny :
1
v = . R 2/3 . S1/2
n
1 2/3 1/2
= . 0,0435 . 0,01
0,013
= 0,9514 m/s

f) Menghitung debit aliran (Q)


Dik :
A = 0,0085 m2
v = 0,9514 m/s
Dit :
Q = ....?
Peny :
Q = A.v
= 0,0085 . 0,9514
= 0,0081 m3/s
g) Menghitung kecepatan geser (vx)
Dik :
H = 0,0973 m
g = 9,81 m/s2
S = 1% = 0,01%
Dit :
vx = ....?
Peny :
vx = √H . g . S
= √ 0,0973 . 9,81 . 1
= 0,0977 m/s

h) Menghitung kecepatan geser kritis (vxc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0025 m
Dit :
vxc = ....?
Peny :

vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d

=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025

= 0,1588 m/s

i) Menghitung tegangan geser (Tc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2

j) Menghitung tegangan geser kritis (To)


Dik :
Pw = 1000 kg/m3
H = 0,0973 m
S = 1% = 0,01%
g = 9,81 m/s2
Dit :
To = ....?
Peny :
To = Pw . g . H . S
= 1000 . 9,81 . 0,0973 . 1
= 9,5484 N/m2

k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 9,5484 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran bergerak.

b. Debit kedua (Q2)


1) Kemiringan -0,5%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 11,3 cm = 0,113 m
H2 = 11,1 cm = 0,111 m
H3 = 10,8 cm = 0,108 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,113 + 0,1 11 + 0,108
=
3
= 0,1107 m

b) Menghitung luas penampang basah (A)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1107 m

Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,1107
= 0,0096 m2

c) Menghitung keliling basah (P)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1107 m
Dit :
P = ....?
Peny :
P = b+(2.H )
= 0,087 + ( 2 . 0,1107 )
= 0,3083 m

d) Menghitung radius hidraulik (R)


Dik :
A = 0,0096 m2
P = 0,3083 m
Dit :
R = ....?
Peny :
A
R =
P
0,0096
=
0,3083
= 0,0312 m

e) Menghitung kecepatan aliran (v)


Dik :
n = 0,013 m
R = 0,0312 m
S = -0,5% = -0,005%
Dit :
v = ....?
Peny :
1 2/3 1/2
v = .R .S
n
1 2/3 1/2
= . 0,0312 . -0,005
0,013
= 0,5394 m/s
f) Menghitung debit aliran (Q)
Dik :
A = 0,0096 m2
v = 0,5394 m/s
Dit :
Q = ....?
Peny :
Q = A.v
= 0,0096 . 0,5394
= 0,0052 m3/s

g) Menghitung kecepatan geser (vx)


Dik :
H = 0,1107 m
g = 9,81 m/s2
S = -0,5% = -0,005%
Dit :
vx = ....?
Peny :
vx = √H . g . S
= √ 0,1107 . 9,81 . (-0,005)
= 0,0737 m/s

h) Menghitung kecepatan geser kritis (vxc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0025 m
Dit :
vxc = ....?
Peny :

vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d

=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025

= 0,1588 m/s

i) Menghitung tegangan geser (Tc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2

j) Menghitung tegangan geser kritis (To)


Dik :
Pw = 1000 kg/m3
H = 0,1107 m
S = -0,5% = -0,005%
g = 9,81 m/s2
Dit :
To = ....?
Peny :
To = Pw . g . H . S
= 1000 . 9,81 . 0,1107 . (-0,005)
= -5,4282 N/m2

k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = -5,4282 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran tidak bergerak.

2) Kemiringan 0%
a) Menghitung kedalaman air rata-rata ( H )
Dik :
H1 = 11 cm = 0,11 m
H2 = 11,4 cm = 0,114 m
H3 = 11,1 cm = 0,111 m
Dit :
H = ....?
Peny :
H1 + H2 + H3
H =
n
0,11 + 0,11 4 + 0,111
=
3
= 0,1117 m

b) Menghitung luas penampang basah (A)


Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1117 m
Dit :
A = ....?
Peny :
A = b.H
= 0,087 . 0,1117
= 0,0097 m2
c) Menghitung keliling basah (P)
Dik :
b = 8,7 cm = 0,087 m
H = 0,1117 m
Dit :
P = ....?
Peny :
P = b+(2.H )
= 0,087 + ( 2 . 0,1117 )
= 0,2233 m

d) Menghitung radius hidraulik (R)


Dik :
A = 0,0097 m2
P = 0,2233 m
Dit :
R = ....?

Peny :
A
R =
P
0,0097
=
0,2233
= 0,0435 m

e) Menghitung kecepatan aliran (v)


Dik :
n = 0,013 m
R = 0,0435 m
S = 0% = 0%
Dit :
v = ....?
Peny :
1
v = . R 2/3 . S1/2
n
1 2/3 1/2
= . 0,0435 . 0
0,013
= 0 m/s

f) Menghitung debit aliran (Q)


Dik :
A = 0,0097 m2
v = 0 m/s
Dit :
Q = ....?
Peny :
Q = A.v
= 0,0097 . 0
= 0 m3/s

g) Menghitung kecepatan geser (vx)


Dik :
H = 0,1117 m
g = 9,81 m/s2
S = 0% = 0%
Dit :
vx = ....?
Peny :
vx = √H . g . S
= √ 0,1103 . 9,81 . 0
= 0 m/s
h) Menghitung kecepatan geser kritis (vxc)
Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0025 m
Dit :
vxc = ....?
Peny :

vxc =
√ y.(
Ps - Pw
Pw
).g.d

=
√ 0,04 . (
26.710 - 1 . 000
1 .000
) . 9,81 . 0.0025

= 0,1588 m/s

i) Menghitung tegangan geser (Tc)


Dik :
y = 0,04 kg
Ps = 26.710 kg/m3
Pw = 1.000 kg/m3
d = 0,0075 m
Dit :
Tc = ....?
Peny :
Tc = y . ( Ps – Pw ) . g . d
= 0,04 . ( 26.710 - 1.000 ) . 9,81 . 0,0075
= 75,6645 N/m2

j) Menghitung tegangan geser kritis (To)


Dik :
Pw = 1000 kg/m3
H = 0,1117 m
S = -0,5% = -0,005%
g = 9,81 m/s2
Dit :
To = ....?
Peny :
To = Pw . g . H . S
= 1000 . 9,81 . 0,1117 . 0
= 0 N/m2

k) Kondisi butiran
Diketahui nilai Tc = 75,6645 dan To = 0 maka berdasarkan data hasil
pengamatan kondisi butiran tidak bergerak.

Anda mungkin juga menyukai